Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
PT Kereta Api Logistik (KALOG) area Sumatera Selatan, yang berlokasi di Stasiun
Kertapati-Palembang merupakan salah satu area pelayanan KALOG yang bergerak di bidang
penyedia jasa penanganan (handling) batubara berupa Bongkar/Muat (Loading/Unloading)
batubara dan Manajemen Stockpile (penyimpanan). Manajemen stockpile adalah pengelolaan
kawasan sebagai tempat transit batubara sebelum dilakukan pengiriman menuju kapal mother
vessel di tengah laut dan konsumen akhir. Area manajemen stockpile yang dikelola saat ini
berlokasi di dekat Stasiun Sukacinta – Lahat dan di samping Stasiun Kertapati Palembang.
Bentuk pelayanan yang diberikan meliputi: penempatan dan penataan batubara, loading dan
unloading serta monitoring dan controlling batubara di stockpile.
Dalam proses pengisian batubara ke tongkang, PT Kereta Api Logistik
menerapkankan tiga cara yaitu sistem trucking, sistem belt conveyor dan kombinasi antara
sistem trucking dengan sistem belt conveyor. PT Bara Alam Utama (BAU) selaku pihak
penambang batubara yang berlokasi di Lahat menjalin hubungan kerja sama dengan PT
Kereta Api Logistik dalam hal pemuatan (loading) batubara di Sukacinta dari stockpile ke
dalam container di atas gerbong kereta api dan pembongkaran (unloading) batubara di
Kertapati dari atas gerbong kereta api ke atas truk kemudian diangkut untuk ditumpuk di
stockpile dan selanjutnya dimuat ke atas tongkang di atas Sungai Musi.
PT Bara Alam Utama menargetkan kuota angkutan dan handling batubara yang harus
dimuat ke tongkang dibagi ke dalam 3 (tiga) tahap. Tahap pertama kuota batubara yang
dimuat ke tongkang sebesar 500.000 ton per tahun, tahap ke dua sebesar 1.500.000 ton per
tahun dan tahap ke tiga sebesar 2.500.000 ton per tahun. Untuk saat ini tahap yang sedang
dikerjakan adalah tahap kedua yaitu kuota batubara yang harus dimuat per tahun sebesar
1.500.000 ton. Adanya rencana peningkatan kuota angkutan dan handling seperti di atas,
menuntut KALOG sebagai penyedia jasa Loading/Unloading (Lo/Lo) perlu mengembangkan
strategi dan teknik tentang proses Lo/Lo batubara dari stockpile ke kapal tongkang yang
efisien dan efektif. Data empirik di lapangan menunjukkan bahwa proses pemuatan (loading)
batubara dari stockpile ke atas tongkang dengan menggunakan kombinasi alat trucking dan
conveyor masih berkisar antara 2-3 hari kerja. Padahal keinginan BAU adalah proses loading
batubara ke atas tongkang untuk kapasitas tongkang rata-rata 7.500 ton harus kurang dari 1
(satu) hari kerja (24 jam).
Kinerja KALOG seperti di atas sangat tidak dikehendaki oleh BAU. Karena dengan
jumlah hari kerja yang ditetapkan selama 341 hari per tahun maka jumlah batubara yang
harus didistribusikan setiap harinya adalah sebesar 4.398,82 ton per hari tidak akan tercapai.
Kendala yang terjadi dalam proses pendistribusian ini adalah masalah jumlah dan kapasitas
kereta serta infrastruktur yang kurang mendukung, misalnya panjang container yard yang
hanya sekitar 250 meter atau hanya mampu menampung 15 gerbong datar (Standformasi/SF)
sementara dalam satu kereta terdapat 30 gerbong datar, sehingga harus dilakukan pemutusan
rangkaian dulu agar dapat memasuki area container yard dan proses bongkar kereta baru bisa
dikerjakan. Proses pemutusan rangkaian ini merupakan salah satu contoh yang
mempengaruhi proses pengisian tongkang menjadi lebih lama.
Namun dalam penelitian yang menjadi fokus penelitian adalah mengenai masalah
teknis pada alat bantu muat dan alat angkut batubara dalam proses pengisian tongkang dari
stockpile ke tongkang. Langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisa permasalahan
tersebut adalah dengan menghitung waktu kerja efektif dari alat muat dan alat angkut yang
tersedia, dengan mengetahui nilai waktu efektif maka selanjutnya dapat dihitung nilai
efisiensinya hal ini dilakukan untuk mengetahui produktivitas produksi dari setiap alat yang
digunakan. Selain itu perlu juga diamati mengenai hambatan-hambatan yang sering terjadi
yang mengakibatkan produktivitas produksi dari alat itu sendiri menjadi menurun.
Waktu efektif adalah waktu kerja yang tersedia dalam satu hari dikurangi jumlah
waktu hambatan. Sementara efisiensi kerja adalah untuk mengetahui seberapa besar optimal
pemakaian alat tersebut terhadap waktu yang tersedia.
Asumsi:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah,
asumsi, mamfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab V Analisis
Bab ini berisi interpretasi dari hasil pengolahan data penelitian dengan berlandaskan teori
sesuai dengan metodologi penelitian.