Lapsus Fraktur Tibia Fibula
Lapsus Fraktur Tibia Fibula
FRAKTUR CRURIS
OLEH:
1. Jonathan Ham (C11111328)
2. Gerald Josep E.T. (C11111324)
3. Syaza Naqibah (C11111876)
4. Wahyu Ramadhan (C11111890)
5. Timothy Y. Sangian
PEMBIMBING RESIDEN:
dr. Mira Maya Kumala
DOSEN PEMBIMBING:
dr. Sri Asriyani, Sp. Rad
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada
Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Mengetahui,
2
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................. 2
DAFTAR ISI........................................................................................ 3
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 47
3
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
Dialami sejak 8 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit setelah mengalami kecelakaan.
Mekanisme injury : pasien sedang bermain di pinggir jalan, tiba-tiba disambar motor dari
arah samping, kaki kiri terlindas ban motor dan kepala terbentur aspal. Riwayat pingsan
ada. Riwayat mual muntah tidak ada.
C. PEMERIKSAAN FISIS
Primary Survey
Airway :clear
Breathing : 20 kali/menit
Nadi : 98 kali/menit
4
Secondary survey
Inspeksi : terpasang fiksasi, tampak luka robek yang sudah dijahit, tidak ada
active bleeding.
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
E. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
5
Foto Thorax AP (tgl 29 Desember 2014) :
6
Foto Cruris Sinistra AP/Lateral (tgl 29 Desember 2014) :
Tampak fraktur transversal pada 1/3 tengah os tibia et fibula sinistra dengan
displaced segmen distal ke cranioposterolateral, shortening sekitar 1 cm disertai
soft tissue swelling sekitarnya
Mineralisasi tulang baik
Celah sendi yang tervisualisasi baik
Kesan : fraktur transversal 1/3 tengah os tibia et fibula sinistra
F. DIAGNOSIS
G. TERAPI
7
Ringer lactate 14 tetes per menit intavena
Antibiotik: Ceftriaxon 500mg per 12 jam intravena
Analgetik : Ketorolac 15mg per 8 jam intravena
Rencana ORIF cruris sinistra keluarga menolak pasien pulang paksa
BAB II
8
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
1. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik
(Price dan Wilson, 2006).
2. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar dari yang dapat
diabsorbsinya (Smeltzer dan Bare, 2002).
4. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang di tandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan , dan krepitasi
(Doenges, 2002).
5. Fraktur cruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibulayang
biasanya terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis, atau persendian
pergelangan kaki ( Muttaqin, 2008)
9
merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat, dan pada usia
1 hingga 44 tahun adalah usia dengan tingkat kematian terbanyak akibat trauma.
Di Amerika Serikat, 28,6 juta mengalami trauma muskuloskeletal setiap tahunnya.
Hampir sebagian dari trauma tersebut berakhir pada keterbatasan fisik
(disabilitas), dan total kerugian yang ditanggungg selama pengobatan dan hari-
hari yang dihabiskan tanpa bekerja diperkirakan mencapai 41 miliar dollar. 3Selain
itu, sebagian dari seluruh wanita dan 8 dari seluruh pria di atas 50 tahun akan
mengalami sedikitnya sebuah fraktur osteoporosis selama hidupnya. Di Amerika
Serikat sekarang ini, 250.000 hingga 300.000 fraktur tulang panggul dilaporkan
terjadi pada mereka yang berusia lanjut. Seperempat dari pasien ini tidak
pernahkembali ke tingkat prefracture ambulasi mereka. Karena jumlah yang
diharapkan meningkat dua kali lipat pada tahun 2025, situasi ini merupakan
masalah kesehatan masyarakat proporsi epidemi.
10
Pencegahan cedera diupayakan melalui beberapa metode dan kebijakan.
Modifikasi kendaraan seperti airbag, sabuk pengaman, dan crumplezona
memperlambat perlambatan penghuni dan dengan demikian mengurangi transfer
energi kinetik, membuat lebih banyakkecelakaan yang lebih bisa diselamatkan.
