Amilolitik
Amilolitik
Amilolitik
Amilolitik merupakan aktivitas bakteri dalam merombak pati dengan bantuan enzim amilase.
Enzim amilase adalah enzim yang mampu menghidrolisis pati menjadi senyawa lebih sederhana
seperti maltosa dan glukosa. Enzim ini banyak digunakan untuk keperluan industri. Enzim ini dapat
memecah atau menghidrolisa pati, glikogen dan turunan polisakarida dengan cara memecah ikatan
glikosidik pati. Enzim amilase dibedakan menjadi 3 grup yaitu α-amilase yang disebut juga
endoamilase, β-amilase yang disebut juga eksoamilase dan glukoaminase (Rehm dan Reed, 1987).
Uji Amilolitik
Berdasarkan hasil pengamatan metabolisme bakteri, tampak bahwa semua bakteri, baik Escerichia
coli, Bacillus subtilis, dan Streptococcus aureus mampu menghidrolisis amilum. Bukti bahwa
kesemua bakteri tersebut mampu menghidrolisis amilum adalah adanya daerah jernih atau bening
yang terdapat di sekitar koloni bakteri yang sedang tumbuh (Hasil inokulasi). Kemampuan untuk
menghidrolisis amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena mempunyai enzim amilase.
Amilum tidak dapat langsung digunakan, sehingga bakteri harus menghidrolisis amilum terlebih
dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel (Kaiser, 2005). Menurut Hadioetomo
(1990), fungsi uji positif hidrolisis amilum pada bakteri ditandai dengan tampaknya area jernih di
sekitar pertumbuhan bakteri yang digoreskan. Adanya daerah jernih tersebut disebabkan eksoenzim
dan organisme menghidrolisis amilum dalam medium agar. Menurut Schegel (1994), fungi atau
bakteri memproduksi α-amilase sehingga mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik
tersebut amat luas antara mikroorganisme, diantaranya bakteri Bacillus macerans, Bacillus polimexa,
dan Bacillus subtilis. Pada hasil pengamatan diketahui bahwa Escerichia coli memiliki kemampuan
paling tinggi dalam menghidrolisis amilum karena daerah jernih yang ditunjukkan disekitar koloni
Escerichia coli paling luas dibandingkan dengan bakteri yang lain. Bila ditinjau dari pendapat Schegel
tersebut dimungkinkan jumlah sel Escerichia coli yang diinokulasikan pada medium lebih banyak
jumlahnya. Sehingga jumlah sel yang melakukan metabolisme semakin banyak, dan daerah jernih
yang ditunjukkan pun terlihat paling luas. Pada uji adanya hidrolisis amilum digunakan larutan
iodium pada tahap akhir. Iodium digunakan sebagai indikator adanya amilum, bila medium yang
mengandung pati atau amilum diberi iodium maka akan nampak warna biru. Namun jika pati atau
amilum tersebut telah terhidrolisis maka warnanya akan jernih atau bening. Warna jernih tersebut
mengindikasikan bahwa pati atau amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri
(Hadioetomo, 1990). Menurut Kaiser (2005) warna jernih atau bening pada sekeliling bakteri setelah
ditambahkan iodium disebabkan karena amilum tidak dapat bereaksi lama dengan iodium. Pada
ketiga bakteri yang diamati, kesemuanya mampu menghidrolisis amilum, hal ini menunjukkan
bahwa bakteri-bakteri tersebut menghasilkan enzim α-amilase.
Cara Kerja :
· Inokulasi Nutrient Agar yang mengandung pati (2 g/l) dengan E.coli dan Bacillus sp. secara streak.
· Setelah selesai inkubasi, tetesi cawan dengan lugol’s iodine secukupnya sehingga seluruh
permukaan media terkena.
· Hidrolisis zat pati terlihat sebagai zona jernih di sekeliling koloni, sedangkan hasil negatif
ditunjukkan warna sekitar koloni tetap biru hitam.
