Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang
memiliki lambang S dan nomor atom 16. Belerang ditemukan dalam
meteorit. R.W. Wood mengusulkan bahwa terdapat simpanan belerang pada
daerah gelap di kawah Aristarchus. Belerang terjadi secara alamiah di
sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Sulfur tersebar di alam sebagai
pirit, galena, sinabar, stibnite, gipsum, garam epsom, selestit, barit dan lain-
lain. Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa, tak berbau dan
multivalent. Belerang dalam bentuk aslinya, adalah sebuah zat padat
kristalin kuning. Di alam belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni
atau sebagai mineral- mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting
untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino. Penggunaan
komersilnya terutama dalam fertilizer namun juga dalam bubuk mesiu,
korek api, insektisida dan fungisida. Belerang dikenal masyarakat
(khususnya para petani) adalah sejenis bahan untuk digunakan pembasmi
tikus. Dengan alat khusus, belerang diubah untuk menjadi asap yang
dimasukkan pada lubang-lubang tikus di persawahan, sehingga tikus
dibuatnya semaput. Manfaat belerang padahal cukup banyak khususnya
untuk dunia industri.
Asam sulfat adalah suatu bahan penting untuk berbagai proses
produksi, antara lain industri pupuk, kulit, platina, pengolahan minyak, dan
dalam pewarnaan tekstil, produksi bahan kimia maupun untuk analisa
labotarorium Zat ini digunakan sebagai bahan untuk pembuatan garam-
garam sulfat dan untuk sulfonasi, tetapi lebih sering lagi dipakai terutama
karena merupakan asam anorganik yang agak kuat dan agak murah. Asam
sulfat merupakan asam anorganik yang bisa diproduksi secara massal dan
dalam kapasitas besar. Pada umumnya setiap pabrik memiliki unit pabrik
pengolahan asam sulfat agar mengurangi biaya pembelian bahan baku. Oleh
karena itu, agar kita lebih memahami mengenai industri belerang dan asam
sulfat, maka makalah ini akan membahas mengenai industri belerang dan
asam sulfat.

1
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh Philips,
seorang Inggris, yaitu dengan melewatkan campuran sulfur dioksida dan
udara melalui katalis. Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak
dapat ditingkatkan dengan menggunakan oksigen secara berlebihan di
dalam campuran gas reaksi. Proses kontak sekarang telah banyak
mengalami penyempurnaan dalam rincinya dan dewasa ini telah merupakan
suatu proses industri yang murah, kontinu dan dikendalikan secara otomatis.
Semua pabrik asam sulfat yang baru menggunakan proses kontak. Salah
satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang tidak memakainya
lagi adalah karena proses ini hanya mampu menghasilkan asam sulfat
dengan konsentrasi sampai 78% saja, sehingga pada proses kamar timbal
diperlukan pemektan kembali asam sulfat yang telah dihasilkan pada proses
sebelumnya sehingga konsentrasinya menjadi 98%. Pemekatannya
merupakan suatu operasi yang mahal, sehingga pada tahun 1980, hanya
tinggal satu pabrik saja yang menggunakan proses kamar timbal yang masih
beroperasi di Amerika Serikat.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah perkembangan industri belerang dan asam sulfat?
2. Apa karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri belerang
dan asam sulfat?
3. Bagaimana proses industri belerang dan asam sulfat?
4. Bagaimanakah karakteristik produk dari industri belerang dan asam
sulfat?
5. Berapa kapasitas produk yang dihasilkan pada industri belerang dan
asam sulfat di Indonesia?
6. Apa manfaat dan bahaya produk yang dihasilkan industri belerang dan
asam sulfat

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui sejarah perkembangan industri belerang dan asam sulfat.
2. Mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri
belerang dan asam sulfat.
3. Memahami proses industri belerang dan asam sulfat.
4. Mengetahui produk dalam industri dan asam sulfat

2
5. Mengetahui kapasitas produk yang dihasilkan pada industri belerang
dan asam sulfat.
6. Memahami manfaat dan bahaya produk yang dihasilkan dalam industri
belerang dan asam sulfat.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat:
1. Mengetahui sejarah perkembangan industri belerang dan asam sulfat.
2. Mengetahui karakteristik bahan baku yang digunakan dalam industri
belerang dan asam sulfat.
3. Memahami proses industri asam sulfat.
4. Mengetahui produk dalam industri belerang dan asam sulfat
5. Mengetahui kapasitas produk yang dihasilkan pada industri belerang
dan asam sulfat.
6. Memahami manfaat produk yang dihasilkan dalam industri belerang
dan asam sulfat.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Perkembangan Industri Belerang dan asam sulfat


1. Belerang
Belerang mempunyai sejarah yang tidak kalah tua dari bahan kimia
manapun dan telah berkembang dari bahan kuning menjadi suatu bahan
yang sangat bermanfaat dalam peradaban modern. Dalam upacara-
upacara praperadaban, bahan ini dibakar untuk mengusir roh-roh jahat
dan bahkan pada masa itu uapnya sudah digunakan untuk memutihkan
kain dan jerami. Selama bertahun-tahun, sebuah perusahaan Perancis
memonopoli perdagangan belerang dunia dengan menguasai sumber
penting yang terdapat di Sisilia. Mungkin karena harganya sangat tinggi
dan mungkin karena di Amerika banyak terdapat pirit, penggunaan
belerang unsur di Amerika Serikat sedikit sekali sebelum tahun 1914.
Walaupun belerang ditemukan di daerah Teluk Meksiko di Amerika
Serikat pada tahun 1869, bahan itu sukar ditambang karena adanya
lapisan penutup yang terdiri dari pasir hanyut.
Penambangan belerang di Texas dan Louisiana dengan proses
Frasch berkembang sejak tahun 1914, sedemikian rupa sehingga
kemudian merupakan sumber terbesar bagi pemenuhan kebutuhan dalam
negeri Amerika Serikat dan juga masuk ke pasaran dunia. Belakangan
ini, sumber utama untuk pembuatan belerang unsur adalah H 2S yang
merupakan hasil sampingan dari desulfurisasi gas bumi asam (artinya
mengandung belerang) dan minyak bumi asam. Kanada, Perancis, dan
Amerika Serikat adalah negara-negara penghasil belerang pulihan yang
terbesar. Pada tahun 1980, produksi belerang dunia, dalam segala
bentuknya, berjumlah 54,6 x 106 t di antaranya 26,1% diproduksi
dengan cara frasch, 32,2% merupakan hasil pulihan, 5,5% belerang-unsur
lainnya, dan 36,2% didapatkan dari sumber-sumber bukan unsur seperti
pirit dan gas pabrik logam.