Perubahan jalan seperti perbaikan permukaan, visibilitas, dan kontrol lalu lintas
mengurangiterjadinya kecelakaan. Cedera akibat olahraga dikurangi dengan
modifikasi aturan dan meningkatkan perlindungan diri dengan pelindung.
Modifikasi lingkungan, seperti meningkatkan keamanan mekanisme pada
mesinatau meningkatkan pencahayaan di tempat kerja. Kesemuanya itu dapat
mencegah cedera.3
ETIOPATOGENESIS6
Forced skeletal trauma.
Trauma ekternal yang kuat dapat langsung merusak diskontinuitas tulang
dengan mineralisasi yang baik sekalipun. Fraktur dapat berupa fraktur terbuka
atau fraktur tertutup tergantung dari berat-ringan paparan trauma/ cedera.
Stress (fatigue) fractures.
Diagnosis dini dari kelainan ini dapat dideteksi melalui MRI atau
kedokteran nuklir. Radiografi nuklir dapat menunjukkan adanya suatu
peningkatan aktivitas terhadap tulang-tulang sebelum tanda-tanda fraktur pada
pemeriksaan radiologi konvensional muncul. MRI juga bermanfaat dalam
menetapkan diagnosis sebelum berbagai perubahan radiografik tampak jelas.
Gambaran radiologis ketika tanda-tanda fraktur sudah tampak pada foto polos
11
berupa periosteal sklerotik, garis fraktur lusen persisten, dikelilingi sklerosis di
sekitarnya.
Avulsion fractures.
Gambar 1.
Stress fracture.
I. Area dengan penigkatan
skerosis dengan beberapa
densitas periosteal pada
medial os tibia
II. MRI sangat berguna sebagai
penegak diagnosis dini
sebelum tanda-tanda pada
foto polos muncul
12
Gambar 2. Osgood-Schlatter disease
Pathological fractures.
Fraktur patologi muncul akibat adanya kelemahan tulang atau
mineralisasi yang buruk. Tulang dapat fraktur walau dengan trauma ringan.
Biasanya didasari oleh suatu penyakit tulang, misalnya osteoporosis senilis pada
lansia atau osteomalasia. Pada pasien-pasien lansia bila tulang yang terkena
bukan pada area-area osteoporosis, seperti neck of femur, dapat dicurigai sebagai
sebuah keganasan.
13
Gambar 4. Kienbock's disease,
suatu bentuk nekrosis avaskular
traumatik pada lunatum
ANATOMI3
Tulang adalah jaringan yang kuat dan tangguh yang memberi bentuk pada
tubuh. Skelet atau kerangka adalah rangkaian tulang yang mendukung dan
melindungi organ lunak, terutama dalam tengkorak dan panggul. Tulang
membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Tulang juga merupakan
tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsiumdan fosfat (Price dan
Wilson, 2006).
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan
tempat untuk melekatnya otot- otot yang menggerakan kerangka tubuh.Tulang
juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan
fhosfat.Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai syaraf dan darah. Tulang banyak mengandung
bahan kristalin anorganik (terutama garam- garam kalsium ) yang membuat tulang
keras dan kaku., tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis (Price dan Wilson, 2006). Tulang ekstrimitas bawah
atau anggota gerak bawah dikaitkan pada batang tubuh dengan perantara gelang
panggul terdiri dari 31 pasang antra lain: tulang koksa, tulang femur, tibia, fibula,
patella, tarsalia, meta tarsalia, dan falang (Price dan Wilson, 2006).
14
Secara khusus pada pembahasan kali ini lebih ditekankan pada Os Tibia
dan Fibula sesuai dengan kaitannya dengan kasus.Tibia adalah tulang medial
besar tungkai bawah. Tibia berartikulasi dengan condylus femoris dan caput fibula
di atas, dan dengan talus dan ujung distal fibula di bawah. Ia memiliki ujung atas
yang melebar, dan ujung bawah lebih sempit. Pada ujung atasnya terdapat
condylus medialis dan lateralis (kadang-kadang disebut plateau tibialis medialis
dan lateralis), yang berartikulasi dengan condylus medialis dan lateralis femur,
dipisahkan oleh cartilago semilunaris medialis dan lateralis (meniscus medialis
dan lateralis). Yang memisahkan permukaan atas sendi condylus tibialis adalah
area intercondylaris anterior dan posterior; diantara kedua area ini terdapat
eminentia intercondylaris. Condylus lateralis memiliki facies artikularis circularis
untuk caput fibulae pada aspek lateralnya. Condylus medialis mempunyai sebuah
alur pada aspek posteriornya untuk insersio m. Semimembranosus.
