Anda di halaman 1dari 11

1.

ASEAN ( Association of South East Asia Nations)


ASEAN adalah bentuk kerjasama regional di antara negara-negara di wilayah Asia Tenggara.
Anggotanya meliputi Indonesia, Singapura, Malaysia, Philipina, Thailand, Brunai Darussalam ( 7 januari
1984), Vietnam (1995), Laos (1997), Myanmar (1997), dan Kamboja ( 30 April 1999).

Sebelum ASEAN berdiri di Asia Tenggara telah ada organisasi regional ASA (Association of South East
Asia) yang berdiri pada tanggal 31 Juli 1961 di Bangkok, oleh Malaysia, Philipina dan Muang Thai. Pada
tanggal 18 Agustus 1967 negara anggota ASA dengan Indonesia dan Singapura, menetapkan persetujuan
untuk memperluas keanggotaan ASA dengan sebuah nama baru yaitu, ASEAN.

Berdirinya ASEAN ditandai dengan penandatanganan Deklarasi ASEAN, oleh 5 menteri luar negeri
negara ASEAN, pada tanggal 8 Agustrus 1967 . Tokoh yang menandatangani Deklarasi Bangkok
(Bangkok Declaration) itu adalah:

a.H. Adam Malik; Menteri Presidium Urusan Politik / Menteri Luar Negeri Indonesia.

b.Tun Abdul Razak; Pejabat Perdana Menteri Malaysia.

c.S. Rajaratman; Menteri Luar Negeri Singapura.

d.Narsisco Ramos; Menteri Luar Negeri Filipina.

e.Thanat Khoman; Menteri Luar Negeri Thailand

Sejarah pembentukan ASEAN didasarkan pada kepentingan bersama dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya, factor internal, dan eksternal.

1)Faktor internal, yaitu tekad bersatu untuk memperjuangkan kepentingan bersama dan sama-sama
sebagai bekas negara jajahan barat;

2)Faktor eksternal, yaitu adanya perang Vietnam dan sikap RRC ingin mendominasi Asia Tenggara.

Dalam perkembangan selanjutnya keanggotaan ASEAN bertambah satu persatu seiring dengan
perkembangan jaman diantaranya :

Brunai Darussalam, tanggal 8 Januari 1984

Vietnam, tanggal 28 Juli 1995

Laos dan Myanmar, tanggal 23 Juli 1997

Kamboja, tanggal 30 April 1999.

Dengan demikian sampai saat ini ASEAN beranggotakan semua negara di Asia Tenggara kecuali Timor
Leste dan Papua Nugini.

Tujuan ASEAN

1)Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di Asia


tenggara.

2)Memelihara perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menaati keadilan tata hukum dalam
hubungan antara negara-negara Asia tenggara serta berpegang teguh pada asas-asas Piagam PBB.

3)Memajukan kerjasama yang aktif dalam bidang ekonomi, sosial budaya, teknik, ilmu pengetahuan dan
administrasi.
4)Saling memberi bantuan dalam bentuk fasilitas latihan dan penelitian.

5)Meningkatkan penggunaan pertanian, industri, perdagangan jasa dan meningkatkan taraf hidup.

6)Memajukan studi tentang Asia Tenggara.

7)Memelihara kerjasama yang erat dan bermanfaat dengan organisasi-organisasi internasional dan
regional lain, yang sama tujuannya dengan tujuan ASEAN.

Struktur ASEAN

Untuk memperlancar tugas dan tujuan ASEAN, dibentuklah struktur organisasi sebagai berikut :

1.Sebelum KTT di Bali 1976

a). ASEAN Ministerial Meeting (Sidang Tahunan Para Menteri)

b). Standing Committee (Badan yang bersidang di antara dua siding menlu Negara

ASEAN untuk menangani persoalan-persoalan yang memerlukan keputusan para menteri.)

c). Komite-komite tetap dan komite-komite khusus.

d). Sekretariat nasioanal ASEAN pada setiap ibu kota negara-negara anggota ASEAN.

2.Setelah KTT di Bali 1976

Dalam KTT kedua di Kuala Lumpur pada tahun 1977, peserta KTT telah menyepakati dan mengesahkan
struktur organisasi ASEAN sebagai berikut :

a)Pertemuan para Kepala pemerintahan (summit meeting) merupakan kekuasaan tertinggi di dalam
ASEAN. Pertemuan Tingkat Tinggi (KTT) ini adalah apabila perlu untuk memberikan pengarahan
kepada ASEAN.

b)Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri (Annual Ministerial Meeting).

