Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

RISET KEPERAWATAN
KONSEP PLAGIATISME

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

TINGKAT III-A

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DINAS KESEHATAN

AKADEMI PERAWAT KESEHATAN

TA. 2015 / 2016

i
NAMA KELOMPOK

1. ERWIN SEPTIANA
2. EVHA MARLIANA
3. FINA FEBRIANTI NINGSIH
4. HUSNI LAILI ISWANTARI
5. ILHAM MAKRIFANDI A.
6. JANUAR ARIADI
7. L. HILMAN HADI S.
8. LALU MUH. AZRIN

ii
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Atas
karunia yang telah diberikan kepada kita semua. Berkat rahmat serta hidayah-Nya
pula, makalah ini dapat kami selsaikan tepat pada waktunya.

Kami berharap dengan pembuatan makalah ini, wawasan kita semakin


bertambah dan kita semua dapat mengetahuai banyak hal terutama mengenai Konsep
Plagiatisme. Dengan makalah ini kami mencoba memberikan informasi lebih jauh
tentang Konsep Plagiatisme, tentang gejala dan bagaimana penanggulangannya.

Kami sadar dalam pembuatan makalah ini, tidak lepas dari kesalahan-
kesalahan ataupun kehilafan-kehilafan yang kami perbuat karna kesempurnaan hanya
milik Allah semata, sehingga kami berharap kepada pembaca untuk memberikann
saran-saran atau masukan-masukan yang positif agar kedepannya kami dapat
memberikan hal yang lebih baik lagi.

Lombok timur, 5 Oktober, 2016

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan penulisan ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

2.1 Pengertian Plagiatisme ................................................................................. 3

2.2 Macam-macam Plagiat ................................................................................ 3

2.3 Tindakan-Tindakan plagiat......................................................................... 3

2.4 Cara Menghindari Plagiatisme ................................................................... 4

2.5 Plagiatisme Sebagai Bentuk Kecurangan Akademik ................................ 8

2.6 Aspek Hukum Plagiatisme .......................................................................... 9

BAB 3 PENUTUP...................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 11

3.2 Saran ............................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik plagiat tidaklah menjadi hal asing lagi, apalagi di kalangan mahasiswa
yang hampir setiap hari mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Tak terkecuali
pula, mahasiswa informatika sering mendapat tugas untuk membuat program aplikasi
dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu. Dalam pengerjaan tugas
tersebut, praktik plagiat tak terelakkan lagi untuk dilakukan mengingat waktu
pengerjaan tugas yang terbatas dan tidak adanya motivasi untuk berusaha
menyelesaikan tugas dengan kemampuan sebdiri. Praktik plagiat dilakukan dengan
cara tukar-menukar kode program (source code) yang telah berhasil. Mahasiswa yang
memplagiat dapat dengan mudah menyalin atau mengganti kode program yang telah
didapatkan secara cepat dengan menggunakan fitur-fitur yang disediakan oleh
komputer. Untuk mengatasi praktik plagiat, tidaklah cukup hanya mengingatkan
kepada mahasiswa bahwa tindakan plagiat tidak baik dilakukan. Pendeteksian praktik
plagiat merupakan solusi yang sebaiknya dilakukan sehingga tindakan curang
tersebut dapat diminimalisasi.

Plagiatisme adalah ketidakjujuran dalam menghasilkan karya tulis karena


menggunakan karya dan fikiran orang lain seolah-olah menjadi karya dan fikirannya
baik disengaja maupun tidak disengaja. Judul atau tema dari buku kecil ini terdiri dari
dua bagian, yaitu: pertama, mengenali plagiatisme dan kedua, permasalahan
plagiatisme di perguruan tinggi yang dianggap menjadi tantangan bagi lembaga
perguruan tinggi, dosen, maupun mahasiswanya. Isue sentral yang dipertanyakan,
apakah plagiatisme memang belum dikenali; dan mengapa perlu
dikenali. Pengamatan dan kesimpulan penulis sekian lama berada di lingkungan
perguruan tinggi di Indonesia mengesankan bahwa memang plagiatisme atau plagiat
itu belum benar-benar dikenali atau setidak-tidaknya baru dikenali secara samar-
samar, instant atau “kulitnya saja” baik oleh kalangan dosen lebih-lebih oleh
kalangan mahasiswa. Selanjutnya, pertanyaan menyangkut permasalahan