Corpus tibia berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan tiga
batas (margo) dan tiga permukaan (facies). Yakni, facies lateralis, facies medialis
dan facies posterior. serta tiga buah tepi yaitu margo anterior , margo medialis,
margo interosseus. Pada pertemuan margo anterior dengan ujung atas tibia
terdapat tuberositas, yang menjadi tempat melekat lig. Pattelae. Margo anterior
membulat dibagian bawah, tempat ia menyatu dengan malleolus medialis. Margo
lateral atau interossea menjadi tempat perlekatan membrana interossea. Ujung
bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya tampak sebuah permukaan
sendi berbentuk pelana untuk talus. Ujung bawahnya memanjang ke bawah
membentuk malleolus medialis. Facies lateralis malleolus medialis berartikulasi
dengan talus. Ujung bawah tibia memiliki lekukan lebar dan kasar pada
permukaan lateralnya untuk berartikulasi dengan fibula.
15
Gambar 5. Anatomi Tibia-Fibula
16
Pertumbuhan Tulang1
Osteogenesis Desmalis
Oleh karena di daerah yang akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat
anyaman pembuluh darah, maka matriks yang terbentuk pun akan berupa
anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan Pusat penulangan primer.
Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang
memulai sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga
berbentuk lempeng-lempeng atau trabekulae yang tebal. Sementara itu
17
berlangsung pula sekresi molekul-molekul tropokolagen yang akan membentuk
kolagen dan sekresi glikoprotein.Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas
tersebut disusul oleh proses pengendapan garam kalsium fosfat pada sebagian dari
matriksnya sehingga bersisa sebagai selapis tipis matriks osteoid sekeliling
osteoblas. Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam
dalam matriks yang mengapur sehingga sel tersebut dinamakan osteosit. Antara
sel-sel tersebut masih terdapat hubungan melalui tonjolannya yang sekarang
terperangkap dalam kanalikuli. Osteoblas yang telah berubah menjadi osteosit
akan diganti kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di sekitarnya.
Osteogenesis Enchondralis
18
diperkuat oleh pembentukan tulang disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan,
perikhondrium di sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik
sehingga di bawahnya terbentuk tulang.Pada hakekatnya pembentukan tulang ini
melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat berubah menjadi
tulang.Tulang yang terbentuk merupakan pipa yang mengelilingi pusat
penulangan yang masih berongga – rongga sehingga bertindeak sebagai penopang
agar model bentuk kerangka tidak terganggu.Lapisan tipis tulang tersebut
dinamakan pipa periosteal. Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah
pembuluh – pembuluh darah dari perikhondrium,yang sekarang dapat dinamakan
periosteum, yang selanjutnya menembus masuk kedalam pusat penulangan primer
yang tinggal matriks kartilago yang mengalami klasifikasi.
Darah membawa sel – sel yang diletakan pada dinding matriks.Sel – sel
tersebut memiliki potensi hemopoetik dan osteogenik. Sel – sel yang diletakan
pada matriks kartilago akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan
mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan pada matriks kartilago yang
mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk oleh matriks kartilago yang
mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan mengalami pengapuran pula sehingga
akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih
mengandung matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat
penulangan primer yang terjadi dalam diaphysis akan disusun oleh pusat
penulangan sekunder yang berlangsung di ujung – ujung model kerangka
kartilago.
19
diaphysis berbentuk lempeng atau cakram sehingga dinamakan Discus
epiphysealis.
