PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Fenomena kemiskinan dalam masyarakat dilihat dari ketersediaan sumber daya alam
dan keadaan penduduk
OLEH
BASTIAN AGUSTIYANA
NIM : 041371211
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki kekayaan alam berupa minyak bumi, timah, gas alam, nikel, kayu,
bauksit, tanah subur, batu bara, emas, dan perak dengan pembagian lahan terdiri dari tanah
pertanian sebesar 10%, perkebunan sebesar 7%, padang rumput sebesar 7%, hutan dan
daerah berhutan sebesar 62%, dan lainnya sebesar 14% dengan lahan irigasi seluas 45.970
km. Tetapi semua kekayaan alam indonesia yang melimpah ruah dikelola oleh perusahaan-
perusahaan asing. Perusahaan-perusahaan tersebut menguasai sumber-sumber kekayaan alam
potensial seperti emas, nikel, gas, dan minyak bumi. Indonesia adalah penghasil gas alam cair
(LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar
kedua.Indonesia menempati peringkat pertama dalam produk pertanian, yaitu: cengkeh
(cloves) dan pala (nutmeg), serta peringkat dua dalam karet alam (Natural Rubber) dan
minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).
Berbagai kekayaan alam yang dianugerahkan kepada Indonesia ternyata tidak
diimbangi oleh kemampuan mengolah kekayaan tersebut secara efektif dan
efisien. Masyarakat Indonesia hanyalah sebagai buruh di tempat-tempat tambang tersebut.
Padahal kekayaan tersebut adalah milik Indonesia. Tetapi masyarakat Indonesia tidak bisa
merasakan kekayaan tersebut. Lebih parahnya lagi pemerintah ternyata lebih mempercayakan
pengolahan kekayaan alam yang melimpah ini kepada pihak asing, bukan memberikan
kesempatan dan mengajarkan kepada rakyatnya sendiri untuk mengolah kekayaan tersebut
untuk kemakmuran mereka. Kekayaan alam di negara-negara ini bukannya menyalurkan
kesejahteraan ke tangan masyarakatnya, justru menjadi biang keladi bagi kemiskinan yang
semakin merajalela. Fenomena tersebut acap disebut dengan kutukan sumber daya
alam, atau resource curse. Resource curse merupakan sebuah fenomena dimana daerah-
daerah atau negara-negara yang kaya sumber daya alam mengalami sebuah kondisi dimana
pertumbuhan perekonomian mereka tidak sepesat daerah atau negara yang tidak memiliki
kekayaan alam. Bahkan dapat dikatakan bahwa kekayaan alam yang mereka miliki justru
membawa masyarakat yang hidup dalam daerah atau negara tersebut ke sebuah kondisi yang
penuh dengan konflik dan masyarakatnya hidup di dalam garis kemiskinan. . Secara
sederhana, kutukan sumber daya alam menjelaskan kegagalan negara dalam menterjemahkan
kekayaan alam menjadi alat pendorong kesejahteraan masyarakat.
Fenomena kutukan sumber daya alam secara mikro bisa kita amati di Indonesia. Di beberapa
wilayah, justru kawasan-kawasan yang punya sumber daya alam melimpah terbukti memiliki
HDI yang cukup rendah. Lihat saja Riau dengan produksi minyak terbesar, lalu Aceh dengan
gas nya dan Papua dengan tambang tembaga emasnya di Grasberg, ketiga daerah tersebut
menjadi pusat kantong-kantong kemiskinan dan angka buta huruf cukup tinggi di Indonesia.
Sistem pendidikan di Indonesia cukup kacau, makanya banyak warganya yang buta huruf.
Sebab-sebab kekacauan sistem pendidikan di Indonesia dimulai dari bergamnya peraturan
pemerintah tentang pendidikan malah membuat pendidikan kita makin tak terbentuk.
Kebijakan soal BHMN lalu BHP yang disahkan pemerintah dan sederet peraturan lain,
membuat masyarakat bertanya mau dibawa kemana pendidikan Indonesia. Ditambah dengan
deretan peraturan lain yang membuat rakyat kebingungan. Belum lagi soal kurikulum
pendidikan Indonesia yang tidak jelas, berubah-ubah. Pendeknya, ganti mentri ganti
kurikulum. Tidak lengkapnya fasilitas pendidikan di sekolah-sekolah yang berada di pelosok
negeri juga mempengaruhi kualitas pendidikan di Indonesia. Fasilitas yang sama seperti
sekolah-sekolah yang ada di perkotaan akan memberi pengaruh kepada pendidik untuk terus
belajar dan mengajar. Hal tersebut juga akan memberi aspek positif kepada siswa maupun
masyarakat lingkungan sekolah untuk lebih bersemangat dalam belajar.
Dalam pendidikan di Indonesia, kita kurang dilatih untuk berani mengemukakan gagasan,
berani bertanggung jawab, berani salah/benar, berani menang/kalah dan keberanian-
keberanian lain yang harus dilatih sejak dini (kecil), sehingga hasil pendidikan sekolah kita
hanya lulus sebagai anak sekolah yang belajar tapi tidak terdidik. Hasilnya membuat bingung
para lulusan SMA atau Sarjana karena ketika mereka menjadi makhluk sosial yang dituntut
bertanggung jawab mereka tidak mampu.
BAB III
PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan
1. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah namun tidak bias di
mamfaatkan dengan maksimal.
2. Faktor-faktor penyebab kemisikinan di Indonesia adalah sifat malas, pendidikan, pemimpin
yang kurang bertanggung dan jawab dan kurang meratanya peluang kerja sehingga
menyebabkan banyaknya pengangguran.
4.2 Saran
Sebagai mahasiswa, ini menjadi tugas penting untuk membantu pemerintah untuk
mengatasi kemiskinan yang ada di Indonesia. Hal-hal yang dapat dilakukan tidak hanya
tindakan secara langsung. Namun bisa melakukan dari hal yang kecil seperti:
1. Menanamkan rasa jujur
2. Meningkatkan kreativitas
3. Menumbuhkan rasa cinta tanah air
4. Memanfaatkan waktu seefektif mungkin
5. Disiplin waktu