1
plagiatisme. Penulis berpendapat, setidak-tidaknya pada kondisi sekarang ini
permasalahan itu masih menjadi peristiwa keseharian bahkan menjadi hal yang rutin
terjadi atau tingkat kejadiannya (incident) cukup tinggi. Memang tertutup-tutupi oleh
label kelembagaan perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah, tapi ibarat gunung es
yang hanya terlihat puncaknya saja padahal volume di bawah permukaan air
sangatlah besar.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan petunjuk tersebut makalah ini diarakan untuk menjawab pertanyaan
“BAGAIMANA KONSEP PLAGIAT”

1.3 tujuan penulisan


1.3.1 Tujuan umum

Mahasiswa dapat Memahami Konsep Plagiat

1.3.2 Tujuan khusus

Mahasiswa mampu :

a. Menjelaskan konsep Plagiatisme mulai dari pengertian,jenis –


jenis,Tindakan, cara mengatasi plagiatisme
b. Memahami jenis-jenis Tindakan Plagiat yang ada
c. Memahami cara mengatasi Plagiatisme
.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Plagiatisme

Echols dan Shadily (1983: 132) menterjemahkan plagiarism sebagai


penjiplakan, plagiat.Pelakunya disebut penjiplak, plagiator (plagiarist).

Brotowidjoyo (1993) dalam buku Penulisan Karangan Ilmiah halaman


86 menjelaskan bahwa Plagiarism ialah hasil pembajakan atau pencuplikan
berupa penggunaan fakta, penjelasan, ungkapan, dan kalimat orang lain secara
tidak sah. Hasil pembajakan, penculikan, dan penggunaan fakta, ungkapan, dan
sebagainya yang tidak sah tersebut disebut plagiat

1.2 Macam-macam Plagiat


1.2.1 Word-for-word plagiarism : menyalin setiap kata secara langsung tanpa
diubah sedikitpun.
1.2.2 Plagiarism of the form of a source : menyalin dan atau menulis ulang
kode-kode program tanpa mengubah struktur dan jalannya program.
1.2.3 Plagiarism of authorship: mengakui hasil karya orang lain sebagai hasil
karya sendiri dengan cara mencantumkan nama sendiri menggantikan
nama pengarang sebenarnya.
1.3 Tindakan-Tindakan plagiat
1.3.1 Menggunakan atau mengambil teks, data atau gagasan orang lain tanpa
memberikan pengakuan terhadap sumber secara benar dan lengkap;
1.3.2 Menyajikan struktur, atau tubuh utama gagasan yang diambil dari
sumber pihak ketiga sebagai gagasan atau karya sendiri bahkan
meskipun referensi pada penulis lain dicantumkan;

3
1.3.3 Mengambil materi audio atau visual orang lain, atau materi test, sofware
dan kode program tanpa menyebut sumber dan menampilkannya seolah-
olah sebagai karyanya sendiri;
1.3.4 Tidak menunjukkan secara jelas dalam teks, misalnya dengan tanda
kutipan atau penggunaan lay-out tertentu, bahwa kutipan literal atau
yang mendekati literal dimasukkan dalam sebuah karya, bahkan
meskipun rujukan yang benar terhadap sumber sudah dimasukkan;\
1.3.5 Memparafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam susunan kalimat
sendiri tanpa mengubah idenya) isi dari teks orang lain tanpa rujukan
yang memadai terhadap sumber;
1.3.6 Menggunakan teks yang pernah dikumpulkan sebelumnya, atau
menggunakan teks yang mirip dengan teks yang pernah dikumpulkan
sebelumnya untuk tugas sebuah mata kuliah;
1.3.7 Mengambil karya sesama mahasiswa dan menjadikannya sebagai karya
sendiri
1.3.8 Mengumpulkan paper yang dibuat dengan cara membeli atau membayar
orang lain untuk membuatnya.