Proteolitik
Aktivitas proteolitik menghasilkan sedikit penggumpalan. Bakteri proteolitik adalah bakteri yang
memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di dalam
sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim protease di dalam sel,
tetapi tidak semua mempunyai enzim protease ekstraseluler. Dekomposisi protein oleh
mikroorganisme lebih kompleks daripada pemecahan karbohidrat dan produk akhirnya juga lebih
bervariasi. Hal ini disebabkan struktur protein yang lebih kompleks. Mikroorganisme melalui suatu
sistem enzim yang kompleks, memecah protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana.(Durham, 1987)
Uji proteolitik
Cara Kerja :
· Inokulasikan Bacillus sp. Dan E. coli pada Skim Milk Agar (SMA)
Hidrolisis Protein Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data pada medium lempeng Skim Milk
Agar (SMA) yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri yang dapat menghidrolisa kasein, ketiga
jenis bakteri (Escerichia coli, Bacillus subtilis, dan Streptococcus aureus) tersebut dapat
menghidrolisis protein. Kemampuan bakteri dalam menghidrolisis protein ditunjukkan dengan
terbentuknya daerah bening/jernih di sekitar goresan (tempat pertumbuhan bakteri yang
diinokulasikan). Hal ini sesuai dengan pendapat Hadioetomo (1990) yang menyatakan bahwa uji
positif ditandai dengan tampaknya area jernih di sekitar pertumbuhan organisme yang digoreskan.
Dari ketiga bakteri (Escerichia coli, Bacillus subtilis, dan Streptococcus aureus) tersebut mempunyai
kemampuan menghidrolisis yang berbeda-beda sebagaimana disebutkan pada data hasil
pengamatan, dari data hasil pengamatan secara berurutan berdasarkan kemampuannya dalam
menghidrolisis protein dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah Bacillus subtilis,
Escerichia coli, dan Streptococcus aureus. Perbedaan kemampuan dalam memghidrolisis protein
dimungkinkan disebabkan karena prosuksi eksoenzim yang berupa enzim protease yang berbeda.
Dimungkinkan Bacillus subtilis memiliki kemampuan menghasilkan protease lebih banyak
dibandingkan Escerichia coli, dan Streptococcus aureus. Adapun kemungkinan lain dari perbedaan
kemampuan menghidrolisis protein adalah jumlah sel bakteri dari tiap jenis yang diinokulasikan pada
medium tidak sama sehingga mempengaruhi hasil hidrolisis protein tersebut yang ditandai dengan
perbedaan jumlah koloni yang tumbuh pada medium. Perbedaan jumlah sel bakteri pada tiap jenis
bakteri dapat memberikan pengaruh yang nyata. Semakin banyak jumlah sel bakteri, maka semakin
banyak sel yang melakukan metabolisme, akibatnya semakin luas daerah jernih pada medium.
Hidrolisis protein terjadi karena adanya reaksi enzimatis. Bakteri yang mempunyai eksoenzim
mampu menghidrolisis kasein, yang menyababkan suspensi (medium) akan menjadi daerah jernih di
sekeliling pertumbuhan baakteripertumbuhan bakteri. Kaiser (2005) menyatakan bahwa jika bakteri
yang mempunyai eksoenzim mampu menghidrolisis kasein, maka suspensi kan menjadi daerah
jernih di sekeliling daerah pertumbuhan bakteri. Protein merupakan senyawa penting dalam tubuh
organisme hidup. Medium yang digunakan untuk mengetahui adanya hidrolisis protein adalah
terbuat dari susu skim yang dicampur agar dan aquades, dimana di dalam susu skim tersebut
terkandung kasein yang nantinya akan terhidrolisis menjadi peptida dan asam amino.
Bakteri melakukan hidrolisis berbagai protein menjadi asam amino tunggal dengan tujuan
menggunakan asam amino tersebut untuk sintesis protein dan molekul seluler yang lain atau sebagai
sumber energi (Kaiser, 2005). Dalam pengamatan kami, adaerah jernih terbentuk di sekitar daerah
pertumbuhan bakteri, hal ini disebabkan oleh kasein yang nampak putih dalam suspensi koloid
(medium SMA) telah terhidrolisis menjadi peptida dan asam
Uji Lipolitik
Lipid misalnya trigliserida merupakan sumber energi bagi sejumlah mikroorganisma. Untuk
mendapatkan energi dari lipid, mikroba menghasilkan enzim lipase dan esterase yang memecah
ikatan ester menghasilkan gliserol dan asam lemak.
Terdapat berbagai macam prosedur untuk mengetahui aktivitas lipase diantaranya adalah dengan
menggunakan media Trybutirin Agar, Rodhamine Agar dan Spirit Blue Agar. Pada prinsipnya metode-
metode di atas menggunakan indikator yang mampu mendeteksi keberadaan asam lemak yang
terbentuk akibat hidrolisis lemak.
Cara Kerja :
· Inokulasikan Bacillus sp. dan E. coli pada media Tributyrin Agar dengan indikator neutral red
· Reaksi positif ditandai oleh bercak-bercak kuning disekeliling koloni, sedangkan reaksi negatif
ditandai oleh bercak-bercak yang tetap berwarna merah.
Praktikum kali ini akan dilakukan uji amilolitik dengan menggunakan berbagai jenis sampel, yaitu
kornet, margarin, pindakas, dan mentega. Masing-masing sampel (sebanyak 1 gram) diencerkan
hingga 10-3, lalu dari pengenceran 10-2 dan 10-3 dituang ke dalam cawan petri yang masing-masing
ditambahkan media, yaitu cawan petri 1 berisi NA dan cawan petri 2 berisi NA + 1% lemak. Agar (NA)
adalah jenis media umum yang biasa digunakan untuk membiakan bakteri. Secara cepat, masing-
masing cawan petri ditambahkan 2 tetes indikator NR (Neutral Red), kemudian digoyangkan dan
biarkan membeku. Lalu diinkubasikan selama 2 hari pada suhu 30C. Pada kultur ditambahkan 1 tetes
Indikator Neutral Red (NR), untuk mendeteksi apakah bakteri yang tumbuh bersifat lipolitik atau
tidak. Karena bakteri lipolitik dapat menyerap indikator sehingga dasar koloni akan berwarna merah.
Pengamatan yang dilakukan setelah inkubasi adalah hitung jumlah koloni, perhitungan SPC, dan
pewarnaan gram serta amati warna bakteri, bentuk bakteri dan jenis bakteri gram positif atau
negatif. Koloni mikroorganisme pemecah lemak akan memecah lemak menjadi gliserol dan asam-
asam lemak sehingga menurunkan pH medium, yang mengakibatkan warna merah pada bagian
bawah koloni karena perubahan warna indikator Neutral Red pada pH rendah.
Uji Oksidase
Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport elektron selama respirasi aerobik.
Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi sitokrom oleh molekul oksigen. Enzim oksidase
dihasilkan oleh bakteri aerob, fakultatif anaerob, dan mikroaerofilik. Mikroorganisme ini
menggunakan oksigen, sebagai akseptor elektron terakhir selama penguraian karbohidrat untuk
menghsilkan energi. Kemampuan bakteri memproduksi sitokrom oksidase dapat diketahui dari
reaksi yang ditimbulkan setelah pemberian reagen oksidase pada koloni bakteri. Enzim ini
merupakan bagian dari kompleks enzim yang berperan dalam proses fosforilasi oksidatif. Reagen
yang digunakan adalah tetramethyl-D-phenylenediamine dihydrocloride. Reagen akan mendonorkan
elektron terhadap enzim ini sehingga akan teroksidasi membentuk senyawa yang berwarna biru
kehitaman. Positif tertunda (warna biru muncul antara 10-60 detik setelah ditetesi) menandakan
bahwa bakteri uji memiliki sedikit enzim. Tidak adanya perubahan warna mengindikasikan bahwa uji
yang dilakukan negatif.
Terakhir dilakukan uji oksidase, dimana perlakuannya sama dengan uji katalase, hanya saja pada
uji ini reagen yang digunakan bukan H2O2 tetapi fenilhidrasin klorida. Kemampuan bakteri dalam
memproduksi enzim oksidase dapat diketahui dari reaksi yang ditimbulkannya setelah
pemberian reagen oksidase tersebut pada koloni bakteri. Tetapi dalam percobaan ini uji yang
dihasilkan negatif karena setelah penambahan fenilhidrasin klorida, bakteri amilolitik dan
proteolitik yang digunakan tidak dapat memproduksi enzim oksidase yang terlihat hanya
kumpulan sel yang mengambang akibat ditambahi reagen.
Cara Kerja :
· Koloni bakteri diambil satu tetes (sebaiknya dari biakan cair) secara aseptis dan diinokulasikan
pada Object glass.
· Diatas object glass diberi kertas merang yang sehingga tetesan tersebar pada kertas.
· Jika warna berubah menjadi biru marun maka hasil uji positif, sedangkan bila tidak terjadi
perubahan maka hasil uji negatif. Hasil uji positif tertunda jika warna biru muncul antara 10-60 detik
setelah ditetesi.
Uji oksidase berfungsi untuk menentukan adanya sitokrom oksidase yang dapat ditemukan
pada mikroorganisme tertentu. Mikroorganisme aerobik dan anaerobik fakultatif memiliki enzim
sitokrom oksidase dan oksigen sebagai akseptor elektronnya sehingga dalam uji ini akan
memberikan hasil uji positif yang ditunjukkan dengan perubahan warna koloni bakteri menjadi
hitam dalam waktu 30 menit setelah penambahan reagen uji. Perubahan warna ini disebabkan
sitokrom oksidase mengoksidasikan larytan reagen. Pada mikroorganisme anaerobik obligat akan
memberikan hasil uji negatif yang ditandai dengan tidak terjadi peruabahn warna (Lay, 1994).
Uji Katalase
Setiap bakteri mempunyai suatu enzim yang tergolong flavoprotein yang dapat bereaksi
dengan oksigen membentuk senyawa-senyawa beracun yaitu hidrogen peroksida (H2O2) dan suatu
Bakteri yang bersifat aerobik dan bersifat anaerobik aerotoleran mempunyai enzim katalase
yang dapat memecah H2O2 dan enzim superoksida dismutase yang memecah radikal bebas tersebut.
Bakteri yang bersifat anaerobik fakultatif juga mempunyai enzim superoksida dismutase,
tetapi tidak mempunyai enzim katalase, melainkan mempunyai enzim peroksidase yang mengatalisis
reaksi antara H2O2 dengan senyawa organik, menghasilkan senyawa yang tidak beracun. Reaksinya
Bakteri yang bersifat anaerobik obligat tidak mempunyai enzim superoksida dismutase
maupun katalase. Oleh karena itu, oksigen merupakan racun bagi bakteri tersebut karena senyawa
yang terbentuk dari reaksi flavoprotein dengan oksigen yaitu H2O2 dan suatu radikal bebas yaitu O2-*.
Jenis bakteri ini akan memberikan hasil uji katalase negatif (Fardiaz, 1992).
menjadi H2O dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini dapat
menginaktivasikan beberapa jenis enzim dalam sel. Hidrogen peroksida terbentuk sewaktu
metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam lingkungan aerob harus
Selanjutnya dilakukan uji katalase menggunakan kaca objek dengan suspensi bakteri amilolitik
dari media NA dan bakteri proteolitik dari media SMA. Produksi katalase bisa diidentifikasi
dengan menambahkan reagen H2O2 pada suspensi bakteri. Jika dihasilkan gelembung gas, berarti
bakteri tersebut mampu memproduksi enzim katalase. Jika tidak dihasilkan gelembung gas berarti
uji katalase dinyatakan negatif. Dimana reaksi yang terjadi untuk uji positif yaitu :
Dari uji katalase yang dilakukan untuk bakteri amilolitik dari media NA diketahui bahwa bakteri
ini dapat menghasilkan enzim katalase setelah penambahan H2O2, yang ditandai dengan adanya
gelembung gas. Begitupun dengan bakteri proteolitik dari media SMA diperoleh hasil yang sama
dengan bakteri amilolitik tersebut.
Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk penguraian khususnya
superoksida pada organisme aerob yang bersifat katalase negatif. Produksi katalase bisa
diidentifikasi dengan menanmbahkan reagen H2O2 pada suspensi bakteri. Jika dihasilkan gelembung
gas, berarti bakteri tersebut mampu memproduksi enzim katalase. Jika tidak dihasilkan gelembung
gas berarti uji katalase dinyatakan negatif.
Oksidase mengkatalisis 2 macam reaksi: O2 + (4e- + 4 H+) 2 H2O
O2 + (2e- + 4 H+) H2O2
Cara Kerja :
· Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan diinokulasikan pada Object glass.
· Dengan menggunakan pipet tetes, 3% H2O2 diteteskan pada Object glass secukupnya.
· Amati adanya gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil negatif (hati-hati
membedakan antara gelembung yang muncul dari sel dengan kumpulan sel yang mengambang
akibat ditambahi reagen).
Uji Katalase
Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk penguraian khususnya
superoksida pada organisme aerob yang bersifat katalase negatif. Produksi katalase bisa
diidentifikasi dengan menanmbahkan reagen H2O2 pada suspensi bakteri. Jika dihasilkan gelembung
gas, berarti bakteri tersebut mampu memproduksi enzim katalase. Jika tidak dihasilkan gelembung
gas berarti uji katalase dinyatakan negatif.
Cara Kerja :
· Koloni bakteri diambil satu ose secara aseptis dan diinokulasikan pada Object glass.
· Dengan menggunakan pipet tetes, 3% H2O2 diteteskan pada Object glass secukupnya.
· Amati adanya gelembung untuk hasil positif dan tidak ada gelembung untuk hasil negatif (hati-hati
membedakan antara gelembung yang muncul dari sel dengan kumpulan sel yang mengambang
akibat ditambahi reagen).
Caesaria Solina. 2007. Aktivitas Antibakteri Campuran Bawang Putih dan Rimpang Kunyit terhadap
Salmonella typmurium. Skripsi. Biokimia. Institut Pertanian Bogor.
Widyastuti, A. T. 2005. Isolasi dan Uji Kemampuan selulitik baketri Simbian rayap pendegradasi
Serat. Skripsi. Jurusan nurisi dan makanan ternak. Fakultas Peternakan. Instiut pertanian Bogor.
Bogor.
Juryatin. 1997. Peran Enzim Amilase pada Tubuh Manusia. http://www.docstoc.com. Diakses
24.9.2010.
Alton, G. G., Jones, L.M., Angus, R. D. dan Verger, J.M. 1988. Techniques for
the Brucellosis Laboratory. Paris : Institut National de la Recherche
Agronomique.
Arora, M., Koley, S., Gupta, S.,& Shandu, J.S., 2007. A Study on Lipid Profile And Body Fat in
Patients with Diabetes Melitus. Anthropologist, 9(4): 295-298.
Biogen, 2008. Amilase. http://biogen.litbang.deptan.go.id/terbitan/agrobio
/abstrak/agrobio_vol. tanggal akses
05 Mei 2008.
Durham, D.R., D.B. Stewart, and E.J. Stellwag. 1987. Novel alkaline and heat stable serine proteases
from alkalaphilic Bacillus sp. strain GX6638. J. Bacterial.
169(6):2762- 2768
Press, Yogyakarta.
Parida S, Dordick JS. 1991 Substrate structure and solvent hydrophobicity control lipase catalysis and
enantioselectivity in organic media. J. Am. Chem. Soc., 113:2253–2259
Pelczar, M. J., and E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Terjemahan Hadioetomo, R. S., dkk.
Penerbit Univesitas Indonesia (UI-PRESS), Jakarta.
Rehm, H. J dan G. Reed. 19987. Biotechnology. Vol 8: enzyme Technology. VCH Verlags gessell
schaff, mbH, Weinhaim.
Schlegel, HG. (1994). Mikrobiologi Umum. Penerjemah: Tedjo Baskoro. Edisi keenam.
Yogyakarta: Penerbit Gadjah mada University Press. Hal. 147.
Sumarsih, S., 2003. Mikrobiologi Dasar. Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Yogyakarta.
Tarigan, J., 1988, Pengantar Mikrobiologi Umum. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Volk, W. A., and Wheeler, M. F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan Soenartono Adisoemarto.
Penerbit Erlangga, Jakarta.