Anda di halaman 1dari 2

Analisa Bentuk Lahan Denudasional di Brown Canyon

Akibat Aktifitas Pertambangan

Irvan Sumantri Pakpahan


21100116120027
irvansuman1612@gmail.com
Departemen Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ABSTRAKS
Kata Kunci : Erosi, Pelapukan, dan longsoran

PENDAHULUAN
GEOLOGI REGIONAL
Wilayah penelitian berada di lokasi
pertambangan Brown Canyon di Rowosari, Secara administratif Brown Canyon
Meteseh, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah. terletak di Desa Rowosari, Tembalang,
Kordinat untuk wilayah pertambangan Brown Semarang, Jawa Tengah. Secara astronomis
Canyon sendiri berada pada kordinat S 07° 03′ Brown Canyon sendiri berada pada kordinat S
25,815″ E 110° 29′ 07,321″. Brown Canyon 07° 03′ 25,815″ E 110° 29′ 07,321″.
ini berada pada formasi damar. Berdasarkan geologi regional, formasi di
daerah Brown Canyon ini adalah formasi
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya damar. Formasi ini mempunyai ciri khas
keunikan lokasi brown canyon sebagai tempat berupa batuannya terdiri dari batu pasir
wisata namun juga karena lokasi ini juga tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batu
dulunya sebagai tempat pertambangan bagi pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan
sebagian orang. Selain itu juga Brown Canyon berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari
memiliki longsooran yang menarik untuk mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan
diamati. masa dasar tufaan, porositas sedang, keras.
Konglomerat berwarna kuning kecoklatan
Maksud diadakannya praktikum pada
hingga kehitaman, komponen terdiri dari
lokasi ini adalah untuk menganalisa inselberg
andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5
atau perbukitan sisa yang terjadi akbat aktifitas
cm, membundar tanggung hingga membundar
pertambangan. Tujuan diadakannya praktikum
baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin
ini ialah untuk memahami morfologi di lokasi
diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu
tersebut.
kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan
METODE PENELITIAN basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut -
membundar tanggung, agak keras.
Metode penelitian yang digunakan berupa
metode langsung dan metode studi pustaka.
Metode langsung dengan cara mendatangi DESKRIPSI
langsung lokasi tersebut dan diamati.
Kemudian diamati bentuk morfologinya dan
dianalisa. Yang diamati ialah sudut yang pada Kenampakan morfologi pada daerah
ujung-ujung reruntuhan batu, gerakan massa penelitian berupa bentuklahan denudasional.
batu, tingkat pelapukan, dan kelembapan tanah Morfologi yang tampak berupa perbukitan
serta iklim disana. Selain itu juga dengan terkikis. Perbukitan yang terkikis dikarenakan
metode studi pustaka yang merujuk pada dasar aktifitas pertambangan. Ini merupakan
teori dan literatur penelitian-penelitian aktifitas pertambangan yang dilakukan
terdahulu.
masyarakat. Pada perbukitan ini terjadi suatu
TINJAUAN PUSTAKA massa batuan yang terjatuh ke bawah karena
terlepas dari batuan induknya dan juga

1
terdapat gerakan massa batuan berupa batu- REFERENSI
batuan dengan kecepatan yang lambat hingga
cepat. Lereng pada perbukitan ini membentuk http://rocks-
science.blogspot.co.id/2013/07/klasifikasi-
sudut 160 - 350.
lereng-van-zuidam-1985_16.html
Pada lokasi ini memiliki tingkat pelapukan
yaitu rendah, lokasi ini juga memiliki
singkapan batu yang terdiri fragmen pasir
sedang - kasar, matriks pasir halus - sedang
dan batuan yang terdiri dari mineral – minereal
yang terdapat pada bartuan beku.

PEMB AHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh, maka


dulunya lahan ini merupakan bentuk lahan
vulkanik karena pada lokasi ini ditemukan
batuan beku. Bentuk lahan vulkanik ini
mengalami proses pelapukan dan erosi
sehingga menjadi bentuk lahan denudasional
karena lahannya terlapukkan oleh beberapa
faktor yaitu iklim, vegetasi, dan tataguna
lahan. Dimana iklimnya ialah basah pada
waktu itu sehingga bentuk lahan yang dulunya
fluvial terlapukkan, berbeda dengan yang
sekarang yang iklimnya kering menyebabkan
bentuk tanah kering sehingga tidak
terlapukkan oleh air dimana selanjutnya yang
bekerja ialah proses erosi oleh angin yang
mengikis bagian-bagian bentuk lahan fluvial.
Sedikitnya vegetasi yang terdapat pada daerah
itu menyebabkan tekstur tanah agak kering,
seghingga memungkinkan adanya proses
pelapukkan yang diakibatkan adanya vegetasi.
Semakin terlapukkan dan tererosi serta
butiran-butiranya tertransportasi oleh air atau
angin dan mengalami kompaksi dan
sedimentasi sehgingga terbentuk batuan
sedimen. Adanya berbagai macam batuan yang
bernilai membuat para penambang tertarik
sehingga adanya aktifitas pertambangan pada
saat itu. Penambang ini melakukan
penambangan dengan cara menggali bagian
bawahnya sehingga memudahkan bagian
atasnya untuk jatuh. Batuan yang jatuh dari
atas merupakan reruntuhan, adapun yang
membentuk sudut lancip yang membuktikan
bahwa terjadinya proses erosi , rayapan , serta
pergerakan lereng atau longsoran.

Anda mungkin juga menyukai