Peranan dan tanggung jawab siding ini adalah perumusan garis kebijaksanaan dan koordinasi kegiatan-
kegiatan ASEAN sesuai dengan Deklarasi Bangkok.

c) Sidang Para menteri Ekonomi

Sidang ini diselenggarakan satu tahun 2 kali, yamg tugasnya selain merumuskan kebijaksanaan –
kebijaksanaan dan koordinasi yang khusus, yang menyangkut kerjasama yang ada di bawahnya.

d)Sidang Para menteri lainnya / Non ekonomi

Sidang ini merumuskan kebijaksanaan –kebijaksanaan yang menyangkut bidangnya masing-masing,


seperti pendidikan, kesehatan, sosial budaya, penerangan, perburuhan, ilmu pengetahuan dan teknologi.

b)Standing Committee

Badan ini tugasnya membuat keputusan-keputusan dan menjalankan tugas-tugas perhimpunan di antara
dua buah siding tahunan menteri luar negeri.

c)Komite-komite ASEAN

Dalam KTT ini disetujui pula bahwa tempat Sekretariat ASEAN di Jakarta. Sekretariat ASEAN
dipimpin oleh sekretaris jendral atas dasar pengangkatan oleh para Menlu ASEAN secara bergilir.
Sekretaris jendral ASEAN mempunyai masa jabatan dua tahun. Dia dibantu staf regional dan staf
nasional.

2.Konferensi ASIA AFRIKA

a.Latar Belakang KAA

Setelah sepuluh tahun berakhirnya Perang Dunia II, usaha PBB dalam menegakkan perdamaian dunia
belum berhasil secara memuaskan. Sementara itu, rakyat-rakyat di Asia Afrika terus bergolak untuk
membebaskan diri dalam mencapai kemerdekaan. Di pihak lain, Indonesia juga mengalami revolusi fisik
sejak tahun 1945-1950.

Indonesia, sebagai salah satu Negara yang baru saja merdeka mengajukan gagasan untuk
menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika. Gagasan ini diajukan dalam Konferensi Kolombo di Sri
Lanka Ternyata gagasan ini mendapat sambutan dari perdana menteri negara-negara yang hadir.
Konferensi Kolombo ini dihadiri oleh lima negara, yaitu:

1)Indonesia diwakili oleh PM Ali Sastroamidjojo;

2)India diwakili oleh PM Pandit J Nehru

3)Pakistan diwakili oleh PM Muh Ali

4)Myanmar diwakili oleh PM Unu

5)Srilanka diwakili oleh PM Sir John Kotelawala

Secara lebih rinci gagasan lahirnya KAA di Bandung dapat diuraikan sebagai berikut :

1)Tanggal 23 Agustus 1953, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo (Indonesia) di Dewan Perwakilan
Rakyat Sementara mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara di Asia dan Afrika bagi
perdamaian dunia.

2)Tanggal 25 April – 2 Mei 1954 berlangsung Persidangan Kolombo di Srilangka. Hadir dalam
pertemuan tersebut para pemimpin dari India, Pakistan, Burma (sekarang Myanmar) dan Indonesia.
Dalam konferensi ini Indonesia memberikan usulan perlu adanya Konferensi Asia Afrika.

3)Tanggal 28-29 Desember 1954, Untuk mematangkan gagasan masalah persidangan Asia-Afrika,
diadakan persidangan Bogor. Dalam persidangan ini dirumuskan lebih rinci tentang tujuan persidangan,
serta siapa saja yang akan diundang.

4)Tanggal 18-24 April 1955, Konferensi Asia Afrika berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung.
Persidangan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno dan diketuai oleh PM Ali Sastroamidjojo. Hasil dari
persidangan ini berupa persetujuan yang dikenal dengan nama Dasasila Bandung.

Tujuan KAA

Tujuan konferensi ini adalah :

a.Meningkatkan kemauan baik dan kerjasama antara bangsa Asia Afrika, serta untuk menjajagi dan
melanjutkan baik kepentingan timbal balik maupun kepentingan bersama

b.Mempertimbangkan masalah-masalah sosial, ekonomi, dan budaya dalam hubungannya dengan negara-
negara peserta,
c.Mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus yang menyangkut rakyat Asia-
Afrika, dalam hal ini menyangkut kedaulatan nasional, rasialisme, dan kolonialisme,

d.Meninjau posisi Asia Afrika dan rakyatnya dalam dunia masa kini dan sumbangan yang dapat
diberikan dalam peningkatan perdamaian dunia dan kerjasama internasional.

3. Gerakan Non Blok


Gerakan Non Blok (GNB) dibentuk oleh beberapa negara yang cinta damai dan ingin berperan aktif
dalam mencari solusi terbaik dalam rangka menciptakan perdamaian dan keamanan dunia. Pertentangan
atau rivalitas antara Blok Barat dan Blok Timur semakin memuncak. Meskipun pertentangan itu belum
sampai menyebabkan terjadinya peperangan secara terbuka, namun perang dingin antara kedua blok telah
menimbulkan ketegangan sehingga mengganggu ketertiban dan perdamaian dunia. Dengan demikian,
gagasan untuk mendirikan GNB merupakan upaya cerdas untuk meredakan ketegangan, sekaligus
mewujudkan kehidupan dunia yang tertib, aman, dan damai berdasarkan prinsip-prinsip kebebasan untuk
menentukan cita-citanya. Untuk meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur, beberapa
negarawan dari Indonesia, India, dan Yugoslavia mengadakan pertemuan di pulau Brioni, Yugoslavia
dan berhasil mencetuskan ide pembentukan Gerakan Non Blok (GNB). Beberapa tokoh yang dianggap
sebagai pemrakarsa berdirinya GNB adalah:

a. Presiden Soekarno (Indonesia),

b. Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia),

c. Presiden Gamal Abdul Naser (Mesir),

d. Perdana Menteri Jawaharlal Nehru (India), dan

e. Perdana Menteri Kwame Nkrumah (Ghana).

Mereka sepakat menggalang solidaritas untuk mengenyahkan kolonialisme dalam segala bentuknya dan
mereka menentukan sikap bersama terhadap perang dingin. Oleh karena itu dirasakan perlu membentuk
organisasi yang tidak terikat kepada salah satu blok yang sedang terlibat perang dingin. Pada tahun

1961 ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur semakin memuncak, ketika dibangun tembok Berlin
untuk membelah kota Berlin. Ketegangan semakin memuncak, ketika pada tahun yang sama timbul krisis
di Kuba, setelah Uni Soviet membangun pangkalan rudal di negara itu. Ketegangan tersebut ikut
mendorong terbentuknya GNB. Pada tahun 1961 berlangsung pertemuan persiapan KTT I GNB di Kairo.
Pertemuan itu berhasil mengangkat 5 prinsip yang menjadi dasar GNB. Dari kelima prinsip itu memuat
dua hal yang menjadi perhatian utama GNB, yaitu kolonialisme dan negara superpower. Adapun kelima
prinsip tersebut adalah:

a. Tidak berpihak terhadap salah satu dari dua blok, yaitu Blok Barat dan Blok Timur.

b. Berpihak terhadap perjuangan anti kolonialisme.

c. Menolak ikut serta dalam berbagai bentuk aliansi militer.

d. Menolak aliansi bilateral dengan negara super power.

e. Menolak pendirian basis militer negara super power di wilayah masing-masing.

*Tujuan Gerakan Non-Blok

Adapun tujuan berdirinya GNB dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


a. Tujuan ke dalam, yaitu mengusahakan kemajuan dan pengembangan ekonomi, sosial, dan politik yang
jauh tertinggal dari negara-negara maju.
b. Tujuan ke luar, yaitu berusaha meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur menuju
terwujudnya dunia yang tertib, aman, dan damai.

Gerakan Non-Blok dan Dasasila Bandung memiliki keterkaitan yang erat. Hal ini dapat dilihat dari salah
satu asas yang dipakai Gerakan Non-Blok. Asas tersebut adalah berusaha menyokong perjuangan
kemerdekaan di semua tempat. Asas lainnya adalah memegang teguh perjuangan melawan imperialisme,
kolonialisme, dan neokolonialisme. Semangat Dasasila Bandung juga terlihat dari tujuan-tujuan Gerakan
Non-Blok berikut, Mengembangkan solidaritas antara sesama negara berkembang dalam mencapai
persamaan, kemakmuran, dan kemerdekaan. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perseteruan
antara Blok Barat dan Blok Timur Berusaha membendung pengaruh buruk, baik dari Blok Barat maupun
Blok Timur

4.DEKLARASI DJUANDA

Latar belakang

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri
Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa
laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia
Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam
peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di
sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini
berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan


(Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari beberapa negara, sehingga laut-
laut antarpulau pun merupakan wilayah Republik Indonesia dan bukan kawasan bebas. Deklarasi
Djuanda selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas
wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km² menjadi 5.193.250 km² dengan
pengecualian Irian Jaya yang walaupun wilayah Indonesia tapi waktu itu belum diakui secara
internasional.

Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau terluar ( kecuali Irian
Jaya ), terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut.

Setelah melalui perjuangan yang penjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan
ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law
of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya delarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun
1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai Hari
Nusantara. Penetapan hari ini dipertegas oleh Presiden Megawati dengan menerbitkan Keputusan
Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara, sehingga tanggal 13 Desember resmi
menjadi hari perayaan nasional tidak libur.

Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:

Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri

Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan

Tujuan

1.Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat
2. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan

3. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan keselamatan NKRI

4. Untuk mengatasi masalah di atas, pemerintah Indonesia dipimpin oleh PM Juanda pada tanggal 13
Desember 1957 telah mengeluarkan keputusan yang dikenal dengan Deklarasi djuanda, yang isinya :

5. Demi kesatuan bangsa, integritas wilayah, serta kesatuan ekonomi, ditarik garis-garis pangkal lurus
yang menghubungkan titi-titik terluar dari pulau-pulau terluar.

6. Negara berdaulat atas segala perairan yang terletak dalam garis-garis pangkal lurus termasuk dasar laut
dan tanah dibawahnya serta ruang udara di atasnya, dengan segala kekayaan didalamnya.

7. Laut territorial seluas 12 mil diukur dari pulau yang terluar.

8. Hak lintas damai kapal asing melalui perairan Nusantara (archipelago watwrs) dijamin tidak
merugikan kepentingan negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.

5.OKI
Latar belakang

Beberapa hal berikut inilah yang melatar belakangi berdirinya OKI (Organisasi Konferensi Islam):

1.terjadinya pembakaran mesjid Aqsha oleh Israel.

2. Israel menduduki Negara-negara jazirah arab yang menyebabkan perang Arab-israel pada tahun 1967.

3.israel menduduki yarussalem.

TUJUAN BERDIRINYA OKI

1. Melenyapkan perbedaan diskriminisasi, kolonialsme, dan rasial.


2. Memperteguh dan menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3. Membantu dan mendukung palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4. Meningkatkan solidaritas antar Negara-negara islam.

NEGARA-NEGARA ANGGOTA OKI

1. Afganistan1969
2. Aljazair1969
3. Chad1969
4. Guinea1969
5. Indonesia1969
6. Iran1969
7. Kuwait1969
8. Lebanon1969
9. Libya1969
10. Malaysia1969
11. Mali1969
12. Maroko1969
13. Mauritania1969
14. Mesir1969
15. Niger1969
16. Pakistan1969
17. Palestina1969
18. ArabSaudi1969
19. Senegal1969
20. Sudan1969
21. Somalia1969
22. Tunisia1969
23. Turki1969
24. Yaman1969
25. Yordania1969
26. Bahrain1970
27. Oman1970
28. Qatar1970
29. Suriah1970
30. Uni Emirat Arab1970
31. Sierra Leone1972
32. Bangladesh1974
33. Gabon1974
34. Gambia1974
35. Guinea-Bissau1974
36. Uganda1974
37. BurkinaFaso1975
38. Kamerun1975
39. Komoro1976
40. Irak1976
41. Maladewa1976
42. Djibouti1978
43. Benin1982
44. Brunei1984
45. Nigeria1986
46. Azerbaijan1991
47. Albania1992
48. Kirgizstan1992
49. Tajikistan1992
50. Turkmenistan1992
51. Mozambik1994
52. Kazakhstan1995
53. Uzbekistan1995
54. Suriname1996
55. Togo1997
56. Guyana1998
57. Pantai Gading2001

6.JAKARTA INFORMAL MEETING


LATAR BELAKANG

Invasi (serbuan) yang terjadi kepada Kamboja yang dilakukan pada tahun 1978 segera menarik perhatian
dunia. Negara-negara Barat yang dipelopori oleh Amerika Serikat mengutuk invasi Vietnam tersebut,
sedangkan negara-negara Blok Timur yang dipelopori oleh Uni Soviet mendukung sikap Vietnam itu.

TUJUAN

Untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai atau berperang di kamboja dengan cara mempertemukan
mereka dalam suatu perundingan. Akhirnya dibentuklah Jakarta informal meeting(JIM).artinya
pertemuan tidak resmi yang diadakan di Jakarta tahun 1988.

7.Misi garuda
Latar belakang
Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional
Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta
mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957.
Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan sejumlah peran
dalam percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam
rangka membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini
Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun
2014 Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke
duapuluh tiga (XXIII).

Sejarah Kontingen Garuda


Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara Nasional Indonesia
yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia mulai turut serta mengirim
pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB sejak 1957.

Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, Mesir segera mengadakan sidang
menteri luar negeri negara-negara Liga Arab. Pada 18 November 1946, mereka menetapkan resolusi
tentang pengakuan kemerdekaan RI sebagai negara merdeka dan berdaulat penuh. Pengakuan tersebut
adalah suatu pengakuan de jure menurut hukum internasional.

Untuk menyampaikan pengakuan ini Sekretaris Jenderal Liga Arab ketika itu, Abdurrahman Azzam
Pasya, mengutus Konsul Jendral Mesir di India, Mohammad Abdul Mun'im, untuk pergi ke Indonesia.
Setelah melalui perjalanan panjang dan penuh dengan rintangan terutama dari pihak Belanda maka
akhirnya ia sampai ke Ibu Kota RI waktu itu yaitu Yogyakarta, dan diterima secara kenegaraan oleh
Presiden Soekarno dan Bung Hatta pada 15 Maret 1947. Ini pengakuan pertama atas kemerdekaan RI
oleh negara asing.

Hubungan yang baik tersebut berlanjut dengan dibukanya Perwakilan RI di Mesir dengan menunjuk HM
Rasyidi sebagi Charge d'Affairs atau "Kuasa Usaha". Perwakilan tersebut merangkap sebagai misi
diplomatik tetap untuk seluruh negara-negara Liga Arab. Hubungan yang akrab ini memberi arti pada
perjuangan Indonesia sewaktu terjadi perdebatan di forum Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan
PBB yang membicarakan sengketa Indonesia-Belanda, para diplomat Arab dengan gigih mendukung
Indonesia.

Presiden Sukarno membalas pembelaan negara-negara Arab di forum internasional dengan mengunjungi
Mesir dan Arab Saudi pada Mei 1956 dan Irak pada April 1960. Pada 1956, ketika Majelis Umum PBB
memutuskan untuk menarik mundur pasukan Inggris, Prancis dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia
mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke
Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I atau KONGA I.
Tujuan Pengiriman Kontingen Garuda
Dalam rangka ikut mewujudkan perdamaian dunia, maka Indonesia memainkan sejumlah peran dalam
percaturan internasional. Peran yang cukup menonjol yang dimainkan oleh Indonesia adalah dalam
rangka membantu mewujudkan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional. Dalam hal ini
Indonesia sudah cukup banyak pengirimkan Kontingen Garuda (KONGA) ke luar negeri. Sampai tahun
2015 Indonesia telah mengirimkan kontingen Garudanya sampai dengan kontingen Garuda yang ke
duapuluh enam (XXVI).

Bagi bangsa Indonesia pengiriman Misi Garuda untuk memenuhi permintaan PBB memiliki alasan yang
kuat. Yang pertama sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi ikut
melaksanaka ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial dan kedua sesuai dengan
politik Luar Ngeri Indonesia bebas aktif, diantaranya :
1. Ikut serta sebagai anggota Dewan Keamanan PBB
2. Mewujudkan Landasan ideologi Indonesia (Pancasila)
3. Menyesuaikan Landasan Konstitusional Indonesia ( Pembukaan UUD 1945)
4. Perwujudan dari politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.

Peran Indonesia dalam organisasi internasional


 Peran Indonesia dalam KAA
Dasasila Bandung yang menghasilkan Spirit Bandung atau Semangat Bandung berpengaruh besar
terhadap Indonesia. Derajat bangsa Indonesia sebagai negara muda naik karena kemampuannya
menyelenggarakan konferensi tingkat internasional. Dalam KAA Indonesia bertindak sebagai
pemrakarsa sekaligus penyelenggara. Selain itu, beberapa jabatan vital dalam KAA dipegang oleh
putraputra bangsa. Misalnya, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dipilih sebagai ketua sidang
dan Roeslan Abdoelgani sebagai sekjen KAA.
 Peran Serta Indonesia dalam Gerakan Non-Blok
Indonesia menganut politik luar negeri bebas dan aktif. Oleh karena itu, Indonesia berusaha
menunjukkan peran serta dalam organisasi Gerakan Non-Blok. Peran serta Indonesia dalam
Gerakan Non-Blok sebagai berikut:

 Sebagai salah satu negara pemrakarsa.


 Sebagai salah satu negara pengundang pada Konferensi Tingkat Tinggi GNB yang pertama.
 Pernah menjadi ketua GNB pada tahun 1992–1995. Pada saat itu Indonesia menjadi tuan rumah
penyelenggara KTT X GNB di Jakarta. Peserta yang menghadiri KTT X berjumlah 106 negara.
 Indonesia juga turut memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan perdamaian dunia,
memperjuangkan HAM, dan tata ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Indonesia
memandang GNB sebagai wadah yang tepat bagi negara-negara berkembang untuk
memperjuangkan cita-citanya. Sikap ini secara konsekuen diaktualisasikan Indonesia dalam
kiprahnya di GNB.

 Peran Serta Indonesia dalam ASEAN


Indonesia menunjukkan peran aktif dalam ASEAN sejak masa pembentukannya. Indonesia
berkeyakinan bahwa Asia Tenggara bisa berkembang menjadi kekuatan regional yang mandiri
dan kuat. Peran Indonesia dalam ASEAN sebagai berikut:

 Sebagai negara pemrakarsa berdirinya ASEAN.


 Sebagai penyelenggara KTT I dan IX yaitu di Bali.
 Sebagai tempat kedudukan sekretariat tetap, yaitu di Jakarta.
 Turut menyelesaikan pertikaian antarbangsa atau negara.
 Mendukung kesepakatan bahwa Asia sebagai kawasan yang bebas, damai, netral, atau Zone of
Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN).
 Menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting (JIM) untuk meredakan konflik di wilayah
Kamboja.

 Peran Serta Indonesia dalam APEC


Pada tahun 1989 Indonesia membantu terbentuknya APEC. Indonesia ikut menikmati hasil nyata
dari forum kerja sama ekonomi tersebut. Negara anggota APEC merupakan mitra dagang utama
bagi Indonesia. Jumlah impor Indonesia sebesar 63,6% dari total impor Indonesia. Jumlah ekspor
Indonesia mencapai 61% dari total ekspor Indonesia. Selain itu, 50% sumber investasi asing
langsung berasal dari kerja sama Indonesia dengan negara anggota-anggota APEC.

Negara tempat penyelenggaraan pertemuan APEC menjadi ketua APEC. Indonesia menjadi tuan
rumah pertemuan pemimpin APEC pada tanggal 5 November 1994, di Bogor. Pada saat yang
sama Indonesia menjadi ketua Gerakan Non-Blok. Hal ini membuktikan Indonesia berperan
penting dalam organisasi-organisasi regional dan internasional. Peran Indonesia dalam APEC
antara lain:

 ikut mewujudkan ketertiban dunia melalui forum konsultasi APEC yang jujur, adil, dan bebas;
serta
 saling membantu tanpa membedakan tingkat kemajuan bangsa.

 Peran Indonesia dalam PBB


Indonesia memiliki peran besar dalam PBB. Indonesia terdaftar dalam beberapa lembaga di
bawah naungan PBB. Misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial), ILO (Organisasi
Buruh Internasional), maupun FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian). Indonesia juga terlibat
langsung dalam pasukan perdamaian PBB. Dalam hal ini Indonesia mengirimkan Pasukan
Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara yang mengalami konflik.
Indonesia terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB untuk masa bakti 2007–
2009. Proses pemilihan dilakukan Majelis Umum PBB melalui pemungutan suara. Pada
proses pemungutan suara, Indonesia memperoleh 158 suara dukungan dari keseluruhan 192
negara anggota yang memiliki hak pilih. Pemilihan ini merupakan kali ketiga Indonesia
menjadi anggota Dewan Keamanan PBB setelah periode 1974–1975 dan 1995–1996.

Sejak tanggal 1 Januari 2007 Indonesia diberi kehormatan bersama-sama dengan lima negara
besar (Amerika, Inggris, Prancis, Cina, Rusia) dan sembilan negara lain untuk memutuskan
upaya mengatasi konflik besar di berbagai negara. Salah satu keuntungan yang paling
menonjol dari penunjukan sebagai anggota Dewan Keamanan PBB adalah meningkat.
 tidak puas? sampaikan!

Anda mungkin juga menyukai