2. Asam Sulfat
Asam sulfat pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-
Razi pada abad ke-9. Pembuatannya melalui pembakaran belerang

4
dengan saltpeter, pertama kali dijelaskan oleh Valentinus pada abad
kelima belas. Pada tahun 1746, Roebuck dari Birmingham (Inggris)
memperkenalkan proses kamar timbal. Proses yang menarik, namun
sekarang sudah kuno.
Proses kontak pertama kali ditemukan pada tahun 1831 oleh
Phillips, seorang Inggris, yang patennya mencakup aspek – aspek penting
dari proses kontak yang modern, yaitu dengan melewatkan campuran
sulfur dioksida dan udara melalui katalis, kemudian diikuti oleh absorpsi
sulfur trioksida di dalam asam sulfat 98,5 % sampai 99 %.
Pada tahun 1889, diketahui bahwa proses kontak dapat
ditingkatkan dengan menggunakan oksigen secara berlebihan di dalam
campuran gas reaksi. Dalam periode 1900 sampai 1925, banyak pabrik
asam kontak yang dibangun dengan menggunakan platina sebagai katalis.
Pada tahun 1930, proses kontak ini telah dapat bersaing dengan proses
bilik timbal pada segala konsentrasi asam yang dihasilkan. Sejak
pertengahan tahun 1920-an, kebanyakan fasilitas yang baru dibangun
dengan menggunakan proses kontak dengan katalis vanadium. Berbagai
penyempurnaan telah dilakukan, baik terhadap peralatan maupun
terhadap katalis.
Proses kontak sekarang telah banyak mengalami penyempurnaan
dan dewasa ini telah menjadi suatu proses industri yang murah, kontinu
dan dikendalikan secara otomatis. Semua pabrik asam sulfat yang baru
menggunakan proses kontak.
Salah satu kelemahan proses kamar yang menyebabkan orang
tidak memakainya lagi adalah karena proses ini hanya mampu
menghasilkan asam sulfat dengan konsentrasi sampai 78% saja.
Pemekatannya merupakan suatu operasi yang mahal, sehingga pada
tahun 1980, hanya tinggal satu pabrik saja yang menggunakan proses
kamar yang masih beroperasi di Amerika Serikat.
2.2 Bahan Baku Industri Belerang dan Asam Sulfat
Belerang terdapat dalam keadaan unsur bebas ataupun dalam
senyawa sulfida Bahan baku utama pembuatan asam sulfat adalah sulfur
atau belerang, yang berwarna kuning. Belerang di alam terdapat di kulit
bumi meliputi kira-kira 0,1% dari massa kulit bumi. Belerang dalam

5
keadaan unsur bebas terdapat di alam (daerah gunung berapi dan dalam
tanah). Dalam bentuk senyawa, belerang terdapat pada bijih-bijih seperti
pyrit (FeS2), sfalerit (ZnS), kalkoprit (CuFeS2), galena (PbS), atau pada
garam-garam sulfat seperti gips CaSO4, barium sulfat (BaSO4), maupun
magnesium sulfat (MgSO4). Sekitar 56% belerang diperoleh dengan
penambangan dari sulfur alam, 19% diperoleh dari senyawa-senyawa sulfur
seperti pyrite atau batuan sulfida/ sulfat lainnya, dan dari gas buangan
industri minyak bumi/ batu bara (H2S, SO2) 25%.
Penyebaran penambangan endapan belerang di Indonesia saat ini
baru diketahui terdapat dienam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4
juta. Untuk belerang tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan
kepada aktivitas gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang
tipe ini dapat diproduksi. Dengan demikian sumber daya belerang sublimasi
dapat dianggap tidak terbatas. Saat ini belerang termurah dihasilkan dari
China dan India.
Berikut daerah yang memiliki sumber belerang, antara lain:
1. Jawa barat : Gunung Tangkuban perahu, Danau Putri,
Galunggung, Ceremai, Telaga bodas
2. Jawa tengah : Gunung Dieng
3. Jawa timur : Gunung Arjuno, Gunung Welirang, kawah Ijen.
4. Sumatera utara : Gunung Namora
5. Sulawesi utara : Gunung Mahawu, Soputan
6. Maluku : Pulau Damar
Dari total jumlah sulfur yang diproduksi tersebut, sekitar 70-85%
digunakan untuk pembuatan asam sulfat. Sedangkan asam sulfat banyak
digunakan untuk industri pupuk (37%), industri bahan kimia (18%), industri
bahan warna (8%), pulp dan kertas (7%), besi baja, serat sintetis, minyak
bumi dan lain-lain.
pupuk
Refining minyak bumi
Proses kontak Asam fosfat
Sulfur alam pyrite SO2 H2SO4 Alumunium sulfat
Proses bilik Rayon dan serat
timbal Pulp
Bahan warna dan lain-lain

Gambar 1. Skema bahan baku dan penggunaan asam sulfat

6
Karakteristik Bahan baku dari Industri Belerang dan Asam Sulfat
1. Karakteristik Bahan Baku Penambangan dan Pembuatan Belerang
a. Mineral Sulfida
1. Bijih Pyrit (FeS2)
Sistem kristal: isometrik seperti dadu
atau kubus (striated)
Kekerasan : 6 – 6,5 mohs
Berat jenis : 4,95 – 5,10
Warna : emas pucat

2. Sfalerit (ZnS)
Sistem Kristal : isomeristik
Kekerasan : 3,5 – 4 mohs
Berat Jenis : 4,0
Warna : biasanya hitam
tetapi bisa berwarna
coklat, kuning,
kemerahan, hijau, dan putih atau kurang umum
berwarna.
Sifat : submetalik
Keberadaan : Joplin, Missouri, Rosiclare, Illinois, Elmwood,
Tennessee, Amerika Serikat, Broken Hill,
Australia, Italia, Spanyol, Burma, Peru, Maroko,
Jerman, dan Inggris.

3. Kalkoprit (CuFeS2)
Sistem Kristal : tertragonal
Kekerasan : 3,5 – 4 mohs
Berat Jenis : 4,2
Warna : kuning keemasan
Sifat : logam
Keberadaan : Chile, Peru, Meksiko, Eropa,
dan Afrika Selatan, dan USA.

4. Galena (PbS)

7
Sistem Kristal : isometrik heksoktahedral
Kekerasan : 2,5 – 2,75 mohs
Berat jenis : 7,58
Warna : abu – abu timah
Sifat : semikonduktor
Keberadaan : Perancis, Romania, Austria, Belgium, Italia,
Spanyol, Scotland, Inggris, Australia, Mexico,
Gunung Hermon (Israel sebelah utara), Amerika
Serikat (lembah Mississippi, di bagian tenggara
Missouri dan di Illinois, Iowa dan Wisconsin).

b. Gas Buang Minyak Bumi/ Batu Bara


1. Hidrogen sulfat (H2S)
Berat molekul : 34.08 g/mol
Auto ignition : 2600 C
Titik didih : - 60.20 C
Berat jenis : 1.189 g/cm3
Kelarutan : 437 ml/100 ml air pada 0 0C dan 186 ml/100 ml
air pada 40 0C
Sifat : gas beracun, korosif, dan tidak berwarna
2. Belerang dioksida (SO2)
Berat molekul : 64,08 g/mol
Titik leleh : 280 C
Titik didih : -100 C
Kelarutan : sekitar 80 volume gas larut dalam satu volume air
pada 0oC
Sifat : berbau tajam, beracun, dan tidak mudah terbakar
diudara

2. Karakteristik Bahan Baku Pembuatan Asam Sulfat


Sifat fisik dan kimia:
a. Belerang (Sulfur)
Belerang (sulfur) adalah unsur non logam
multivalen,berlimpah, tidak berasa dan tidak berbau. Dalam bentuk
alami, beleran berbentuk kristal padat berwarna kuning, meskipun

