Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN “TUMOR PEDIS”

RUANG MENUR RSUD Dr. R GOETENG TAROENADIBRATA


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
SEMESTER 1

YULIA NUR CAHYANI


I4B017040
KELOMPOK 1

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROFESI NERS
2017
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kaki merupakan organ penting yang paling sering digunakan oleh
manusia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Selain itu, dikaki terdapat
bermacam syara-syaraf penting. Penyakit tumor kaki ini jarang terjadi dan
perkembangannya jarang terlihat kecuali jika ukurannya sudah membesar
dan menimbulkan rasa tidak nyaman saat berjalan. Benjolan pada atau di
dalam kulit telapak kaki sangat umum ditemukan. Sebagian tumor kaki
adalah jinak (benigna). Namun demikian, penting untuk menentukan
dengan cepat dan efektif apakah suatu tumor bukan merupakan tumor
ganas (maligna) atau mempunyai potensi untuk menjadi ganas, karena
keputusan tentang apa yang harus dilakukan setelahnya sangat penting.
Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai tumor pedis lebih lanjut agar
hal tersebut dapat ditangani dengan cepat.
2. Tujuan
Laporan pendahuluan ini bertujuan untuk:
a. Menjelaskan definisi tumor pedis.
b. Menjelaskan etiologi tumor pedis.
c. Menjelaskan patofisiologi tumor pedis.
d. Menjelaskan tanda gejala tumor pedis.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang tumor pedis.
f. Pathway tumor pedis
g. Menjelaskan pengkajian pada pasien tumor pedis..
h. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien tumor pedis
B. PEMBAHASAN
1. Definisi tumor pedis
Tumor merupakan suatu lesi sebagai hasil pertumbuhan abnormal
dari sel yang autonom atau relatif autonom, yang menetap, walaupun
rangsang penyebabnya telah dihilangkan.
Istilah tumor digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
biologikal jaringan yang tidak normal. Pertumbuhan tumor dapat
digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign). Sel tumor
pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak umumnya
tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya
secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai
maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara
operasi.
Tumor pedis adalah pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak
normal pada pedis atau kaki.
2. Etiologi tumor pedis
a. Kelainan kongenital
b. Genetic
c. Jenis kelamin
d. Usia
e. Hormon
f. Infeksi
g. Gaya hidup
h. Karsiogenik (bahan kimia, virus, radiasi)
i. Beberapa virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal
menjadi sel kanker yaitu jenis virus onkogenik.
3. Tanda gejala tumor pedis
a. Adanya benjolan yang mudah digerakkan
b. Pertumbuhan amat lambat
c. Tidak memberikan keluhan
4. Patofisiologi tumor pedis
Kelainan congenital, Genetic, Gender / jenis kelamin, Usia, Rangsangan
fisik berulang, Hormon, Infeksi, Gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia,
virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor.
Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak
pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat
sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut
pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh
karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan
dengan cara operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas
pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup
ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting
dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping
itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh
lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel
kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh
tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
5. Pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan tumor pedis
a. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu :
1) Pemeriksaan rontgen
Foto – foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan
ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian
kemungkinan metastasis hematogen.Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan
submandibularis dengan bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah
tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungandengan kelenjer-
kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan
antarasuatu tumor dengan radang (kronik), dan kalau dapat ditambah dengan
temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak
dan ganas.
2) Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap, urin.
b. Laboratorium patologi anatomi

3) Pemeriksaan CT-ScanDiagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada


batas-batas tumor dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ
visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi daripemeriksaan
CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.
b. Penatalaksanaan tumor pedis
- Penatalaksanaan Medis
1) Pembedahan
2) Penyinaran (Radioterapi)
3) Pemakaian obat pembunuh sel kanker (kemoterapi)
4) Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
5) Pengobatan dengan hormon
6. Pathway tumor pedis (Dilampirkan)
7. Pengkajian
.

8. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien tumor pedis


a. Pre operasi
- Cemas b.d tindakan operasi
b. Post operasi
- Nyeri akut b.d agen cedera fisik
- Resiko infeksi b.d insisi bedah
- Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi
Pre Operasi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen cedera Pain Control Pain management
fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri
- Beri analgetik untuk mengurang nyeri
selama ...x 24 jam nyeri pasien teratasi
- Ajarkan teknik non farmakologi
dengan kriteria hasil : - Tingkatkan istirahat
- Melaporkan adanya nyeri
- Menggambarkan penyebab nyeri
- Penggunaan non analgesik
- Penggunaan analgesik
- Laporan nyeri terkontrol
2. Ketidakefektifan bersihan Respiratory status : airway patency Airway Management
jalan nafas b.d obstruksi jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Posisikan pasien agar mendapatkan
nafas selama ...x 24 jam bersihan jalan nafas ventilasi secara maksimal
- Identifikasi potensi jalan nafas pasien
pasien teratasi dengan kriteria hasil :
- Instruksikan untuk batuk efektif
- RR normal - Instruksikan pasien untuk bernafas lewat
- Ritme nafas normal
mulut
- Mampu bernafas lewat mulut
- Mampu menghilangkan lendir dimulut

Post operasi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut b.d agen cedera Pain Control Pain management
fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri
- Beri analgetik untuk mengurang nyeri
selama ...x 24 jam nyeri pasien teratasi
- Ajarkan teknik non farmakologi
dengan kriteria hasil : - Tingkatkan istirahat
- Melaporkan adanya nyeri
- Menggambarkan penyebab nyeri
- Penggunaan non analgesik
- Penggunaan analgesik
- Laporan nyeri terkontrol
2. Resiko infeksi b.d insisi Risk control : Infectious Process Infection Control
bedah Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala
selama ...x 24 jam tidak terjadi infeksi pada tempat tidur
- Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua
pasien dengan kriteria hasil :
lengan; tidur, duduk dengan pemantau
- Tidak ada demam
- Tidak ada kemerahan tekanan arteri jika tersedia
- Tidak ada nyeri - Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai
- Tidak ada pembengkakakn
pesanan
- Tidak ada bau yang menyengat
- Ukur masukan dan pengeluaran cairan
- Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai
pesanan
3. Defisit pengetahuan b.d Knowledge : Infection management Infection Protection
kurangnya informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
selama ...x 24 jam pengetahuan mengenai
- Monitor jumlah granulosit, WBC
infeksi pada pasien akan meningkat dengan - Batasi jumlah pengunjung pasien
kriteria hasil : - Anjurkan untuk istirahat dan intake cairan
- Anjurkan untuk meningkatkan mobilitas
- Mengetahui cara transmisi bakteri
- Mengetahui faktor yang menyebabkan dan aktivitas
- Anjurkan pasien untuk menghabiskan
infeksi
- Berlatih cara mengurangi transmsi antibiotik
- Monitor prosedur untuk mencegah - Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda
infeksi dan gejala infeksi dan segera memberitahu
- Mengetahui tanda dan gejala infeksi
petugas kesehatan
- Mengetahui cara menangani infeksi
- Ajarkan pasien dan keluarga pasien cara
- Mengetahui obat dan efek sampingnya
- Mengetahui kapan untuk menghubungi mencegah infeksi
tenaga kesehatan
4.
PATHWAY

Trauma Wajah
osteoporosis, neoplasma
Langsung/tidak langsung

Absorbsi calcium menurun

Tumor pedis perdarahan


Rentan fraktur
Pembedahan
Bersihan jalan nafas
inefektif

Deprasi saraf nyeri reposisi Kurangnya informasi

Defisit pengetahun

Nyeri Defisit
pengetahuan
Masuknya kuman
fiksasi

Cemas Resiko infeksi

Pemasangan
tampon pada
hidung

Nyeri
Pola nafas tidak efektif

Nafsu makan
menurun

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizaberth. (2005). Buku saku patofisiologi, edisi 3. Jakarta: EGC
Depkes RI. (2006). Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi. Jakarta :
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan.
----------------------. Pedoman teknis penemuan dan tatalaksana penyakit hipertensi.
Jakarta : Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Guyton, A.C., John E. Hall. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta : EGC.
Nafrialdi. (2009). Antihipertensi. Sulistia Gan Gunawan (ed). Farmakologi dan
Terapi Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Nanda international, (2016). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2016-
2018. Jakarta: EGC
Potter & Perry. (2005). Fundamental keperawatan, konsep, proses, dan praktik.
Edisi 4. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. Wilson, L. M. (2000). Patofisiologi konsep proses penyakit, edisi 4,
Alih Bahasa Peter Anugrah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sidabutar R.P. (2002). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 11, Hipertensi Esensial. Jakarta :
FK UI Press.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2002). Buku ajar keperawatan medikal
bedah brunner & suddarth edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai