Anda di halaman 1dari 56

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D.

,
Gurubesar Univ Negeri Jakarta
Disampaikan pada Seminar Nasional SDGs, Univ Padjadjaran, Jakarta,
27 Nopember 2017 1
ANGKA KEMATIAN BAYI DAN ANAK DI INDONESIA
TAHUN 1991-2012

Sumber data: SDKI Tahun 1991, 1994, 1997, 2002, 2007 dan 2012
11
PENYEBAB KEMATIAN
BAYI DAN BALITA
Malaria
ISPA
5%
19% Diare
19%

Gizi kurang Campak


54%
7%
Lainnya
32%
Perinatal
Sumber: WHO, 2002 18% 12
Akibat Stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan

14
KECENDERUNGAN PREVALENSI BALITA
STUNTING DI INDONESIA MENURUT PROVINSI

16 Sumber Data : Riskesdas 2013


BEBERAPA BENTUK
BEBERAPA BENTUK GIZI
GIZI BURUK
BURUK
PADA ANAK
PADA ANAK BALITA
BALITA DI
DI INDONESIA
INDONESIA

18 BULAN

24 BULAN

16 BULAN

SANGAT KURUS

SANGAT KURUS

MARASMUS

17
Marasmus

18
Akibat kekurangan Vitamin A

19
KERANGKA PIKIR PENYEBAB MASALAH GIZI
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN,
PENTING!!!
Dampak jangka pendek Dampak jangka panjang

Perkembangan Kognitif dan


otak Prestasi belajar
Gizi pada
1000 hari pertama
kehidupan Pertumbuhan
(janin dan Kekebalan
massa tubuh
bayi 2 tahun) dan komposisi badan Kapasitas kerja

Diabetes, Obesitas,
Metabolisme Penyakit jantung dan
glukosa, lipids, protein pembuluh darah,
Mati Hormon/receptor/gen kanker, stroke,
dan disabilitas lansia
21
Sumber: Short and long term effects of early nutrition (James et al 2000)
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
OTAK SEJAK JANIN SAMPAI LAHIR

22
Pertumbuhan dan Perkembangan
Sel Syaraf Muda menjadi Sel Syaraf Dewasa

23
Neuron atau
Sel Syaraf

24
25
TRANSMISI BIO-ELEKTRIK DI SINAPS

26
http://tweenteacher.com/2009/02/18/starting-from-scratch-in-teacher-training/
Anak Usia 3 Tahun

Normal Terabaikan
http://www.feralchildren.com/image.php?if=figures/perry20021
27
Dampak Stunting
Rekomendasi rencana aksi Intervensi Stunting
diusulkan menjadi 5 pilar utama

11/27/2017
29
KONTRIBUSI INTERVENSI PERBAIKAN GIZI

INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF

▪ Upaya-upaya untuk mencegah ▪ Upaya-upaya untuk mencegah


dan mengurangi gangguan dan mengurangi gangguan
secara langsung secara tidak langsung
▪ Kegiatan ini pada umumnya ▪ Berbagai kegiatan
dilakukan oleh sektor kesehatan pembangunan pada umumnya
▪ Kegiatannya antara lain spt non-kesehatan
imunisasi, PMT ibu hamil dan ▪ Kegiatannya antara lain
balita, monitoring pertumbuhan penyediaan air bersih, kegiatan
balita di Posyandu penanggulangan kemiskinan,
▪ Sasaran: khusus kelompok 1.000 dan kesetaraan gender
HPK (Ibu Hamil, Ibu Menyusui, ▪ Sasaran: masyarakat umum,
dan Anak 0-23 bulan) tidak khusus untuk 1000 HPK

30
1 | Intervensi Gizi Spesifik

I. Intervensi dengan sasaran Ibu Hamil:


1.Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi kekurangan
energi dan protein kronis.
2.Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat.
3.Mengatasi kekurangan iodium.
4.Menanggulangi kecacingan pada ibu hamil.
5.Melindungi ibu hamil dari Malaria.

II. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia barulahir hingga usia
6 Bulan:
1.Mendorong inisiasi menyusui dini (pemberian ASI jolong/colostrum).
2.Mendorong pemberian ASI Eksklusif.