Sel –sel dalam masing – masing deretan tidak sama penampilannya. Hal
ini disebabkan karena ke arah diaphysis sel – sel kartilago berkembang yang
sesuai dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena
perubahan sel –sel dalam setiap deret seirama, maka discus tersebut menunjukan
gambaran yang dibedakan dalam daerah – daerah perkembangan.
Daerah – daerah perkembangan :
1.Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel – sel
gepeng.
2.Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah
besar.
3.Zona hypertrophy : sel –sel membesar dan bervakuola.
4.Zona kalsifikasi : matriks cartílago mengalami kalsifikasi.
5. Zona degenerasi : sel – sel cartílago berdegenerasi diikuti oleh
terbukanya lacuna sehingga terbentuk trabekula.
KLASIFIKASI FRAKTUR
Fraktur dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya hubungan dengan dunia luar
menjadi fraktur terbuka (Open/simple fracture) dan fraktur tertutup ( closed/ compound
fracture). Penilaian ini kiranya cukup ditegakkan secara klinis dengan melihat ada
tidaknya jaringan tulang yang patah dan menembus ke permukaan kulit hingga terlihat
oleh mata. 5,6,8
20
1. Derajat I : luka kecil kurang dari 1 cm, bersih, terdapat sedikit kerusakan jaringan,
tidak terdapat tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringam lunak. Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat simpel, transversa, oblik pendek atau kominutif.
2. Derajat II: laserasi kulit melebihi 1 cm, tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang
hebat atau avulsi kulit.fraktur yang terjadi biasanya fraktur sederhana/ simpel.
3. Derajat III: trauma tumpul yang hebat, fraktur hebat disertai kerusakan jaringan yang
luas disertai gangguan neurovaskular. Dibagi dalam 3 subtipe:
tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah,
tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak dapat di
tutup jaringan lunak ,
tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera. 5
Fraktur dapat dibagi pula menjadi fraktur lengkap (complete fracture) dan fraktur
tidak lengkap (incomplete fracture). Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan
tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitarnya akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.
Pada foto radiologi fraktur lengkap hanya tampak garis fraktur linier yang radiolusen
dengan allignment tulang baik.5,8
Berdasarkan lokasinya, fraktur dapat mengenai bagian proksimal (plateau),
diaphyseal (shaft), maupun distal. Fraktur pada diafisis tulang panjang seperti femur,
humerus, dan lain-lain, biasa dibagi lagi menjadi fraktur 1/3 proksimal, 1/3 medius, dan
1/3 distal.8 Berdasarkan ada tidaknya perubahan posisi, dikenal fraktur dengan perubahan
posisi, yaitu ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat yang patah, fraktur tanpa
perubahan posisi, yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal. 5
21
Gambar 7. Berturut-turut: fraktur transversal, fraktur oblik, fraktur spiral, fraktur segmental,
fraktur kompresi, fraktur patologis
22
tulang yang menyebabkan terpatahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
Fraktur semacam ini sulit ditangani. Biasanya satu ujung yang tidak memiliki
pembuluh darah menjadi sulit untuk menyembuh, dan dalam keadaan ini mungkin
memerlukan pengobatan secara bedah. Comminutes fracture adalah serpihan-
serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan di mana terdapat lebih dari dua
fragmen tulang.8
23
Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada
anak-anak. Tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa
bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Korteks tulang
yang pada sisi tulang yang bengkok masih utuh, demikian juga periosteumnya.
Fraktur-fraktur ini akan sembuh segera dan segera mengalami remodelling ke
bentuk dan fungsi normal.8,10
B)fraktur greenstick,
C)fraktur avulsi
Salter-Harris classification.
Klasifikasi Salter Harris merupakan klasifikasi fraktur yang melibatkan
epifisis tulang panjang. Jenis fraktur ini terjadi pada anak-anak, dimana lempeng
epifisis masih aktif berdiferensiasi. Kalsifikasi ini dibedakan menjadi lima tipe
berdasarkan tingkat keparahannya:
I Injury through the epiphyseal plateonly.
II Fracture through the epiphyseal plate and metaphysis.
III Fracturethrough the epiphyseal plate and epiphysis.
IV Fracture through the epiphyseal plate, metaphysis and epiphysis.
V Crush fracture of the epiphyseal plate.
24
Gambar 9. Klasifikasi Salter-Harris
(dikutip dari: http://ukemig-
quickhit.com/2012/10/01/salter-harris-
fractures/
25
PENEGAKAN_DIAGNOSIS
G Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri, dan bengkak di
bagian tulang yang patah, deformitas ( angulasi, rotasi, diskrepansi), gangguan fungsi
muskuloskeletal akibat rasa nyeri, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan
neurovaskular. Apabila gejala klasik tersebut ada, secara klinis diagnosis fraktur dapat
ditegakkan walaupun jenis konfigurasinya belum dapat ditentukan. Anamnesis dilakukan
untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan kejadian-kejadian yang
berhubungan dengan cedera tersebut. Riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat
sosial ekonomi, pekerjaan, obat-obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan
riwayat osteoporosis serta penyakit lain. Pada pemeriksaan fisik dilakukan tiga hal
penting, yakni inspeksi / look: deformitas (angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan),
bengkak. Palpasi / feel (nyeri tekan, krepitasi). Status neurologis dan vaskuler di bagian
distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur
tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri,
efusi, dan krepitasi Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri,
warna kulit, pengembalian cairan kapler, sensasi. Pemeriksaan gerakan / moving dinilai
apakah adanya keterbatasan pada pergerakan sendi yang berdekatan dengan lokasi
fraktur. Pemeriksaan trauma di tempat lain meliputi kepala, toraks, abdomen, pelvis.
Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut
protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan circulation.
Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan klinis dan radiologis.5
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain laboratorium meliputi darah
rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test, dan urinalisa. Pemeriksaan
radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two: dua gambaran, anteroposterior
(AP) dan lateral, memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur, memuat gambaran
foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera dan yang tidak terkena cedera (pada
anak) dan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah tindakan. 5
26
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Radiography (X-rays) adalah modalitas imaging trauma yang utama pada lesi
traumatik yang melibatkan tulang. Sebagian besar lesi-lesi tulang dapat
terdokumentasikan cukup dengan radiofrafi standar ini. Lokasi dan asal dari fraktur
biasanya sudah dapat didemonstrasikan pada foto polos. Walaupun demikian, perbatasan
jaringan-jaringan lunak sulit dinilai. Posisi yang sering digunakan yaitu posisi
anteroposterior (AP) dan posisi lateral. 7
• displacement,
• angulasi,
• shortening,
• rotasi,
• avulsi/ amputasi.
27
• Adanya hubungan dengan udara bebas:
• fraktur tertutup
Gambar
Gambar14 13.. fraktur midklavikula
dislokasi dengan
posterior disertai
displacement
internal rotationsegmen lateralhumerus
dari caput ke arah distal
(dikutip darigambaran
membentuk kepustakaan no.bulb
light 9) (dikutip
dari kepustakaan no. 6)
29
Gambar 15. Avulsi pada krista iliaka Gambar 16 . multiple stress fracture
anterior inferior (dikutip dari kepustakaan dengan angulasi lateral (dikutip dari
no. 6) kepustakaan no. 6)
30
Computed tomography (CT) juga merupakan perangkat yang lebih sensitif dan
spesifik dibanding radiografi konvensional dalam mendeteksi dan memvisualisasikan
pola fraktur pada regio-regio dengan anatomi kompleks seperti pada wajah, spina
vertebra dan pelvis. Perekonstruksian CT-scan posisi sagital dan coronal dinilai sangat
bermanfaat. Kekurangan dari pencitraan CT-scan ini, gambaran fraktur sering luput.
Sehingga radiograf atau persiapan pencitraan digital harus selalu dipantau saat
menginterpretasikan trauma skeletal untuk menghidari fraktur yang luput pada potongan
aksial. 7
31
Magnetic resonance imaging (MRI) adalah modalitas yang unik karena
kemampuannya mendemonstrasikan karakteristik dan tingkat dari suatu cedera yang
melibatkan jaringan lunak: ligamen, tendon, kartilago, dan otot. MRI juga dengan sangat
bagus mendemostrasikan perubahan pada sumsum tulang. Pencitraan ini bisa mengambil
gambar dari berbagai sudut tanpa menggerakkan pasien, serta dapat menghasilkan suatu
rangkaian yang teratur yang berguna menilai jaringan dengan detai yang amat baik.
