Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

PROSES PRODUKSI
IV.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan PT. PG. Candi Baru dapat dibedakan atas bahan
baku utama dan bahan baku penunjang proses produksi.
IV.1.1 Bahan Baku Utama
PT. PG. Candi Baru menggunakan tebu sebagai bahan baku utama dengan
kapasitas sebanyak 27500 Ton Cane per Day (TCD). Untuk penyediaan tebu pada
masa gilingan pihak pabrik (bagian tanaman) terlebih dahulu mengontrak petani pada
awal masa tanam yang kemudian berakhir dengan system bagi hasil, selain itu juga
dengan cara membeli langsung tebu yang sudah masak dari petani dari Sidoarjo dan
sekitarnya. Pembayaran tebu yang sudah dipasok ke pabrik oleh petani dilakukan pada
masa giling dengan menggunakan sistem bagi hasil produk. Tebu didapatkan dari
petani yang mempunyai lahan disekitar pabrik dan dari daerah Malang, Mojokerto,
Pasuruan, dan Sidoarjo.
Penurunan Kualitas tebu sebelum ditebang dapat disebabkan oleh penyakit,
hama, cuaca, dan lain-lain. Sesudah ditebang, penurunan kualitas tebu dapat terjadi
karena pembusukan oleh bakteri. Cara praktis untuk mengatasi Penurunan Kualitas
tebu setelah ditebang adalah dengan mengurangi waktu antara ditebang sampai
digiling, batas waktunya ialah 24 jam, upaya lain ialah sanitasi gilingan yaitu dengan
cara penyemprotan uap atau pemberian bahan kimia anti bakteri.
Penyediaan tebu sebagai bahan baku utama menghadapi tantangan yang
cukup berat, antara lain: makin menyempitnya lahan luas wilayah pertanian
dikarenakan lahan pertanian dibuat perumahan, serta kecenderungan dari petani tebu
untuk beralih menjadi petani padi. Hal ini terjadi apabila harga jual beras mendekati
harga jual gula. Jika harga jual beras naik sampai mendekati harga jual gula maka padi
yang dapat dipanen 3 kali setahun lebih menarik minat petani daripada menanam tebu
yang hanya dipaenen setahun satu kali.

IV.1.2 Bahan Baku Penunjang


Bahan baku penunjang merupakan bahan yang ditambahkan untuj
meningkatkan mutu gula, meliputi:

II-1
BAB IV PROSES PRODUKSI

1. Bakterisida dan Fungisida


Bakterisida adalah golongan antibiotika yang bekerja dengan membunuh
bakteri. Antibiotika penting yang sering digunakan dalam pertanian yang tergolong
bakteriostatik diantaranya adalah tetracycline dan spectinomycin (Widodo, 2000).
Bakterisida dan Fungisida ditambahkan dengan tujuan untuk mengontrol
pertumbuhan bakteri dan jamur dalam nira serta menurunkan potensi kehilangan
sukrosa yang terjadi karena inversi pada stasiun gilingan.
2. Asam Phospat (H3PO4)
Kebutuhan asam phospat rata rata per hari mencapai 210 kg. kegunaanya
adalah sebagai bahan pengendap kotoran. Penambahan fosfat ini bertujuan untuk
menambahkan kandungan fosfat didalam nira agar mencapai konsentrasi 300-350
ppm, karena pada konsentrasi ini proses pengikaran zat warna dan koloid serta
pembentuk endapan kalsium fosfat berlangsung optimum.
3. Kapur Tohor
Kapur adalah kalsium oksida (CaO), Magnesium oksida (MgO), dengan
sejumlah kecil Alumina Oksida dan Silika Dioksida (SiO2). Bahan ini mudah
didapat karena banyak dipasaran dan diproduksi secara besar-besaran. Kapur
merupakan hasil endapan kerangka binatang yang hidup di lautan dan berlangsung
hingga jutaan tahun (Monintja, 2013). Penambahan kapur dalam nira dilakukan
dalam bentuk susu kapur atau suspense yang bertujuan:
a. Menaikkan pH nira dari asam menjadi basa.
b. Mencegah terjadi inversi
c. Menjernihkan nira.
Selain kapur, Magnesium Oksida (MgO) juga dipergunakan untuk proses
penjernihan tetapi kapur lebih banyak digunakan karena mempunyai beberapa
keuntungan:
Reaksi antara kapur dengan nira mentah berjalan lebih cepat dan
sempurna sehingga diperoleh nira yang lebih jernih.
Mudah diperoleh dan harga lebih terjangkau.
Pipa pipa nira pada evaporator tetap bersih untuk waktu yang lebih
lama.
Syarat kapur tohor yang digunakan:
a. Kadar zat tak larut dalam asam garam keras maksimal 2,0%