1.4 Cara Menghindari Plagiatisme

Lembaga pendidikan atau fakultas kemungkinan memberikan panduan untuk


membantu mahasiswanya menghindari plagiatisme dalam bidang ilmu yang
ditekuninya. Untuk tugas akademik tertentu, seperti skripsi, tesis atau disertasi,
mahasiswa biasanya diharuskan membuat pernyataan secara formal bahwa karya
tulis yang dikumpulkannya adalah murni hasil karyanya sendiri dan bukan hasil
plagiatisme. Ini adalah salah satu instrumen yang bisa dipergunakan untuk
mencegah terjadinya tindakan plagiat.

Namun, ada pengetahuan atau teknik-teknik tertentu yang dapat dikuasai


mahasiswa agar terhindar dari tuduhan melakukan plagiatisme. Pengetahuan atau
teknik ini antara lain berkaitan dengan tata cara mengutip dan melakukan
parafrase. Pengetahuan dan teknik lain yang harus dikuasai mahasiswa seperti
referensi di bahas dalam bagian lain buku ini.

4
Pesan paling penting dalam bagian ini adalah bahwa memberikan pengakuan
kepada sumber yang dikutip dan kemampuan untuk mengutip secara akurat
sumber tersebut adalah sangat penting.

1.4.1 Mengutip

Ketika mengamati literatur riset, terutama ketika memfotokopi


atau membuat catatan, mahasiswa mungkin mengambil sebagian dari
sumber secara harafiah dengan tujuan bahwa bagian dari sumber yang
diambil itu akan dimasukkan dalam laporan akhir tulisan. Meskipun
dalam tahap awal pengumpulan informasi, mahasiswa umumnya
diperbolehkan untuk mengakumulasi sebanyak mungkin kutipan yang
cocok untuk dipilih, mahasiswa harus tetap menyeleksi kutipan yang
dipergunakan dalam laporan akhir tulisan secara bijaksana dan hemat.
Kutipan yang berlebih-lebihan seringkali dapat disamakan dengan
”argumen yang tidak terintegrasi dengan baik”. Kriteria seleksi yang
penting sangat relevan, sementara dasar pertimbangan mekanisnya
adalah panjang kutipan. Kutipan yang panjang jarang bisa dibenarkan,
dan sering menyebabkan pembaca tidak bisa mengingat gagasan siapa
yang sedang dibicarakan.

Kemampuan mengutip karya orang lain secara tepat merupakan


indikator utama dari tulisan kesarjanaan. Bagian ini akan mendiskusikan
kapan dan apa yang dapat dikutip, dan akan menguraikan secara agak
rinci kebiasaan yang harus diikuti dalam mengutip karya atau gagasan
orang lain.

Meskipun ada banyak keluwesan (fleksibilitas) dalam


memutuskan kapan mahasiswa mengutip, konvensi yang lebih ketat
berlaku untuk aturan mengutip.

a. Kata-kata secara apa adanya (the exact words) dari pengarang atau
dari publikasi resmi harus dikutip. Exact berarti menggunakan kata-
kata yang sama (the same words), tanda baca yang sama (the same

