Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Fenomena kemiskinan dalam masyarakat dilihat dari ketersediaan sumber daya alam
dan keadaan penduduk

OLEH
BASTIAN AGUSTIYANA
NIM : 041371211
BAB I
PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang kaya, berlimpah ruah akan penghasilannya, suatu
negara yang di penuhi dengan budaya, bahasa dan sumber daya alamnya. Indonesia adalah
negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau. Indonesia adalah negara
berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah.
Kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah dikelola oleh perusahaan-perusahaan asing.
Perusahaan-perusahaan tersebut menguasai sumber-sumber kekayaan alam potensial seperti
emas, nikel, gas, dan minyak bumi. Dari begitu banyak sumber daya alam yang dimiliki
Indonesia, masyarakat Indonesia hanyalah sebagai buruh di tempat-tempat tambang tersebut.
Padahal kekayaan tersebut adalah milik Indonesia. Tetapi masyarakat Indonesia tidak bisa
merasakan kekayaan tersebut. Kemiskinan masih menjadi potret buram di negeri kita.
Kemiskinan itu sendiri mempunyai arti keadaan dimana terjadi ketidakmampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan,
dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara
yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya
dari sudut ilmiah yang telah mapan. Sensus penduduk yang telah berlangsung di bulan Mei 2010
diduga akanmengalami peningkatan drastis. Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia akanmencapai 231 juta
jiwa atau naik 25 juta penduduk dibandingkan dengan sensus penduduk terakhir tahun 2000 yang mencatat
adanya 206 juta penduduk Indonesia(BPS, 2000). Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia juga mengalami
fluktuasidiantara tahun 1996-2009. Dari data pertumbuhan penduduk bisa didapatkan jumlah penduduk
miskin baik di kota maupun di desa. Kemiskinan penduduk dapat dianalisis melalui tingkat angkatan kerja,
tingkat penduduk yang bekerja dan tingkat penduduk yang menganggur. Tingkat pendidikan yang
rendah, Produktivitas tenaga kerja rendah, tingkat upah yang rendah, distribusi pendapatan
yang timpang, kesempatan kerja yang kurang, kualitas sumberdaya alam masih rendah, 
penggunaan teknologi masih kurang, etos kerja dan motivasi pekerja yang rendah,
kultur/budaya (tradisi), politik yang belum stabil. Dari beberapa macam faktor itu, kami akan
membahas masalah kemiskinan di Indonesia yang kaya sumber daya alam.

1.2       Identifikasi masalah :


-          Sumber Daya Alam apa saja yang dimiliki Indonesia?
-          Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan kemiskinan?
-          Bagaimana cara mengatasi kemiskinan di Indonesia?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Indonesia memiliki kekayaan alam berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu,
bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak  dengan pembagian lahan terdiri dari tanah
pertanian  sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan
daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970
km. Tetapi semua kekayaan alam indonesia yang melimpah ruah dikelola oleh perusahaan-
perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan tersebut menguasai sumber-sumber kekayaan alam
potensial seperti emas, nikel, gas, dan minyak bumi. Indonesia adalah penghasil gas alam cair
(LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar
kedua.Indonesia menempati peringkat pertama dalam produk pertanian, yaitu: cengkeh
(cloves) dan pala (nutmeg), serta peringkat dua dalam karet alam (Natural Rubber) dan
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).
Berbagai kekayaan alam yang dianugerahkan kepada Indonesia ternyata tidak
diimbangi oleh kemampuan mengolah kekayaan tersebut secara efektif dan
efisien. Masyarakat Indonesia hanyalah sebagai buruh di tempat-tempat tambang tersebut.
Padahal kekayaan tersebut adalah milik Indonesia. Tetapi masyarakat Indonesia tidak bisa
merasakan kekayaan tersebut. Lebih parahnya lagi pemerintah ternyata lebih mempercayakan
pengolahan kekayaan alam yang melimpah ini kepada pihak asing, bukan memberikan
kesempatan dan mengajarkan kepada rakyatnya sendiri untuk mengolah kekayaan tersebut
untuk kemakmuran mereka. Kekayaan alam di negara-negara ini bukannya menyalurkan
kesejahteraan ke tangan masyarakatnya, justru menjadi biang keladi bagi kemiskinan yang
semakin merajalela. Fenomena tersebut acap disebut dengan kutukan sumber daya
alam, atau resource curse. Resource curse merupakan sebuah fenomena dimana daerah-
daerah atau negara-negara yang kaya sumber daya alam mengalami sebuah kondisi dimana
pertumbuhan perekonomian mereka tidak sepesat daerah atau negara yang tidak memiliki
kekayaan alam. Bahkan dapat dikatakan bahwa kekayaan alam yang mereka miliki justru
membawa masyarakat yang hidup dalam daerah atau negara tersebut ke sebuah kondisi yang
penuh dengan konflik dan masyarakatnya hidup di dalam garis kemiskinan. . Secara
sederhana, kutukan sumber daya alam menjelaskan kegagalan negara dalam menterjemahkan
kekayaan alam menjadi alat pendorong kesejahteraan masyarakat.
Fenomena kutukan sumber daya alam secara mikro bisa kita amati di Indonesia. Di beberapa
wilayah, justru kawasan-kawasan yang punya sumber daya alam melimpah terbukti memiliki
HDI yang cukup rendah. Lihat saja Riau dengan produksi minyak terbesar, lalu Aceh dengan
gas nya  dan Papua dengan tambang tembaga emasnya di Grasberg, ketiga daerah tersebut
menjadi pusat kantong-kantong kemiskinan dan angka buta huruf cukup tinggi di Indonesia.
Sistem pendidikan di Indonesia cukup kacau, makanya banyak warganya yang buta huruf.
Sebab-sebab kekacauan sistem pendidikan di Indonesia dimulai dari bergamnya peraturan
pemerintah tentang pendidikan malah membuat pendidikan kita makin tak terbentuk.
Kebijakan soal BHMN lalu BHP yang disahkan pemerintah dan sederet peraturan lain,
membuat masyarakat bertanya mau dibawa kemana pendidikan Indonesia. Ditambah dengan
deretan peraturan lain yang membuat rakyat kebingungan. Belum lagi soal kurikulum
pendidikan Indonesia yang tidak jelas, berubah-ubah. Pendeknya, ganti mentri ganti
kurikulum. Tidak lengkapnya fasilitas pendidikan di sekolah-sekolah yang berada di pelosok
negeri juga mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Fasilitas yang sama seperti
sekolah-sekolah yang ada di perkotaan akan memberi pengaruh kepada pendidik untuk terus
belajar dan mengajar. Hal tersebut juga akan memberi aspek positif kepada siswa maupun
masyarakat lingkungan sekolah untuk lebih bersemangat dalam belajar.
Dalam pendidikan di Indonesia, kita kurang dilatih untuk berani mengemukakan gagasan,
berani bertanggung jawab, berani salah/benar, berani menang/kalah dan keberanian-
keberanian lain yang harus dilatih sejak dini (kecil), sehingga hasil pendidikan sekolah kita
hanya lulus sebagai anak sekolah yang belajar tapi tidak terdidik. Hasilnya membuat bingung
para lulusan SMA atau Sarjana karena ketika mereka menjadi makhluk sosial yang dituntut
bertanggung jawab mereka tidak mampu.
BAB III
PEMBAHASAN

Fenomena-fenomena kemiskinan di Indonesia ini dikarenakan rakyat Indonesia lebih


dominan rasa malas. Kebanyakan rakyat Indonesia ingin mempunyai harta yang melimpah
tanpa usaha yang keras dan rakyat Indonesia tidak mempunyai prinsip dan kepribadian yang
kuat untuk menjaga kehormatan mereka. Pabrik dan gedung-gedung tinggi di Indonesia bisa
dikatakan 70 % dimiliki orang asing dan yang menjadi buruh adalah orang dalam negeri,
sedangkan pendatang menjadi bos mereka. Seandainya pemimpin bisa memudahkan dan
tidak memahalkan biaya sekolah mungkin pemuda generasi penerus bisa mengubah Negara
yang didominan orang bodoh ini menjadi Negara yang pintar dan maju, tapi tidak halnya
dengan kepemimpinan Negara Indonesia, mereka seakan-akan tidak peduli cucu mereka yang
juga akan hidup di bumi Indonesia ini.
Kebanyakan pemimpin rakyat Indonesia sudah sangat jarang mempunyai rasa peduli
terhadap orang lain, bahkan sebagian dari mereka tertawa dari penderitaan orang lain.
Keegoisan mereka membuat rakyat tidak bisa hidup makmur dan sejahtera. Mereka hanya
memikirkan perutnya sendiri tanpa memikirkan rakyat Indonesia yang sebagian besar masih
kelaparan. Dan yang lebih parah lagi pemimpin Indonesia tidak bisa jujur terhadap dirinya
sendiri dan terhadap orang lain. Seandainya mereka tidak egois dan mempunyai rsa peduli
terhadap orang lain, mungkin negara Indonesia jadi negara terkaya dan termakmur di asia.
Semua itu bisa dilihat dari kekayaan yang dimiliki Indonesia. Tapi sayangnya rakyat hanya
bisa bekerja tanpa merasakan manisnya keringat yang mereka keluarkan hasil jerih payah
mereka malah dinikmati oleh para petinggi pemerintah yang duduk santai di kursi
kepemimpinannya. Negara Indonesia sangat sulit menemukan pemimpin yang benar-benar
adil dan peduli kepada rakyatnya.
Berdasarkan pasal 34 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan : “Fakir miskin dan anak-
anak yang terlantar dipelihara oleh negara”, dengan tegas dan jelas sekali menyatakan tugas
pemerintah, yaitu memelihara fakir miskin dan anak-anak yang terlantar. Artinya tidak boleh
ada seorangpun warga negara Indonesia yang menjadi pengemis, dan juga tidak boleh ada
jutaan wanita Indonesia karena kemiskinan menjadi TKW di manca negara.
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan
tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
maksimal, yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. Pengagguran sering
diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak bekerja secara optimal.
Faktor-faktor penyebab terjadinya pengangguran :
1.      Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja. Hal ini terjadi apabila
jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesematan kerja yang tersedia. Jika pemerintah
terus menerus menambah angkatan kerja baru, tanpa memperhatikan kualitas dan kebutuhan
dan hanya digunakan untuk mengurangi pengangguran maka ini hanya akan membebani
APBN, terutama untuk membayar gaji angkatan kerja yang jumlahnya trilyunan.
2.      Strutuktur lapangan kerja tidak seimbang.
3.      Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyedia tenaga terdidik tidak seimbang.
Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja,
pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya belum tentu terjadi kesesuaian antara
tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut
mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang
tersedia.
4.      Penyediaan dan pemanfaatan tenaga kerja antar daerah tidak seimbang. Jumlah angkatan
kerja di suatu daerah ungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah
lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan
tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu Negara ke Negara lainnya.
Wilayah Indonesia sangatlah luas, sehingga sulit bagi pemerintah untuk menjangkau
seluruh wilayah dengan perhatian yang sama. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan
masalah kesehatan, mutu pangan dan pendidikan antar wilayah perkotaan dengan wilayah
yang tertinggal jauh dari perkotaan. Sampai saat ini sudah banyak program yang dicanangkan
pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, diantaranya adalah BLT,
PNPM mandiri, dana BOS, dan KUR. Namun belum bisa menunjukan hasil yang nyata,
karena banyak program yang tidak efektif sehingga menyebabkan program pemerintah ini
tidak berjalan sebagaimana mestinya.
BAB IV
PENUTUP

4.1       Kesimpulan
1.      Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah namun tidak bias di
mamfaatkan dengan maksimal.
2.      Faktor-faktor penyebab kemisikinan di Indonesia adalah sifat malas, pendidikan, pemimpin
yang kurang bertanggung dan jawab dan kurang meratanya peluang kerja sehingga
menyebabkan banyaknya pengangguran.

4.2       Saran
Sebagai mahasiswa, ini menjadi tugas penting untuk membantu pemerintah untuk
mengatasi kemiskinan yang ada di Indonesia. Hal-hal yang dapat dilakukan tidak hanya
tindakan secara langsung. Namun bisa melakukan dari hal yang kecil seperti: 
1.            Menanamkan rasa jujur
2.            Meningkatkan kreativitas
3.            Menumbuhkan rasa cinta tanah air
4.            Memanfaatkan waktu seefektif mungkin
5.            Disiplin waktu

Anda mungkin juga menyukai