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-2


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

b. Kadar asam silikat maksimal 2.0%


c. Asam Belerang (SO3) maksimal 0.2%
d. Oksida besi dan oksida aluminium maksimal 2.0%
e. Karbon dioksida da mangan dioksida maksimal 2.0%
f. Daya pemadam kapur baik dengan kadar residu maksimal 2.0%
g. Dispersitas baik, dengan waktu pengendapan (2 jam) maksimal 75%
h. Reaktivitas baik dengan waktu reaksi 10 detik
Kapur tohor CaO digunakan untuk memproduksi Ca(OH)2, yang akan
digunakan pada proses pemurnian tepatnya diproses sakarat. Kebutuhan batu kapur
perhari rata-rata mencapai 2100 kg. Tempat pendukung tambahan yang digunakan
untuk membuat susu kapur adalah gudang kapur, yang digunakan untuk
menyimpan bongkahan kapur. Selain itu juga untuk menjaga kapur tidak terkena
udara untuk mencegah terbentuknya CaCO3 yang dimana dapat mempersulit
proses selanjutnya.
Reaksi yang terjadi saat pembuatan Ca(OH)2 ialah sebagai berikut:
CaO + H2O Ca(OH)2 + kalor
4. Sulfur
Belerang (Sulfur) adalah senyawa multivalensi non-logam dan banyak
terdapat di alam, terutama daerah sekitar gunung merapi. Bentuk asli belerang
adalah kristal padat berwarna kuning, namun keberadaannya di alam dapat berupa
elemen murni atau sebagai sulfida dan mineral sulfat. Dalam bentuk elemen
murninya belerang tidak bersifat toksik, tetapi yang bersifat toksik adalah senyawa
gas turunan dari belerang seperti hidrogen sulfida (H2S) dan Sox (Marufi, 2016).
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas
SO3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah
bereaksi dengan uap air yang ada diudara untuk membentuk asam sulfat atau
H2SO4 (Marufi, 2016).
Sulfur (Belerang) digunakan untuk pembuatan gas SO2 yang digunakan pada
proses sulfitasi pada stasiun pemurnian. Kebutuhan belerang PT. PG. Candi Baru
rata-rata per hari mencapai 850 kg. belerang ditambahkan dalam bentuk gas SO2
yang diperoleh melalui pembakaran belerag padat dengan udara kering sebagai
sumber oksigen dalam furnace yang dinamai sulfur burner. Kegunaan gas SO2 ialah

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-3


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

sebagai pemucatan (Bleaching) warna karena mereduksi senyawa senyawa


berwarna menjadi tidak berwarna. Adapun syarat-syarat agar belerang bisa
digunakan:
a. Kadar air maksimal 1%
b. Kadar abu 0.1%
c. Arsen maksimal 0.05%
Proses pembuatan gas SO2 ialah dengan cara belerang padat dimasukkan ke
sulfur burner yang dipanasakan dengan suhu 200C, Reaksi yang terjadi ialah:
S + O2 SO2 + kalor

Reaksi diatas bersifat eksotermis sehingga suhu gas SO2 menjadi lebih tinggi.
Gas SO2 ini segera didinginkan dengan menggunakan pendingin air agar tetap
berada pada suhu operasi 200C. Hal ini untuk mencegah agar tidak terbentuk gas
SO3 yang tidak diinginkan. Kemudian gas SO2 dialirkan ke Sulphur tower untuk
keperluan proses sulfitasi.
5. Flokulan
Flokulan yang digunakan adalah Super Floculant A-110 Sebanyak 3kg per 8
jam dengan konsentrasi sekitar 5 ppm.
Fungsi penambahan flokulan adalah mengikat endapan agar ukuran menjadi
lebih besar sehingga dapat mempercepat proses pengendapan. Dosis pemakaiannya
sekitar 3 ppm dalam Nira yag masuk ke Single Tray Clarifier.
6. Caustic Soda Flake
Cairan ini digunakan pada saat pembersihan evaporator. Pemakaian caustic
soda ini bertujuan untuk melunakkan kerak yang ada didalam pipa-pipa nira pada
evaporator. Kebutuhan untuk tiap kali pembersihan suatu evaporator tergantung
dengan kondisi kerak yang terdapat didalam evaporator.
7. Tawas
Tawas (Kalium Aluminium Sulfat) juga dikenal dengan sebutan alum patas,
alum atau tawas termasuk golongan senyawa. Tawas bersifat basa dan mempunyai
derajat keasaman sebesar pH 9 (Habibah, 2017).
Berikut merupakan sifat-sifat kimia ta was, antara lain:
a) Bersifat basa
b) Larut dalam air (gugus hidroksil)

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-4


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

c) Tidak larut dalam etanol dan aseton


d) Dapat menjernihkan air
e) Sebagai campuran bahan celup
f) Sebagai zat pembantu untuk pengaruh elektrolit dan pH dalam larutan
celup (Habibah, 2017).
Fungsi dari tawas sendiri ialah untuk mengendapkan kotoran air sungai
yang digunakan sebagai Feed Water Boiler di Water Treatment Process.
Kebutuhan penggunaan tawas perhari tergantung dengan keadaan air sungai yakni
keruh atau tidaknya air sungai tersebut. Jika air sungai keruh maka tawas yang
dipakai lebih banyak, begitu juga sebaliknya.

Kebutuhan-kebutuhan bahan baku penunjang sebenarnya bervariasi dari


waktu ke waktu. Selain tawas (yang kebutuhannya tergantung jernih atau tidaknya
air sungai), kebutuhan bahan-bahan baku penunjang proses juga tergantung pada
berat tebu yang digiling. Sedangkan berat tebu yang digiling sendiri berfluktuasi
dari hari ke hari. Sehingga semua jumlah kebutuhan bahan baku penunjang
berbeda-beda tergantung situasi.
IV.1.3 Produk
Produk utama dari PG. Candi Baru adalah Gula jenis SHS-1A (Gula Kristal
Putih 1).
Ada juga produk samping yang dihasilkan antara lain:
1. Tetes
Tetes tebu merupakan hasil proses pemisahan larutan dengan kristal gula,
tetes ini kemudian ditampung dalam tangki tetes yang kemudian dikirim ke pabrik
spritus dan alkohol untuk bahan baku pembuatan alkohol, spritus dan arak dimana
sisanya dijual untuk bahan pembuatan MSG, kecap dan bahan pencampur makanan
ternak. Air buangan pabrik merupakan hasil proses pendinginan di bejana kondensor
dan mesin-mesin. Air buangan ini sebelum dibuang dilakukan penanganan serta
pengolahan terlebih dahulu sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Air buangan pabrik yang dilakukan penanganan serta pengolahan
dimanfaatkan oleh para petani untuk penyiraman tanaman tebu, palawija dan
holtikultura.

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-5


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

2. Ampas
Daun hijau dan pucuk tebu hasil tebang tebu dapat dimanfaatkan oleh petani
ternak untuk pakan ternak.
Daun kering hasil tebang tebu dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
rumah tangga dan industri bata merah.
Ampas tebu hasil pemerahan nira dari batang tebu dimanfaatkan sebagai
bahan bakar ketel/Boiler dan kelebihannya dijual untuk bahan baku kertas,
partikel board dan bahan media jamur.

IV.2 Proses Produksi Gula


Perkembangan produksi gula Indonesia tidak terlepas dari perkembangan
luas areal, iklim, produksi tebu dan rendemen. Secara umum, proses produksi gula
meliputi beberapa proses yaitu:
IV.2.1 Persiapan
Bahan baku yang diangkut dari kebun dengan menggunakan truk, lalu tebu
diuji terlebih dahulu kualitasnya agar layak digiling. Tebu yang digunakan di PT.
PG. antara lain:
1. TR KSU-A, adalah tebu milik pabrik dengan sistem menyewa tanah rakyat dan
pengerjaannya dibiayai oleh pabrik.
2. TR KSU-B, adalah tebu milik pabrik yang pengolahannya dibiayai pabrik dan
mendapatkan perhatian khusus dari pabrik dalam hal pengelolaan tanaman.
3. TRM, adalah tebu rakyat milik petani disekitar pabrik yang dibiayai sendiri
oleh petani. Tebu tersebut didapatkan dari daerah Sidaorjo dan sekitarnya.

Tebu yang bermutu baik dan layak digiling kriterianya dapat disingkat
dengan istilah BSM , kriterianya ialah:
1. B: Bersih, yaitu kadar trash tidak lebih dari 5%
2. S: Segar, waktu antara tebu ditebang dan digiling tidak lebih dari 24 Jam
3. M: Manis, tebu memiliki potensi rendemen tinggi, antara lain:
Kadar nira tinggi (lebih dari 85%)
Nilai nira perasan pertama (NPP) tinggi (lebih dari 12%)

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-6


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

Jika tebu memenuhi syarat-syarat diatas maka tebu akan ditimbang dan
dipindahkan ke lori (kereta pengangkut tebu) menuju meja tebu sebagai tempat
dimulainya perlakuan yaitu proses penggilingan.
IV.2.2 Penggilingan
Stasiun Gilingan bertujuan untuk mengekstrak nira yang terkandung didalam
tebu semaksimal mungkin sehingga sedikit jumlah kandungan nira dalam ampas.
Pada stasiun gilingan ini terdapat empat gilingan yang dimana gilingan satu
digerakkan dengan tenaga listrik dan gilingan lainnya digerakkan dengan tenaga uap.
Proses gilingan dimulai dengan bahan baku yaitu tebu dari lori dibawa ke
meja tebu yang selanjutnya diangkut oleh conveyor untuk menuju Cane Cutter yang
bertujuan untuk memotong tebu agar ukurannya lebih kecil, selanjutnya tebu dibawa
ke Unigrator untuk mencacah tebu agar menjadi fraksi yang lebih kecil, hasil
cacahan yang dihasilkan Unigrator yaitu berupa serabut-serabut tebu agar saat di
proses selanjutnya beban yang ditanggung alat gilingan tidak berat. terakhir
mengalami penggilingan.
Uraian proses penggilingan tebu adalah sebagai berikut:
1. Gilingan pertama
Serabut serabut tebu dari unigrator menuju ke gilingan pertama
untuk dilakukan pemerasan pertama yang dimana tebu diperas sampai
menghasilkan nira dan ampas. Nira akan dialirkan ke bak penampung nira
dan ampas akan dibawa ke gilingan kedua.
2. Gilingan kedua
Ampas dari gilingan pertama dibawa ke gilingan kedua untuk digiling
lagi. Nira yang dihasilkan dari gilingan kedua ini tidak sebanyak gilinga
petama akibat dari sebagian nira sudah terperas di gilingan pertama. Hasil
dari gilingan kedua yaitu nira mentah dan ampas. Selanjutnya nira mentah
dialirkan ke bak penampung nira dan ampas akan dibawa ke gilingan ketiga.
Saat keluar dari gilingan kedua ampas diberikan dengan air imbibisi.
3. Gilingan ketiga
Saat ampas keluar dari gilingan kedua ditambahkan dengan air
imibibisi agar tidak terjadi kehilangan gula yang banyak dalam ampas dan
bertujuan untuk mendapatkan nira sebanyak-banyaknya, dibawa ke gilingan
ketiga dengan kandungan nira tidak sebanyak saat berada di gilingan

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-7


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

pertama dan kedua. Hasil dari gilingan ketiga ialah nira dan ampas. Nira
hasil dari gilingan ketiga ini akan dicampur dengan ampas yang keluar dari
gilingan pertama sebelum masuk ke gilingan kedua. Dan ampas dibawa ke
gilingan empat. Saat keluar dari gilingan ketiga ampas diberikan air
imbibisi.
4. Gilingan keempat
Pada gilingan keempat ini ampas tebu kandungan niranya dapat
dikatakan hampir tidak ada. Agar ampas yang akan dijadikan bahan bakar
tidak mengadung gula, maka ampas tebu digiling di gilingan keempat untuk
benar-benar memastikan agar tidak ada gula di ampas. Hasil dari gilingan
keempat ini yaitu nira dan ampas. Nira hasil dari gilingan keempat ini akan
dicampur dengan ampas yang keluar dari gilingan kedua sebelum masuk
gilingan ketiga. Sementara itu ampas dibawa ke ketel untuk bahan bakar
ketel.
IV.2.3 Pemurnian
Tujuan dari stasiun pemurnian adalah membuang sebanyak-banyaknya zat
bukan gula dan menghilangakan Impurities (zat pengotor) yang terdapat dari nira
mentah. Hasil pada stasiun pemurnian ialah nira jernih dan blotong, Tahap pemurnian
ini menghasilkan limbah yang berupa blotong, tetapi seringkali masih terdapat
kandungan gula dalam blotong tersebut.
Adapun proses yang berlangsung dalam stasiun pemurnian adalah sebagai
berikut:
1. Nira mentah yang telah disaring dan diendapkan, kemudian akan dialirkan
ke timbangan Boulogne. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui
jumlah nira mentah yang didapat dari hasil tebu yang digiling setiap jam
dan untuk menentukan jumlah zat-zat yang akan ditambahkan pada proses
selanjutnya.
2. Selanjutnya nira akan dialirkan ke Juice Heater 1 yang bertujuan untuk
memanaskan nira mentah agar mikroorganisme yang terkandung dalam
nira mati. Dalam Juice Heater nira mentah di panaskan dengan suhu
90C.
3. Setelah dari Juice Heater 1 Nira mentah akan dialirkan ke proses sakarat.
Pada proses sakarat ini nira mentah pH nya dinaikkan hingga menjadi pH

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-8


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

basa 8.4 dengan cara ditambahkan dengan Ca(OH)2 agar pengendapan


kotoran lebih efektif yang dapat mengikat kotoran serta mempersiapkan
reaksi dengan SO2. Alat pada proses sakarat ini ialah berupa mixer, tetapi
Static Mixer dimana Impeller dari mixer ini tidak bergerak namun tekanan
nira ditambah sehingga menjadi aliran turbulen. Maka dari itu Ca(OH)2
dapat tercampur dengan nira dengan cepat. Proses sakarat ini memakan
waktu 10 detik.
4. Nira dari proses sakarat akan masuk ke dalam sulfur tower pertama. Dalam
sulfur tower ini nira akan dikontakkan dengan gas SO2 yang nantinya
bereaksi dengan Ca(OH)2 membentuk CaSO3 yang akan menabsorb
kotoran-kotoran.
Reaksi:
SO2 + H2O H2SO3
Ca(OH)2 + H2SO3 CaSO3 + H2O
Gas SO2 ini juga memiliki beberapa fungsi lainnya, antara lain untuk
mengikat unsur-unsur yang belum bereaksi di proses sakarat, mengurangi
viskositas larutan (kotoran yang terendapkan akan mengurangi kekentalan
nira), mereduksi ion-ion ferri menjadi ferro sehingga warnanya menjadi
lebih pucat atau jernih. Senyawa CaSO3 adalah senyawa yang mampu
mengikat sebagian kotoran yang terdapat pada nira , sehingga membentuk
flok. Dengan memperbesar flok, proses pengendapan akan berlangsung
lebih cepat. Dalam sulfur tower ini pH nira mentah yang diharapkan
mencapai 7.2. pH nira pada proses sulfitasi ini tidak boleh kurang dari 7
karena CaSO3 yang terbentuk dapat terurai kembali menjadi kalsium
bisulfit yang akan larut dalam nira yang tidak mengendap. Jika hal ini
terjadi, maka proses pengendapan tidak akan berlangsung sempurna.
5. Nira dari sulfur tower pertama dipompa ke Juice Heater 2 dan dipanaskan
dengan suhu mencapai 105C. Pemanasan ini dilakukan agar reaksi dapat
lebih sempurna, jasad-jasad renik yang masih hidup dapat mati, gas gas
yang terlarut dapat menguap agar tidak mengganggu proses pengendapan
di single tray clarifier.
6. Dari Juice Heater 2 , nira dialirkan menuju ke flash tank untuk
menghilangkan gas-gas atau udara yang masih terkandung didalam nira,

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-9


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

supaya gas-gas tersebut tidak menghalangi pada proses pengendapan.


Sebelum nira masuk ke clarifier nira akan ditambahkan terlebih dahulu
dengan flokulan. Penambahan flokulan ini bertujuan agar molekul
molekul yang terbentuk pada proses sakarat dan sulfitasi dapat saling
mendekat dan membentuk partikel yang lebih besar sehingga lebih mudah
terendapkan. Setelah ditambahkan flokulan nira dialirkan menuju ke
single tray clarifier untuk proses pengendapan. Pada single tray clarifier
ini menghasilkan nira encer dan nira kotor. Nira encer akan dialirkan ke
evaporator untuk proses penguapan sedangkan nira kotor akan dibawa ke
Rotary Vacuum Filter (RVF). Di RVF Kotoran-kotoran dipisahkan dari
nira, yang dimana kotoran-kotoran ini biasa disebut blotong, sedangkan
nira yang sudah dipisahkan dengan kotoran disebut dengan nira tapi.
Selanjutnya nira tapis akan dicampur dengan nira mentah yang akan
menuju stasiun pemurnian.
Unit Pembuatan Susu Kapur
Tujuannya adalah untuk membuat susu kapur dari kapur tohor (CaO) yang
dicampur dengan air.
Reaksi yang terjadi:

CaO + H2O Ca(OH)2 + kalor

Proses pembuatan susu kapur adalah sebagai berikut:


1. Kapur tohor dimasukkan ke dalam rotary pemadam kapur untuk
dilarutkan dengan penambahan air panas pada suhu 80C.
2. Dari rotary pemadam kapur yang merupakan alat berupa silinder
berputar kapur akan dilarutkan. Alat ini dilengkapi dengan saringan,
sehingga kapur yang tidak larut atau kotoran tidak terikut ke proses,
sedangkan gas hasil reaksinya keluar dan dibuang ke udara bebas. Susu
kapur yang terbentuk akan dilewatkan pada saringan getar yang
berfungsi untuk memisahkan susu kapur dari kerikil halus dari kapur yag
masih ada.
3. Untuk mencegah terjadinya endapan kapur, masing-masing tangki diberi
pengaduk dengan kecepatan 40 rpm.

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-10


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

IV.2.4 Penguapan
Stasiun penguapan adalah stasiun yang bertujuan untuk menguapkan nira
dengan cara mengurangi kandungan air yang terdapat pada nira jernih (nira encer)
dari stasiun pemurnian sehingga dihasilkan nira kental. Nira encer dari stasiun
pemurnian masih mengandung air sekitar 80-85%.
Pada proses penguapan, hal-hal yag perlu diperhatikan adalah tercapainya
penguapan air sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat dengan tidak terjadi
kerusakan gula serta pemakaian biaya yang murah terutama kebutuhan akan bahan
bakar.
Terdapat 6 badan evaporator di PG. Candi Baru, dimana keenam badan
evaporator tersebut tidak beroperasi semuanya. Secara bergantian 5 evaporator
beroperasi dan 1 badan evaporator dilakukan penyekrapan.
Prinsip kerja evaporator ialah untuk menguapkan kandungan air yang ada
didalam nira. Ruangan nira dan steam berbeda, keduanya dipisahkan oleh rangkaian
pipa yang tersusun, sehingga terjadi proses perpindahan panas. pH nira yang masuk
evaporator harus mendekati netral karena jika nira dalam keadaan basa maka akan
terbentuk caramel, sedangkan jika nira asam maka saccarosa akan rusak. Pemanasan
untuk evaporator 1 menggunakan uap bekas dari turbin dan gilingan, sedangkan
untuk evaporator 2, 3, 4, dan 5 menggunakan uap nira hasil dari evaporator 1.
Sedangkan untuk evaporator 4 dan 5 menggunakan tekanan vakum. Setelah keluar
dari evaporator, Nira kental akan dibawa ke sulphur tower untuk proses sulfitasi
yang dimana ditambahkan dengan SO2. Penambahan ini berguna untuk pemucatan
warna atau bleaching nira kental. Reaksi bleaching ini berdasarkan pada reaksi
reduksi dari ikatan Fe3+(ferro) yang berwarna gelap menjadi Fe2+(ferri) yang
berwarna cerah. Penambahan gas belerang ini mengakibatkan perubahan pH nira
kental menjadi 5.5-5.7. Nira kental ini kemudian akan dialirkan ke peti penampungan
sebelum diproses lebih lanjut di stasiun masakan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-11


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

IV.2.5 Masakan
Dari stasiun penguapan nira kental dialirkan ke stasiun masakan
dengan tujuan untuk mengubah nira kental yang berasal dari stasiun evaporasi
menjadi kristal gula melalui sistem pemasakan. Pabrik gula Candi Baru memiliki
sistem masakan A, C, D yang artinya menghasilkan gula A, gula C, dan gula D. Dari
ketiga jenis gula yang terbentuk tersebut, yang akan menjadi gula produk (SHS)
hanya dari gula A.
Prinsip dari memasak nira kental ialah dengan proses pembentukan dan
pembesaran kristal gula menjadi gula produk. Adapun bahan yang digunakan untuk
stasiun masakan ini ialah sebagai berikut:
a. Nira kental yang sudah tersulfitasi dari stasiun penguapan.
b. Air kondensat, untuk mencuci gula dari kristal palsu.
c. Fondan, sebagai bibit gula yang membantu proses pembesaran ukuran kristal
gula pada pan masakan D.
d. Gula D-2 sebagai bibitan gula C.
e. Gula C sebagai bibitan gula A.
f. Stroop A, Stroop C
g. Klare SHS, Klare D.

Peralatan yang digunakan pada stasiun masakan ialah sebagai berikut:


a. Pan Masakan
Pan ini merupakan tempat untuk pembentukkan kondisi lewat jenuh larutan
gula dan mempercepat proses kristalisasi. Di stasiun masakan ini terdapat 7 pan
masakan. 2 Pan untuk masakan gula D, 1 pan untuk masakan gula C, 3 pan untuk
masakan gula A.
b. Palung Pendingin
Palung pendingin mempunyai tugas untuk menampung hasil masakan dan
tempat terjadinya kristalisasi lanjutan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-12


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

Jalannya proses pada stasiun masakan


Proses pemasakan di PG. Candi Baru dilaksanakan dengan menggunakan 7
buah vacuum pan. Prinsip kerja Vacuum pan hampir sama dengan evaporator, hanya
operasionalnya dilaksanakan secara individual. Proses masakan dilakukan dalam 3
tahap yaitu (A, C, dan D). Gula diproduksi diperoleh dari Gula A, sedangkan untuk
gula C dan D digunakan untuk bibit.
Pada pan masakan, tahapan proses yang terjadi :
1. Tahap Pemekatan Nira
Yaitu pengupan nira sampai lewat jenuh, keadaan ini menyebabkan
terbentuknya suatu pola kristal sukrosa. Proses kristalisasi dijaga pada suhu
rendah agar molekul sukrosa tidak rusak, oleh karena itu digunakan sistem vakum.
2. Tahap Pembibitan
Pada tahap pembibitan ini terjadi penambahan bibit ke dalam nira sebagai inti
kristal.
3. Tahap Penumbuhan Kristal
Yaitu pembesaran inti kristal. Sistem masakan yang digunakan di PT. PG.
Candi Baru adalah masakan A,C dan D.

Parameter yang digunakan di stasiun masakan adalah ukuran kristal dan


harga kemurnian (HK).
Pada stasiun masakan terdapat tujuh Vacuum Pan yang masing-masing untuk
proses masakan A, C, dan D seperti sebagai berikut:
Masakan D
Bahannya adalah nira kental, dan fondan. Mula-mula nira kental sebanyak
100 hl dimasukkan ke dalam pan I, dipanaskan sampai terbentuk benangan,
diusahakan jangan sampai terbentuk kristal gula. Kemudian fondan dimasukkan
sebanyak 200 cc sebagai bibit. Kemudian larutan gula ini dipanaskan. Selama
pemanasan, bentuk kristal dikontrol agar diperoleh bentuk inti kristal yang
dikehendaki. Untuk mengurangi kristal palsu yang terbentuk dilakukan penyiraman
air. Setelah mencapai harga HK yang dikehendaki (70-72), masakan dipindah
seluruhnya ke pan II.
Di pan II, masakan ditambah lagi dengan klare D. Kemudian masakan
dimasak hingga diperoleh bentuk kristal yang di inginkan dan harga HK 60,

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-13


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

kemudian turun ke palung pendingin. Sedangkan masakan di vacuum trog, akan


dipindah ke pan II untuk dimasak lagi.
Hasil masakan pada pan I dan II disebut masakan D. Ditampung pada palung
pendingin kemudian dilanjutkan ke rapid cooler (stasiun putaran) untuk diproses
menjadi gula D1, gula D2.
Masakan C
Bahannya adalah babonan D, nira kental. Gula D ditambah nira kental.
Bahan-bahan ini dimasak dalam pan III sampai kristal cukup besar. Pada pemasakan
di pan III ini juga dilakukan pengontrolan ukuran kristal dan ada tidaknya kristal
palsu dengan penambahan air. Setelah itu diturunkan ke palung pendingin dan di
pompa ke putaran gula C yang akan menghasilkan stroop C dan gula C.
Masakan A
Bahannya adalah nira kental tersulfiltir, babonan C dan klare SHS. Mula-
mula nira kental dari peti tarik nra kental dialirkan ke pan masakan IV dan diuapkan
sampai ditimbulkan benangan kemudian gula babonan C ditambahkan sebagai bibit.
Proses pembibitan di kontrol agar tidak terbentuk inti kristal palsu. Pengontrolan
ukuran kristal dan kristal palsu sama seperti pada masakan C kemudian diturunkan
ke palung pendingin dan dipompa ke putaran gula A yang akan menghasilkan stroop
A, gula A, klare SHS dan gula SHS.

IV.2.6 Puteran (Sentrifugasi)


Tujuan dari stasiun putera ini ialah untuk memisahkan kristal kristal gula dari
larutannya.
Adapun bahan yang digunakan pada stasiun putaran, yaitu :

a. Hasil masakan dari stasiun pemasakan yang telah di diamkan di palung


pendingin meliput masakan D, masakan C.
b. Uap dari ketel tekanan menengah Peralatan yang digunakan pada stasiun
puteran ialah sebagai berikut :
c. Rapid cooler Untuk mendinginkan hasil masakan D, sehingga terjadi
kristalisasi berlanjut.
d. Peti Babonan D Untuk menampung gula D, yang digunakan untuk bibitan
masakan C.

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-14


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

e. Putaran BMA
f. Mixer SHS untuk tempat pencampuran gula A dengna baik / klare SHS,
sehingga membentuk terbentuk magma.
g. Peti Tunggu untuk menampung klare SHS, stroop A, stroop C dan klare D.

Jalannya Proses
Di dalam putaran, kristal gula dipisahkan dari cairannya dengan gaya
centrifugal.
Pemisahan Kristal pada Masakan D
Dari palung pendingin masakan D di kristalkan sehingga diperoleh
kristal yang banyak. Setelah di kritalkan maka masakan D akan di pisahkan.
Pada puteran pertama pemisahan tersebut menghasilkan tetes, kemudian pada
puteran kedua dihasilkan klare D dan bibit untuk masakan C yang dimana
bibit untuk masakan C diletakkan di peti babonan D.

IV.2.7 Penyelesaian
Stasiun penyelesaian ini tediri dari pendinginan, penyaringan, pengepakan,
dan pengepakan gula SHS. Tujuan dari stasiun penyelesaian ialah untuk
mengeringkan gula SHS (produk) dan menyeleksi ukuran kristal.
Adapun bahan dan alat yang digunakan pada stasiun penyelesaian ini adalah
sebagai berikut:
Bahan yang digunakan adalah
a. Kristal gula SHS dari putaran SHS
Sedangkan peralatan yang digunakan :
a. Talang goyang
Berfungsi untuk :
- Sebagai alat transportasi dari stasiun putaran ke sugar bin.
- Sebagai alat pengering gula.
- Sebagai penyaring gula yang keluar dari puteran SHS, sehingga
diperoleh kristal yang ukurannya standard

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-15


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA
BAB IV PROSES PRODUKSI

b. Tangga
Berfungsi untuk membawa gula dari penampungan gula hasil
saringan ke sugar bin.
c. Sugar bin
Sugar Bin sendiri berfungsi sebagai tempat penampungan
gula sebelum gula dikemas.

Jalannya Proses
Gula SHS yang keluar dari putaran SHS dibawa menuju talang goyang. Pada
talang goyang tersebut 2 jenis ayakan yang mempunyai ukuran yang berbeda.
Pertama untuk meyaring gula kasar. Kedua untuk meyaring gula halus. Dari talang
goyang, gula yang lolos dari ayakan tahap kedua diangkut ke atas dengan
menggunakan tangga yacob ke tempat penampungan gula (sugar bin) yang akan
di kemas. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan gula ke karung, ditimbang
tiap 50 kg, dijahit kemudian masuk ke gudang penyimpanan.

LAPORAN KERJA PRAKTEK IV-16


TEKNIK KIMIA INDUSTRI FV-ITS
SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai