Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan sumber daya manusia (SDM) semakin meningkat baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Dengan adanya efektivitas, efisiensi,
dan produktivitas, perusahaan dapat mengetahui bagaimana optimalisasi
sumber daya yang digunakan dan dapat mengetahui pencapaian target yang
telah dijalankan oleh perusahaan. Terkait dengan optimalisasi sumber daya
ini, hal yang sering dilakukan oleh suatu perusahaan baik industri jasa
maupun manufaktur adalah efisiensi dalam hal sumber daya manusia
(SDM). Efisiensi dalam bidang SDM ini terkait dengan beban kerja yang
harus ditanggung dalam suatu unit organisasi dalam suatu organisasi. Untuk
melakukan efisiensi dalam bidang SDM, dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain dengan membuat suatu analisis yang tepat terhadap
aktivitas-aktivitas yang terjadi dan beban kerja yang ditimbulkan ataupun
dengan lebih mengoptimalkan jumlah karyawan agar melakukan aktivitas
pekerjaannya secara tepat.
PT. Industri Kapal Indonesia (persero) Makassar adalah perusahaan
galangan kapal yang bergerak dalam bidang produksi maupun reparisi
kapal, pada kegiatan produksi kapal mesin las adalah kebutuhan pokok bagi
karyawan dengan kondisi mesin yang handal dan tetep terjaga dari
kerusakan fatal. Melimpahnya jumlah mesin las yang dibutuhkan begitu
juga kerusakan yang terjadi dan perawatan yang harus rutin dilakukan.
Banyaknya kerusakan yang terjadi akan berdampak pada terhambatnya
proses produksi. Masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan perbaikan
dan perawatan rutin, perawatan dan perbaikan tersebut tentunya tenaga ahli
pada bagian tersebut yang fokus pada mesin tersebut, PT. IKI (persero)
Makassar memilik karyawan bagian maintenance, namun tenaga tersebut
menangani segala kerusakan yang terjadi pada mesin dan fasilitas pada
perusahaan, sehingga sering keterlambatan pada suatu pekerjaan
dikarenakan tenaga ahli harus mengerjakan perbaikan mesin lain pada waktu
yang sama, sebagai contoh adalah banyaknya kerusakan mesin las yang
harus diperbaiki, sedangkan tenaga ahli sedang menangani perbaikan lain
dan kurangnya tenaga ahli maka terjadi penumpukan. Hal ini dimungkinkan
untuk dilakukan penambahan tenaga pada pada bagian maintenance mesin
las. Penambahan ini harus disesuaikan, terutama dalam hal penyesuaian
karyawan dengan job description yang diberikan. Tetapi pada penyesuaian
ini, belum terdapat dasar perhitungan atau tidak terdapat landasan yang jelas
mengenai alokasi karyawan yang disesuaikan dengan beban kerja yang
mengacu pada job description yang diberikan. Berdasarkan permasalahan
penyesuaian karyawan dengan beban kerja inilah yang akan diteliti lebih
lanjut dengan memperhitungkan beban kerja karyawan pada setiap unit
kerja, sehingga jumlah karyawan pada bagian tersebut sesuai dengan beban
kerja yang dibebankan.
Setiap pekerjaan tentunya memiliki beban kerja yang berbeda-beda,
diperlukan suatu pengukuran beban kerja untuk setiap masing – masing
karyawan sehingga dapat diketahui tingkat pekerjaan yang dapat
diselesaikan oleh setiap karyawan. Usaha yang efektif dan efisien
mengandung arti bahwa output yang dihasilkan oleh setiap karyawan
memenuhi apa yang ditargetkan oleh organisasi. Berdasarkan jumlah output
atau hasil kerja yang mampu dihasilkan oleh setiap karyawan, dapat
diketahui berapa jumlah karyawan yang sesungguhnya diperlukan oleh
perusahaan untuk mencapai target. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
suatu pengukuran beban kerja, sehingga karyawan dapat bekerja optimal
sesuai kemampuannya. Selanjutnya, diharapkan dari perhitungan jumlah
karyawan optimal berdasarkan beban kerja ini, dapat digunakan sebagai
acuan dalam penentuan karyawan.
1.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Perhitungan waktu baku dan beban tugas tenaga ahli maintenance mesin
las PT. IKI (Persero) Makassar.
2. Penentuan jumlah karyawan optimal pada bagian maintenance mesin las
PT. IKI (Persero) Makassar.

1.3 Jadwal dan Tahapan Kegiatan


1.1.1 Jadwal pelaksanaan Kerja Praktek beserta alokasi waktu per
minggu.
Kerja praktek dilaksanakan PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)
Makassar. Kerja praktek dilaksanakan oleh penulis selama 1 bulan,
dimulai pada tanggal 7 Agustus 2017, dan berakhir pada tanggal 7
September 2017, dengan alokasi waktu per minggu sebagai berikut :
- Senin – Kamis, : 07.30 WIB – 16.30 WIB (Dengan waktu istirahat
pukul 11.40 hingga pukul 13.15)
- Jum’at : 07.30 WIB – 16.30 WIB (Dengan waktu istirahat pukul
11.00 hingga pukul 13.15)

1.1.2 Uraian tahap-tahap kegiatan yang dilakukan di tempat Kerja


Praktek
Secara umum kegiatan yang kami lakukan selama Kerja Praktek di
PT.Industri Kapal Indonesia (persero) adalah :
a. Mengetahui struktur organisasi dan ruang lingkup kegiatan PT.
Industri Kapal Indonesia (persero).
b. Mengetahui fungsi dan peranan tiap-tiap departeme/divisi yang
sempat di tempati ketika kerja praktek pada PT. Industri Kapal
Indonesia (Persero) seperti departemen sarana, pergudangan dan
Quality Contol
c. Mendiskusikan serta menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
kepada kepala departemen sesuai penempatan dan karyawan lainnya
baik yang menyangkut ruang lingkup PT. Industri Kapal Indonesia
(persero), maupun yang berhubungan dengan kegiatan survei dan
juga mencari kejanggalan yang terjadi pada departemen sarana
dimana fokus pada manajemen perawatan mesin las dan pada
departemen pergudangan pada alur pengadaan dan pengeuaran barang
material.
d. Ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh karyawan setempat
pada ke-tiga departemen tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Lembaga/Instansi/Perusahaan

Pada tahun 1962 di Makassar dimulai pembangunan proyek


galangan kapal yaitu galangan kapal Paotere dan proyek galangan kapal
Tallo. Proyek galangan kapal Paotere dibangun oleh departemen
perindustrian dasar/pertambangan, dengan maksud untuk membuat kapal-
kapal baja yang berkapasitas 2500 ton, sedangkan galangan kapal Tallo
dibangun oleh departemen urusan veteran dan demobilitas, yang
dimaksudkan untuk membuat kapal-kapal kayu sampai dengan bobot mati
300 ton. Proyek ini memiliki slip way atau fasilitas untuk menaikkan kapal
dari laut ke darat, dan sebaliknya menurunkan kapal dari darat ke laut,
yang panjangnya 45 meter dan mempunyai daya angkut 500 lt (lifting ton).

Pada pertengahan tahun 1963, kegiatan dua proyek ini masing-


masing baru pada taraf pengerjaan dasar. Pada waktu itu proyek galangan
kapal Paotere belum memiliki peralatan sama sekali, sedangkan proyek
galangan kapal Tallo telah memiliki peralatan mesin dan alat-alat lain yang
didatangan dari Polandia. Berhubung karena terbatasnya pembiayaan pada
waktu itu maka pemerintah memutuskan untuk menggabungkan kedua
proyek tersebut yang lokasinya ±2 km antara satu dengan yang lainnya
dibawah pengawasan departemen perindustrian dasar/pertambangan,
kemudian merubah namanya menjadi proyek galangan kapal Makassar
yang lokasinya terletak dipantai Paotere kecamatan Tallo bagian utara kota
Makassar atau sekitar 3,5 km dari pusat kota, diatas areal tanah

seluas 250.000 m2. Dengan diresmikannya proyek tersebut sesuai surat


keputusan presiden No.225/1963. Proyek ini dinyatakan proyek sebagai
proyek vital. Dengan terjadinya penggabungan tersebut, maka :
1. Lokasi bekas proyek galangan kapal Tallo dipindahkan
berdampingan dengan bekas proyek galangan kapal Paotere.
2. Mengadakan redesigning yang disesuaikan dengan biaya yang ada
dan menitik beratkan pada penyelesaian tahap pertama (bekas
proyek galangan kapal) dengan sasaran utama mereparasi dan
memelihara kapal-kapal sampai dengan 500 ton.
3. Menunda pembanguan bekas diteruskan penyelesaiannya pada tahap
kedua (rencana perusahaan).
Galangan Kapal Makasaar tahap pertama diresmikan oleh
Sekretaris Jenderal Departemen Perindustrian yang pada wakti itu
diwakili Departemen Pertambangan tepat pada tanggal 7 Maret 1970.
Galangan Kapal Makassar ini mempunyai slipway horizontal yang
terletak di pantai Paotere kecamatan Tallo bagian utara kota Makassar

dengan areal 250.000 m2.


Sistem docking dari Galangan Kapal Makassar mempunyai slipway
horizontal dan miring. Shifter besar untuk menaikkan dan menurunkan
kapal dari laut atau sebaliknya dan setelah kapal didaratkan, maka kapal
meter dan mempunyai daya angkut 500 ton. Tinggi air di atas shifter
maksimal 3,40 meter. Sebelah barat shifter terdapat areal yang agak luas
untuk tempat penelitian kapal tersebut. Sebelah barat dari slipway
horizontal terdapat 4 sidetrack yang panjangnya masing-masing 140
meter dan 70 meter, dua buah dengan kapasitas 300 ton. Dengan
peralatan yang dimiliki sekarang ini, galangan kapal Makassar baru dapat
melayani kapal yang berukuran sampai 1500 DWT serta mereparasi
kapal yang 500 ton ke bawah kurang lebih dari itu serta mempunyai
fasilitas dan daya tampung sampai 16 buah kapal sekaligus untuk ukuran
seperti tersebut di atas. Galangan kapal Makassar juga membuat kapal -
kapal kayu yang dikerjakan dengan pesanan yang ada berdasarkan
kondisi dan tingkat kegiatan yang dihadapi, galangan baru menyerap
tenaga sebesar kurang lebih 300 orang pegawai atau karyawan yang
setiap hari mempekerjakan 20 sampai dengan 40 orang.
PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) atau disingkat PT IKI
(Persero) didirikan berdasarkan Akte Pendirian No.122 tanggal 29
Oktober 1977, yang dibuat dihadapan Sitske Limowa, S,H. Notaris di
Makassar, kemudian dirubah dengan akte tertanggal 28 Februari 1979
No.151 dan akte tertanggal 7 Juli 1979 No.40, yang dibuat dihadapan
notaris yang sama, dan telah mendapat pengesahan Menteri Kehakiman
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. YA5/374/16
tanggal 5 Agustus 1980 serta termuat dalam Berita Negara Republik
Indonesia No.64 tanggal 11 Agustus 1981, tambahan No.637. Sesuai
dengan Akte Perubahan No.23 tanggal 3 Oktober 1984, yang dibuat
dihadapan Notaris Sitske Limowa, S.H, yang berkedudukan di Makassar,
yang selanjutnya telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
RI tertanggal 18 Maret1985 sesuai Surat Keputusan Nomor C2-1440-
HT.01.04 tahun 1985 dan termuat dalam berita negara RI No.73 tanggal
10 September 1985, perusahaan ini mengalami perubahan nama menjadi
“PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)”. Jadi, jelas di sini bahwa
Galangan Kapal Makassar sekarang telah menjadi unit produksi dari PT.
Industri Kapal Indonesia (Persero).
Pada tahun 1986, unit produksi Galangan Kapal Padang telah
dialihkan pengelolaannya kepada PT. Kodja Jakarta dan tahun 1988 unit
Galangan Kapal Gresik juga dialihkan pengelolaanya dan sebaliknya PT
Dok dan Galangan Kapal Wayime Ambon akan menjadi satu unit
produksi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) sesuai dengan kebijakan
Menteri Perindustrisan dan Menteri Keuangan.

Kondisi umum dok dan galangan kapal mengalami pululan berat


tahun 1985-1989 dan hampir semua galangan kapal mengalami kerugian
yang cukup besar. Demikian juga dok PT Industri Kapal Indonesia
(Persero). Pada tahun itu produksi dan penjualannya mengalami
penurunan yang cukup tajam, sehinggan mengakibatkan konfusi
keuangan tidak sehat dan tidak dapat memperbaiki sarana produksi
sampai pada tahun 1990.
Peningkatan penjualan dan keuntungan mulai didapatkan
sehingga akumulasi kerugian sudah mulai diatasi dan sudah dapat
memperbaiki modal untuk investasi serta membayar kewajiban yang
tertunda. Adapun tujuan didirikannya perusahaan ini sesuai akte
perusahaan tersebut adalah untuk turut melakasanakan dan menunjang
kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
nasional pada umumnya dan khususnya di bidang industri perkapalan
serta mesin-mesin dan industri laogam dasar lainnya. Untuk mencapai
tujuan tersebut, perusahaan menjalankan kegiatan usaha di bidang :

1. Produksi :

a. Mengolah, merakit dan membuat bahan baku tertentu menjadi


kapal, peralatan lepas pantai, alat apung, peralatan dan
perlengkapan kapal lainnya.

b. Merawat, mereparasi, merehabilitasi dan konversi (merubah


bentuk dan fungsi) segala jenis kapal, peralatan lepas pantai serta
alat apung lainnya.

c. Pabrikasi dan perawatan struktur berat permesinan pabrik dan


kegiatan industri lainnya atau sarana produksi dalam sektor
industri perkapalan dan/atau industri sejenisnya.

2. Pemberian jasa dengan melaksanakan studi/penelitian,


pengembangan, desain engineering, angkutan atau perancangan
pembuatan kapal, peralatan lepas pantai, alat apung, pengerjaan
galangan kapal, pengoperasian pabrik, konstruksi, manajemen,
reparasi, pemeliharaan, latihan, pendidikan, konsultasi dan jasa teknis
lainnya dalam sektor industri perkapalan atau industri sejenisnya.

3. Perdagangan dengan menyelenggarakan kegiatan pemasaran baik


dalam maupun luar negeri yang berhubungan dengan hasil produksi
tersebut di atas dan produk-produk lainnya serta kegiatan impor
barang-barang dan/atau suku cadang antara lainya berupa bahan baku
/penolong, komponen dan peralatan produksi.

4. Melakukan kegiatan usaha atau jasa lainnya yang berkaitan dengan


produksi, pemberian jasa, perdagangan yang merupakan sarana
pelengkap atau penunjang dalam mencapai tujuan perusahaan.

Dalam pelaksanaan operasinya sesuai dengan SK diereksi


No.33/DIR- IKI/KPTS/VII/2001 tanggal 16 Juli 2001, mempunyai unit
dok dan unit-unit usaha sebagai berikut :

1. Unit dok dan galangan Makassar

2. Unit dok dan galangan Bitung

3. Unit usaha dan perdagangan Makassar.

2.1.1 Visi Perusahaan

Menjadi pusat pengembangan Industri Maritim dan perkapalan


di kawasan Indonesia timur, serta pusat pengembangan kapal ikan di
Indonesia

2.1.2 Misi Perusahaan

1. Meningkatkan kemampuan perolehan laba dengan cara


meningkatkan penjualan dan efesiensi di segala bidang.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan budaya


perusahaan ( Culture Corporate ) yang sesuai dengan prinsip-
prinsip efesiensi.

3. Menjalankan misi pemerintah sebagai pelopor dan penggerak


pembangunan ekonomi, khususnya di bidang maritim atau
perkapalan
2.1 Bagan Struktur Organisasi

DIREKSI
DIR UTAMA

Dir. Administrasi & keungan Dir. Operasi

Satuan Sekretariat Div. keuangan & Div. Unit galangan Divisi Badan manj. Mutu & Divisi Divisi usaha &
pengawasan intern perusahan akuntasi Pemasaran bitung produksi pengawasan engineering perdagangan
& logistik

Auditor keuangan Departemen Departemen Departemen


Departemen Departemen Departemen Departemen
umum Keuangan Pelayanan Departemen
Produksi Reaparasi QA & QC Produksi
pealanggan Fiber Glass
Auditor keuangan
Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen Departemen
MM. ISO & OHSAS
Sekretariat Akuntansi Kalkulasi Pemasaran Bangunan Produksi Difersifikasi
(Fungsional
Baru Setingkat Dep)

Perwakilan Departemen Departemen Departemen Departemen


Jakarta Perpajakan Keuangan & Departemen Produksi Administrasi
Administrasi Sporting/ keuangan
Fashar
Departemen
SDM Departemen Koordinator
Keuangan Pimpro

Departemen
K3LH

Departemen
Pengembangan
Usaha
Pada gambar 1 disajikan struktur organisasi PT Industri Kapal Indonesia
(Persero) yang menunjukkan hubungan atau hierarki dalam perusahaan tersebut
tentang komunikasi kerja yang ada dan menentukan pembagian tugas dan
wewenang pada perusahaan. Dilihat dari struktur organisasinya PT Industri
Kapal Indonesia (Persero) menggunakan bentuk organisasi garis dan staf.
Dimana bantuan yang diberikan staf hanya berupa nasihat, sedangkan keputusan
dan pelaksanaan dari keputusan tersebut tetap berada ditangan pimpinan.

Adapun yang menjabat saat ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri tentang
pemberhentian dan pengangangkatan anggota direksi perusahaan sebagai
berikut:

1. Ir. H. Abd. Rakhman Caing, MM (Direktur Utama)

2. Ir. La Ode Asmar Parsan, M. Eng (Direktur Produksi)

3. Aurelius Larope, SE. MM (Direktur Keuangan)

4. Ir. Hasanuddin. B. Nur (Direktur Pemasaran)

2.1.3 Uraian Tugas

Dari bagan struktur organisasi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero)


nampak bahwa ada Dewan Komisaris yang diangkat oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) dan unsur lain.

Setiap bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian dan bertanggung jawab
pada manajer divisi di atasnya.

Adapun uraian tugas masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Direktorat

Dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan dua orang Direktur yaitu
Direktur Produksi dan Direktur Keuangan.

2. Biro

Setiap Biro dipimpin oleh seorang general manager dan bertanggung jawab
pada direktorat di atasnya, dan setiap biro membawahi divisi.
3. Divisi

Setiap divisi dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab pada
general manager.

4. Bagian

Setiap bagian dipimpin oleh seorang kepala bagian dan bertanggung jawab
pada manajer divisi di atasnya.

Adapun uraian tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

1) Direktur Utama bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris


atau RUPS dengan tugas pokok bersama-sama para Direktur menetaokan
manajemen dan kebijaksanaan pokok perusahaan dalam jangka panjang
maupun jangka pendek.