Secara umum, jaringan lemak akan tampak sebagai hign signal (warna terang). Densitas
air, misalnya edema, akan bersinyal rendah (warna gelap). Supresi lemak, yang
didapatkan dari berbagai metode, dapat membuat abnormalitas intramedular dalam tulang
dan jaringan lunak memiliki warna yang lebih mencolok. 7
PENYEMBUHAN FRAKTUR
Jika satu tulang sudah patah, jaringan lunak sekitarnya juga rusak,
periosteum terpisah dari tulang, dan terjadi perdarahan yang cukup berat
membentuk hematoma. Bekuan darah terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan
akan membentuk jaringan granulasi di dalamnya dengan sel-sel pembentuk tulang
primitif (osteogenik) berdiferensiasi membentuk kondroblas dan osteoblas.
Kondroblas akan mensekresi fosfat, yang merangsang deposisi kalsium. Terbentuk
lapisan tebal yang disebut kallus disekitar lokasi fraktur. Lapisan ini terus menebal
dan meluas, bertemu dengan lapisan kalus dari fragmen satunya, dan menyatu.
32
transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus
tulang akan mengalami remodelling untuk mengambil bentuk tulang yang utuh
seperti bentuk osteoblas tulang baru dan osteoklas akan menyingkirkanbagian
yang rusak dan tulang sementara.
1. Fase inflamasi
a. Hematoma adalah area fraktur terisi darah dari pembuluh darah
periosteum dan endosteum membentuk hematoma dengan
perlangsungan 1-2 hari.
b. Anchoring callus form. Bentukan ini terbentuk agak jauh dari titik
fraktur untuk stabilitas fraktur dan menghubungkan antar fragmen
fraktur.
3. Fase remodelling
33
a. Terbentuknya callus sempurna (mature lamelar bone) yang
selanjutnya akan mengalami remodelling dan adaptasi fungsi oleh
otot dan pengaruh weight bearing stress.
a. Reduksi,
34
dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi
karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi
fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mengalami
penyembuhan.
35
b. Imobilisasi,
c. Rehabilitasi,
36
Tabel.2. Ringkasan tindakan terhadap fraktur
Reduksi tertutup
Traksi
Reduksi terbuka
Alat eksterna
Alat interna
37
Latihan isometric dan setting otot
KOMPLIKASI 10
1. Komplikasi segera
Lokal :
- kulit : abrasi, laserasi, penetrasi
- pembuluh darah : robek
- sistem syaraf : sumsum tulang belakang, saraf tepi motorik dan sensorik
- otot
- organ dalam : jantung, paru, hepar, limpa, kandung kemih
Umum :
- ruda paksa multipel
- syok : hemoragik, neurogenik
2. Komplikasi intermediet (muncul pada saat terapi)
Lokal :
- Sindrom kompartmen, nekrosis kulit, gangren, osteomyelitis, dll
Umum :
- ARDS, emboli paru, tetanus (infeksi).
3. Komplikasi lama
Lokal :
- sendi : ankilosis fibrosa, dll
- tulang gagal taut/taut lama/salah taut
- patah tulang ulang
- osteomyelitis, dll
38
- otot/tendo: ruptur tendo, dll
- syaraf ; kelumpuhan saraf lambat
Umum :
- batu ginjal (akibat imobilisasi lama ditempat tidur)
4. Komplikasi penyembuhan fraktur11-15
Delayed union
Delayed union artinya penyatuan yang tertunda, yaitu patah tulang yang
tidak menyatu dalam waktu 3-6 bulan, tidak terlihat ada pertumbuhan
tulang yang baru, kalaupun ada sangat sedikit, kalus (tulang muda) di
sekitar daerah patahan pun sangat kurang.
