Anda di halaman 1dari 9

Inti Atom

Adanya inti Atom pertama kali diketahui oleh Rutherford (1911), dari eksperimen yang
dilakukan oleh Geiger dan Marsden (1909).

Model Inti : Inti Atom berbentuk bola dengan jejari tertentu, bermassa dan mempunyai
momentum sudut dan momen magnetik.

Distribusi muatan dalam inti tidak simetris bola, hal ini menyebabkan momen listrik.

Sifat Inti

Sifat inti yang tak bergantung pada waktu (time independent)

1. Muatan

2. Massa

3. Jari - jari

4. Momentum Sudut

5. Momentum Magnetik

6. Momentum Listrik

Sifat inti yang bergantung pada waktu (time dependent)

1. Peluruhan Radioaktif

2. Reaksi Inti

1. Muatan

Inti atom terdiri atas proton dan neutron yang terikat bersama pada pusat
atom. Secara kolektif, proton dan neutron tersebut disebut sebagai nukleon
(partikel penyusun inti). Diameter inti atom berkisar antara 10−15 hingga 10−14m.
Model atom Rutherford dapat menjelaskan spektra sinar-X unsur-unsur yang
diukur oleh Moseley (1913). Dari data Moseley diketahui bahwa muatan inti adalah
Z.e, dengan Z = nomor atom, dan e = + 1,602 x 10-19 Coulomb.

2. Massa

Menurut hipotesis dalton (1803) ialah bahwa atom-atom suatu unsur adalah
identik. Prout (1819) menyarankan bahwa semua unsur terbuat dari hidrogen,
sehingga unsur terbuat dari hidrogen, sehingga massanya dapat dituliskan
sebagai:

M ~ C MH

MH= massa hidrogen

C = bilangan bulat.

Dari penyelidikan yang teliti, ternyata C bukanlah bilangan bulat, sehingga


hipotesis Prout dianggap tidak benar.

Karena kemudian inti diketahui terdiri dari proton dan neutron, maka dapat
dituliskan:

M = Z(MH) + N (MN)

Z dan N = jumlah proton dan neutron di dalam inti

MN= massa neutron Kelimpahan massa di alam telah tersusun dalam tabel
periodik unsur.

Mengukur massa inti


Untuk mengukur massa inti dengan ketelitian tinggi digunakan spektrometer
massa. Bila detektornya masih menggunakan film, dinamakan spektrograf massa.

Partikel bermuatan ditembakkan memasuki suatu ruang dari sumber S


melalui celah S1, dan masuk ke dalam ruang yang dipengaruhi medan magnet B
dan medan listrik E yang saling tegak lurus. Hal ini berguna untuk mengatur
partikel (ion) agar bergerak dengan kecepatan tertentu. Partikel di dalam dua
medan yang berlawanan akan mengalami dua gaya yang berlawanan.

qE = qvB

Sehingga didapatkan kecepatan partikel sebesar

V = E/B

Setelah itu partikel akan bergerak dengan kecepatan v memasuki ruang


yang memiliki medan magnet B’ yang tegak lurus dengan lintasan partikel, melalui
celah S . Di dalam medan magnet B’, partikel akan dibelokkan oleh gaya Lorentz
dengan lintasan lingkaran berjari-jari r hingga jatuh pada pelat film.

FLorenz = Fs

qvB’ = mv2/r

m = qB’r / v

Jika nilai q, B’, dan v telah diketahui, maka nilai m ditentukan oleh besarnya nilai
r. Untuk r kecil, m juga kecil dan sebaliknya.

3. Jari-jari (radius)
Dari beraneka ragam eksperimen, diketahui banyak hal mengesankan
tentang sifat rapat inti. Terlihat bahwa rapat inti tidak berubah. Dengan kata lain,
jumlah netron dan proton tiap satuan volume kurang lebih tidak berubah di seluruh
daerah inti atom:

Ada dua cara untuk menentukan r0:

a. Cara nuklir

Dengan cara ini diukur jari-jari gaya inti (nuclear force radius)yang
didefinisikan sebagai jarak dari pusat inti ke jarak jangkauan gaya inti. Jangkauan
gaya inti lebih panjang sedikit dari ukuran Jangkauan gaya inti lebih panjang
sedikit dari ukuran inti. Cara-cara yang masuk dalam kategori ini :

1. Hamburan partikel alfa, diperoleh : ro=1,414 x 10-13 cm


2. Peluruhan alfa dengan hasil : ro=1,48 x 10-13 cm
3. Hamburan neutron cepat dengan hasil : ro=1,37 x 10-13 cm

b. Cara elektromagnetik

Jari-jari yang diukur ialah jari-jari muatan inti. Percobaan yang termasuk
kategori ini:

1. Hamburan elektron dengan hasil r0 = 1,26 F


2. Mesonik atom dengan hasil r0= 1,2 F
3. Inti cermin (H, He) dengan hasil r0 = (1,28 +0,05)F
4. Inti cermin (1H3, 3He3) dengan hasil r0 = (1,28 +0,05)F
5. hamburan proton dengan hasil r0 = (1,25 +0,05)F
6. pergeseran isotopik dengan hasil r0 = (1,20)F

4. Momentum sudut (angular momentum)

Dalam percobaan Stern-Gerlach, seberkas partikel dikirimkan melalui medan


magnet tidak homogen, dan kemudian defleksinya diamati. Hasilnya menunjukkan
bahwa partikel tersebut memiliki momentum sudut intrinsik yang analog dengan
momentum sudut sebuah objek klasik yang berputar seperti gasing (spinning).
Namun nilai momentum sudut ini hanya mengambil nilai-nilai tertentu yang
terkuantisasi.

Percobaan ini biasanya dilakukan dengan partikel yang netral atau atom. Ini
menghindarkan defleksi besar terhadap orbit sebuah partikel bermuatan yang
bergerak melalui medan magnet dan memungkinkan efek yang terjadi akibat spin
mendominasi. Bila partikel tersebut diperlakukan sebagai dipol klasik yang
berotasi, akan terjadi presesi dalam medan magnet karena torsi yang dikerahkan
oleh medan magnet terhadap dipol tersebut. Bila partikel tersebut bergerak melalui
medan magnet homogen, torsi akibat medan magnet yang dikenakan terhadap
ujung-ujung dipol akan saling melenyapkan, dan lintasan partikel tersebut tidak
terpengaruh. Namun bila medan magnet tersebut tidak homogen, gaya pada salah
satu ujung dipol akan lebih besar daripada gaya terhadap ujung lain, sehingga ada
gaya netto yang membelokkan lintasan partikel.

Bila partikel tersebut merupakan objek berputar klasik, kita akan


memperkirakan distribusi spin vektor momentum sudutnya acak dan kontinu. Tiap
partikel akan dibelokkan dengan gaya yang berbeda-beda, dan menghasilkan
distribusi mulus di layar detektor. Namun pengamatan menunjukkan bahwa
partikel yang melewati peralatan percobaan Stern-Gerlach dibelokkan ke atas atau
ke bawah dalam jarak tertentu. Hasil ini menunjukkan momentum sudut spin
terkuantisasi (hanya dapat mengambil nilai-nilai diskret), sehingga tidak ada
distribusi kontinu dari momentum sudut yang mungkin.

Bila percobaan ini dilakukan menggunakan partikel bermuatan seperti


elektron, akan ada gaya Lorentz yang cenderung membengkokkan lintasan dalam
bentuk lingkaran. Gaya ini dapat dilenyapkan menggunakan medan listrik dengan
kekuatan yang sesuai, dengan orientasi tegak lurus terhadap arah partikel
bermuatan tersebut.

5. Momen magnetik (electromagnet momentum)

Medan magnet yang dihasilkan oleh suatu atom (disebut momen magnetik)
ditentukan oleh kombinasi berbagai macam momentum sudut ini. Namun,
kontribusi yang terbesar tetap berasal dari spin. Oleh karena elektron mematuhi
asas pengecualian Pauli, yakni tiada dua elektron yang dapat ditemukan pada
keadaan kuantum yang sama, pasangan elektron yang terikat satu sama lainnya
memiliki spin yang berlawanan, dengan satu berspin naik, dan yang satunya lagi
berspin turun. Kedua spin yang berlawanan ini akan saling menetralkan, sehingga
momen dipol magnetik totalnya menjadi nol pada beberapa atom berjumlah
elektron genap.

Pada atom berelektron ganjil seperti besi, adanya keberadaan elektron yang
tak berpasangan menyebabkan atom tersebut medan makroskopis yang dapat
dideteksi. Bahan-bahan yang bersifat paramagnetik memiliki atom dengan momen
magnetik yang tersusun acak, sehingga tiada medan magnet yang dihasilkan
bersifatferomagnetik. Orbital-orbital atom di sekeliling atom tersebut saling
bertumpang tindih dan penurunan keadaan energi dicapai ketika spin elektron
yang tak berpasangan tersusun saling berjajar. Proses ini disebut sebagai
interaksi pertukaran. Ketika momen magnetik atom feromagnetik tersusun
berjajaran, bahan yang tersusun oleh atom ini dapat menghasilkan. Namun,
momen magnetik tiap-tiap atom individu tersebut akan tersusun berjajar ketika
diberikan medan magnet.

