Referat Appendicitis
Referat Appendicitis
APPENDICITIS
Disusun Oleh :
1102012285
Pembimbing :
Appendicitis ......................................................................................................... 6
Definisi ........................................................................................................... 6
Epidemiologi .................................................................................................. 6
Etiologi ........................................................................................................... 6
Patofisiologi ................................................................................................... 8
Diagnosis......................................................................................................... 10
Tatalaksana ..................................................................................................... 20
Komplikasi ...................................................................................................... 24
Prognosis ....................................................................................................... 24
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Appendicitis merupakan kasus bedah akut abdomen yang paling sering ditemukan.
Appendicitis dapat mengenai semua kelompok usia, meskipun tidak umum pada anak sebelum
usia sekolah. Hampir 1/3 anak dengan Appendicitis akut mengalami perforasi setelah
dilakukan operasi. Meskipun telah dilakukan peningkatan pemberian resusitasi cairan dan
antibiotik yang lebih baik, appendicitis pada anak-anak, terutama pada anak usia prasekolah
masih tetap memiliki angka morbiditas yang signifikan. Diagnosis Appendicitis akut pada anak
kadang-kadang sulit. Hanya 50-70% kasus yang bisa didiagnosis dengan tepat pada saat
penilaian awal. Angka appendektomi negatif pada pasien anak berkisar 10-50%. Riwayat
perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan fisik merupakan hal yang paling penting dalam
mendiagnosis Appendicitis. Semua kasus appendicitis memerlukan tindakan pengangkatan
dari Appendix yang terinflamasi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Appendix vermiformis merupakan saluran yang buntu seperti cacing dengan panjang
yang sangat bervariasi, yaitu 2-15 cm dengan rata-rata 9 cm. Appendix mempunyai mesentrium
berbentuk segitiga disebut mesoappendix (mesenteriolum) yang bergabung dengan
mesenterium usus halus pada daerah ileum terminale. Mesoappendix terdapat pembuluh darah
appendix dan saraf.4 Orificiumnya terletak 2,5 cm dari katup ileocaecal. Posisi appendix
bervariasi. Sebagian besar terletak dibelakang caecum, retrocaecalis (64%). Berikutnya yang
mempunyai posisi kearah bawah ke pelvis minor, caudopositio (32%), lalu posisi lateropositio
(2%) dan sisanya posisi mediopositio.3
4
Appendix vermiformis berasal dari struktur primordial yaitu divertikulum caecal yang
muncul pada janin berusia 6 minggu. Bagian proksimal dari divertikulum ini membentuk
caecum sedangkan bagian distal atau apeks terus memanjang membentuk Pada bayi, appendix
berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. Jaringan lymphoid
pertama kali muncul pada appendix sekitar 2 minggu setelah lahir. Jumlahnya meningkat
selama pubertas, dan menetap saat dewasa dan kemudian berkurang mengikuti usia. Setelah
usia 60 tahun, tidak ada jaringan lymphoid lagi di appendix dan terjadi penghancuran lumen
appendix komplit.2
Lapisan otot polos yang tebal berada diantara submukosa dan serosa, merupakan
lapisan muskularis eksterna dari appendix. Lapisan ini terpisah menjadi dua bagian yaitu
lapisan sirkular di dalam dan lapisan longitudinal disebelah luar. Diantara dua lapisan otot ini
terdapat pleksus auerbach yang serupa secara morfologi dan fungsi dengan pleksus meisner
dilapisan submukosa.