5
punctuation), ejaan yang sama (the same spelling), huruf besar yang
sama (the same capitalization). Dalam mereproduksi kutipan secara
apa adanya (exact), mahasiswa harus disarankan agar melakukannya
dengan sangat cermat. Tingkat akurasi yang sangat tinggi adalah
sangat esensial.
b. Jika keterangan waktu (tenses) dari sebuah kutipan tidak sesuai
dengan konteks ketika kutipan itu dipergunakan, jika tidak ada
ucapan (lafal) khusus yang harus dipergunakan, misalnya, atau
dalam kejadian tertentu sangat dibutuhkan, sisipan (interpolation)
dapat dipergunakan dalam materi kutipan. Akan tetapi, semua
sisipan hendaknya disertakan dalam dua tanda kurung persegi [...],
bukan parentheses (...), untuk menunjukkan bahwa kata-kata dalam
dokumen asli telah diubah atau bahwa kata-kata tersebut telah
ditambahkan.
c. Ketika kutipan terlalu panjang, atau ketika mahasiswa hanya ingin
menggunakan porsi tertentu yang diipilihnya, mahasiswa
diperbolehkan untuk menghilangkan bagian tertentu dari dokumen
asli. Prosedur ini dinamakan elipsis (pembuangan kata). Prosedur ini
harus dipergunakan dengan cara yang sangat cermat (extra care),
sehingga nada, makna dan tujuan dari ekstrak yang asli tidak
berubah. Untuk menunjukkan elipsis, tiga titik ketukan harus
disisipkan.
1.4.2 Melakukan Parafrase

Secara umum melakukan parafrase berarti anda mengambil


ide atau gagasan orang lain, dan kemudian mengungkapkannya dengan
kalimat atau kata-kata sendiri. Secara khusus parafrase mengandung tiga
pengertian

a. Mengungkapkan ide atau informasi esensial dari orang lain dan


menyajikannya dalam bentuk baru.
b. Salah satu cara yang absah (ketika disertai dengan dokumentasi yang
akurat) untuk meminjam dari atau menggunakan sebuah sumber.

6
c. Sebuah pernyataan kembali yang lebih rinci dibandingkan dengan
rangkuman, dengan memusatkan perhatian pada ide atau gagasan
tunggal yang penting secara ringkas.

Kemampuan melakukan parafrase merupakan ketrampilan yang


sangat penting karena parafrase adalah lebih baik dibandingkan dengan
mengutip informasi dari penggalan kalimat yang tidak terlalu istimewa,
disamping membantu mahasiswa mengontrol kecenderungan untuk
terlalu banyak mengutip serta membantu dalam menata proses mental
dalam melakukannya.

Secara umum ada sejumlah tahap yang dapat diikuti untuk


melakukan parafrase secara efektif:

a. Baca dan baca kembali bagian kalimat dari sumber asli yang hendak
dikutip agar anda sungguh-sungguh memahami artinya
b. Kesampingkan bagian kalimat dari sumber asli di atas, dan tulislah
kalimat atau kata-kata sendiri dalam sebuah kartu catatan.
c. Buatlah catatan ringkas di bawah parafrase yang anda buat untuk
mengingatkan anda kelak bagaimana anda telah membayangkan
materi yang anda pergunakan sebagai bahan untuk dikutip. Di atas
kartu catatan, tulislah kata-kata kunci atau prase untuk menunjukkan
pokok masalah dari parafrase anda.
d. Periksa kembali susunan kalimat yang anda buat dengan susunan
kalimat aslinya untuk memastikan bahwa versi dari susunan kalimat
yang anda buat secara akurat mengungkapkan semua informasi
penting dalam sebuah bentuk yang baru.
e. Pergunakan tanda kutipan untuk mengidentifikasi istilah atau
ungkapan yang unik yang sudah anda pinjam atau anda ambil secara
persis dari sumber tersebut.
f. Jangan lupa mencatat asal sumber (termasuk halaman) dalam kartu
catatan anda sehingga anda dapat menyebutkannya secara mudah

7
jika anda memutuskan untuk memasukkannya ke dalam tulisan
anda.