2) Direktur Produksi bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama


dengan tugas pokok bersama-sama Direktur Utama dan Direktur
Keuangan menetapkan kebijaksanaan pokok perusahaan dalam jangka
panjang maupun jangka pendek. Mengkoordinir, membina dan
mengawasi pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran (marketing). Design
engineering dan produksi secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan
perusahaan yang telah digariskan RUPS.

3) Direktur Keuangan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama


dengan tugas mengkoordinir, membimbing dan mengawasi
kegiatan bidang keuangan, akuntansi, pergudangan dan perpajakan sesuai
dengan penggarisan Direksi dan manual/sistem akuntansi yang berlaku.

4) Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab pada Direksi dengan tugas


melayani kepentingan direksi dalam melaksanakan tugas sehari-hari yang
meliputi pesiaoan rapat, pelayanan tamu direksi, sebagai notulis rapat,
dan pengelola arsip direksi.

5) Kepala Satuan Pengawasan Intern (SPI) bertanggung jawab kepada


direktur utama dengan tugas melakukan fungsi pemeriksaan intern
(internal auditing) yaitu mengawasi agar kebijaksanaan perusahaan dan
prosedur kerja yang telah ditetapkan oleh direksi dilaksanakan
sebagaimana mestinya, meneliti sebab-sebab terjadinya penyimpangan
dan mengusulkan langkah-langkah perbaikan.

6) Staf Ahli/Asisten bertanggung jawab kepada direksi dengan tugas


memasuki dan meminta data serta keterangan yang berkaitan dengan
perencanaan pelaksanaan pengendalian kegiatan yang dilaksanakannya.

7) Asisten produksi bertanggung jawab kepada direktur produksi dengan


tugas melakukan pengawasan atau kegiatan di bidang produksi maupun
logistik untuk tercapainya efisiensi perusahaan dan mengadakan evaluasi
terhadap kegiatan proyek yang telah selesai dilaksanakan baik untuk
order pekerjaan/nilai penjualan masing-masing order pekerjaan dan
investasi yang diadakan perusahaan.

8) Kepala Biro Quality Assurance dan Kepala Biro Quality Control


bertanggung jawab kepada direktur utama dengan tugas
mengkoordinasikan dan mengawasi mutu pelaksanaan pekerjaan teknis
agar sesuai dengan yang direncanakan untuk pekerjaan order bangunan
baru, reparasi kapal, pekerjaan sipil, dan pekerjaan non kapal, dan
meneliti/memeriksa kontrak/design yang akan dikerjakan berdasarkan
RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan) yang telah disahkan
Rapat Pemegang Saham.

9) Kepala Biro Perwakilan bertanggung jawab kepada Direksi dengan tugas


memimpin dan melaksanakan kegiatan pemasaran untuk kepentingan
perusahaan serta tugas yang telah digariskan dalam RKAP yang telah
disahkan oleh Rapat Pemegang Saham.

10) Kepala Biro Produksi Bangunan Baru bertanggung jawab kepada


Direktur Produksi dengan tugas mengerahkan tenaga untuk kegiatan
operasianal semaksimal mungkin agar dapat mencapai pedapatan yang
telah digariskan dalam RKAP yang telah disahkan oleh Rapat Pemegang
Saham.

11) Kepala Biro Produksi Reparasi bertanggung jawab kepada direksi


produksi dengan tugas mengendalikan dan mengerahkan sarana dan daya
untuk pelaksanaan pekerjaan reparasi kapal secara efisien dan efektif.

12) Kepala Biro Logistik bertanggung jawab kepada direksi produksi dengan
tugas mengkoordinasikan, memimpin dan mengawasi pelaksanaan
pembelian peralatan impor maupun lokal untuk kebutuhan unit dan
galangan unit lainnyasesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
perusahaan dan kebijaksanaan direksi berdasarkan RKAP yang telah
disahkan oleh Rapat Pemegang Saham.

13) Kepala Biro Komersial dan Teknologi bertanggung jawab kepada


direktur komersial/keuangan dengan tugas menyusun rencana anggaran
penjualan tahunan untuk dasar pembuatan RKAP tahun berikutnya,
mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pemasaran dan
engineering secara efisien dan efektif.

14) Kepala Biro Keuangan dan Akuntansi bertanggung jawab kepada direktur
komersial dan keuangan dengan tugas mengkoordinir/membawahi dan
mengawasi kegiatan bidang keuangan akuntansi dan perpajakan.

15) Kepala Biro Umum/Personalia bertanggung jawab kepada direktur


komersial/keuagan dengan tugas mengkoordinir, memimpin
danmengawasi pelaksanaan tugas yang berhubungan dengan masalah
kepegawaian, ketatausahaan, umum/rumah tangga, kehumasan, hukum
dan tugas-tugas umum lainnya.

16) Kepala Divisi Marketing bertanggung jawab langsung kepada biro


komersil dan teknologi dengan tugas mengkoordinasikan, membimbing
dan mengawasi kegiatan semua urusan yang berkaitan dengan pemasaran.

17) Kepala Divisi Keuangan bertanggung jawab langsung kepada kepala biro
keuangan/akuntansi dengan tugas mengkoordinasikan, memimpin dan
mengawasi pelaksanaan tugas-tugas yang menyangkut masalah akuntansi
dan administrasi keuangan agar laporan keuangan dapat disusun tepat
waktu sesuai dengan manual akuntansi yang berlaku.

18) Kepala Divisi Akuntansi bertanggung jawab langsung kepada kepala biro
keuangan/akuntansi dengan tugas mengkoordinasikan, memimpin dan
mengawasi pelaksanaan tugas yang menyangkut kegiatan dibidang
keuangan dan perpajakan.

19) Kepala Divisi Quality Control bertanggung jawab kepada manajer unit
dengan tugas pokok mengkoordinir, membimbing dan mengawasi
kegiatan pengawasan dan penelitian teknis atas pekerjaan pembuatan
kapal baru berdasarkan Network Planning, Production, Schedule,
Pengawasan Mutu serta Waktu Penyelesaian Pekerjaan.

5. Bidang Produksi

PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) perusahaan yang bergerak dibidang


usaha sebagai berikut :

a. Produksi

Adapun hasil produksi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah :

1. Mendesain kapal yaitu membuat kapal untuk dijual kepada pemesan


atau pemilik kapal (masih dalam bentuk gambar)

2. Pembuatan kapal baru yaitu perusahaan membuat desain/kapal,


dimana kapal dibuat di galangan kapal pt. industri kapal indonesia
(persero). Adapun sumber bahan baku yang digunakan untuk
membuat kapal baru tersebut berasal dari tiga sumber, tergantung dari
kesepakatan bersama yaitu perusahaan mendesain kapal serta
menyediakan sendiri bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam
pembuatan kapal baru, perusahaan mendesain kapal tersebut, bahan
disediakan oleh pemilik atau pemesan kapal, perusahaan mendesain
dan membuat kapal baru, membeli bahan baku tetapi pemilik kapal
yang menentukan bahan yang akan digunakan untuk membuat kapal.

3. Pembuatan peralatan lepas pantai yaitu membuat alat yang digunakan


oleh perusahaan minyak lepas pantai seperti pipa dan bor.

4. Pabrikasi struktur baja yaitu membuat peralatan yang akan digunakan


untuk tulang beton atau bangunan.
b. Perbaikan atau Reparasi

Adapun perbaikan/reparasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Running Repair, yaitu memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan


tetapi kapal tersebut masih bisa beroperasi pada saat perbaikan, kapal
yang rusak tidak perlu dibawa ke galangan kapal tetapi cukup
diperbaiki ditempat dimana kapal itu rusak.

2. Floating Repair, yaitu memperbaiki kapal yang rusak,kapal yang


rusak tadi dibawa ke galangan kapal untuk diperbaiki, tetapi kapal
tersebut tidak sempat dinaikkan ke darat (docking), kapal cukup
diperbaiki di galangan saja.

3. Docking Repair, yaitu memperbaiki kapal yang rusak, atau kapal yang
telah tiba saatnya untuk mengalami decking (setiap satu tahun sekali)
agar tetap berjalan sebagaimana mestinya, cara kerjanya ialah kapal
yang rusak dibawa ke galanga kapal, lalu kapal tersebut dinaikkan ke
darat, kemudian diperbaiki.

c. Modifikasi Kapal

Modifikasi kapal yaitu kapal yang akan dimodifikasikan dibuat bentuk


dan fungsinya kemudian kapal dinaikkan ke darat. Adapun modifikasi yang
dilakukan PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah sebagai berikut :

1. Mengubah kapal barang menjadi kapal penumpang atau sebaliknya.

2. Mengubah kapal tongkong menjadi kapal ikan atau sebaliknya.

3. Mengubah kapal barang menjadi kapal tongkong atau sebaliknya.

4. Mengubah kapal barang menjadi kapal ikan atau sebaliknya.

Adapun proses produksi PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) adalah


sebagai berikut :

1) Kantor pusat menerima order dari pihak eksternal (pemesan).

2) Order ini kemudian ditindaklanjuti melalui negosiasi antara pihak


manajemen PT. Industri Kapal Indonesia (Persero) dengan pihak
eksternal (pemesan) tersebut agar tercapai suatu kesepakatan.
3) Setelah kesepakatan tercapai maka langkah selanjutnya adalah
membuat kontrak kerja di atas materai.

4) Atas dasar kontrak kerja ini, kantor pusat memerintahkan unit usaha
untk melaksanakan pekerjaan.

5) Unit usaha menyusun rencana konstruksi dan rencana produksi.

6) Berdasarkan rencana konstruksi dan rencana produksi ini, disusun


time schedule.