Lapisan terluar dari appendix adalah lapisan serosa. Lapisan serosa ini merupakan
selapis sel-sel mesotelial kuboidal, yang terdapat pada lapisan tipis jaringan fibrosa.7
5
FISIOLOGI
Appendix menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir di muara appendix tampaknya
berperan pada patogenesis appendicitis.7 Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT
(Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
appendix, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Pada
pengangkatan appendix tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe
disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan diseluruh tubuh.7
APPENDICITIS
Definisi
Epidemiologi
Appendicitis dapat ditemukan pada semua usia, hanya pada anak kurang dari satu tahun
jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok usia 20-30 tahun dan menurun pada usia
diatas usia tersebut. Insiden appendicitis pada laki-laki 8.6% dan perempuan 6.7%.6
Etiologi
Appendicitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai
faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen appendix. Obstruksi
ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan feses yang keras (fecalith), hiperplasia
jaringan limfoid, tumor appendix, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat
pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Diantara penyebab obstruksi lumen yang telah
disebutkan, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling
sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan appendicitis adalah ulserasi mukosa
appendix oleh parasit E. histolytica.2,6
6
Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit appendicitis. Feses yang
keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan
meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional appendix dan
meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon. Semua ini akan mempermudah timbulnya
appendicitis.6
Klasifikasi
7
B. Appendicitis infiltrat
Appendicitis infiltrat adalah proses peradangan appendix yang penyebarannya dapat
dibatasi oleh omentum, ileum, caecum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan
masa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.
C. Appendicitis abses
Terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa iliaka
kanan, lateral dari caecum, retrocaecal, sucaecal, dan pelvic.
D. Appendicitis perforasi
Adalah pecahnya appendix yang sudah gangren yang menyebabkan pus masuk kedalam
rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendix tampak daerah
perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
E. Appendisitis kronis
Merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif sebagai proses radang yang persisten
akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap
lumen. Diagnosis appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri
berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik appendix secara
makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendix menebal, sub mukosa dan
muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrat sel radang limfosit dan eosinofil pada
sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.
Patofisiologi
Patologi appendicitis berawal dari mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan
dinding appendix vermiformis dalam waktu 24-48 jam pertama. Jaringan mukosa pada
appendix vermiformis menghasilkan mukus (lendir) setiap harinya. Terjadinya obstruksi lumen
menyebabkan sekresi mukus dan cairan, akibatnya terjadi peningkatan tekanan luminal sebesar
60 cmH2O, yang seharusnya hanya berkapasitas 0,1-0,2 mL.
8
Untuk membatasi proses radang ini tubuh juga melakukan upaya pertahanan dengan
menutup appendix vermiformis dengan omentum, ileus, atau adneksa sehingga terbentuk
massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat appendix. Pada anak-
anak dengan omentum yang lebih pendek, appendix vermiformis yang lebih panjang, dan
dinding appendix vermiformis yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang,
dapat memudahkan terjadinya appendicitis perforasi. Sedangkan pada orang tua, appendicitis
perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.
Appendix vermiformis yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna tetapi
membentuk jaringan parut yang melengket dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat
menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah. Sehingga suatu saat, organ ini dapat
mengalami peradangan akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut.1,2,5,6
Manifestasi klinis
Gejala klasik appendicitis adalah nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
visceral dan nantinya akan terlokalisir pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh
demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.6 Pada appendiks yang terinflamasi,
nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc Burney yang berada
antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan
lebih jelas letaknya sehingga merupakan somatik setempat. Nyeri tekan lepas juga mungkin
akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak
tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendix. Bila appendix melingkar dibelakang
sekum, nyeri dan nyeri tekan terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-
tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal.
Appendix yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala dan
tanda rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltik meningkat, pengosongan rektum
akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung
appendix berada dekat rektum. Jika appendix tadi menempel ke kandung kemih atau ureter,
dapat terjadi peningkatan frekuensi miksi, karena rangsangan appendix terhadap dinding
kandung kemih dan nyeri pada saat berkemih. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus
kanan dapat terjadi. Apabila appendix telah ruptur, nyeri menjadi menyebar. Distensi abdomen
dapat terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien akan memburuk.
Bila letak appendix retrosekal di luar rongga perut, karena letaknya terlindung sekum
maka tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada rangsangan peritoneal.
Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, karena kontraksi
otot psoas mayor yang menegang dari dorsal.
9
Gejala appendicitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan
diagnosis, dan akibatnya appendicitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya
baru diketahui setelah terjadi perforasi.2,3
Diagnosis
A. Anamnesis
Nyeri/sakit perut
Nyeri terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi, dan terjadi pada
seluruh saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut (tidak pin-
point). Mula-mula nyeri dirasakan pada daerah epigastrium kemudian menjalar ke Mc
Burney. Apabila telah terjadi inflamasi (> 6 jam) penderita dapat menunjukkan letak
nyeri, karena bersifat somatik.