1.5 Plagiatisme Sebagai Bentuk Kecurangan Akademik

Kecurangan akademik (academic fraud) dapat mengambil berbagai


bentuk. Bentuk yang paling umum adalah mencoba mencontek atau
menggunakan kertas contekkan dalam ujian. Tetapi, meskipun plagiatisme juga
dianggap sebagai bentuk kecurangan akademik, kedua konsep tersebut sering
dipisahkan.

Plagiatisme yang terjadi dalam tahap persiapan, kemudian terdeteksi dan


akhirnya mahasiswa melakukan perbaikan terhadap tulisannya, mengindikasikan
bahwa mahasiswa tidak secara sengaja melakukan plagiatisme. Plagiatisme
semacam ini dikategorikan sebagai ”plagiatisme tidak sengaja” (inadvertent
plagiatism), yaitu plagiatisme yang terjadi karena ketidaktahuan terutama adalah
ketidaktahuan dalam cara menggunakan dokumentasi, mengutip dan melakukan
parafrase. Tetapi ”plagiatisme tidak sengaja” ini tetap sebuah tindakan
plagiatisme dan pelakunya dapat dikenai sangsi yang sama seperti halnya
plagiatisme yang sengaja. Plagiariasme sengaja (deliberate plagiarism) adalah
tindakan plagiatisme dengan niat jahat untuk mencuri atau secara sengaja
menjiplak karya orang lain demi kepentingan diri sendiri dan umumnya juga
untuk kepentingan jangka pendek, misalnya, agar cepat lulus. Tetapi, berbeda
dengan plagiatisme dengan sengaja yang pelakunya biasanya diberi hukuman
yang sepadan sesuai dengan peraturan dalam sebuah universitas, plagiatisme
secara tidak sengaja dapat dicegah dengan menunjukkan bagaimana cara
menghindari plagiatisme

8
1.6 Aspek Hukum Plagiatisme

Permasalahan plagiatisme ini sebenarnya sudah menjadi isu yang cukup


tua. Pertama kali dibahas dalam konferensi internasional di Berne atau Bern
tahun 1886 dan menghasilkan Internasional Convention for the Protection of
Literary and Artistic Works. Selanjutnya secara berturut-turut dimodifikasi
beberapa kali dalam konferensi internasional di Berlin tahun 1908, Roma tahun
1928, Brusel tahun 1948, Stokholm tahun 1967, dan Paris 1971. Hasil-hasil
kesepakatannya dihimpun dalam the Berne Copyright Union ysng mana hasil-
hasil kesepakatan tersebut harus dipatuhi oleh para negara anggota konferensi.
Inti dari Konvensi Bern adalah menyepakati bahwa setiap negara anggotanya
akan memberikan perlindungan secara otomatis pada hasil-hasil karya yang
pertama kali dipublikasi pada setiap negara anggota termasuk hasil-hasil karya
yang tidak dipublikasi dari para penulis yang berkewarganegaraan atau
bertempat tinggal di negara anggota konvensi. Setiap negara anggota konvensi
harus memberi jaminan pada para pencipta yang berkewarganegaraan negara
anggota bahwa haknya dijamin oleh negaranya. Bila hasil karyanya diterbitkan
pertama kali di negara anggota konvensi tapi penciptanya bukan
berkewarganegaraan negara anggota, negara-negara anggota konvensi hanya
dapat membatasi perlindungan sampai batas bahwa perlindungan tersebut
terbatas pada negara tempat penciptanya berkewarganegaraan.

Hasil-hasil karya yang dilindungi oleh revisi konvensi tahun 1928 di


Roma meliputi setiap produksi karya-karya sastra, ilmiah, artistik baik dalam
bentuk buku, selebaran, ceramah, pidato, kotbah, segala bentuk bahan tertulis,
karya-karya drama atau drama musikal, koreografi dan hiburan dalam
pertunjukan, bentuk akting yang ditulis dalam skenario, komposisi musik,
gambar, lukisan, karya arsitektur, karya ukiran/pahatan, karya litografi,
ilustrasi, peta, maket, sketsa, karya plastik yang berhubungan dengan geografi,
topografi, arsitektur, dan ilmu pengetahuan. Selain itu juga termasuk karya-
karya terjemahan, saduran, aransemen musik, dan karya-karya reproduksi sastra
dan artistik serta koleksi-koleksi berbagai hasil karya. Revisi konvensi tahun
1948 di Brusel memasukan hasil-hasil karya sinematografi dan

9
fotografi. Sebagai tambahan revisi Roma dan Brusel memberi perlindungan
pada hasil-hasil karya seni yang digunakan untuk industri/komersil sepanjang
perundang-undangan dalam negeri memungkinkan perlindungan tersebut. Di
dalam revisi Roma ditegaskan bahwa masa berlaku hak cipta (copyright) dari
hampir semua bentuk karya cipta berumur selama penciptanya hidup ditambah
50 tahun, tapi ada beberapa negara yang memberlakukan lebih
singkat. Selanjutnya revisi Stokholm dan Paris agak sedikit membebaskan hak
untuk menterjemahkan sebagai komfromi dari negara-negara maju pada negara-
negara berkembang untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Indonesia telah pula meratifikasi berbagai konvensi internasional di


bidang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) termasuk Berne Convention for
the Protection of Literacy and Artistic Works. Konvensi tersebut diratifikasi
dengan Keputusan Presiden No. 18 Tahun 1997. Pada sekitar tahun 1958
Indonesia pernah menyatakan keluar dari Bern Convention dengan harapan agar
dapat melakukan berbagai kegiatan untuk memindahkan ilmu dari luar negeri
ke dalam negeri, misalnya dengan menterjemahkan, meniru, menyalin ciptaan-
ciptaan para pencipta luar negeri. Tapi ternyata maksud baik tersebut tidak
banyak memberikan hasil karena toh tidak banyak juga karya-karya
dihasilkan (Purba, 2000). Pada era globalisasi saat ini kesertaan Indonesia
dalam Bern Convention tentunya tidak perlu dipersoalkan lagi seperti di masa
yang lalu dengan alasan: menjaga kesejajaran harkat dan martabat bangsa kita
dalam masyarakat internasional, di sisi lain memaksa kita agar menjadi bangsa
pencipta (creator) bukan bangsa peniru, selain melindungi pula hasil karya
bangsa kita sendiri di dunia internasional.

10
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sebagai penutup dari makalah ini dapat diambil beberapa kesimpu;an dan
saran sebagai berikut:

· Plagiatisme adalah penggunaan ide; kata-kata, kalimat atau kata-kata kunci;


uraian, ungkapan atau penjelasan; fakta termasuk data dan informasi milik orang lain
dalam suatu karya tulis tanpa mengemukakan sumbernya secara lengkap sesuai
dengan tata-cara yang berlaku — yang dikategorikan pemalsuan, termasuk menganti
identitas karya tulis orang lain seolah-olah menjadi karyanya — yang dikategorikan
pembajakan. Hasil plagiatisme disebut plagiat dan pelakunya disebut plagiator.

· Plagiatisme masih merupakan hal yang belum benar-benar dikenali atau


setidak-tidaknya baru dikenali secara samar-samar, instant atau “kulitnya saja” baik
oleh kalangan dosen lebih-lebih oleh kalangan mahasiswa. Fenomena permasalahan
itu masih menjadi peristiwa keseharian bahkan menjadi hal yang rutin terjadi atau
tingkat kejadiannya (incident) cukup tinggi. Karena itu pemahaman yang mendalam
tentang plagiatisme ini masih perlu terus menerus diinternalisasikan di lingkungan
perguruan tinggi, dosen, dan mahasiswa,

· Perilaku plagiator atau plagiarist (gemar menjiplak/ menyontek) sengaja atau


tidak sengaja menjadi dominan karena kegagalan dalam transformasi metoda
pendidikan, yang seharusnya semakin tinggi jenjang pendidikan semakin berkembang
ke arah metoda-metoda yang improvisatif, kreatif, inovatif atau analitis dan sintesis
sesuai dengan prinsip pembelajaran (learning principle). Di sisi lain sangsi
atau punishment yang dijatuhkan pada yang melanggar etika akademik dan ilmiah
sangatlah longgar, mudah memberi maaf (permissive) bahkan nyaris tidak
ada. Karena itu metoda pembelajaran pada pendidikan tinggi (higher education) harus

11
lebih dibobotkan kepada daya analisa dan sintesa serta penerapan sangsi-sangsi
akademik yang tegas harus menjadi bagian integral dalam metoda pembelajaran.

· Kemampuan untuk menghidar dari plagiatisme atau “perilaku anti


plagiatisme” tidak cukup diberikan sebatas pemberian pengetahuan (cognitive), akan
tetapi harus dilatih sepanjang proses pendidikan sehingga menjadi keterampilan
sesuai kaidah psychomotoric sehingga melahirkan perilaku (behavior) sesuai
kaidah affective. Karena itu membangun “perilaku anti plagiatisme” harus menjadi
bagian penting dalam kurikulum pendidikan.

3.2 SARAN
Indonesia termasuk negara yang meratifikasi Konvensi Bern (Internasional
Convention for the Protection of Literary and Artistic Works) dan memiliki pula
Undang-undang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Departemen Pendidikan
Nasional dan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi juga telah menyoroti
secara khusus perihal pemberantasan plagiatisme. Karena itu perguruan tinggi
sebagai lembaga ilmiah harus memiliki sistem, mekanisme, dan prosedur untuk
mengenali dan menangkal plagiatisme serta menghukum para plagiator dengan sangsi
akademis yang tegas yang diatur dalam kode etik ilmiah.

· Dosen pembimbing, baik pembimbing mahasiswa dalam penyusunan tugas


akhir atau skripsi, maupun membimbing dosen yunior dalam mengasilkan karya-
karya ilmiah harus menguasai suatu tip khusus yang menjamin bahwa karya yang
dihasilkan dan disetujui sebisa mungkin terbebas dari unsur plagiatisme seperti telah
diuraikan diatas. Tahap-tahap dati tip tersebut di mana kemungkinan terjadinya
plagiatisme harus dikenali dan ditangkal adalah: tahap penetapan ide sentral dan
tujuan penelitian/penulisan karya tulis, tahap penulisan studi literatur atau tinjauan
pustaka, tahap penyusunan metoda ilmiah; tahap penyusunan teknik pengumpulan
dan pengolahan data/informasi; tahap analisa dan pembahasan data; tahap penulisan
kesimpulan dan saran; dan terakhir pada tahap penulisan akhir segala aspek tata-cara
penulisan ilmiah harus dipenuhi dengan sempurna.

12
DAFTAR PUSTAKA
 Borang Akreditasi Program Studi, Jenjang S1. BAN-PT, Depdiknas.

Brotowidjoyo, M.D. (1993)

 Encyclopaedia Britannica CD 99.

BAN-PT (2001)

 Guideline of Internal Quality Assessment of Higher Education, Book


I. Ministry of Education, National Accreditation Board for Higher
Education. Jakarta. Purba, A.Z.U. (2000)
 Penulisan Karangan Ilmiah, Edisi Kedua. Jakarta, Akademika Pressindo..

Echols, J.M. dan H, Shadily (1983)

 Kamus Inggris Indonesia. Jakarta, P.T. Gramedia.

Heffernan, J.A.W and J.E. Lincoln (1986)

 Peta HaKI Mutakhir: Kuliah Umum Universitas Islam 45, Bekasi 10 Juni
2000. Direktorat Jenderal Hak atas Kekayaan Intelektual, Departemen Hukum
dan Perundang-undangan RI.
 Writing, A College Handbook, Second Edition. New York – London, W.W.
Norton & Company.

13

Anda mungkin juga menyukai