Di dalam inti atom nukleon-nukleon mengalami gerak orbital, baik proton


maupun neutron mempunyai momen magnetik. Untuk proton, momen magnetik
proton, Mp, dan momentum sudut orbital, Lp.

6. Momen listrik ( Electrical Momentum)

Momen listrik Inti pertama kali dijelaskan oleh Schuler dan Schmidt (1935),
pada hyperfine struktur Eu-151 dan Eu-153. Adanya momen kuadrupol inti berarti
menunjukkan distribusi inti tidak simetris bola. Konsep multipol listrik dapat
dijelaskan berdasarkan teori potensial listrik.

7. Peluruhan Radioaktif

Peluruhan radioaktif adalah Peristiwa pemancaran sinar radioaktif secara


spontan. Inti atom yang tidak stabil selalu memancarkan secara spontan sinar
radioaktif, sehingga akhirnya akan diperoleh inti atom yang stabil. Unsur yang
selalu memancarkan sinar radiasi tersebut dinamakan unsur radioaktif (isotop
radioaktif).

Bentuk-bentuk peluruhan radioaktif yang paling umum adalah:

1. Peluruhan alfa, terjadi ketika suatu inti memancarkan partikel alfa (inti helium
yang terdiri dari dua proton dan dua neutron). Hasil peluruhan ini adalah
unsur baru dengan nomor atom yang lebih kecil.
2. Peluruhan beta, diatur oleh gaya lemah, dan dihasilkan oleh transformasi
neutron menjadi proton, ataupun proton menjadi neutron. Transformasi
neutron menjadi proton akan diikuti oleh emisi satu elektron dan satu
antineutrino, manakala transformasi proton menjadi neutron diikuti oleh emisi
satu positron dan satu neutrino. Emisi elektron ataupun emisi positron
disebut sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan maupun
menurunkan nomor atom inti sebesar satu.
3. Peluruhan gama, dihasilkan oleh perubahan pada aras energi inti ke
keadaan yang lebih rendah, menyebabkan emisi radiasi elektromagnetik. Hal
ini dapat terjadi setelah emisi partikel alfa ataupun beta dari peluruhan
radioaktif.

8. Reaksi inti
Reaksi inti merupakan peristiwa perubahan suatu inti atom sehingga
berubah menjadi inti atom lain dengan disertai munculnya energi yang sangat
besar. Agar terjadi reaksi inti diperlukan partikel lain untuk menggoyahkan
kesetimbangan inti atom sehingga kesetimbangan inti terganggu. Akibatnya
inti akan terpecah menjadi dua inti yang baru. Partikel yang digunakan untuk
mengganggu kesetimbangan inti yaitu partikel proton atau neutron. Di mana
partikel proton atau neutron yang berenergi ditembakkan pada inti target
sehingga setelah reaksi terjadi akan terbentuk inti atom yang baru disertai
terbentuknya partikel yang baru. Inti target dapat merupakan inti atom yang
stabil, sehingga setelah terjadi reaksi menyebabkan inti atom menjadi inti yang
tidak stabil yang kemudian disebut isotop radioaktif. Jadi reaksi inti dapat juga
bertujuan untuk mendapatkan isotop radioaktif yang berasal dari inti stabil.

Energi reaksi inti yang timbul diperoleh dari penyusutan massa inti,
yaitu perbedaan jumlah massa inti atom sebelum reaksi dengan jumlah massa
inti atom sesudah reaksi. Menurut Albert Einstein dalam kesetaraan antara
massa dan energi dinyatakan bahwa energi total yang dimiliki oleh suatu
massa sebesar m adalah E = mc2. Apabila semua massa inti atom dinyatakan
dalam sma (satuan massa atom), maka energi total yang dimiliki massa
sebesar 1 sma setara dengan energi sebesar 931 MeV (1 sma = 1,66 × 10-27
kg, c = 3 × 108 m/s dan 1 eV = 1.6 × 10-19 Joule) Misalnya suatu reaksi inti
dinyatakan menurut persamaan :
A+a→B+b+Q

Besarnya energi yang timbul dapat dicari dengan persamaan :

Q = {(mA + ma) – (mB + mb)} × 931 MeV

dengan :

(mA + ma) = jumlah massa inti atom sebelum reaksi


(mB + mb) = jumlah massa inti atom sesudah reaksi
Q = energi yang timbul selama reaksi terjadi

Anda mungkin juga menyukai