Gejala utama appendicitis akut adalah nyeri abdomen. Setiap anak dengan
gejala nyeri abdomen yang belum pernah mengalami appendiktomy seharusnya
10
dicurigai menderita appendicitis. Anak yang sudah besar dapat menerangkan dengan
jelas permulaan gejala nyeri abdomen dan dapat menerangkan lokasi yang tepat.
Perasaan nyeri pada appendicitis biasanya datang secara perlahan dan makin
lama makin hebat. Nyeri abdomen yang ditimbulkan oleh karena adanya kontraksi
appendix, distensi dari lumen appendix ataupun karena tarikan dinding appendix yang
mengalami peradangan Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu nyeri yang sifatnya
hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan
sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena appendix dan illeum mempunyai
persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan mula-mula di daerah
epigastrium (selama 4-6 jam) dan periumbilikal. Seterusnya akan menetap di kuadran
kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah
terjadi rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri terlokalisir.
Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa
menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan
anak menjadi lemah dan letargi. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering appendicitis diketahui
setelah perforasi. Begitupun pada bayi, 80-90 % appendicitis baru diketahui setelah terjadi
perforasi.
Gejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita
baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.
Pada wanita
Gejala appendicitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa
dengan appendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul,
atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala
11
appendicitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa
timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan appendiks
terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi
lebih ke regio lumbal kanan.
B. Pemeriksaan Fisik
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5C. Bila suhu lebih tinggi,
mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu aksilar dan rektal sampai 1C.
1. Inspeksi
Penderita berjalan dengan posisi bungkuk dan memegang perut. Penderita
tampak kesakitan. Pada inspeksi perut tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung
sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan
bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendikuler. Pada appendisitis akut sering
ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa
ditemukan distensi perut.
2. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc.Burney didapatkan tanda-tanda peritonitis lokal
yaitu:
Gambar 5. Titik McBurney garis antara umbilicus dengan SIAS dextra kemudian
dibagi 3. 1/3 lateral adalah letak appendiks (kuadran kanan bawah)
12
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
Nyeri tekan bawah pada tekanan kiri (Rovsing). Rovsing sign adalah nyeri abdomen di
kuadran kanan bawah, apabila kita melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri
bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi
peritoneal pada sisi yang berlawanan
Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg)
Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti nafas dalam, berjalan, batuk,
mengedan.
13
Tes Obturator. Nyeri pada rotasi kedalam secara pasif saat paha pasien difleksikan.
Pemeriksa menggerakkan tungkai bawah kelateral, pada saat itu ada tahanan pada sisi samping
dari lutut, menghasilkan rotasi femur kedalam. Dasar Anatomi dari tes obturator: Peradangan
appendix dipelvis yang kontak dengan otot obturator internus yang meregang saat dilakukan
manuver.
Gambar Obturator Sign
3. Perkusi
Perkusi abdomen pada appendicitis akan didapatkan bunyi timpani. Pada peritonitis
umum terdapat nyeri di seluruh abdomen, pekak hati menghilang. Pada appendicitis
retrocaecum atau retroileum terdapat nyeri pada pinggang kanan atau angulus kostovertebralis
punggung.8
4. Auskultasi
Pada auskultasi biasanya didapatkan bising usus positif normal. Peristaltik dapat tidak
ada karena ileus paralitik pada peritonitis generalisata akibat appendisitis perforata.8
C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
o Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP). Darah
lengkap didapatkan leukositosis ringan umumnya pada appendicitis akut tanpa
komplikasi dan sering dijumpai sel neutrofil >75%. Jumlah leukosit lebih dari
13.000/mm3 umumnya pada appendisitis perforasi. Tidak adanya leukositosis tidak
menyingkirkan appendicitis. Hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri.6 Pada
CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
14
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan
spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%.6
o Pada pemeriksaan urin, sedimen dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit
lebih dari normal bila appendix yang meradang menempel pada ureter atau vesika.
Pemeriksaan Radiologi
o Foto Abdomen Polos
Gambaran perselubungan “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan
cairan – udara di sekum atau ileum)
Patognomonik bila terlihat gambaran fekalith
Foto polos pada appendicitis perforasi:
- Gambaran perselubungan lebih jelas dan dapat tidak berbatas di kuadran
kanan bawah
- Penebalan dinding usus di sekitar lemak appendiks, seperti caecum dan
ileum
- Garis lemak pre-peritoneal menghilang
- Skoliosis ke kanan
- Tanda – tanda obstruksi usus seperti garis – garis permukaan cairan –
cairan akibat paralisis usus – usus lokal di daerah proses infeksi.
15
o APPENDIKOGRAM
Gambar Appendikogram
16
Gambar Ultrasonogram appendiks pada potongan longitudinal
Pada CT Scan khususnya appendiceal CT, lebih akurat dibanding USG. pada
pemeriksaan ini ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan
perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran
sekum. Selain dapat mengidentifikasi appendiks yang mengalami inflamasi
(diameter lebih dari 6 mm) juga dapat melihat adanya perubahan akibat
inflamasi pada periappendiks.
Gambar CT Scan abdomen. Kiri : Appendisitis perforata dengan abses dan kumpulan
cairan di pelvis. Kanan : Penebalan Appendiks (panah) dengan appendicolith
17
o Laparoskopi
Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukan dalam
abdomen, appendiks dapat divisualisasikan secara langsung. Tehnik ini dilakukan
di bawah pengaruh anestesi umum. Bila pada saat melakukan tindakan ini
didapatkan peradangan pada appendiks maka pada saat itu juga dapat langsung
dilakukan pengangkatan appendix.
o Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah standar emas (gold standard) untuk diagnosis
appendicitis akut. Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai gambaran
histopatologi apendisitis akut. Perbedaan ini didasarkan pada kenyataan bahwa
belum adanya kriteria gambaran histopatologi appendicitis akut secara universal
dan tidak ada gambaran histopatologi apendisitis akut pada orang yang tidak
dilakukan operasi. Definisi histopatologi apendisitis akut :
Sel granulosit pada mukosa dengan ulserasi fokal atau difus di lapisan
epitel.
Abses pada kripte dengan sel granulosit dilapisan epitel.
Sel granulosit dalam lumen appendix dengan infiltrasi ke dalam lapisan
epitel.
Sel granulosit diatas lapisan serosa appendix dengan abses apendikuler,
dengan atau tanpa terlibatnya lapisan mukosa.
Sel granulosit pada lapisan serosa atau muskuler tanpa abses mukosa
dan keterlibatan lapisan mukosa, bukan apendisitis akut tetapi
periapendisitis.
Sistem Score
18
Sistem score respons inflamasi
Menyerupai score Alvarado tetapi lebih bergradasi dan memasukkan nilai CRP.
Diagnosis Banding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding:
Gastroenteritis. Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit.
Sakit perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Hiperperistalsis sering ditemukan.
Panas dan leukositosis kurang menonjol dibandingkan appendiksitis akut.
Demam dengue (DHF). Demam dengue dapat dimulai dengan rasa sakit perut di
epigastrium mirip peritonitis, juga disertai mual muntah. Didapatkan hasil tes positif
untuk Rumple leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat. Demamnya saddle
type, hal ini membedakannya dengan demam akibat appendisitis.
19
Demam Typhoid. Gejalanya hampir mirip dengan appendisitis yaitu ada nyeri perut,
mual, muntah, demam tinggi intermitten. Perbedaannya, pada demam thyfoid lidah
penderita tampak kotor.
Limfadenitis mesenterika. Biasa didahului oleh enteritis atau gastrienteritis ditandai
dengan nyeri perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri tekan perut
samar, terutama kanan.
Kelainan ovulasi. Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri
perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Pada anamnesis, nyeri yang
sama pernah timbul lebih dulu. Tidak ada tanda radang, dan nyeri biasanya hilang
dalam waktu 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari. Jarang
disertai dengan demam dan leukositosis
Infeksi panggul. Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan appendiksitis akut.
Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendiksitis dan nyeri perut bagian bawah lebih
difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan ditemukan bakteri
diplococcus pada secret. dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat
di panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur jika perlu
untuk diagnosis banding.
Kehamilan di luar kandungan. Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan
keluhan yang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim
dengan perdarahan, akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan
mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan
penonjolan rongga Douglas dan pada kuldosentesis didapatkan darah.
Kista ovarium terpuntir. Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan
teraba massa dalam atau colok rektal. Tidak terdapat demam. Pemeriksaan USG dapat
menentukan diagosis.
Endometriosis eksterna. Endometrium diluar rahim akan memberikan gejala nyeri di
tempat endometriosis tersebut berada, dan ada darah menstruasi terkumpul di tempat
itu karena tidak ada jalan keluar.
Urolitiasis pielum/ureter kanan. Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar
ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
Foto polos perut atau urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut.
Pielonefritis sering disertai dengan demam tinggi, menggigil, nyeri kostovertebral di
sebelah kanan, dan piuria.
Penyakit saluran cerna lainnya. Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah
peradangan perut, seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau
lambung, kolesistisis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal,
perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel appendiks.
Penatalaksanaan
20
Resusitasi
Penggantian cairan dan elektrolit, mengontrol sepsis, antibiotik sistemik adalah
pengobatan pertama yang utama pada peritonitis difus termasuk akibat appendicitis
dengan perforasi. 2
Cairan yang secara masif ke rongga peritonium harus di ganti segera dengan
cairan intravena, jika terbukti terjadi toksik sistemik, atau pasien tua atau kesehatan
yang buruk harus dipasang pengukur tekanan vena sentral. Cairan atau berupa ringer
laktat harus di infus secara cepat untuk mengkoreksi hipovolemia dan mengembalikan
tekanan darah serta pengeluaran urin pada level yang baik. Darah diberikan bila
mengalami anemia dan atau dengan perdarahan secara bersamaan.6,8,10
Antibiotik
Pemberian antibiotik intravena diberikan untuk antisipasi bakteri patogen,
antibiotik initial diberikan termasuk generasi ke-3 cephalosporin, ampicillin-
sulbaktam, dll dan metronidazol atau klindamisin untuk bakteri anaerob. Pemberian
antibiotik post operasi harus diubah berdasarkan kultur dan sensitivitas. Antibiotik tetap
diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit.6,8,10
Setelah memperbaiki keadaan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan pipa
nasogastrik perlu dilakukan pembedahan sebagai terapi definitif dari appendicitis perforasi.6
Tindakan yang paling tepat apabila diagnosa klinik sudah jelas adalah appendektomi.
Penundaan tindakan bedah sambil dilakukan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses
atau perforasi.
Pemeriksaan laboratorium atau USG bisa dilakukan bila dalam observasi masih
terdapat keraguan. Bila tersedia laparoskopi diagnostik pada diagnosis yang meragukan akan
dapat segera menentukan dilakukan operasi atau tidak.2
Appendicitis akut yang terdiagnostik lebih dari 48 jam memerlukan tindakan, karena
tindakan operasi pada kasus ini lebih sulit dan banyak manipulasi karena sudah banyak
perlengketan, dapat merusak barier yang sudah ada sehingga infeksi mudah menyebar. Pada
waktu pengambilan appendix dapat mengakibatkan pecahnya appendix dan mesoappendix
dalam keadaan edema sehingga jahitan operasi tidak rapat.2
Operasi appendix hari ke 3-7 angka mortalitasnya tinggi walau sudah diberi antibiotik.