7) Pelaksanaan produksi segera dilakukan dengan berpedoman pada


time schedule.

8) Output yang telah dihasilkan kemudian diteliti ulang (quality


control) sebelum diserahkan kepada pemesan.

9) Diadakan serah terima antara unit usaha dok dan galangan dengan
pihak pemesan dan berita acaranya diserahkan di kantor pusat.

2.2 Referensi terkait dengan kajian pelaksanaan KP


2.2.1 Manajemen SDM dan Perencanaan SDM
Manajemen sumber daya manusia disingkat MSDM, adalah suatu
ilmu atau cara bagaimana mengatur hubungan dan peranan sumber daya
(tenaga kerja) yang dimiliki oleh individu secara efisien dan efektif serta
dapat digunakan secara maksimal sehingga tercapai tujuan (goal) bersama
perusahaan, karyawan dan masyarakat menjadi maksimal Perancangan
sumber daya manusia merupakan proses pengambilan keputusan dalam
menyewa dan menempatkan karyawan dalam perusahaan
(Mangkuprawira, 2003). Perencanaan kebutuhan tenaga kerja atau sumber
daya manusia (SDM) dimaksudkan agar jumlah kebutuhan tenaga kerja
masa kini dan masa depan sesuai dengan beban pekerjaan, kekosongan-
kekosongan dapat dihindarkan dan semua pekerjaan dapat dilaksanakan.
Proses perencanaan sumber daya manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu :
a. Lingkungan eksternal. Perubahan-perubahan lingkungan sulit
diprediksi dalam jangka pendek dan kadang-kadang tidak mungkin
diperkirakan dalam jangka panjang.
b. Keputusan-keputusan organisasional. Berbagai keputusan pokok
organisasional mempengaruhi permintaan sumber daya manusia.
c. Faktor-faktor persediaan karyawan. Permintaan sumber daya manusia
dimodifikasi oleh kegiatan-kegiatan karyawan.Pensiun, permohonan
berhenti, terminasi, dan kematian semuanya menaikkan kebutuhan
personalia. Data masa lalu tentang factor-faktor tersebut dan trend
perkembangannya bisa berfungsi sebagai pedoman perencanaan yang
akurat.
2.2.2 Analisis Pekerjaan
Menurut Herman Sofyandi (2008:87,95) dan Dewi Hanggraeni
(2012:27), analisis jabatan/pekerjaan (job analysis) sebagai bagian dari
MSDM dalam suatu organisasi merupakan suatu penentuan dari isi suatu
jabatan yang meliputi tugas, tanggung jawab, dan hubungan dengan
jabatan lain dalam organisasi, serta persyaratan yang dibutuhkan agar
seseorang mampu melaksanakan tugas pekerjaan dalam jabatan yang
diembannya dengan baik. Melalui analisis jabatan akan diperoleh berbagai
ukuran yang merupakan dasar bagi kegiatan-kegiatan dalam fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Analisis jabatandiperlukan untuk mengumpulkan
informasi-informasi guna menyusun deskripsi pekerjaan (job description),
spesifikasi pekerjaan (job specification), dan evaluasi pekerjaan (job
evaluation). Analisis jabatan memiliki kaitan dengan berbagai fungsi dari
manajemen sumber daya manusia, karena dapat menghasilkan deskripsi
jabatan atau pekerjaan yang berisi gambaran mengenai isi dari suatu
jabatan baik yang menyangkut tugas atau pekerjaan, standar kinerja
(performance standard), dan bobot jabatan (job value), maupun
persyaratan pemangku jabatan (job specification) yang akan dapat
digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan pekerjaan dalam lingkup
penarikan karyawan (recruitment). Membandingkan antara standar kinerja
(performance standard) dengan kenyataan kinerja (actual performance)
akan mendapatkan penilaian kinerja (performance appraisal) yang
menjadi dasar bagi pengembangan dan pelatihan karyawan (training and
development). Standar kinerja dan persyaratan jabatan dapat digunakan
untuk menentukan nilai atau bobot jabatan (job value) yang menjadi dasar
dalam pemberian kompensasi. Analisis jabatan merupakan suatu proses
yang sistimatis untuk mengetahui mengenai isi dari suatu jabatan (job
content) yang meliputitugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan, tanggung jawab,
kewenangan, dan kondisi kerja, serta mengenai syarat-syarat kualifikasi
dari suatu jabatan (job specification) yang dibutuhkan seperti pendidikan,
keahlian, kemampuan, pengalaman kerja, dan lain-lain, agar seseorang
dapat menjalankan tugas-tugas dalam suatu jabatan dengan baik. (Herman
Sofyandi, 2008:90)

2.2.3 Beban Kerja


Beban kerja seseorang sudah ditentukan dalam bentuk standar
kerja perusahaan menurut jenis pekerjaannya. Apabila sebagian besar
karyawan bekerja sesuai dengan standar perusahaan, maka tidak menjadi
masalah. Sebaliknya, jika karyawan bekerja di bawah standar maka beban
kerja yang diemban berlebih. Sementara jika karyawan bekerja di atas
standar, dapat berarti estimasi standar yang ditetapkan lebih rendah
dibanding kapasitas karyawan itu sendiri. Kebutuhan SDM dapat dihitung
dengan mengidentifikasikan seberapa banyak output perusahaan pada
divisi tertentu yang ingin dicapai. Kemudian hal itu diterjemahkan dalam
bentuk lamanya (jam dan hari) karyawan yang diperlukan untuk mencapai
output tersebut, sehingga dapat diketahui pada jenis pekerjaan apasaja
yang terjadi deviasi negatif atau sesuai standar. Analisis beban kerja
sangat erat kaitannya dengan fluktuasi permintaan pasar akan barang dan
jasa perusahaan sekaligus dengan pemenuhan SDM yang diperlukan untuk
memenuhi permintaan pasar komoditi. Semakin tinggi permintaan
perusahaan akan segera memenuhinya dengan meningkatkan produksinya.
Sejalan dengan itu jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan semakin banyak
(Mangkuprawira, 2003). Moekijat (2008) menyatakan bahwa prosedur
yang sering digunakan untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang
diperlukan adalah dengan menganalisis pengalaman. Catatan-catatan
tentang hasil pekerjaan dapat menunjukkan volume hasil rata-rata yang
dicapai oleh setiap tenaga kerja. Rata-rata tersebut selanjutnya dapat
digunakan untuk menaksir kebutuhan tenaga kerja

2.2.4 Pengukuran Kerja Dengan Metode Sampling Kerja


Sampling kerja adalah suatu aktivitas pengukuran waktu kerja
untuk mengestimasikan proporsi waktu yang hilang selama siklus siklus
kerja berlangsung atau untuk melihat proporsi kegiatan tidak produktif
yang terjadi.(Wignjosoebroto, 1995: 135)

a. Data Waktu Baku


Penentuan waktu baku untuk menentukan target produksi ini dilakukan
dengan cara pengukuran langsung dengan menggunakan jam henti.
Pengukuran dilakukan dikarenakan didalam melakukan pekerjaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dihindari baik faktor
dari dalam maupun dari luar perusahaan. Adapun langkah-langkah
didalam menentukan waktu baku antara lain :
1. Memilih karyawan secara acak untuk diteliti atau diamati waktu
yang digunakannya untuk menyelesaikan proses produksi.
2. Menghitung waktu rata-rata yang diperlukan untuk menyelesaikan satu
unit pekerjaan.
3. Menguji keseragaman dan kecukupan data hasil pengukuran.
4. Menghitung waktu normal, yaitu waktu yang digunakan oleh seorang
pekerja untuk menyelesaikan satu unit produk.
5. Menghitung waktu cadangan, yaitu waktu yang diperlukan seorang
karyawan yang disebabkan berbagai hal seperti : gangguan mesin,
kelelahan dan lain-lain.
6. Menghitung waktu baku yang diperhitungkan atas penjumlahan waktu
normal dan waktu cadangan.
Penjabaran dari langkah-langkah dalam menentukan waktu baku
diantaranya yang disebutkan diatas sebagai berikut :
a) Memilih dan mengambil karyawan secara acak untuk diteliti atau
diamati waktu yang dipergunakannya untuk menyelesaikan satu unit
pekerjaan, dimana karyawan yang diambil sebagai sampel adalah
karyawan yang bekerjanya sesuai dengan waktu rata-rata, tidak terlalu
cepat ataupun tidak terlalu lambat dalam menyelesaikan pekerjaannya
baru setelah itu dihitung waktu rata-ratanya. Adapun rumus yang
digunakan untuk menghitung waktu rata-rata adalah sebagai berikut :

Keterangan :
X = Waktu rata-rata.
Xi = Data pengukuran
N = Jumlah data pengukuran.

b. Uji Keseragaman Data


Di dalam pengukuran idealnya memperoleh data yang seragam. Uji
keseragaman data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil
pengamatan tersebut seragam atau tidak seragam. Data dikatakan seragam
jika semua data berada diantara dua batas kontrol, yaitu batas kontrol atas
dan batas kontrol bawah. Dari data seragam itulah nanti akan dilakukan
untuk mencari waktu yang diharapkan. Adapun perumusan dari batas
kontrol atas dan kontrol bawah adalah sebagai berikut ( Sutalaksana,
1979: 133) :

∑(Xi − ̅̅̅̅̅
X)2
𝑆𝑑 = √
n−1
𝐵𝐾𝐴 = 𝑥̅ + 3 𝑎

𝐵𝐾𝐵 = 𝑥̅ − 3 𝑎

Keterangan :
BKA = Batas Kontrol Atas
BKB = Batas Kontrol Bawah
X = Harga rata-rata data pengamatan
SD = Standar deviasi data pengamatan

c. Kecukupan Data
Tingkat keyakinan atau ketelitian adalah merupakan pencerminan tingkat
kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan untuk tidak
melakukan jumlah pengukuran yang banyak. Tingkat ketelitian
menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu
penyelesaian sebenarnya.

K/S√𝑁∑𝑋𝑖 2 − (∑Xi)2
𝑁′ =
∑Xi

Keterangan :
N' = jumlah data yang dibutuhkan
N = jumlah pengamatan yang dilakukan.
xi = data pengukuran
i =1,2,3…….n
s = Tingkat ketelitian yang digunakan
k = harga indeks
Apabila tingkat keyakinan 90 %, maka s = 10 % (berarti harga indeks 0,1)
Apabila tingkat keyakinan 95 %, maka s = 5 % (berarti harga indeks 0,05)
Apabila tingkat keyakinan 99 %, maka s = 1 % (berarti harga indeks 0,01)
(Wignjosoebroto, 1995: 198)
d. Penentuan Waktu Baku
Sebagai langkah selanjutnya adalah menghitung waktu baku dengan rumus
sebagai berikut (Wignjosoebroto, 1995: 210)
 Perhitungan Waktu Siklus
∑Xi
𝑊𝑠 = N

 Perhitungan Waktu Normal


Wn = Ws x Performance Rating
 Perhitungan Waktu Baku
100%
𝑊𝑏 = Wn x
100% − Allowance %

Keterangan
Wb = Waktu Baku
Wn = Waktu Normal
Allowences = Nilai Kelonggaran

2.2.5 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja


Menurut Moekijat (2008) jumlah tenaga kerja yang diperlukan
untuk menyelesaikan suatu jabatan dapat ditentukan yaitu pertama-tama
dengan menentukan jumlah waktu yang sunguh-sungguh diperlukan untuk
menyelesaikan jabatan. Formula untuk menentukan waktu penyelesaian
tugas yaitu :
WPT = BT x SKR Keterangan :
BT = jumlah beban tugas dalam waktu tertentu
SKR = standar kemampuan rata-rata waktu penyelesaian tugas
WPT = waktu penyelesaian tugas

∑ Waktu penyelesaian tugas


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
∑ Waktu kerja efektif
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pelaksanaan

3.1.1 Workshop Sarana & Prasaran

Kegiatan maintenance mesin las merupakan salah satu kegiatan yang


kami lakukan pada kerja praktek PT. IKI (persero) Makassar. Mesin travo
lass ESAB LHE 200 adalah mesin yang paling sering terjadi kerusakan, satu
raknya terdapat 4 mesin trafo las dengan waktu kerusakan yang berbeda
mesin trafo las tertumpuk menjadi 1 di bengkel sarana yang sangat memakan
waktu lama yang disebabkan oleh salah satunya produktivitas karyawan
yang kurang optimal karena penempatan karyawan yang perlu di evaluasi
kembali di workshop sarana.

Gambar 3.1 Mesin Trafo Las ESAB LHE 200

Penyebab kerusakan mesin trafo las ESAB lHE 200 adalah kurangnya
perawatan rutin yang dilakukan dan kendala yang dihadapi pada sarana &
prasarana adalah kurangnya tenaga ahli pada maintenance dan pekerjaan
tidak terselesaikan jika tenaga ahli menangani masalah dan pekerjaan lain.
Dengan kata lain satu perkerja bekerja di banyak pekerjaan yang dapat
mengakibatkan terlambat dan tidak dapat memfokuskan pada pekerjaan
tersebut.
Gambar 3.2 Penumpukan mesin trafo las rusak

Langkah-langkah perbaikan mesin las

1. Pembongkan

Langkah awal perbaikan adalah pembongkaran mesin trafo las


dan seluruh komponen didalam, agar memudahkan proses perbaikan,
pembersihan dan pelumasan. Berdasarkan pengalaman yang kami
lakukan pada pekerjaan tersebut membutuhkan waktu ± 30 menit.

Gambar 3.3 Pembongkaran seluruh komponen

2. Pembersihan

Pembersihan mesin las dengan tujuan menghilangkan karat pada


komponen-komponen mesin las, dimana pembersihan di lakukan
pada semua komponen mesin las dengan waktu ± 25 menit.
Gambar 3.4 Pemberishan mesin

3. Pelumasan

Pelumasan mesin las dengan tujuan menghilangkan karat pada


komponen-komponen mesin las, dimana pembersihan di lakukan
pada semua komponen mesin las dengan waktu ± 15 menit.

Gambar 3.5 Pelumasan dan pengamplasan komponen

4. Penggantian komponen

penggantian komponen pada mesin las dilakukan pada komponen


yang mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dimana
komponen yang sering mengalami kerusakan salah satunya magnet
kontaktor, waktu yang dibutuhkan jika tidak mengalami kendala lain
yaitu ± 25 menit.
Gambar 3.6 Penggantian komponen rusak

5. Perakitan kembali

Setelah perbaikan selesai dilakukan percobaan untuk mengetahui


kondisi normal tidaknya mesin las maka dilakukan pemasangan
kembali seluruh komponen, dimana perakitan membutuhkan waktu ±
45 menit.

Gambar 3.7 Perakitan/pemasangan kembali seluruh komponen

6. Pengecetan

Setelah perakitan, dilakukan pengecetan kembali dengan tujuan


melindungi mesin las akibat korosi selain itu agar nampak seperti
kondisi awal, waktu yang dibutuhkan ± 20 menit.
3.1.2 Gudang Material
A. Tujuan dan Fungsi gudang pada PT. IKI
Gudang pada PT. IKI umumnya memiliki fungsi yang penting dalam
menjaga kelancaran operasi produksi bangunan baru dan reparasi. Ada tiga
tujuan utama pergudangan material:
 Pengawasan/menyangkut keamanan material dengan mengontrol
keluar dan masuknya material.
 Pemilihan aktivitas pemeliharaan / perawatan agar material yang
disimpan di dalam gudang tidak rusak selama penyimpanan.
 Penimbunan / penyimpanan agar jika sewaktu-waktu diperlukan maka
material yang dibutuhkan akan tetap tersedia sebelum dan selama
proses produksi berlangsung.
Dalam gudang diperlukan untuk beberapa fungsi antara lain sebagai
berikut:
 Menyediakan persediaan cadangan untuk mengantisipasi
kekurangan/kehilangan produksi dan menjaga sejumlah ukur ekonomis
serta menstabilkan persediaan.
 Menyelamatkan persediaan dari bahaya lingkungan dan resiko
kecurian.
 Mengelola persediaan secara efisien.

B. Proses Dalam Pergudangan Pada PT. IKI Makassar


Proses yang terjadi dalam pergudangan material PT. IKI (Persero)
Makassar terdiri dari :
a) Pengadaan Barang
Proses dibawah adalah prosedur berdasarkan SOP yang
diterapkan oleh PT. IKI (Persero) Makassar pada manajemen
pergudangan:
1. Proses awal pengadaan barang yaitu ketika produksi melakukan
material request/permintaan barang dengan menyerahkan form
permintaan barang kegudang.
2. Kemudian gudang melakukan pengecekan stok material jika ada
maka pemenuhan permintaan namun jika tidak ada atau sebagian
maka gudang akan melakukan permintaan pembelian ke logistik
dengan proseduk stock opname, kemudian
3. Bagian logistic meminta penawaran dari terseleksi dan melakukan
seleksi rekanan kemudian logistik mengajukan persetujuan
pimpinan
4. Jika nilai lebih bersar dari 50 juta maka logistik akan meminta
persetujuan direksi, jika direksi tidak setuju maka logistik
mengajukan persetujuan pimpinan dan jika direksi setuju maka
akan melakanakan pengadaan material dengan menerbitkan PO &
kontrak
5. Jika nilai dibawah 50 juta logistik akan meminta persetujuan dari
GM, jika GM tidak setuju maka logistik mengajukan persetujuan
pimpinan dan jika GM setuju maka maka akan melakanakan
pengadaan material dengan menerbitkan PO & kontrak
6. Selesai
Dengan catatan : Ketentuan mengenai batasan PIC yang harus
melakukan pengesahan PO terkait nilai pengadaan.
Usulan sebaiknya dibagi 3:
1. Nilai lebih kecil atau sama dengan 50 juta Manajer Logistik.
2. Nilai lebih kecil atau sama dengan 200 juta GM pengembangan dan
Logistik.
3. Nilai PO diatas 200 juta harus direktur operasional
4. Perlu menetapkan kriteria menjdi rekanan di perusahaan.
Gamabar 3.8 SOP Pengadaan material bahan dan jasa.
Gambar 3.9 contoh permintaan pembelian barang dari gudang ke
logistik

b) Penerimaan dan Penyimpanan Material


Proses dibawah adalah prosedur berdasarkan SOP yang diterapkan
oleh PT. IKI (Persero) Makassar pada manajemen pergudangan:
a. Berawal dari Purchase Order kemudian gudang menerima PO dari
logistik
b. Gudang menerima barang datang
c. Kemudian gudang dan QA (Quality assurace) melakukan
verifikasi dan pemeriksaan material apakah sesuai dengan speck
permintaan atau tidak, yang akan mengeluarkan surat jalan kepada
supplier.
d. Jika hasil inspeksi yang dilakukan oleh QA sesuai maka gudang
akan melanjutkan ke proses penyimpanan sesuai kategori simpan
lengkap dengan LPB, buku besar bahkan kartu stok.
e. Jika hasil inspeksi yang dilakukan oleh QA tidak sesuai maka
gudang akan mengembalikan material ke supplier dengan
koordinasi dengan logistik.
f. Selesai.

Gambar 3.10 contoh purchase order dari logistik ke supplier


Gambar 3.11 contoh surat jalan dan pengantar pengiriman

Gambar 3.12 contoh laporan penerimaan barang dari gudang


c) Pengeluaran Material
Proses dibawah adalah prosedur berdasarkan SOP yang diterapkan
oleh PT. IKI (Persero) Makassar pada manajemen pergudangan, prosedur
ini dengan tujuan sebagai acuan manajemen dalam melakuakan serta
memastikan pengeluaran material dari gudang sudah sesuai dengan
persyaratan dan harapan stake holder.
Lingkup dari prosedur ini adalah adanya permintaan material,
verifikasi permintaan dan Memastikan stocking material dan
mengeluarkan material dari gudang.
ISO yang digunakan oleh PT IKI (Persero) Makasar yaitu Klausul
7.5.1 ISO 9001:2008 Pengendalian Realisasi Produk Layanan Dan Klausul
8.2.3 ISO 9001:2008 Pengendalian Dan Pemantauan Proses. Definisi Dari
Pengeluaran Material Adalah :
a. Kartu Stock
Arsip untuk mencatat data jenis material yang disimpan Dalam
Gudang
b. Ketersediaan Material
Informasi mengenai material yang di simpan dalam gudang
c. Permintaan Material
Form yang di gunakan dalam proses permintaan material dari
operasional ke gudang.

Indikataor keberhasilan pengeluaran material guadang PT IKI


(persero) Makassar, adanya pengeluaran material adanya form permintaan
material yang di ajukan ke gudang, adanya verifikasi ketersediaan material
di kartu stok dan di lakukannya update data material dalam kartu stok
material. Prosedur pengeluaran material dari gudang:

a. Berawal dari produksi mengajukan material request kepada


gudang.
b. Gudang melakukan pengecekan ketersediaan material, jika material
tidak ada stok atau kurang maka gudang melakukan pengadaan
material produksi.
c. Jika barang/material tersedia di stok maka gudang mengeluarkan
barang lengkap dengan form permintaan material, form
pengeluaran barang dan update stok kartu.

Gambar 3.13 Material Request/permintaan material dari produksi


ke gudang

Gambar 3.14 Form Pengeluaran barang dari gudang


Gambar 3.15 Material return manufacturing/material sisa produksi.

Gambar 3.16 Kartu stok


Gambar 3.17 Stock Material Consumable/barang rutin

3.1.3 Quality Control


A. Uraian kegiatan kerja praktek bagian quality control
Kegiatan yang sering dilakukan pada bagian QC adalah pengecekan
kebocoran pengelasan dengan menggunakan 3 metode:
1. Pengetesan kebocoran pada lambung kapal menggunakan air pressure
test pada kapal KM. Kendhaga Nusantara 2 (Bangunan baru).
Cara melakukan pengujian dengan metode ini memakai bantuan
alat pengukur tekanan udara dan juga compressor sebagai sumber
pasokan udaranya. Pengukur tekanan udara dapat berupa pressure
gauge atau selang palstik yang diisi dengan air. Misalkan akan menguji
kekedapan suatu tengki, cara melakukan pengujian adalah sebagai
berikut :
a) Lubangi tutup manhole dari tangka yang akan di uji, atau bila
memungkinkan alat ukur dapat di pasang melalui pipa udara
tengki.
b) Pasang alat pengukur pada lubang di tutup manhole tersebut
dengan cara di las tentunya, atau pasang pada flange pipa udara
tangki.

Gambar 3.18 Pressure gauge

c) Buat koneksi sambungan untuk selang kompresos pada flens pipa


isi tangki akan di uji.
d) Hubungkan selang dari kompresor dengan koneksi pada flens pipa
isi tangki yang akan di uji, gunakan clamp dengan ukuran yang
sesuai dengan selang kompresor.

Gambar 3.19 Selang dari compressor dengan koneksi pada


flens pipa isi tangki.
e) Kencangkan baut-baut flens pipa isi tersebut.
f) Pasang tutup manhole beserta karet packingnya dan kencangkan
baut-bautnya.
g) Hidupkan kompresor, jika tekanan angin pada kompresor telah
cukup, buka valve udaranya agar mengalir ke dalam tangka yang
akan di uji.
h) Perhatikan alat ukur tekanan yang terpasang, tunggu sampai
tekanan udara didalam tangka mencapai 0,2 Bar (bila
menggunakan pressure gauge) atau jika menggunakan selang air,
perhatikan permukaan di dalam selang. Ukur jarak antara
permukaan air bagian bawah (ujung bawah selang) dengan
permukaan air di bagian atas (ujung atas selang). Bila di dapati
jarak 1,0 m berarti tekanan dalam tangka adalah 0,1 Bar, jika
jaraknya 2,0 m maka tekanan dalam tangka 0,2 Bar. Besarnya
tekanan udara tersebut dapat di sesuaikan dengan kondisi tangki
yang akan di uji misalkan tekanan di kurangi menjadi 0,18 Bar.
i) Setelah tekanan didalam tangka sesuai dengan yang diinginkan,
kunci valve udara kompresor atau hentikan aliran udara yang
menuju tangka.
j) Selanjutnya lakukan penyemprotan cairan sabuntentunya pada
bagian luardari tangka yang di uji. Cairan sabun dapat dibuat
dengan melarutkan deterjen kedalam air, selain menggunakan
penyemprot hama dapat menggunakan kuas roll atau botol bekas
air mineral yang dilubangi.

Gambar. 3.20 Penyemprotan air sabun pada sisi hasil pengelasan


k) Apabila terdapat kebocoran pada tangka tersebut maka akan
muncul busa/gelembung yang keluar dari bagian pengelasan yang
bocor, bila yang tampak busa halus yang keluar berati bocor halus
jika gelembomg besar berarti bocor besar.

Gambar 3.21 Kebocoran hasil welding pada busa halus.

l) Tandai lokasi-lokasi kebocoran dengan dengan menggunakan


kapur minyak atau kapur besi.
m) Selanjutnya memperbaiki kebocoran tangka dengan dengan cara
pengelasan ulang yang didahului dengan proses gouging pada
bagian yang bocor.

Gambar 3.22 Pengelasan yang lolos pengujian kebocoran

2. Pengetesan kebocoran pada lambung kapal menggunakan kapur


dan minyak KM. Kendhaga Nusantar 11 (bangunan baru).
3. Pemeriksaan ketebalan plat lambung kapal pada KM. Timur
Mandir (reparasi).

Gambar 3.23 Proses pemberian tanda pada gading-gading (frend-


frend)

Pada tahap ini yang dilakukan adalah memberi tanda pada


tulang-tulang kapal untuk memudahkan penomoran pada tiap-tiap
frend dengan tujuan memudahkan proses pengecekan ketebalan plat
lambung kapal dan penentuan pemotongan dan penggantian plat baru.

Gambar 3.24 Pengecekan ketebalan plat

Pengukura ketebalan dilakukan dengan menempelkan sebuah


alat ukur khusus ke plat yang akan di ukur ketebalannya di berbagai
temapat. Batas toleransi dari ketebalan plat lambung kapal adalah
20%. Jadi jika tebal awal plat 10 mm maka toleransi ketebalan plat
adalah 8 mm dan jika dilakukan pengukuran ketebalan hanya 7.5 mm
maka plat tersebut harus dipotong dan diganti baru sesuai dengan
nomor frendnya.

Kegiatan inspeksi dan pengawasan adalah kegiatan yang


sering dilakukan pada pelaksana quality control, dimana pemeriksaan
yang dilakukan salah satunya adalah tes kebocoran sambungan las
pada proses produksi kapal, pada proses tersebut sering terjadi
masalah, yaitu kebocoran. Kebocaran atau cacat pada welding
disebebkan karena salahnya proses pengelasan sebab beberapa pekerja
welding belum memiliki skil baik selain itu tuntutan perusahaan akan
proyek yang seefesien mungkin mengakibatkan penggunaan tenaga
kerja ganda seperti tenaga cutting merangkap pekerjaan welding pada
kondisi tertentu.

3.2 Pembahasan
1) Job Analisis

A. Tenaga ahli maintenance mesin trafo las

Job Descripsion

I. Nama Jabatan : Tenaga ahli maintenance mesin trafo las

Bagian : Sarana & prasarana

II. Hubungan Kerja :

- Nama jabatan atasan langsung : Kepala regu

- Nama jabatan bawahan langsung : Pekerja pembantu

III. Ikhtisar Tugas :


- Menangani segala bentuk perbaikan dan perawatan mesin trafo las,

membimbing pekerja pembantu untuk menangani perbaikan dan

perawatan.

1. Tugas Mingguan :

a) Mengerjakan tugas sesuai dengan sheet perawatan.

b) Bertanggung jawab terhadap perbaikan dan perawatan

mesin trafo las.

c) Membuat rekapitulasi hasil perbaikan dan perwatan mesin

trafo las.

2. Tugas Bulanan : Membuat laporan bulanan

3. Tugas Insidentil :

- Melaporkan kapasitas stok spare part kepada kepala regu

untuk melakukan pengadaan spare part.

4. Masalah dan tantangan kerja :

- Menjaga kondisi mesin trafo las agar tetap handal dan fit.

- Melakukan perawatan dan perbaikan mesin trafo las sin las

seefektif dan seefesien mungkin.

Job Spesification

1. Cara / Mekanisme kerja :

- Perincian langkah – langkah kerja dalam perbaiakan dan perwatan.

2. Dalam daya anlisis keputusan :

- Mengusulkankan jadwal perawatan mesin trafo las.


- Penentuan perbaikan mesin las agar tercapai mesin yang normal.

3. Alat – alat yang digunakan :

- Perlatan mekanik

4. Kegiatan fisik yang dibutuhkan :

- Berupa kegiatan fisik.

5. Kondisi Kerja :

- Bising & tidak nyaman.

6. Persyaratan tenaga ahli :

a) Pendidikan formal : SMK/STM jurusan mesin, D3 Teknik

mesin/elektro.

b) Usia Maksimal 27 tahun.

c) Mengikuti training/pelatihan.

d) Memiliki keterampilan khusus/skill teknis.

e) Pengalaman Kerja minimal 1 tahun.

B. Tenaga ahli maintenance crane (crawel, tower & truck)

Job Descripsion

I. Nama Jabatan : Tenaga ahli maintenance crane (crawel, tower & truck)

Bagian : Sarana & prasarana

II. Hubungan Kerja :

- Nama jabatan atasan langsung : Kepala regu

- Nama jabatan bawahan langsung : Pekerja pembantu

III. Ikhtisar Tugas :


- Menangani segala bentuk perbaikan dan perawatan crane,

membimbing pekerja pembantu untuk menangani perbaikan dan

perawatan.

1. Tugas Mingguan :

a. Mengerjakan tugas sesuai dengan sheet perawatan.

b. Bertanggung jawab terhadap perbaikan dan perawatan

mesin-mesin crane.

c. Membuat rekapitulasi hasil perbaikan dan perwatan mesin

crane.

2. Tugas Bulanan : Membuat laporan bulanan

3. Tugas Insidentil :

- Melaporkan kapasitas stok spare part kepada kepala regu

untuk melakukan pengadaan spare part.

4. Masalah dan tantangan kerja

- Menjaga kondisi mesin crane agar tetap handal dan fit.

- Melakukan perawatan dan perbaikan mesin crane seefektif

dan seefesien mungkin.

Job Spesification

1. Cara / Mekanisme kerja :

- Perincian langkah – langkah kerja dalam perbaiakan dan

perwatan.

2. Dalam daya anlisis keputusan :


- Mengusulkankan jadwal perawatan mesin las.

- Penentuan perbaikan mesin crane agar tercapai mesin yang

normal.

3. Alat – alat yang digunakan :

- Perlatan mekanik

4. Kegiatan fisik yang dibutuhkan :

- Berupa kegiatan fisik.

5. Kondisi Kerja :

- Bising & tidak nyaman.

6. Persyaratan tenaga ahli :

a. Pendidikan formal : SMK/STM jurusan mesin, D3 Teknik

mesin.

b. Usia Maksimal 27 tahun.

c. Mengikuti training/pelatihan.

d. Memiliki keterampilan khusus/skill teknis.

e. Pengalaman Kerja minimal 1 tahun.

C. Tenaga ahli maintenance mesin compressor

Job Descripsion

I. Nama Jabatan : Tenaga ahli mesin compressor

Bagian : Sarana & prasarana

II. Hubungan Kerja

- Nama jabatan atasan langsung : Kepala regu


- Nama jabatan bawahan langsung : Pekerja pembantu

III. Ikhtisar Tugas :

- Menangani segala bentuk perbaikan dan mesin compressor,

membimbing pekerja pembantu untuk menangani perbaikan dan

perawatan.

1. Tugas Mingguan :

a. Mengerjakan tugas sesuai dengan sheet perawatan.

b. Bertanggung jawab terhadap perbaikan dan perawatan

mesin compressor.

c. Membuat rekapitulasi hasil perbaikan dan perwatan mesin

compressor.

2. Tugas Bulanan : Membuat laporan bulanan

3. Tugas Insidentil :

- Melaporkan kapasitas stok spare part kepada kepala regu

untuk melakukan pengadaan spare part.

4. Masalah dan tantangan kerja :

- Menjaga kondisi mesin compressor agar tetap handal dan fit.

- Melakukan perawatan dan perbaikan mesin compressor

seefektif dan seefesien mungkin.

Job Spesification

1. Cara / Mekanisme kerja :

- Perincian langkah – langkah kerja dalam perbaiakan dan

perwatan.
2. Dalam daya anlisis keputusan :

- Mengusulkankan jadwal perawatan mesin compressor.

- Penentuan perbaikan mesin compressor agar tercapai mesin

yang normal.

3. Alat – alat yang digunakan :

- Perlatan mekanik

4. Kegiatan fisik yang dibutuhkan :

- Berupa kegiatan fisik.

5. Kondisi Kerja :

- Bising & tidak nyaman.

6. Persyaratan tenaga ahli :

a. Pendidikan formal : SMK/STM jurusan mesin, D3 Teknik

mesin.

b. Usia Maksimal 27 tahun.

c. Mengikuti training/pelatihan.

d. Memiliki keterampilan khusus/skill teknis.

e. Pengalaman Kerja minimal 1 tahun.

D. Tenaga ahli maintenance mesin kapal

Job Descripsion

I. Nama Jabatan : Tenaga ahli mesin kapal

Bagian : Sarana & prasarana

II. Hubungan Kerja :

- Nama jabatan atasan langsung : Kepala regu


- Nama jabatan bawahan langsung : Pekerja pembantu

III. Ikhtisar Tugas :

- Menangani segala bentuk perbaikan dan mesin kapal, membimbing

pekerja pembantu untuk menangani perbaikan dan perawatan.

1. Tugas Mingguan :

a. Mengerjakan tugas sesuai dengan sheet perawatan.

b. Bertanggung jawab terhadap perbaikan dan perawatan

mesin kapal.

c. Membuat rekapitulasi hasil perbaikan dan perwatan mesin

kapal.

2. Tugas Bulanan : Membuat laporan bulanan

3. Tugas Insidentil :

- Melaporkan kapasitas stok spare part kepada kepala regu

untuk melakukan pengadaan spare part.

4. Masalah dan tantangan kerja :

- Menjaga kondisi mesin kapal agar tetap handal dan fit.

- Melakukan perawatan dan perbaikan mesin kapal seefektif

dan seefesien mungkin.

Job Spesification

1. Cara / Mekanisme kerja :

- Perincian langkah – langkah kerja dalam perbaiakan dan

perwatan.
2. Dalam daya anlisis keputusan :

- Mengusulkankan jadwal perawatan mesin kapal.

- Penentuan perbaikan mesin kapal agar tercapai mesin yang

normal.

3. Alat – alat yang digunakan :

- Perlatan mekanik

4. Kegiatan fisik yang dibutuhkan :

- Berupa kegiatan fisik.

5. Kondisi Kerja :

- Bising & tidak nyaman.

6. Persyaratan tenaga ahli :

1. Pendidikan formal : SMK/STM jurusan mesin, D3 Teknik

mesin.

2. Usia Maksimal 27 tahun.

3. Mengikuti training/pelatihan.

4. Memiliki keterampilan khusus/skill teknis.

5. Pengalaman Kerja minimal 1 tahun.

5.1.4 Penentuan Jumlah Tenaga Kerja

Penentuan jumlah tenaga kerja menggunakan pendekatan beban tugas,

metode ini adalah metode untuk menghitung kebutuhan tenaga kerja

berdasarkan time study dan beban kerja.


Informasi yang diperlukan untuk dapat menghitung dengan metoda ini

adalah:

 Uraian tugas beserta jumlah beban untuk setiap tugas

 Waktu penyelesaian tugas (WPT)

 Standar Kemampuan Kerja (SKR)

 Jumah waktu kerja efektif per hari rata-rata (WKE).

Rumus

∑ Waktu penyelesaian tugas


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = ∑ Waktu kerja efektif
𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

a. Data Waktu Elemen Tugas

Tabel 3.1 Data waktu elemen tugas maintenance mesin las

Waktu Elemen Tugas (menit)


Penggantian komponen

Pengecetan ulang
Pengamatan n ke

Pembongkaran

Pembersihan

Pemasangan
Pelumasan

1 30 25 15 25 45 20
2 29 24.9 14.5 26 46 23
3 27 22 13.5 24.6 43 21.7
4 28 20 15 25 43.9 20.3
5 25 21.3 16.3 23.1 44 19
6 32 19.8 15.8 25 45 24
7 32.9 20.7 15 27 43.7 23
8 31 26 16 23 45.8 20.3
9 30.5 28 15.7 25.7 42 21
10 26.7 24.5 13.1 22.9 44.9 21.8
11 28 22.8 14 26 41.7 22.3
12 24 21.9 15 23.7 42 24
13 29.6 20 16.3 26.2 42.6 17.4
14 30 20.2 15.2 24.8 45.8 20.8
15 31 23 15 26.9 46.1 19.4
16 31.8 25 13 25 44 21.9
17 32 27 15.3 23 44.6 22.6
18 30.3 26.4 16.1 24 40.9 23
19 29 24.1 17 22 40 19
20 27.5 22.7 15 22 42.1 22.6
21 28 23.2 16 23.4 42.9 19.3
22 25 20.9 14.9 24.3 44.1 20
23 28 21 15.1 26 40.8 21
24 26 23 16.8 25 43.6 20.1
25 25.2 20 13.9 25.1 42 19.7
26 27.8 26 15 25.7 45 20.7
27 29.9 28 15.8 23.8 45.4 19
28 24 25.4 14.6 24.9 44.6 18
29 28 23.8 16 23.5 42.6 17.8
30 26 24.7 15.7 22.9 40 19
Jumlah 853.200 701.300 455.600 735.500 1304.100 621.700
Rata-rata 28.440 23.377 15.187 24.517 43.470 20.723

b. Uji Kecukupan Data

K/S√𝑁∑𝑋𝑖 2 − (∑Xi)2
𝑁′ =
∑Xi

Keterangan :

