Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL
STASE KEPERAWATAN JIWA

YULIA NUR CAHYANI


I4B017040

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2018
A. PENGERTIAN
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana individu mengalami suatu
kebutuhan atau mengharapkan untuk melibatkan orang lain, akan tetapi tidak
dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito, 1995).
Menurut Towsend (1998), menarik diri merupakan suatu keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami
oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negative dan
mengancam dirinya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial
merupakan keadaan dimana individu kesulitan untuk melakukan hubungan
sosial karena mengannggap orang lain memiliki sikap negative dan
mengancam.
B. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah factor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi
stress.
a) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga
yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
b) Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan system
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini, (Stuart and sudden, 1998).
c) Faktor biokimia
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
2. Factor presipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor
antara lain:
a) Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya
menurunya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang
berarti dalam kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah
sakit.
b) Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan ansietas
tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami
gangguan hubungan (menarik diri), (Stuart & Sundeen, 1998)
c) Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain
d) Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau
malu sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain
(Rawlins, Heacock, 1993).
C. PROSES TERJADINYA MASALAH
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri
atau isolasi sosial yang disebabkan eleh perasaan tidak berharga yang bisa
dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi
regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya
perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
halusinasi (Stuart dan Sudden 1998 dalam Dalami, dkk 2009, hal. 10).
D. RENTANG RESPON

Rentang respon (Stuart and Sundeen, 1998)


Keterangan dari rentang respon sosial :
1. Solitut (menyendiri) : respon yang dibutuhkan seorang untuk
merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu
cara untuk menentukan langkahnya.
2. Otonom : Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial
3. Kebersamaan : Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana
hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima
4. Kesepian : Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak
adanya perhatian dengan orang lain atau lingkungannya
5. Menarik diri : Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan
hubungan dengan orang lain atau lingkunganya.
6. Ketergantungan : Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri,
tergantung pada orang lain
7. Manipulasi : Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada
tujuan bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan
orang lain
8. Impulsif : Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan
sesuatu, mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan.
9. Narkisme : Secara terus menerus berusaha mendapatkan pengahragaan
dan pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya
(Towsend M.C, 1998).
E. MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik perilaku menarik adalah gangguan pola makan. Individu akan
mengalami penurunan nafsu makan dan minum secara berlebihan. Individu
akan mengalami penurunan atau peningkatan berat badan secara drastis, yang
diikuti dengan kemunduran kesehatan fisik. Individu cenderung tidur
berlebihan, baik siang maupun malam hari, dan tinggal di tempat tidur dalam
waktu yang lama. Individu menjadi kurang bergairah dan tidak
mempedulikan lingkungan. Aktivitas individu menjadi menurun.
Menurut Towsend.M.C (1998) dan Carpenito,L.J.(1998) Isolasi sosial:
Menarik diri sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut :
- Kurang spontan
- Apatis
- Ekspresi wajah tidak berseri
- Tidak memperhatikan kebersihan diri
- Komunikasi verbal kurang
- Menyendiri
- Tidak peduli lingkungan
- Asupan makanan terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktivitas menurun
- Posisi baring seperti fetus
- Menolak berhubungan dengan orang lain