Ciri-ciri yang terlihat pada kasus delayed union yaitu :
o nyeri pada saat berjalan
o terdapat pembengkakan
o nyeri pada saat ditekan di daerah patahan
o tulang bertambah bengkok ( bisa bengkok, bisa tidak)
o terdapat gerakan yang abnormal pada daerah patahan
Non union artinya tidak menyatu atau tidak ada penyatuan, non union
merupakan kasus lanjutan dari delayed union. Jadi, bila patah tulang tidak
menyatu dalam waktu 6-8 bulan dinamakan non union.
Penyebab delayed union dan non union :
o terlalu banyak bergerak
o kurangnya asupan nutrisi untuk tulang (protein, kalsium, magnesium
dan zat mineral lainnya)
o terlalu stres
o jarang berjemur
o pernah jatuh atau terpeleset
39
Gambar 19. komplikasi fraktur: nonunion
(dikutip dari:
http//www.learningradiology.comarchives2007
COW%20278-Non union
%20Tibianonunioncorrect.html)
Malunion
Mal union adalah dimana tulang yang patah menyatu dalam waktu yang
tepat (3-6 bulan) tetapi tulangnya menjadi bengkok. Penyebabnya bisa
karena terlalu banyak bergerak, pernah terpeleset sehingga fragmen
tulangnya bergeser, sering duduk atau tidur dengan posisi yang tidak tepat,
pengobatan dengan dipijit (karena tidak dilihat langsung, posisinya kurang
pas).
40
Osteomielitis adalah proses inflamasi yang terjadi pada tulang baik itu pada
sumsung tulang, kortex, periosteum atau jaringan lunak sekitarnya yang
meupakan manifestasi oleh infeksi mikroorganisme.
Osteomielitis Akut
Osteomielitis Kronik
41
PROGNOSIS
42
Rata-rata masa penyembuhan fraktur:10
BAB III
DISKUSI KASUS
43
A. RESUME KLINIS
44
Berdasarkan teori klasifikasi fraktur tibia-fibula menurut garis
frakturnya, patah tulang dibagi menjadi fraktur komplit atau inkomplit
(termasuk fisura dan greenstick fracture), tranversa, oblik, spiral, kompresi,
simpel, kominutif, segmental, kupu-kupu dan impaksi (termasuk impresi dan
inklavasi. Untuk kasus ini fraktur tibia-fibula yang didapatkan adalah fraktur
sederhana/ simple fracture dengan arah garis fraktur transversal. Menurut
lokasi patahan ditulang, fraktur dibagi menjadi fraktur epifisis, metafisis, dan
diafisis. Fraktur lempeng epifisis memiliki klasifikasi khusus menurut Salter-
Harris, namun tidak digunakan pada kasus ini oleh karena menurut lokasinya,
fraktur ini termasuk fraktur diafisis.
Pada hasil radiologi, ditemukan ada fraktur tibia et fibula pada pasien
ini, kemudian dilakukan tindakan sebagai tatalaksana untuk fraktur cruris.
Secara teori tatalaksana fraktur cruris adalah operasi. Ada beberapa teknik
operasi untuk kasus-kasus musculoskeletal, tetapi umumnya teknik yang
digunakan adalah Open Reduction Internal Fixation (ORIF). Pada kasus ini
berdasarkan kesepakatan dengan keluarga pasien, pilihan tindakan yang
45
diambil berupa tindakan konservatif dengan pemasangan gips sirkuler yang
bertujuan untuk imobilisasi. Pemasangan gips dikenakan hingga di atas lutut.
Terdapat syarat-syarat yang harus diketahui pada seseorang yang mengalami
fraktur cruris agar dapat hanya diterapi konservatif, yakni jenis fraktur hanya
fraktur tertutup dan tidak adanya angulasi dan rotasi dari fragmen distal
fraktur, jikalau ada itupun hanya sedikit.
46
DAFTAR PUSTAKA
47
17. Carlos Pineda RE. Radiographic Imaging in Osteomyelitis: The Role of
Plain Radiography, Computed Tomography, Ultrasonography, Magnetic
Resonance Imaging, and Scintigraphy. Seminar in Plastic Surgery.
2009;23th.
48