Anda di halaman 1dari 2

THE SAVE FOREST AND LOCAL WISDOM INDONESIA

Karya : Nopis Nopriyansyah (N1A118102)

Mendengar kata Indonesia, pikiran kita semua akan terbayang sebuah Negara yang
memiliki kearifan culture terbayak dari indoensia, Negara kepulauan terbesar di dunia, Negara
yang digelar oleh dunia si macan asia, budaya yang tersebar dari sabang hinnga merauke, dan
dari miangas sampai pulau rote menyimpan daya pikat masing-masing. Budaya-budaya itu
menyatu dalam sanubari keindonesiaan yang sejatinya harus tertancap kuat dalam hidup dan
kehidupan warga bangsanya. Tidak hanya kaya akan budaya seperti tari, alunan music,
kerajianan, pakaian, rumah adat, kuliner, bahkan hingg kearifan lokalnya.

Mendengar secara istilah, kearifan local adalah bagian dari budaya dari masayrakat yang
tidak bisa dipisahkan dari bahasa masyarakat tersebut. Kearifan lokal (local wisdom) umumnya
diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi salnjutnya melalui cerita dari
mulut kemulut. Contoh dari kearfian lokal yaitu cerita rakyat, peribahasa, lagu dan permaianan
rakyat.sebagai contoh di provini jambi sendiri memiliki kearifan local yaitu bersal dari suku
orang rimba yaitu Hompongan. Hompongan merupakan cara menyalurkan kepedulian yang
tinggi dalam melestarikan hutan sebgai tempat tinggalnya dan berfungsi sebagai batasan antara
kawasan yang boleh dikelola perusahaan atau orang luar dengan kawasan hutan TNBD.

Namun ketika kita memandang indoneisa secara kasat mata, hanya akan membuat
suasana hati kita bingung dan prihatin. Lihat saja sandiwara politiknya yang suka menyandera
kepentingan public, pendidikan yang masih terbelakang dan sulit untuk maju, ekonominya yang
masih suka bergantung dan mau dipermainkan oleh para kapitalis, dukungan social serta juga
kondisi social masih sangat memperhatinkan. Kearifan local yang dimiliki Indonesia sungguh
sangat kaya sekali. Tidak aka nada di Negara lain kita mendapati local wsdom yang sehebat
Indonesia. Bahkan banyak Negara yang berusaaha ingin menemukan kearifan local wisdom yang
bercirikan Negara itu. Kita lihat saja Negara lain seperti amerika serikat yang membolak-balik
catatan sejarah untuk bisa menemukan kearifan lokalnya
Dan buktinya, ketika tahun 2015 Indonesia dikenal punya hutan daratan sangat luas yang
juga menyumbang sebagian oksigen untuk kelangsungan hidup para makhluk hidup di dunia ini
mengalami kejadian yang cukup mempermalukan muka Indoneia di kancah internasional.
Diakibatkan segelintir orang yang mencari keuntungan dengan cara instant dan tidak
membutuhkan biaya yang mahal. Jadi, salah satu caranya yaitu membakar hutan secara ilegal.
Dari akibat tersebut, Indonesia mengalami kerugian sebesar 220 triliun rupiah dari kebakaran
lahan pada tahun 2015. Gangguan kesehatan juga mengalami kenaikan signifikan yang
ditimbulkan dari kebakaran lahan mencapai 504.000 orang terutama anak-anak yang terkena
ISPA dan dapak lainyan ditimbulkan adalah hilangnya habitat keragaman hayati.

Dari kasus ini, bisa kita lihat bahwa Indonesialah sendiri yang menghilangkan kearifan
local di negerinya sendiri yang telah membakar hutannya sendiri dan dibuat tempat untuk
menghasilakn keuntungannnya individu maupun kelompok. Kita tidak memikirkan dampak yang
telah ditimbulkan dari kebakaran hutan, udara, banyaknya korban jiwa meninggal dari asap
kebakaran (sebagian besar dari bayi, maupun balita), dll sebagainya yang tidak bisa disebutkan
satu per satu. Kita kalah dengan orang suku anak dalam yang notabene diasingkan dari
masyarakat luas karena ketinggalan zaman , akan tetapi, merekala yang masih bisa menjaga,
merawat, dan memlihara lingkungan ynag mereka tiggali. Apakah kita tidak malu dengan
mereka?...............

Dan kita sebagai mahasiswa, generasi muda Indonesia yang akan melanjutkan langkah
estafet dari generasi sebelumnya. Akan lebih sadar, lebih mengerti akan adnya hutan sebagai
paru-paru dunia, lebih peduli dengan anak, cucu kita akan terpapar dengan asap, dan lebih
memetingkan hak kebersamaan publik di atas hak individualisme. Dan juga tetap menjadi diri
sendiri yang masih berpegang teguh dengan kearifan lokalnya tanpa unsur-unsur hal yang
menghilangkan kearifan lokal itu sendiri.

Forest is a dream where you may find yourself and dream is a forest where
you may lose yourself

Anda mungkin juga menyukai