F. PENANGANAN (FARMAKOLOGIS DAN NON FARMAKOLOGIS)


1. Therapy farmakologi
2. Electrinconvulsive therapy
Electro convulsive therapy (ECT) atau yang lebih dikenal dengan
electroshock adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy
shock listrik dalam usaha pengobatannya. Biasannya ECT ditunjukan
untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon kepada obat
psikiatri pada dosis terapinya. ECT pertama kali diperkenalkan oleh 2
orang neurologist italia ugo cerletti dan lucio bini pada tahun 1930.
Diperkirakan hamper 1 juta orang didunia mendapat terapi ECT setiap
tahunnya dengan intensitas antara 2-3 kali seminggu.
ECT bertujuan untuk menginduksi suatu kejang klonik yang dapat
memberi efek terapi (therapeutic clonic seizure) setidaknya selama 15
detik. Kejang yang dimaksud adalah suatu kejang dimana seseorang
kehilangan kesadarannya dan mengalami rejatan. Tentang mekanisme
pasti dari kerja ECT sampai saat ini masih belum dapat dijelaskan dengan
memuaskan. Namun beberapa penelitian menunjukkan kalau ECT dapat
meningkatkan kadar serum brain-derived neurotrophic factor (BDNF)
pada pasien depresi yang tidak responsive terhadap terapi farmakologis.
3. Therapy kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdikusi satu sama lain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas
kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan memberi stimulasi bagi klien
dengan gangguan interpersonal.
4. Therapy lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk
menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulus psikologi seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik
pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama,
tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan
alamat klien.Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali
pada masa pubertas.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit
biasanya akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari,
tergantung pada orang lain.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaitannya dengan faktor etiologi yakni
keturunan, endokrin, metabolisme ,ssp ,dan kelemahan ego.
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua ,harapan orang tua yang
tidak realistis ,kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba-tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah
,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan,
tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
d. Aspek Fisik/ biologi
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek Psikososial
1) Genogram
Orang tua menderita skizofrenia,salah satu kemungkinan anaknya
7-16 % skizofrenia,bila keduanya menderita 40-68%,saudara tiri
kemungkinan 0,9-1,8 %,saudara kembar 2-15 %,dan saudara
kandung 7-15 %.
2) Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai
pasien akan mempengaruhi konsep diri pasien.
a) Citra tubuh :
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi.Menolak penjelasan perubahan tubuh ,
persepsi negatif tentang tubuh . Preokupasi dengan bagian
tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit ,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap
diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan
martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
3) Hubungan sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka
melamun,dan berdiam diri.
4) Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran keinginan
beraktivitas.
5) Status mental
a) Penampilan diri
Pasien terlihat lesu, tidak bergairah, rambut acak-acakan,
kancing baju tidak tepat, resleting tak terkunci,baju tak
dikancing,baju terbalik sebagai manifestasi kemunduran
kemauan pasien .
b) Pembicaraan
Nada suara rendah,lambat,kurang bicara,apatis.
c) Aktivitas motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan
mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri
(katalepsia).
d) Emosi
Emosi dangkal
e) Afek
Tumpul, tak ada ekspresi muka
f) Interaksi selama wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau
menatap lawan bicara, diam.
g) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham
h) Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan
i) Kesadaran
Kesadaran berubah,kemauan mengadakan hubungan serta
pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah
terganggu pada taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara
kualitatif)
j) Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu
dan orang.
k) Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam
suatu keadaan, selalu memberikan alasan meskipun tidak jelas
dan tidak tepat.
l) Tilik diri
Tidak ada yang khas.
6) Kebutuhan sehari-hari
Pada permulaaan, penderita kurang memperhatikan diri dan
keluarganya,makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran
kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhan sendiri sangat
menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan
istirahat tidur.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Kerusakan interaksi social : menarik diri ( core problem )
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah ( etiologi )
c. Perubahan sensori persepsi: halusinasi ( akibat )
d. Deficit perawatan diri
e. Gangguan pola nutrisi
f. Imobilitas
g. Gangguan pola pikir
H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Hari/Tgl Diagnosa Perencanaan


keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi

Intervensi Rasional
Isolasi sosial TUM: Setelah 4 x Setelah 2 x 1 menit pertemuan
15 menit klien dapat klien mampu membina hubungan
berinteraksi dengan saling percaya dengan perawat
orang lain
TUK 1: klien dapat Klien dapat mengungkapkan Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
membina hubungan perasaan dan keberadaannya dengan menggunakan prinsip merupakan langkah awal
saling percaya secara verbal komunikasi terapeutik untuk menentukan
(BHSP) a. Klien mau menjawab salam a. Sapa klien dengan ramah, keberhasilan rencana
b. Klien mau berjabat tangan baik verbal maupun selanjutnya
c. Mau menjawab pertanyaan norverbal
d. Ada kontak mata b. Perkenalkan diri dengan
e. Klien mau duduk sopan
berdampingan dengan perawat c. Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
pasien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan tepati janji
f. Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian pada klien dan
perhatikan kebutuhan klien
TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Berikan kesempatan Dengan mengungkapkan
Klien dapat penyebab isolasi sosial yang kepada klien untuk perasaan, bisa mengetahui
menyebutkan berasal dari: mengungkapkan perasaan penyebab isolasi sosial
penyebab isolasi a. Diri sendiri penyebab isolasi sosial
sosial b. Orang lain atahu tidak mau bergaul.
c. Lingkungan 2. Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri, tanda dan gejala.
3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien Reinforment dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan dengan tentang keuntungan dan meningkatkan harga diri
keuntungan orang lain, misalnya banyak manfaat bergaul dengan
berhubungan dengan teman, tidak sendiri dan bisa orang lain
orang lain dan diskusi 2. Beri kesempatan kepada
kerugian tidak klien untuk
berhubungan dengan mengungkapkan
orang lain perasaannya tentang
keuntungan berhubungan
dengan orang lain
3. Diskusikan bersama klien
tentang manfaat
berhubungan dengan orang
lain
4. Kaji pengetahuan klien
tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang
lain
a. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforCment positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain
TUK 4 klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien Mengetahui sejauh mana
melaksanakan kerugian tidak berhubungan membina hubungan denga pengetahuan klien tentang
hubungan sosial dengan orang lain misalnya orang lain berhubungan dengan orang
secara bertahap sendiri, tidak punya teman dan Dorong dan bantu klien lain.
sepi untuk berhubungan dengan
orang lain melalui:
a). Klien-perawat
b).Klien-perawat-perawat
lain
c).Klien-perawat-perawat
lain- klien lain
d).Klien-kelompok kecil
2. Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan
dengan orang lain
3. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam
mengisi waktu
4. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan terapi
aktivitas kelompok
sosialisasi
5. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
TUK 5 klien dapat Klien dapat mendemonstrasikan 1. Dorong klien untuk Agar klien lebih percaya
mengungkapkan hubungan dengan orang lain mengungkapkan diri untuk berhubungan
perasaannya setelah a. klien-perawat perasaannya bila dengan orang lain.
berhubungan dengan b. klien-perawat-perawat lain berhubungan dengan orang Mengetahui sejauh mana
orang lain c. klien-perawat-perawat lain- lain pengetahuan klien tentang
klien lain 2. Diskusikan dengan klien kerugian bila tidak
d. klien-kelompok kecil manfaat berhubungan berhubungan dengan orang
dengan orang lain lain
3. Beri reinforcement positif
atas kemampuan klien
mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan
dengan orang lain
TUK 6 Klien dapat Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien lebih percaya
memberdayakan perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalkan diri dan tahu akibat tidak
sistem pendukung dengan orang lain untuk: diri berhubungan dengan orang
atahu keluarga atahu a. Diri sendiri b. Sampaikan tujuan lain.
keluarga mampu b. Orang lain c. Membuat kontrak
mengembangkan d. Explorasi perasaan Mengetahui sejauh mana
kemampuan klien Keluarga dapat: keluarga pengetahuan tentang
untuk berhubungan a. Menjelaskan perasaannya 2.Diskusikan dengan anggota membina hubungan dengan
dengan orang lain. b. Menjelaskan cara keluarga tentang: orang lain.
merawat klien menarik a. Perilaku menarik diri
diri b. Penyebab perilaku Klien mungkin dapat
c. Mendemonstrasikan cara menarik diri mengoobati perasaan tidak
perawatan klien menarik c. Cara keluarga nyaman, bimbang karena
diri menghadapi klien yang memulai hubungan dengan
d. Berpartisipasi dalam sedang menarik diri. orang lain.
perawatan klien menarik 3. Dorong anggota keluarga Reinforceiment dapat
diri. untuk memberikan meningkatkan kepercayaan
dukungan kepada klien diri klien.
berkomunikasi dengan
klien berkomunikasi Dengan dukungan keluarga,
dengan orang lain. klien akan merasa
4. Anjurkan anggota keluarga diperhatikan.
untuk secara rutin dan
bergantian mengunjungi
klien secara bergantian
minimal 1x seminggu.
5. Beri reinforceiment atas hal-
hal yang telah dicapai oleh
keluarga.
Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan isolasi
social: menarik diri

Isolasi sosial
Sp 1 pasien Sp 1 keluarga
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi social 1.Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien.
2. Berdikusi dengan pasien tentang manfaat 2.Menjelaskan pengertian,tanda dan gejala
berinteraksi dengan orang lain isolasi social yang dialami pasien beserta
proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan pasien tentang 3.Menjelaskan cara-cara merawat pasien dengan
kerugian tidak berinteraksi dengan orang isolasi sosial
lain
4. Berdiskusi dengan pasien tentang
kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
5. Menganjurkan pasien memasukkan
kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
Sp 2 pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1.Melatih keluarga mempraktikan cara merawat
pasien pasien dengan isolasi social.
2. Memberikan kesempatan kepada pasien 2.Melatih keluarga melakukan cara merawat
mempratikan cara berkenalan dengan satu langsung pada pasien isolasi sosial
orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan
bercakap-cakap dengan orang lain
sebagian salah satu kegiatan harian
Sp 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1.Membantu keluarga membuat jadwal
pasien aktivitas dirumah termasuk minum obat
(perencanaan pulang)
2. Memberikan kesempatan kepada pasien 2.Menjelaskan tindakan tindak lanjut pasien
berkenalan dengan dua orang atau lebih setelah pulang.
3. Menganjurkan pasien memasukkan
kedalam jadwal kegiatan harian

DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna.1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi
1.Jakarta : EGC
Stuart & Sundeen.1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Townsend, Mary C.1998.Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan
Psikiatri. Jakarta : EGC
Rencana tindakan keperawatan jiwa sumber : Ruang Sakit Jiwa Propinsi
Bali 2009

Anda mungkin juga menyukai