8
belerang terkenal dengan baunya yang menyerupai telur busuk,
namun ternyata bau ini berasal dari gas hidrogen sulfida , bukan
dari belerang murni
1. Berat atom : 32,07 g/mol
2. Titik leleh : 112,8oC (rhombik) 119,0oC (monoklin)
3. Titik didih : 446oC
4. Kekerasan : 1,5 – 2,5 skala Mohs
5. Ketahanan : getas/ mudah hancur (brittle)
6. Pecahan : berbentuk konkoidal dan tidak rata
7. Kilap : damar
8. Gores : berwarna putih
9. Nyala lampu : biru dan jika dibakar menghasilkan gas SO2 yang
berbau busuk
10. Warna : kuning gelap atau kehitaman
11. Daya hantar : penghantar panas dan listrik yang buruk
12. Kelarutan : tidak larut dalam air (larut dalam CS2, CCl4,
minyak bumi, minyak tanah, dan anilin).
b. Katalis
Fungsi katalis dalam setiap reaksi katalitik adalah
meningkatkan laju reaksi. Katalis konversi sulfur dioksida ini
biasanya terdiri dari tanah diatomea , yang disusupi dengan lebih
dari 7 % V2O5 katalis komersial mengandung garam kalium
( sulfat , pirosulfat dan sebagainya ) disamping V2O5. Pada suhu
operasi pewaris aktif ialah garam lebur yang terdapat pori – pori
pelet silika. Katalisator yang dapat digunakan untuk reaksi
pembentukan belerang trioksida antara lain Pt, V2O5, Fe2O3,
Cr2O3, Mn2O3 dan Mn3O4.katalisator yang baik adalah Pt dan
V2O5, tapi yang paling banyak dipakai adalah Vanadium
Pentaoksida, karena :
• V2O5 lebih murah harganya
• V2O5 lebih sensitiv terhadap racun
• V2O5 daya tahannya terhadap suhu tinggi lebih baik
• V2O5 Konversi relatif lebih tinggi.
c. Udara
Udara merupakan gas yang berada dialam yang
mengandung unsur sebagian besar oksigen dan nitrogen, tidak
berwarna dan tidak berbau, Fase : gas, dengan Komposisi : 20,9%
gas O2 dan komposisi 79,1% gas N2, memiliki Kapasitas panas :

9
7,035 cal/gmol °C (32°C), memiliki Berat molekul : 28,84 g/gmol
dan Berat jenis : 1,5.10-3 gr/cc (25°C).
d. Air
Air merupakan cairan yang tidak memiliki warna dan tidak
memiliki bau dengan massa molar 18,0153 gr/mol massa jenis 4,84
gr/ cm dan densitas 0,998 gr/cm. Air merupakan pelarut yang baik
yang bersifat polar. Fase : cair, dengan Kekentalan : 1 cp (25°C).

2.3 Proses Industri Belerang dan Asam Sulfat


1. Penambangan dan Pembuatan Belerang
a) Pengambilan belerang alam dari dalam tanah (Proses Frasch)
Sebelum proses Frasch dikembangkan, belerang unsur
ditambang dengan cara manual, yaitu belerang dalam bijih
dikonsentrasi dengan membakar sebagian belerang itu dalm tumpukan
agar sebagian belerang lainnya meleburdan zat cairnya ditarik keluar,
kemudian dicetak dalam cetakan.
Proses Frasch. Sejak akhir tahun 1890-an, Herman Frasch
telah menciptakan cara yang cerdik untuk melebur belerang di bawah
tanah atau di bawah laut, untuk kemudian dipompakan ke permukaan.

Gambar 2. Skema Penambangan Belerang

Lubang-lubang bor digali sampai ke dasar lapisan yang


mengandung belerang dengan menggunakan peralatan pemboran
minyak biasa, sampai kedalaman 150 – 750 m. Kemudian suatu
sarangan yang terdiri dari tiga pipa dengan diameter berkisar antara 3

10
cm sampai 20 cm dilewatkan melelui strata yang mengandung
belerang dan berhenti di bagian atas anhidrat yang tidak
mengandungnya, seperti pada gambar.
Sebuah pipa 10 cm dimasukkan ke dalam pipa 20 cm,
sehingga terbentuk sebuah ruang anulus di antara keduanya yang
menjangkau sampai hampir ke dasar batuan yang mengandung
belerang, dan duduk pada suatu kalung yang menutup rapat ruang
anulus antara pipa 20 cm dan 10 cm tersebut. Sebuah pipa dengan
diameter 3 cm dijulurkan di tengah-tengah sampai sedikit di atas
kalung. Lubang-lubang dibagian atas digunakan untuk air panas
keluar dan lubang dibagian bawah untuk belerang lebur masuk.
Untuk mengoperasikan proses Frasch ini, air panas bersuhu
160oC dilewatkan melalui ruang anulus antara pipa 20 cm dan pipa 10
cm. Air itu akan keluar melalui perforasi (lubang-lubang) ke dalam
formasi berpori di dasar sumur. Batuan yang mengandung belerang di
sekitar sumur, yang dilalui oleh sirkulasi air panas tersebut akan
menjadi panas dan suhunya naik sampai di atas titik cair belerang,
yaitu kira-kira 115oC. Belerang cair yang lebih berat dari air akan
tenggelam dan membentuk suatu kolam di sekitar dasar sumur,
kemudian masuk melalui perforasi sebelah bawah, lalu naik ke atas
melelui ruang antara pipa 10 cm dan pipa 3 cm. belerang cair itu
didorong ke atas oleh tekanan air panas sampai kira-kira separuh
ketinggian ke permukaan. Udara bekanan air panas dipompakan
melalui pipa 3 cm untuk mengaerasi belerang cair dan menurunkan
densitasnya sehingga naik kepermukaan.
Sedangkan air ditarik keluar dari formasi itu dengan laju aliran
kira-kira sama dengan laju injeksinya, agar tidak terjadi peningkatan
tekanan yang dapat menyebabkan pemasukannya terhenti. Setelah
sampai dipermukaan, belerang cair itu dialirkan melalui pipa-pipa
yang dipanaskan dengan uap ke dalam pemisah (separator), dimana
udara dikeluarkan. Belerang itu kemudian dibiarkan memadat di
dalam tong-tong penimbunan atau tetap dalam keadan cair di dalm
tangki penimbunan yang dipanaskan dengan uap.

11
b) Pengambilan belerang alam dari gunung berapi (Indonesia)
Deposit sulfur di gunung berapi dapat berupa batuan, lumpur
sedimen atau lumpur sublimasi, kadarnya tidak begitu tinggi (30 –
60%) dan jumlahnya tidak begitu banyak (600 - 1000 juta ton). Untuk
pemanfaatan sumber alam ini diperlukan peningkatan kadar sulfur
terlebih dahulu, antara lain dengan cara flotasi dan benefication
proses. Dalam flotasi dilakukan penambahan air dan frother, sehingga
sulfur akan terapung dan dapat dipisahkan. Prinsip kerja dari proses
flotasi didasarkan pada perbedaan tegangan permukaan dari mineral di
dalam air (aqua) dengan cara mengapungkan mineral ke permukaan.
Secara garis besar pemisahan dengan cara flotasi dilakukan dalam 2
tahap, yaitu tahap conditioning dan tahap pengapungan mineral
(flotasi). Tahap conditioning bertujuan untuk membuat suatu mineral
tertentu bersifat hidrofobik dan mempertahankan mineral lainnya
bersifat hidrofilik. Pada tahap conditioning ini, ke dalam pulp
dimasukkan beberapa reagen flotasi. Sedangakan tahap flotasi atau
aerasi adalah tahap pengaliran udara kedalam pulp secara mekanis
baik agitasi maupun injeksi udara.