Tingkat keyakinan 90%, Maka:

K (confidence level) = 1,65

S = 90% , berarti 10% = 0,1

NI < N = Data Cukup

Contoh Perhitungan:

Pembongkaran

1,65/0,1√30(24444,18) − (727950,24)
𝑁′ =
853,2

𝑁′ = 8,041
Tabel 3.2 Rekapitulasi Uji Kecukupan Data

Test Kecukupan Data


No Operasi N N' Keterangan
1 Pembongkaran 30 8.041 Cukup
2 Pembersihan 30 11.938 Cukup
3 Pelumasan 30 4.513 Cukup
4 Penggantian komponen 30 3.267 Cukup
5 Pemasangan 30 1.769 Cukup
6 Pengecetan ulang 30 8.090 Cukup

c. Uji Keseragaman Data

Rumus :

∑(Xi − ̅̅̅̅̅
X)2
𝑆𝑑 = √
n−1

𝐵𝐾𝐴 = 𝑥̅ + 3 𝑎

𝐵𝐾𝐵 = 𝑥̅ − 3 𝑎

Tabel 3.3 Standar Deviasi Masing-masing Elemen Tugas

Standar
Elemen
No Deviasi
1 Pembongkaran 2.486
2 Pembersihan 2.489
3 Pelumasan 0.994
4 Penggantian komponen 1.366
5 Pemasangan 1.782
6 Pengecetan ulang 1.817

Contoh Perhitungan :

Pembongkaran
𝐵𝐾𝐴 = 28,440 + 3 𝑥 2,486

𝐵𝐾𝐴 = 35,897 menit

𝐵𝐾𝐵 = 23,377 + 3 𝑥 2,489

𝐵𝐾𝐵 = 28,440 menit

Tabel 3.4 Rekapitulasi Uji Keseragaman Data

Test Keseragaman Data


No Operasi BKA BKB Keterangan
1 Pembongkaran 35.897 28.440 Seregam
2 Pembersihan 30.845 23.377 Seregam
3 Pelumasan 18.170 15.187 Seregam
4 Penggantian komponen 28.614 24.517 Seregam
5 Pemasangan 48.816 43.470 Seregam
6 Pengecetan ulang 26.173 20.723 Seregam

d. Perhitungan waktu baku

1) Perhitungan Waktu Siklus

Rumus :

∑Xi
𝑊𝑠 = s
N

2) Perhitungan Waktu Normal

Rumus :

Wn = Ws x Performance Rating

3) Perhitungan Waktu Baku

Rumus :

100%
𝑊𝑏 = Wn x
100% − Allowance %
Dimana diketahui :

Allowance = 60 menit

= 60 menit/420

= 0.125 %

= 12.5 %

Performa Rating Pekerja = 110 % = 1,1

Tabel 3.5 Rekapitulasi perhitungan waktu baku

Performa Wn Allow
No Elemen Tugas Ws (menit) Wb (menit)
Rating (menit) %
1 Pembongkaran 28.440 110% 31.284 12.5% 27.374
2 Pembersihan 23.377 110% 25.714 12.5% 22.500
3 Pelumasan 15.187 110% 16.705 12.5% 14.617
Penggantian
4
komponen 24.517 110% 26.968 12.5% 23.597
5 Pemasangan 43.470 110% 47.817 12.5% 41.840
Pengecetan
6
ulang 20.723 110% 22.796 12.5% 19.946

e. Perhitungan Jumlah Karyawan (Pendekatan Beban Kerja)

 Waktu penyelesaian tugas (WPT) / Beban kerja

 Standar Kemampuan Kerja (SKK)

 Jumah waktu kerja efektif per hari rata-rata (WKE).

Rumus:

∑ Waktu penyelesaian tugas


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
∑ Waktu kerja efektif
WPT = Beban Tugas x Standar Kemampuan Kerja ( menit)

SKK = Waktu Baku/Standar untuk menyelesaikan elemen tugas (menit)

WKE = 8 jam kerja dengan waktu istirahat 1 jam

= 7 jam * 60

= 420 menit

1. Perhitungan beban kerja & jumlah karyawan proses pembongkaran

WPT = 4 x 27,375 ( menit)

= 104,949

WKE = 420 menit

104,949
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
420

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 0,261

2. Perhitungan beban kerja & jumlah karyawan proses pembersihan

WPT = 4 x 22,500 ( menit)

= 90,00

WKE = 420 menit

90,00
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
420

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 0,214

3. Perhitungan beban kerja & jumlah karyawan proses pelumasan

WPT = 4 x 14,617 ( menit)


= 58,469

WKE = 420 menit

14,617
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
420

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 0,139

4. Perhitungan beban kerja & jumlah karyawan proses penggantian

komponen

WPT = 4 x 23,597 ( menit)

= 94,389

WKE = 420 menit

23,597
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
420

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 0,255

5. Perhitungan beban kerja & jumlah karyawan proses pemasangan

WPT = 4 x 41,840 ( menit)

= 167,360

WKE = 420 menit

167,360
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
420

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 0,398

6. Perhitungan beban kerja & jumlah karyawan proses pengecetan.

WPT = 4 x 19,946 ( menit)

= 79,785
WKE = 420 menit

79,785
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 𝑥 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
420

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑦𝑎𝑤𝑎𝑛 = 0,190

Tabel 3.6 Rekapitulasi perhitungan jumlah karyawan

Beban Jumlah
No. Uraian Tugas SKR SKR/menit WPT
Tugas Karyawan
1 Pembongkaran 4 27.374 109.494 0.261
2 Pembersihan 4 22.500 90.000 0.214
3 Pelumasan 4 14.617 58.469 0.139
4 Penggantian komponen 4 23.597 94.389 0.225
5 Pemasangan 4 41.840 167.360 0.398
6 Pengecetan ulang 4 19.946 79.785 0.190
Jumlah 1.427
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diketahui
optimalisasi kerja dapat dilakukan bila jumlah tenaga ahli sesuai dengan
jumlah beban kerja. Berdasarkan hasil perhitungan pengukuran beban kerja
atau WPT diketahui bahwa beban kerja antara lain:
a. Beban kerja pada tiap proses perbaikan adalah :
1. Bagian pembongkaran mempunyai beban kerja sebesar 104,949
menit/hari
2. Bagian pembersihan mempunyai beban kerja sebesar 90,00
menit/hari
3. Bagian pelumasan mempunyai beban kerja sebesar
58,469menit/hari
4. Bagian penggantian komponen mempunyai beban kerja sebesar
94,389 menit/hari
5. Bagian pemasangan mempunyai beban kerja sebesar 167,360
menit/hari
6. Bagian pengecatan mempunyai beban kerja sebesar 79,785
menit/hari
b. Jumlah karyawan yang optimal pada tiap proses perbaikan adalah :
1. Bagian pembongkaran mempunyai tenaga ahli yang optimal
sebanyak 0,261 orang karyawan
2. Bagian pembersihan mempunyai tenaga ahli yang optimal sebanyak
0,214 orang karyawan
3. Bagian pelumasan mempunyai tenaga ahli yang optimal sebanyak
0,139 orang karyawan
4. Bagian penggantian komponen mempunyai tenaga ahli yang optimal
sebanyak 0,225 orang karyawan
5. Bagian pemasangan mempunyai tenaga ahli yang optimal sebanyak
0,398 orang karyawan
6. Bagian pengecatan mempunyai tenaga ahli yang optimal sebanyak
0,190 orang karyawan
Berdasarkan perhitungan jumlah tenaga ahli tiap proses perbaikan
dapat diakumulasikan jumlah tenaga ahli optimal pada perbaikan mesin las
PT. IKI (persero) Makassar adalah sebanyak 1,427 orang dan dibulatkan
menjadi 2 orang.

4.2 Saran
a. Bagian sarana & prasarana memiliki kekurangan jumlah tenaga ahli,
khususnya pada maintenace mesin las dikarenakan banyaknya jumlah
mesin las yang mengalami kerusakan, ketidaksesuaian antara jumlah
tenaga ahli dengan beban kerja dikarenakan banyaknya mesin las
maupun mesin lainya yang mengalami kerusakan hal ini akan
berdampak pada semakin besarnya beban kerja tenaga ahli mesin las
sehingga jumlah karyawan yang ada tidak bisa dioptimalkan karena
tenaga ahli kelebihan beban kerja.
b. Pihak manajemen PT. IKI (persero) Makassar hendaknya segera
mengambil langkah yang tepat untuk masalah ini. Hal ini dengan
memberikan insentif yang sesuai dengan jam kerja, menempatkan
karyawan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki serta
memberikan perhatian yang lebih dari atasan sehingga dapat lebih
meningkatkan kinerja karyawan.
DAFTAR PUSTAKA

Academia. “Laporan Kerja Praktek PT. IKI Persero Makassar”.30 agustus 2017.
http://www.academia.edu/24422228/LAPORAN_KERJA_PRAKTEK_PT
._NDUSTRI_KAPAL_INDONESIA_Persero_MAKASSAR

Studentjournal, petra. “Perancangan Gudang dan Sistem Manajemen Pergudangan


“. 30 agutus 2017. http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/teknik
industri/article/ Perancangan Gudang dan Sistem Manajemen Pergudangan
view/5247

mnurhadi, wordpress. “quality qontrol”. 30 agustus 2017.


https://mnurhadi.wordpress.com/2008/04/05/quality-control-pengendalian
mutu/

Anda mungkin juga menyukai