III. Intervensi dengan sasaran Ibu Menyusui dan Anak Usia 6 bulan-2 tahun
bulan:
1. Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh
pemberian MP-ASI.
2. Menyediakan obat cacing.
3. Menyediakan suplementasi zink.
4. Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan.
5. Memberikan perlindungan terhadap malaria.
6. Memberikan imunisasi lengkap.
7. Melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Kegiatan Spesifik dan Sensitif Lintas K/L

Suplementasi gizi; Promosi ASI, MP-ASI, PAUD-HI dengan intervensi kesehatan


fortifikasi; Pendidikan gizi; Promosi & kampanye & gizi; Pendidikan kesehatan reproduksi
gizi seimbang; Kecacingan; Tata Laksana Gizi; JKN
Ketahanan pangan;
Pemanfaatan pekarangan
Air bersih dan sanitasi rumah tangga (KRPL)

Pembinaan iodisasi garam; Bantuan Pangan Non-Tunai; PKH


Pengawasan fortifikasi garam
Keamanan pangan; Monitoring Pendidikan kesehatan reproduksi
makanan terfortifikasi remaja; Bina Keluarga Balita (BKB)

Kursus calon pengantin; NIK; Akta kelahiran; Fasilitasi


Pendidikan kesehatan & gizi program & kegiatan gizi dalam
untuk madrasah & pondok APBD
pesantren; Mendorong peran
ulama dalam gizi & kesehatan
Dana Insentif Daerah Dana Desa, PKH, Generasi Sehat Cerdas

32
TANTANGAN
PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN

33
20 PERSEN DARI ANGGARAN NASIONAL
DIKHUSUSKAN UNTUK PENDIDIKAN

34
Hasil pembelajaran masih berada
di bawah negara-negara lain

 Indonesia berada di peringkat 3 terbawah untuk rata-


rata skor PISA (Math, Science, Read)
 Lebih dari ¾ siswa berada di “low” level pada
matematika (TIMSS) dan tidak ada yang berada di
“advanced” level

TIMSS 2011, Math results


Share of students at each level

Source: OECD PISA 2012 Source: TIMSS 2011


How is that going to happen?
Average score Average
across annual Acceleration
Reading, progress in Years to move Progress in to reach
Mathematics points per from country points per learning goal
and Science year across average to year to reach of average
(OECD the three 500 at current 500 in 25 PISA of 500 in
Country average=500) domains averge pace years 25 years
Average (of
these
countries) 404 0.9 91 3.8 2.9
Peru 375 2.5 50 5.0 2.5
Indonesia 384 0.4 317 4.6 4.3
Colombia 393 1.9 55 4.3 2.4
Tunisia 397 3.0 35 4.1 1.1
Argentina 397 0.7 155 4.1 3.5
Jordan 398 -0.7Forever 4.1 4.8
Brazil 402 2.5 39 3.9 1.4
Uruguay 412 -1.8Forever 3.5 5.3
Malaysia 413 -0.3Forever 3.5 3.8
Mexico 417 1.7 49 3.3 1.6
Costa Rica 426 -0.9Forever 3.0 3.9
Thailand 437 2.0 31 2.5 0.5
Pergerakan Skor PISA OECD Indonesia
2000-2015
410
403
400 395 397
393 393
390 386
382 391 383 382
380 375
371 371
Sokr

370 367 Literasi Membaca


360
360
Literasi Sains
Literasi Matematika
350

340

330
PISA 2000 PISA 2003 PISA 2006 PISA 2009 PISA 2012 PISA 2015
Partisipasi Indonesia pada Survei PISA OECD 2000-2015

37
Perbandingan Peringkat PISA 2012 &
2015
Peringkat PISA Negara Matematika Membaca Sains
2015 (Matematika &
Sains) 2012 2015 2012 2015 2012 2015
1 Singapura 573 564 542 535 551 556
2 Hong Kong-China 561 548 545 527 555 523
3 Korea 554 524 536 517 538 516
4 Jepang 536 532 538 516 547 538
4 Chinese Taipei 560 542 523 497 523 532
8 Vietnam 511 495 508 467 528 525
n.a. B-S-J-G-China n.a. 531 n.a. 494 n.a. 516
47 Thailand 427 415 441 409 444 421
n.a. Malaysia 421 n.a. 441 n.a. 420 n.a.
69 Indonesia 375 386 396 397 382 403
71 Peru 368 387 384 398 373 397

38
MENCAPAI LEVEL OECD MEMBUTUHKAN
WAKTU BEBERAPA GENERASI
500
OECD
mean

450

400

350
2000 2015 2030 2045 2060 2075 2090 2105 2120 2135 2150
Math Reading Projection: Math Projection: Reading OECD Average: Math OECD Average: Reading

Source: World Bank, World Development Report 2018: LEARNING to Realize Education’s Promise
39
EGRA: Reading and Comprehension by Region
(RTI/USAID, 2014)
100% 5.8% 2.7% 5.2%
90% 11.7%
16.9% 22.0%
80% 20.7% 24.1%
70% 26.5%
24.7% 27.5%
60% 26.3% 28.3%
50% 28.5%
40% 27.4%
30% 55.6%
20% 47.2% 42.4% 33.3%
10% 23.1%
0%

Reading fluently with comprehension Reading with comprehension


Reading with limited comprehension Nonreader

40
HASIL AKSI/INAP 2016

Sumber: http://puspendik.kemdikbud.go.id/inap-sd/
41
PETA CAPAIAN - MEMBACA
Persentase Siswa dengan Kemampuan Literasi
Membaca Kurang

42
PETA CAPAIAN - MATEMATIKA
Persentase Siswa dengan Kemampuan Numerasi/Literasi
Matematika Kurang

43
PETA CAPAIAN - IPA
Persentase Siswa dengan Kemampuan Literasi IPA Kurang

44
2016 PIAAC OECD SURVEY
Literacy proficiency by performance level
Level 2 Level 1 or below Level 3 Level 4/5
Japan

Netherlands

Australia

Norway

Russian Federation³

Flanders (Belgium)

Czech Republic

Korea

Germany

United States

Poland

Northern Ireland (UK)

France

Cyprus

Slovenia

Greece

Chile

Jakarta (Indonesia)

45 100 80 60 40 20 0 20 40 60 80
Percentage of the population
2016 PIAAC OECD SURVEY
Numeracy proficiency by performance level
Level 2 level 1 and below Level 3 Level 4/5
Japan

Sweden

Norway

Slovak Republic

Czech Republic

Germany

New Zealand

Australia

Singapore

Lithuania

England (UK)

Poland

France

Israel

United States

Italy

Turkey

Jakarta (Indonesia)

100 80 60 40 20
46
Percentage of0the population
20 40 60 80
Pengaruh Guru Terhadap Prestasi Siswa
Student performance on Standardized Exam

100th
percentile
After 3 years with high quality 90th percentile
teachers

53 percentile
50th point difference
percentile

After 3 years of low quality 37th percentile


teachers

0th
percentile
Age 8 Age 11
Beberapa kendala terhadap efektivitas Guru: Perlu
ditangani secara komprehensif:
• Pada umumnya memiliki tingkat kompetensi konten dan pedagogi yang
rendah
Guru • Cenderung menggunakan ragam praktik yang terbatas; pada umumnya
lebih berpusat pada guru ketimbang pada siswa
• Kesempatan untuk mengikuti pengembangan profesi terbatas.
• Kepemimpinan akademis kepala sekolah terbatas
Sekolah dan • Kurangnya sistem yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
Masyarakat pengembangan keprofesioan guru dan untuk menyediakan pelatihan
yang relevan.
• Terbatasnya informasi mengenai kompetesi dan distribusi guru di tingkat
regional
Kab/kota dan • Fasilitasi untuk belajar guru belum efektif.
Provinsi
• Supervisi akademis dan klinis bagi guru masih terbatas
• Mutu supervisi masih perlu ditingkatkan
• Persiapan calon guru belum memadai

Nasional • Pendekatan dan instrumen yang “well tested” untuk mendukung


peningkatan kompetensi guru
• Weak implementation of teacher professional management system
Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan: Pra-Sertifikasi
- Seleksi yang
PEREKRUTAN CALON kompetitif
MHS - Bakat dan kapasitas
- Cita-cita dan nilai-nilai

PENDIDIKAN CALON - Penguasaan Bidang Ilmu


GURU - Penguasaan Pedagogik
- Keterampilan Profesional

KELULUSAN

- keunggulan akademik, - Kepala sekolah dan


dan praktek mengajar INDUKSI, BIMBINGAN guru senior
yang terbukti efektif - MASA PERCOBAAN - Pengawas dan
> sertifikasi pemerintah kabupaten

