Anda di halaman 1dari 2

MASA DEPAN KEBERAGAMAN DI INDONESIA

Indonesia dengan gugusan pulaunya yang membentang dari Sabang sampai


Merauke tak kurang dari 16.056 dengan jumlah penduduk ± 261 juta, hal ini
menjadikan Indonesia sebagai negara kaya yang banyak dicemburui oleh negara di
belahan dunia lainnya. Kekayaan alam Indonesia yang subur dengan hasil bumi yang
melimpah dan pemandangan yang memanjakan mata, belum lagi dengan letak
geografis Indonesia yang dilintasi oleh garis khatulistiwa dengan penampakan alam
yang sangat hijau dan subur. Tidak mengherankan jika Indonesia mendapat julukan
“Paru-Paru Dunia”.

Kekaguman dunia tidak hanya berhenti sampai disitu, bagi peneliti dunia, Indonesia
dijuluki sebagai negara Megabiodiversitas dengan keanekaragaman flora dan fauna,
termasuk spesies langka dan spesies purba yang sulit ditemui di negara lain. Dari segi
Kebudayaan, Indonesia memiliki tak kurang dari 300 kelompok etnik dan 1340 suku
bangsa, dan setiap suku sudah pasti memiliki budaya khas tersendiri. Bahkan julukan
“Negeri Seribu Candi” diberikan dunia kepada Indonesia karena terpilihnya salah satu
peninggalan nenek moyang bangsa, Candi Borobudur sebagai salah satu dari 7
Kebajaiban Dunia. Belum lagi dengan tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi
perbincangan dunia karena kecerdasan intelektualnya, sebut saja BJ. Habibie.

Lain halnya dengan keberagaman agama di Indonesia, Indonesia dengan sistem


kepercayaan yang berbeda-beda yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu,
Buddha, dan Konghucu. Meskipun Masyarakat muslim masih mendominasi, bukan
berarti agama lain dikucilkan. Istiqlal dan Katedral yang berdiri berdampingan adalah
simbol indahnya toleransi. Indonesia adalah contoh kerukunan dalam perbedaan.
Adanya 5 sila Pancasila memberikan jaminan tentang hidup rukun, aman dan tentram.

Namun, Indonesia masih perlu berkaca lagi, di masa sekarang ini, masihkah
Indonesia dijuluki sebagai negara yang kaya akan budaya jika lagu daerah hanya
dikumandangkan jika ada kegiatan nusantara saja? Masihkan Indonesia dijuluki
sebagai negara yang kaya akan flora dan fauna jika kasus perburuan dan
perdagangan satwa liar semakin marak terjadi? Masihkah Indonesia dijuluki sebagai
“Paru-paru Dunia” jika kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan semakin tak
terbendung? Masihkah Indonesia menjadi negara yang pantas dicemburui jika
politiknya hanyalah perebutan kekuasaan semata? Korupsi menjadi tontonan wajib
disetiap acara televisi, hukum menjadi tumpul ke atas dan semakin tajam ke bawah.
Lantas, apa yang harus kita wariskan ke anak cucu kita nantinya? Tanah kering
berdebu ? ataukah budaya mengambil hak orang lain? Ironis memang. Indonesia saat
ini sedang tidak baik-baik saja. Jangan harap muncul bibit-bibit penerus Habibie di
masa mendatang jika apa yang terjadi hari ini masih juga dipelihara.

Lalu bagaimana dengan pendidikan di Indonesia? Sistem pendidikan wajib belajar 9


tahun tidak menjamin seluruh masyarakat mendapatkan haknya mengenyam bangku
sekolah. Sistem pendidikan yang belum merata sementara kurikulum pendidikan yang
diselaraskan, membuat yang di pelosok semakin terkucilkan dan yang di kota semakin
mendominasi. Jangan salah jika kemiskinan masih menjadi momok yang paling
menakutkan beberapa tahun terakhir.

Lantas apa yang perlu kita benahi? Sederhana saja, Indonesia perlu lebih banyak
bersyukur. Bersyukur dengan menjaga alamnya, bersyukur dengan taat pada 5 sila
pancasila, bersyukur dengan menaati aturan yang telah ditetapkan, bersyukur dengan
saling menghargai. Hanya dengan begitu generasi muda di masa depan akan tetap
bangga menceritakan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang kaya. Jika
tidak, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti Indonesia hanya tinggal sejarah.

Anda mungkin juga menyukai