Terapi adalah konservatif dulu baru dilakukan operasi bila sudah tenang. Appendisitis dengan
komplikasi peritonitis generalisata perlu dieksplorasi dan membuang appendiks tersebut yang
menjadi sumber infeksi. 1, 4, 6, 8
21
Appendektomi dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan laparoskopi. Bila
appendektomi terbuka, insisi Mc. Burney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita
yang diagnosanya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi dulu.2
Teknik appendektomi :
Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus dengan garis yang
menghubungkan spina iliaca anterior superior (SIAS) dan umbilicus pada titik Mc
Burney (sepertiga lateral). Sayat kulit sepanjang kurang lebih 10 cm, subcutis dan
fascia. Lalu otot-otot dinding perut (M.oblikus abdominis eksternus, M.abdominis
internus) dibelah secara tumpul mengikuti arah serabutnya. Setelah itu akan tampak
peritoneum parietal yang disayat secukupnya untuk meluksasi caecum. Basis appendiks
dicari pada pertemuan ketiga taenia coli. Teknik ini yang paling sering dikerjakan
karena tidak terjadi benjolan, tidak terjadi herniasi, trauma operasi minimum dan
penyembuhan lebih cepat sehingga masa istirahat pasca operasi singkat. Kerugiannya
adalah lapangan operasi terbatas, sulit diperluas, waktu operasi lebih lama.
22
Gambar Teknik Operasi Appendektomi
c. Incisi pararectal
Sayatan pada garis batas lateral M. rectus abdominis dextra secara vertikal dari
kranial ke kaudal sepanjang 10 cm. Keuntungannya adalah dapat dipakai pada kasus
appendiks yang belum pasti dan sayatan dapat diperpanjang dengan mudah.
Kerugiannya adalah sayatan tidak secara langsung mengarah ke appendiks atau
caecum, lebih besar kemungkinannya memotong saraf dan pembuluh darah dan
memerlukan jahitan penunjang untuk menutup luka operasi.
23
Komplikasi
Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran
kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang
menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila appendicitis gangren atau
mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga
perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam
sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis
yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50 C, tampak toksik, nyeri tekan
seluruh perut, dan leukositosis terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa
perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
Peritonitis
Prognosis
Prognosis untuk appendicitis adalah baik. Dengan diagnosis yang akurat serta
pembedahan tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan
diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan
berulang dapat terjadi bila appendix tidak diangkat.
Hal-hal lain yang mempengaruhi tinggi rendahnya angka kematian akibat appendicitis
adalah usia pasien dan terjadinya perforasi. Pada orang tua dengan komplikasi perforasi maka
24
angka kematiannya menjadi jauh lebih tinggi dbandingkan dengan orang muda tanpa perforasi
2
Tingkat kematian pada anak-anak berkisar antara 0,1% sampai 1%; pada pasien yang lebih
tua dari 70 tahun, tingkat naik di atas 20%, terutama karena keterlambatan diagnostik dan
terapeutik. Risiko kematian apendisitis akut tetapi tidak gangren kurang dari 0,1%, namun
risiko naik menjadi 0,6% pada apendisitis gangren. Mortalitas pada appendisitis adalah karena
keterlambatan diagnosis dan umur pasien. Mortalitas 1% jika appendisitis akut tidak pecah dan
15% jika pecah pada orang tua, kematian biasanya dari sepsis, emboli paru, atau aspirasi.
Prognosis membaik dengan diagnosa dini sebelum ruptur dan pemberian antibiotik.
25
BAB III
KESIMPULAN
Appendix vermiformis merupakan saluran yang buntu seperti cacing dengan panjang
yang sangat bervariasi, yaitu 2-15 cm dengan rata-rata 9 cm. Peradangan yang terjadi pada
appendix vermicularis disebut appendicitis. Appendicitis merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab terjadinya appendicitis karena
adanya obstruksi pada lumen oleh fecalith ataupun hipertropi jaringan lymphoid.
Gejala khas dari penyakit ini adalah nyeri di kuadran kanan bawah abdomen disertai
demam mual dan muntah. Rovsing sign, psoas sign serta obturator sign hasilnya positif dan
pada pemeriksaan leukosit ditemukan jumlah leukosit lebih dari 10.000/mm3.
Untuk terapi dapat dilakukan secara konservatif dan operatif. Terapi konservatif
dilakukan sebelum melakukan tindakan appendectomy. Dapat dilakukan dengan pemberian
antibiotic dan resusitasi cairan.
Selama diagnosa dapat ditegakkan secara dini, kasus appendicitis ini tidak akan
menimbulkan komplikasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
27