SERTIFIKASI
Kerangka Konseptual Mutu Pendidikan: Pasca-
Sertifikasi
PENGEMBANGAN - Dengan bimbingan - Kursus singkat
sekolah - Kursus jangka panjang
PROFESI YANG - Kelompok Kerja Guru universitas
BERKELANJUTAN - Asosiasi Guru Profesional - Kursus persiapan
kepemimpianan

- Penetapan tujuan tahunan dan penilaian dari semua


PENILAIAN KINERJA
guru oleh Kepala Sekolah
GURU - Mengidentifikasi dan memberi dukungan untuk guru
yang kinerjanya kurang
- Kenaikan gaji dan insentif
PENGEMBANGAN
KARIR - Penyediaan pelatihan kepemimpinan untuk guru yang
terpilih
- Promosi guru melalu seleksi prestasi shg bisa jadi
KUALITAS TINGGI, Guru Utama atau ‘professor’
GURU YANG
PROFESIONAL

PRESTASI SISWA YANG


TINGGI
Upaya untuk meningkatkan efektivitas guru:
 Kelas merupakan ‘pintu masuk’ untuk meningkatkan mutu pendidikan
(bottom-up approach) – untuk mendukung perubahan dalam kelas dan
meningkatkan efektivitas guru

 Peningkatan efektivitas guru merupakan sebuah proses yang terentang


sepanjang siklus kehidupan guru, mulai dari pendidikan pra-jabatan,
induksi, sertifikasi dan peningkatan karir serta promosi.

 Menjadikan penilaian guru, pengembangan profesi berkelanjutan, dan


peningkatan karir serta promosi, pengembangan professional sebagai
suatu kesatuan melalui Sistem Pembinaan Keprofesian Guru

 Untuk terciptanya suatu sistem bagi meningkatkan efektivitas guru, maka


kerjasama di antara guru dan kerjasama antara pemerintah dan
pemerintah daerah perlu ditingkatkan.
GAMBARAN IDEAL PERAN GURU, KEPALA SEKOLAH
DAN PENGAWAS DALAM SATUAN PENDIDIKAN

SISWA
Kreatif dan Inovatif
Komunikasi
Kolaborasi
Berpikir kritis dan
memecahkan masalah
Berkarakter Santun Kepribadian
Sosial
Kepribadian Supervisi Manajerial
Sosial Supervisi Akademik
Manajerial Evaluasi Pendidikan
Supervisi GURU Penelitian dan
Kewirausahaan Pengembangan
Kepribadian
Sosial
Profesional
KEPALA Pedagogik PENGAWAS
SEKOLAH SEKOLAH
Modal Apa Yang Sudah Kita Miliki
1. Sejak 2009 Anggaran Pendidikan sudah dijamin minimal
sebesar 20 per sen dari APBN dan APBD.
2. Dengan disahkannya UU Guru dan Dosen maka
kesejahteraan guru semakin membaik karena mendapat
tunjangan profesi. Mendekati Rp. 80 triliun sudah
dibayarkan tiap tahun untuk tunjangan profesi guru.
Diharapkan 10% dari dana ini digunakan untuk peningkatan
profesionalitas berkelanjutan guru.
3. Disediakannya biaya operasional yg semakin besar utk
penyelenggaraan pendidikan di semua satuan pendidikan.
Lebih dari Rp 40 triliun digunakan untuk membayar BOS
(Bantuan Operasional Sekolah) ini, yang seharusnya minimal
20% dari anggaran ini digunakan untuk peningkatan
profesionalitas berkelanjutan guru.
Modal Apa Yang Sudah Kita Miliki
(lanjutan)
3. Dana desa yg semakin besar (tahun 2016, Rp. 60 triliun) bisa
digunakan utk mendukung penyelenggaraan pendidikan yg
bermutu.
4. 5 persen dari APBN akan dialokasikan utk Kesehatan
5. Tersedianya dana untuk infrastruktur yang semakin besar
akan meningkatkan aksessibilitas anak-anak di daerah 3T
(Terpencil, Tertinggal, dan Terluar) untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih bermutu.
6. Tersedianya berbagai CSR yang ditujukan untuk peningkatan
akses pendidikan yang bermutu dan merata untuk anak
bangsa.
Terima kasih…
55
56

Anda mungkin juga menyukai