Gambar 3. Proses flotasi dan benefication

12
Dari gambar di atas terlihat bahwa pada proses flotasi mineral
yang akan dipisahkan bersama dengan reagen akan menempel pada
gelembung udara dan naik ke permukaan, sedangkan sisanya berupa
pasir halus dan air yang disebut tailing. Sedangkan dalam
benefication proses, sulfur setelah ditambahkan air dan reagen-
reagen dipanaskan dalam autoklaf selama ½ - ¾ jam pada tekanan 3
atm, sehingga setiap partikel kecil sulfur terkumpul, kemudian
dilakukan pencucian dengan air untuk menghilangkan tanah, lalu
dipanaskan kembali dalam autoklaf sehingga sulfur terpisah sebagai
lapisan sulfur dengan kadar 80 – 90%

c) Pengambilan belerang dari gas buang bahan bakar


Sulfur dapat diperoleh dari gas buang pembakaran batubara
atau pengilangan minyak bumi yang tidak boleh dibuang ke udara
karena dapat menimbulkan pencemaran.
Pengolahan gas buang untuk memperoleh sulfur ini biasa
dilakukan dengan menggunakan proses Claus. Pada proses ini, gas-gas
tersebut (H2S) terlebih dahulu diadsorpsi dengan menggunakan
etanolamin untuk memisahkannya dari gas-gas lain, yang kemudian
akan masuk ke unit Claus. Terdapat dua tahapan pada proses Clause,
yaitu thermal step dan catalityc step.

Gambar 4. Skema pengambilan belerang dari gas buang

Pada thermal step, sebagian gas H2S akan teroksidasi dengan


udara, ini dilakukan dalam tungku reaksi pada suhu tinggi (1000 –
1400oC ). Sehingga sulfur akan terbentuk dan akan dihasilakan pula
gas SO2, namun beberapa gas H2S tetap tidak bereaksi. Dengan reaksi
sebagai berikut:

13
H2S + 3O2 2SO2 + 2H2O - 24,89 kcal
Kemudian pada catalityc step, gas H2S yang belum teroksidasi
pada thermal step direaksikan dengan SO2 pada suhu yang lebih
rendah (sekitar 200 – 350oC) selama katalis untuk memperoleh
belerang. Dengan reaksi sebagai berikut:
4H2S + 2SO2 S6 + 4H2O - 42,24 kcal

Pada tahap kedua dibutuhkan katalis untuk membantu gas H2S


bereaksi lebih cepat dengan SO2. Tetapi pada tahap ini tidak semua
gas H2S dapat cepat bereaksi sehingga dibutuhkan dua atau tiga tahap
katalitik, seperti yang terlihat pada gambar. Setelah melalui kedua
tahap tersebut masih ada sejumlah kecil gas H2S yang masih tertinggal
dalam tail gas, dan biasanya dapat ditangani dengan proses unit tail
gas, sehingga secara keseluruhan akan didapatkan sekitar 99,8%
sulfur.Berikut gambar unit pemulihan belerang proses Claus dalam
industri pada pabrik Okotoks.

Gambar 5. Proses Clause dalam industri pada pabrik okotoks


d) Pengambilan belerang dari batuan sulfide

14
Sulfur dapat pula diambil dari batuan sulfida atau sulfat,
seperti pyrite FeS2, colcopyrite CuFeS2, covelite CuS, galena PbS, Zn
blende ZnS, gips CaSO4, anglesite PbSO4, dan lain-lain. Proses yang
dapat digunakan untuk pemulihan belerang unsur dari pyrite adalah
proses peleburan-kilat Outokumpu, proses Orkla, dan proses Noranda,
tetapi dewasa ini hanya proses Outokumpu yang masih beroperasi
secara komersial. Pada proses ini akan dihasilkan gas yang
mengandung sulfur dioksida (SO2) cukup tinggi untuk pembuatan
asam sulfat.
Contoh reaksi utama pengolahan pyrite:
FeS2 S2(g) + FeS +25,98 kcal
2FeS + 3 ½ O2 Fe2O3 + 2SO2 -295,02 kcal

2. Proses Pembuatan Asam Sulfat


a. Proses kontak
Salah satu cara pembuatan asam sulfat melalui proses industri
dengan produk yang cukup besar adalah dengan proses kontak.
Prinsip proses kontak adalah reaksi oksidasi gas SO2 dengan
oksigen dari udara dengan memakai katalis padat dilanjutkan dengan
absorpsi gas SO3 yang dihasilkan untuk membentuk asam sulfat.
Reaksi Utama :
S(s) + O2(g) SO2(g) -70,9 kcal
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g) -23,0 kcal

Pt merupakan katalis yang mula-mula dipakai karena katalis


ini aktif pada suhu di atas 4000C. Reaksinya merupakan reaksi
keseimbangan dan ekoterm sehingga digunakan sejumlah konverter
adiakat yang dipasang secara seri dan dipasang pendingin di antara
masing-masing konverter untuk mendapatkan konversi sampai 95%.
Konversi reaksi harus tinggi karena SO2 yang tak bereaksi
menimbulkan polusi udara.

15
Gambar 6. Diagram alir asam sulfat dengan menggunakan proses kontak

 Proses Kontak dengan Absorpsi Tunggal


Bila menggunakan bahan baku seperti bijih sulfida, asam
bekas pakai atau lumpur asam, diperlukan pemurnian gas yang
cukup ekstensif. Kalor yang dilepas pada waktu reaksi katalitik
dimanfaatkan untuk memanaskan gas SO2 di dalam penukar
kalor sebelum masuk konversi katalitik. Kalor yang keluar
dalam pemanggangan bijih atau dalam pembakaran asam bekas
biasanya dipulihkan dalam bentuk uap bertekanan rendah.
Bahan yang digunakan pada proses ini adalah belerang dan
melalui proses berikut.
a. Belerang dibakar di udara, sehingga bereaksi dengan oksigen
dan menghasilkan gas belerang dioksida.
S(s) + O2 SO2(g)
b. Belerang dioksida direaksikan dengan oksigen dan dihasilkan
belerang trioksida.
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g)
Reaksi ini berlangsung lambat, maka dipercepat dengan
katalis vanadium pentaoksida (V2O5) pada suhu ± 450 °C.

16
c. SO3 yang dihasilkan, kemudian dipisahkan, dan direaksikan
dengan air untuk menghasilkan asam sulfat.
SO3(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
d. Reaksi tersebut berlangsung hebat sekali dan menghasilkan
asam sulfat yang sangat korosif. Untuk mengatasi hal ini,
gas SO3 dialirkan melalui menara yang di dalamnya terdapat
aliran H2SO4 pekat, sehingga terbentuk asam pirosulfat
(H2S2O7) atau disebut “oleum”. Asam pirosulfat direaksikan
dengan air sehingga menghasilkan asam sulfat dengan
kadaryang lebih tinggi yaitu 98%.

Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat


kontak yang menggunakan pembakaran belerang dan
absorpsi tunggal.

Gambar 7. Diagram alir proses kontak absorpsi tunggal

 Proses Kontak dengan Absorpsi Ganda


Proses kontak kemudian mengalami modifikasi secara
berangsur-angsur dan menggunakan absorpsi ganda (juga

17
disebut katalis ganda), sehingga hasilnya lebih tinggi dan emisi
SO2 yang belum terkonversi dari cerobong asap berkurang.
Dalam konfigurasi aliran ini, gas yang keluar dari menara
absorpsi pertama dipanaskan lagi melalui pertukaran kalor
dengan gas konverter bawah dan masuk kembali dalam tahap
akhir konverter itu. Oleh karena itu, kadar sulfur trioksidanya
rendah, reaksinya:
SO2(g) + ½ O2(g) SO3(g)
Reaksi dapat berlangsung lebih jauh pada arah yang
dihendaki dan pemulihan yang dihasilkan dapat lebih tinggi
hingga mencapai 98,5%.
Berikut ini adalah diagram alir pabrik asam sulfat kontak
yang menggunakan pembakaran belerang dan absorpsi ganda.

Gambar 8. Diagram alir asam sulfat dengan menggunakan


absorpsi ganda

Berikut adalah jalannya proses dari diagram alir asam sulfat


dengan menggunakan absorpsi ganda:
 Sulfur Handling
Alat utamanya adalah Melter yang berfungsi untuk melebur
belerang degan pemanas Steam tekanan 7 kgf / cm2 dan temperatur

18
170 C melalui Coil. Untuk meratakan panas dan mengurangi
kotoran maka pada dasar Melter dilengkapi pengaduk sedangkan
untuk mengatasi terjadinya asam bebas ditambahkan serbuk kapur.
Sulfur cair yang terbentuk selanjutnya dialirkan ke Filter untuk
disaring kotorannya dan ditambahkan diatomeceous (bahan
precoating) supaya penyaringan dapat baik dan mengcoating dari
Filter. Sulfur cair dari Filter ditampung dalam Storage Tank yang
dilengkapi dengan Steam Coil (4 kgf / cm2) untuk mempertahankan
suhu 130 – 140 C.
 Pembuatan Gas SO2
Peralatan utamanya adalah Furnace yang fungsinya membakar
sulfur cair dengan udara kering sehingga akan terbentuk SO2
gas.Sulfur cair dari Storage Tank dialirkan secara spray kedalam
Sulfur Furnace dengan ditambahkan udara kering dari Drying
Tower, dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
S + O2 SO2 + Energi
Gas panas yang dihasilkan 10,5 % volume SO2 temperatur 1042 ºC
dan dimanfaatkan untuk Steam Superheater. Gas keluar dari Steam
Superheater temperature menjadi 430ºC .
 Pengubah SO2
Peralatan utamanya adalah Converter yang terdiri dari 4 Bed
dengan fungsi mengkonversi SO2 menjadi SO3 dengan bantuan
katalis Vanadium Pentaoksida, dengan reaksi sebagai berikut :
SO2 + ½O2 SO3 + Energi
Konversi yang terjadi pada bed 1 s/d 3 adalah 94% dengan
temperature 450 ºC dan didinginkan pada Economizer sampai 220
ºC yang selanjutnya dimasukkan ke dalam menara Absorber. Sisa -
sisa gas gabungan dari Heat Exchanger masuk Bed 4 dengan
temperatur 420 ºC dan terjadi konversi sekitar 99,73 %, dan keluar
Bed 4 masuk ke Economizer untuk didinginkan sampai 190 ºC,
kemudian masuk menara Absorber .
 PengeringanUdara&Penyerapan SO3

19
Udara atmosfer dihisap oleh Air Blower lewat Drying Tower dan
air yang terkandung diserap dengan H2SO4 98,5% dan udara kering
yang dihasilkan dengan suhu 110 ºC digunakan sebagai udara
pembakar pada Sulfur Furnace. Penyerapan gas SO3dari Bed 3 dan
4 dilakukan di Absorber Tower dengan H2SO4 98,5% yang
merupakan reaksi eksotermis :
SO3 + H2O H2SO4 + Energi
Asam Sulfat dari Drying Tower dan Absorber Tower ditampung
dalam tanki penampung, apabila konsentrasi asam sulfat masih
terlalu tinggi maka ditambah air sehingga diperoleh H2SO4 98,5% .
 Penyimpanan dan Loading
Produk H2SO4 yang dihasilkan disimpan dalam Acid Storage Tank
dan selanjutnya akan di transfer ke unit - unit yang memerlukan
serta sebagian lagi untuk product loading. Produk H2SO4 memiliki
temperatur 45 ºC, konsentrasi 98,5 % berat (min.), kadar H 2O 2,0
% berat (max.), Fe 100 ppm dan SO2 150 ppm .
b. Proses Bilik Timbal
Proses bilik timbal yang dikembangkan pada pertengahan
kedua abad ke-18, membakar sulfur dalam bejana tanah liat.
Sejumlah kecil SO3 yang dihasilkan (bersamaan dengan SO2 yang
menjadi produk utamanya) diembunkan dan dimasukan ke dalam air
untuk membuat asam sulfat. Suatu penemuan yang tak sengaja
mengungkapkan bahwa penambahan natrium nitrat dan kalium nitrat
meningkatkan rendemen SO3. Garam-garam ini terurai untuk
menghasilkan nitrogen dioksida yang bereaksi dengan SO 2 dan
menghasilkan SO3 :
SO2(g) + NO2(g) SO3(g) + NO(g)
Pada tahun 1736, Joshua Ward mengambil langkah penting
berikutnya dengan mengganti bejana tanah liat tempat sulfur dibakar
dengan botol kaca besar yang disusun berseri, untuk mempercepat
proses.
Pengembangan bilik-timbal (lead chamber) berukuran kamar,
yang digunakan pertama kali oleh John Roebuck pada tahun 1746,

20
secara dramatis memperluas manufaktur asam sulfat. Produk dari
bejana tanah liat yang kuno itu hanya beberapa gram, dan botol kaca
Ward dapat menghasilkan beberapa kilogram. Sebaliknya, bilik-
timbal dapat memproduk asam sulfat dalam jumlah ratusan pound
hingga berton-ton, menurunkan harga produk karena skalanya yang
besar serta menurunkan biaya tenaga kerja. Dalam proses bilik-
timbal, campuran sulfur dan kalium nitrat diletakan dalam cedok
(ladle) dan dibakar di dalam bilik besar yang dilapisi timbal,
lantainya digenangi dengan air. Gas mengembun pada dinding dan
diabsorpsi oleh air. Sesudah proses ini diulang beberapa kali, asam
sulfat encer diambil dan dididihkan untuk memekatkannya lebih
lanjut. Pengembangan terakhir meliputi penghembusan uap air untuk
mempercepat reaksi dengan air dan menyebarkan gas serta
memisahkan bilik pembakar dari bilik absorpsi.
Joseph Gay Lussac mengambil langkah maju yang nyata
pada tahun 1835 ketika ia membangun menara untuk mengambil
kembali NO yang sebelumnya telah dihembuskan keluar dan dan
mengkonversinya kembali menjadi NO2 melalui reaksi dengan
oksigen. Tepatnya, dalam menara Gay Lussac, NO dikonversikan
menjadi asam Nitrit (HNO2) yang dilarutkan dalam asam sulfat
berair;
2NO(g) + ½ O2(g) + H2O(l) 2HNO2(aq)
Asam nitrit kemudian direaksikan dalam menara kedua yang diberi
nama sesuai dengan pengembangannya, John Glover untuk
mengoksidasi sulfur dioksida :
2HNO2(aq) + SO2(g) H2SO4(g) + 2NO(g)
Reaksi keseluruhan langkah-langkah ini ternyata :
SO2(g) + ½ O2(g) + H2O(l) H2SO4(aq)
Pendaur ulangan oksida nitrogen sangat mengurangi konsumsi
natrium nitrat atau kalium nitrat, yang hanya sekarang diperlukan
untuk menggantikan dalam kehilangan dalam proses. Disamping itu,
menara Glover memproduksi asam sulfat yang lebih pekat 75 sampai
85 persen H2SO4 berdasar massa dibandingkan 60 sampai 70 persen

21
yang diperoleh dengan metode terdahulu. Berikut adalah proses
mendapatkan asam sulfat dengan cara bilik timbal.

Gambar 9. Proses Kamar timbal

c. Proses Pemekatan Asam Sulfat


Asam encer dapat dipekatkan menjadi asam dengan
konsentrasi yang agak lebih tinggi dengan mencelupkan gelungan
uap pemanas yang terbuat dari timbal, di dalam tangki timbal atau
tangki yang berlapis timbal dan bata.
Berdasarkan gambar konsentrator dengan tiupan uap seperti
gambar dibawah ini. Gas panas pada suhu sekitar 680 oC diperoleh
dari pembakaran minyak atau gas bahan bakar. Gas pembakaran
yang panas ini ditiupkan dari arah yang berlawanan terhadap asam
sulfat itu di dalam kompartemen pada drum pemekat dan air keluar
bersama gelembung-gelembung gas dari asam. Gas keluar paada
suhu 230oC sampai 250oC dari kompartemen pertama drum itu,
masuk ke dalam kompartemen kedua, bersama dengan sebagaian gas

22
panas dari tanur pembakaran. Kemudian gas yang dihasilkan ini
akan keluar pada suhu 170oC sampai 180oC, dan masuk ke dalam
drum pendingin gas, dimana gas tersebut didinginkan lagi menjadi
100oC sampai 125oC sambil menaikkans uhu asam encer ke titik
didihnya. Oleh karena sebagian asam sulfat itu terbawa ikut sebagai
kabut, gas panas dilewatkan melalui pembasuh venture dan separator
siklon, kemudian dicuci dengan asam umpan dan air untuk
menyingkirkan kabut asam, sebelum dibuang ke udara. Cara ini
dapat menurunkan kabut asam sampai sekitar 35 mg/m3 dengan
biaya investor yang lebih rendah dari pada bila menggunakan
prisipitator-kabut elektrostatik. Prosedur ini akan menghasilkan asam
dengan konsentrasi akhir 93%.

Gambar 10. Proses Pemekatan asam sulfat

2.4 Produk dalam Industri Asam Sulfat


Produk asam sulfat yang dihasilkan oleh PT. Dunia Kimia Utama
memiliki konsentrasi 98,5%. Sifat fisik asam sulfat yang dihasilkan
yaitu:
No. Parameter Sifat Fisik Produk

23
1. Bentuk Cairan
2. Warna Jernih
3. Bau Menyengat
4. Titik Didih 340oC
5. Titik Leleh 10,49oC

Sedangkan sifat kimia asam sulfat yang dihasilkan yaitu:


No. Parameter Sifat Kimia Produk
1. Rumus Molekul H2SO4
2. BM 98,08 gr/mol
3. Densitas 1,84 g/cm3
4. Spgr 1,834
5. Kelarutan Larut dalam air dengan semua perbandingan
6. Viskositas 26,7 cP (20 °C)

Perbandingan produksi dengan menggunakan proses kontak dengan proses bilik


timbal.
No Karakteristik Proses Kontak Proses Bilik Timbal
1 Tekanan 1 atm -
0
2 Suhu 450-500 C 400-6000C
3 Konversi Mencapai 99,5% (dari Konversi mencapai
SO2 menjadi SO3) 78%
4 Harga Rendah, karena dalam Tinggi, karena dengan
satu kali proses kondisi yang hampir
meningkatkan sama hanya bisa
konsentrasi asam. menghasilkan
konversi yang rendah.
5 Katalis V2O5 NO2

2.5 Peralatan proses pembuatan industri asam sulfat


1. Sulfur Melter : Fungsinya sebagai tempat pencairan atau peleburan
belerang dengan bantuan panas steam pada coil.
2. Pompa Sulfur : Fungsinya sebagai pengalir sulfur cair ke furnace. Pompa
ini mempunyai pipa-pipa penyaluran luar bermantel uap, sehingga

24
belerang tidak menjadi dingin dan membeku, karena titik lebur belerang
adalah 115oC.
3. Main Blower : Fungsinya sebagai penyuplai udara untuk proses
pembakaran ke furnace. Main blower yang digunakan adalah tipe turbo
fun dengan kapasitas 117 m3/menit dan tekanan operasi 1800 mmHg.
4. Drying Tower : Fungsinya sebagai unit proses tempat terjadinya
pengeringan udara oleh sirkulasi asam sulfat (minimal 93%) dari DT
Pump Tank. Drying Tower yang dipakai adalah tipe packed column
dengan tinggi 8,254 m, diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.
5. DT Pump Tank : Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam
sulfat yang dari atau ke Absorbing Tower. DT pump tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3 m dan
kapasitas 8,8 m3/menit.
6. AT Pump Tank : Fungsinya sebagai tangki penampungan sirkulasi asam
sulfat yang dari atau ke absorbing tower dan juga sebagai tangki produksi,
yaitu pengenceran (hidrasi) asam sulfat. AT Pump Tank yang digunakan
mempunyai tinggi 1,8 m, diameter dalam 2,76 m, diameter luar 3m, dan
kapasitas 8,8 m3/menit.
7. Furnace : Fungsinya sebagai tempat berlangsungnya proses pembakaran
belerang cair dengan udara menjadi gas SO2. Furnace yang dipakai
berbentuk silinder mendatar dengan panjang 7,02 m, diameter luar 2,04
m dan diameter ruang bakar 1,65 m.
8. Boiler : Fungsinya sebagai tempat memproduksi steam. Boiler yang
digunakan berbentuk silinder mendatar dengan dapur dan pipa-pipa api
(fire tube). Boiler ini mempunyai panjang 4,6 m dan tekanan operasi 4
kg/cm2.
9. Absorbing tower : Fungsinya sebagai unit proses terjadinya proses
penyerapan gas SO3 oleh sirkulasi asam sulfat (98,3%-99%) Absorbing
Tower yang digunakan adalah tipe packed column dengan tinggi 8,875 m,
diameter dalam 2,62 m dan diameter luar 2,86 m.

25
10. AT Pump : Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam
sulfat dari AT Pump Tank ke Absorbing Tower. AT Pump yang digunakan
mempunyai kecepatan putar 1450 Rpm dan kapasitas 1,2 m3/menit.
11. DT Pump : Fungsinya sebagai alat untuk memompakan sirkulasi asam
sulfat dari DT Pump Tank ke Drying Tower. DT Pump yang digunakan
mempunyai kapasitas 1,2 m3/menit.
12. Plug Vlave : Fungsinya sebagai pengatur aliran gas dari furnace dan
boiler, agar tetap stabil.
13. Heat exchanger (on gas filter) : Fungsinya sebagai alat untuk
mendinginkan aliran gas dari furnace dan boiler yang akan masuk ke
converter. Heat exchanger yang digunakan adalah tipe shell and tube
dengan jumlah tube 109 buah dan panjang tube 2,47 m. Heat exchanger
mempunyai tinggi 3 m dan diameter 1,40m.
14. Gas filter : Fungsinya sebagai alat penyaring untuk aliran gas yang akan
masuk ke dalam converter. Gas filter mempunyai tinggi 1,53 m dan
diameter 3,448 m.
15. Converter : Fungsinya sebagai unit proses berlangsungnya proses
perubahan gas SO2menjadi gas SO3 dengan bantuan katalis vanadium
pentaoksida. Converter yang digunakan mempunyai jumlah bed 4 buah,
tinggi 8,5 m, diameter dalam 2,76 m dan diameter luar 3,002 m.
16. Heat exchanger : Fungsinya sebagai tempat mendinginkan aliran gas yang
keluar dari converter khususnya dari bed I dan bed II. Tipe yang
digunakan adalah tipe shell and tube.
17. SO3 Cooler : Fungsinya sebagai tempat pendingin aliran gas SO3 yang
akan masuk ke Absorbing Tower. Cooler yang dipakai adalah tipe shell
and tube dengan tinggi 1,78 m.
18. Distributor : Fungsinya sebagai alat untuk menyebarkan aliran asam sulfat
di dalam absorbing tower dan drying tower.
19. Cooling tower : Fungsinya sebagai tempat pendingin air yang keluar dari
sulfur trioksida, sebelum masuk kedalam absorption tower.

20. Cooling water pump : Fungsinya sebagai alat untuk memompakan


sirkulasi pendingin dari cooling water pit ke acid cooler.

26
21. Plate Heat exchanger (acid cooler) : Fungsinya sebagai unit
mendinginkan sirkulasi asam sulfat dari AT/DT Pump Tank ke AT/DT.
Plate heat exchanger (acid cooler) yang digunakan adalah tipe plate
dengan tekanan operasi 5 kg/cm2.

2.6 Manfaat Dan Bahaya Produk yang dihasilkan dalam Industri Belerang
dan Asam Sulfat
a. Manfaat produk yang dihasilkan, yaitu :
1. Belerang
Khasiat belerang bagi tubuh manusia, antara lain:
 Mengobati dari luka bekas gigitan binatang berbisa
 Obat gatal-gatal pada kulit
 Menghilangkan panu/kurap yang menghiasi kulit.
Selain berkhasiat bagi tubuh manusia, lebih dari 90% belerang
yang digunakan dikonversi menjadi asam sulfat, tetapi penggunaan di
industri pun banyak. Di antaranya adalah pembuatan pulp kertas,
karbon disulfida, insektisida, fungisida, bahan pemutih, karet
vulkanisasi, detergen, produk farmasi dan zat warna.
2. Asam Sulfat
Kegunaan asam sulfat adalah untuk pembuatan aluminium
sulfat. Alumunium sulfat dapat bereaksi dengan sejumlah kecil sabun
pada serat pulp kertas untuk menghasilkan aluminium karboksilat yang
membantu mengentalkan serat pulp menjadi permukaan kertas yang
keras. Aluminium sulfat juga digunakan untuk membuat aluminium
hidroksida.
Asam sulfat juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia.
Sebagai contoh, asam sulfat merupakan katalis asam yang umumnya
digunakan untuk mengubah sikloheksanonoksim menjadi kaprolaktam,
yang digunakan untuk membuat nilon. Ia juga digunakan untuk
membuat asam klorida dari garam melalui proses Mannheim. Banyak
H2SO4 digunakan dalam pengilangan minyak bumi, contohnya sebagai
katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena yang menghasilkan
isooktana.

b. Bahaya dari produk yang dihasilkan, yaitu :


1. Belerang

27
Efek dari gas belerang terhadap manusia sangatlah bervariasi.
Dimana dengan konsentrasi rendah pada 1 ppm yang telah dihirup
manusia akan mengalami pengurangan fungsi paru-paru. Bila kedapatan
selama 20 menit mencapai konsentrasi 8 ppm akan memerahkan
tenggorokan, gangguan pada hidung, dan iritasi pada tenggorokan.
Sekitar 20 ppm merupakan titik kritis dari iritasi konsentrasi SO2.
Pada beberapa kasus dimana terdapat konsentrasi SO2 yang
sangat tinggi pada ruangan tertutup, dapat mengakibatkan gangguan
saluran udara, hypoxemia (kekurangan oksigen pada darah), dan
kematian dalam hitungan menit.
2. Asam Sulfat
Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya.
Resiko utama asam sulfat adalah kontak dengan kulit yang
menyebabkan luka bakar dan penghirupan aerosol asap. Paparan
dengan aerosol asam pada konsentrasi tinggi akan menyebabkan iritasi
mata, saluran pernafasan, dan membran mukosa yang parah. Iritasi akan
mereda dengan cepat setelah paparan, walaupun terdapat risiko edema
paru apabila kerusakan jaringan lebih parah. Pada konsentrasi rendah,
simtom-simtom akibat paparan kronis aerosol asam sulfat yang paling
umumnya dilaporkan adalah pengikisan gigi.

2.7 Pengolahan Limbah Industri Asam Sulfat


Limbah yang dihasilkan dari industri asam sulfat ada 2, yaitu
senyawa sulfur dioksida dan senyawa sulfur trioksida, yang mana kedua
senyawa ini dapat merusak tanaman sehingga daunnya menjadi kuning
kecolkatan, dan berbintikbintik. Gas dari sulfur dioksida bila bereaksi
dengan air di udara dapat menyebabkan hujan asam yang dapat
membahayakan mahluk hidup, dapat menyebabkan korosi pada permukaan
logam dan merusak bahan nilon. Gas sulfur dioksida dapat menyebabkan
terjadinya kabut, dan mengganggu reaksi fotosintesis pada pemukaaan daun,
serta dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
Cara pengolahan limbah dari pabrik asam sulfat yaitu gas sulfur
dioksida dan sulfur trioksida yaitu adalah dengan melakukan pemasangan
alat filter yang berfungsi untuk menyaring partikel gas asam yang mungkin
terbawa gas buangan akibat proses absorbsi kurang sempurna, serta kita

28
juga bisa menggunakan system netralisasi yang dilakukan dengan
mencampur limbah yang bersifat asam dengan limbah yang bersifat basa,
pencampuran dilakukan dalam sutu bak equalisasi atau tangki netralisasi.
dan sedimentasi yang dapat dilakukan dengan menambahkan bahan kimia
koagulan kedalam air limbah, koagulasi dilakukan dengan menambahkan
batu kapur, soda ash atau soda kaustik (NaOH) pada limbah yang
dihasilkan, dengan memperhatikan kondi Ph akhir dari limbah tersebut.

2.8 Neraca Massa

Gambar 11. Diagram Alir Industri asam sulfat

Reaksi pada Furnace

S + O2 → SO2

1 tmol 1 tmol -

1 tmol 1 tmol 1 tmol

- - 1 tmol

Input Output
Komponen
tmol Ton tmol ton

S 1 32 - -

29
O2 1 32 - -

SO2 - - 1 64

∑ 64 64

Reaksi pada Converter

SO2 + ½ O2 → SO3

Input Output
Komponen
Tmol Ton tmol ton

SO2 1 64 - -

O2 0.5 8 - -

SO3 - - 1 80

∑ 72 80

Reaksi pada Absorber

SO3 + H2SO4 → H2SO4.SO3

Input Output
Komponen
Tmol Ton tmol ton

SO3 1 80 - -

H2SO4 1 98 - -

H2SO4.SO3 - - 1 178

∑ 178 178

H2SO4.SO3 + H2O → 2H2SO4

Input Output
Komponen
Tmol Ton tmol ton

H2SO4.SO3 1 178 - -

30
H2O 1 18 - -

H2SO4 - - 2 196

∑ 196 196

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh mengenai Industri Belerang dan asam
sulfat antara lain sebagai berikut.
1. Belerang merupakan salah satu bahan dasar yang paling penting dalam
industri pengolahan kimia.
2. Bahan baku yang digunakan dalam industri asam sulfat adalah belerang.
3. Proses industri asam sulfat terdiri dari proses kontak (absorpsi tunggal
dan ganda) dan proses bilik timbal.
4. PT. Dunia Kimia Utama yang terletak di Palembang menggunakan
proses kontak.
5. Proses kontak dan bilik timbal memakai bahan dasar SO2 dari
pembakaran belerang.
6. Asam sulfat dianggap tidak beracun selain bahaya korosifnya. Resiko
utama asam sulfat adalah kontak dengan kulit yang menyebabkan luka
bakar dan penghirupan aerosol asap.
7. Kegunaan asam sulfat adalah untuk pembuatan aluminium sulfat.

3.2 Saran
Saran dari penulis Semoga makalah dari mata kuliah Proses
Industri Kimia ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi kami
mahasiswa ITATS jurusan teknik kimia pada khususnya serta mahasiswa
ITATS pada umumnya. Demikian hasil makalah kami,semoga bisa
bermanfaat bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih bagi pihak-
pihak yang selalu membantu, sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada
waktunya, dan penulis juga menyadari kekurangan-kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Maka kami pun mengharapkan saran dan kritik
yang membangun demi kemajuan ilmu pengetahuan kami mengenai materi
dari proses Industri Kimia ini.

LAMPIRAN

1. Senyawa apa saja yang merupakan limbah pada industri asam sulfat dan
bagaimana cara mengatasinya?

32
Jawab: Limbah yang dihasilkan dari proses industri asam sulfat yairu
senyawa sulfur dioksida dan sulfur trioksida. Cara mengatasi limbah
tersebut dengan melakukan melakukan pemasangan alat filter yang
berfungsi untuk menyaring partikel gas asam yang mungkin terbawa gas
buangan akibat proses absorbsi kurang sempurna, serta kita juga bisa
menggunakan system netralisasi yang dilakukan dengan mencampur
limbah yang bersifat asam dengan limbah yang bersifat basa, pencampuran
dilakukan dalam sutu bak equalisasi atau tangki netralisasi. dan
sedimentasi yang dapat dilakukan dengan menambahkan bahan kimia
koagulan kedalam air limbah, koagulasi dilakukan dengan menambahkan
batu kapur, soda ash atau soda kaustik (NaOH) pada limbah yang
dihasilkan, dengan memperhatikan kondi Ph akhir dari limbah tersebut
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan proses Frasch?
Jawab: Proses Frasch merupakan proses penambangan batubara dari dalam
tanah dengan melakukan peleburan pada belerang di bawah tanah atau di
bawah laut, untuk kemudian dipompakan ke permukaan, proses ini
dilakukan dengan cara membuat Lubang-lubang bor yang digali sampai ke
dasar lapisan yang mengandung belerang dengan menggunakan peralatan
pemboran minyak biasa, sampai kedalaman 150 – 750 m. Kemudian suatu
sarangan yang terdiri dari tiga pipa dengan diameter berkisar antara 3 cm
sampai 20 cm dilewatkan melelui strata yang mengandung belerang dan
berhenti di bagian atas anhidrat yang tidak mengandungnya.
3. Apakah ada metode lain Selain proses Frasch, pada industri asam sulfat?
Jawab: Proses Frasch merupakan proses penambangan batubara dari dalam
tanag, sedang untuk proses pengolahan dari belerang itu sendiri pada
industri asam sulfat menggunakan dua proses yaitu, proses kontak dan
proses kamar timbal. Proses kontak itu sendiri merupan proses reaksi
oksidasi gas sulfur dioksida dengan oksigen dari udara dengan memakai
katalis padat yaitu vadium pentoksida, kemudian dilanjutkan dengan
absorpsi gas sulfur trioksida yang dihasilkan untuk membentuk asam
sulfat. Sedangkan proses kamar timbal adalah proses yang dilakukan
dengan membakar sulfur dalam bejana tanah liat, kemudian sejumlah kecil

33
senyawa sulfur trioksida yang dihasilkan bersama dengan sulfur dioksida
diembunkan dan dimasukkan ke dalam air untuk membuat asam sulfat.
4. Kekurangan dan kelebihan dari proses kontak dan kamar timbal?
Jawab: Kekurang dan kelebihan dari proses kontak dan kamr timbal

Keterangan Proses Kontak Proses Kamar


Timbal
Konvensi 98,5 −99% 77−79%

Biaya Produk Rendah Tinggi

Kualitas Produk Lebih Pekat Kurang Pekat

Proses Produk Satu kali proses dalam Dua kali proses dalam
meningkatkan meningkatkan
konsenrasi asam konsentrasi asam
Katalis Vanadium Pentoksida Natrium Oksida dan
Natrium dioksida

DAFTAR PUSTAKA

Austin, George T. 1996. Industri Proses Kimia Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.

D Bareta, Winda. 2005. Laporan Akhir Tinjauan Tinggi Packing Absorbing Tower
Terhadap Daya Serap Gas SO3 Dalam Pembuatan Asam Sulfat PT.
Dunia Kimia Utama Inderalaya Kab. Ogan Ilir. Palembang iawati,
Chansyanah. 2010. Diktat Kimia Industri. Bandar Lampung : Universitas
Lampung.

Laporan Kerja Praktek Petrokimia Gresik Jurusan Teknik Kimia ITS dengan
bahasa yg disederhanakan dan kata yg diringkas.

34
Perry, R.H., Perry’s Chemical Engineering’s Hand Book, 6th edition, McGraw

Oxtoby, David W. 2003. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
.

35

Anda mungkin juga menyukai