PROSES PRODUKSI
IV.1 Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan PT. PG. Candi Baru dapat dibedakan atas bahan
baku utama dan bahan baku penunjang proses produksi.
IV.1.1 Bahan Baku Utama
PT. PG. Candi Baru menggunakan tebu sebagai bahan baku utama dengan
kapasitas sebanyak 27500 Ton Cane per Day (TCD). Untuk penyediaan tebu pada
masa gilingan pihak pabrik (bagian tanaman) terlebih dahulu mengontrak petani pada
awal masa tanam yang kemudian berakhir dengan system bagi hasil, selain itu juga
dengan cara membeli langsung tebu yang sudah masak dari petani dari Sidoarjo dan
sekitarnya. Pembayaran tebu yang sudah dipasok ke pabrik oleh petani dilakukan pada
masa giling dengan menggunakan sistem bagi hasil produk. Tebu didapatkan dari
petani yang mempunyai lahan disekitar pabrik dan dari daerah Malang, Mojokerto,
Pasuruan, dan Sidoarjo.
Penurunan Kualitas tebu sebelum ditebang dapat disebabkan oleh penyakit,
hama, cuaca, dan lain-lain. Sesudah ditebang, penurunan kualitas tebu dapat terjadi
karena pembusukan oleh bakteri. Cara praktis untuk mengatasi Penurunan Kualitas
tebu setelah ditebang adalah dengan mengurangi waktu antara ditebang sampai
digiling, batas waktunya ialah 24 jam, upaya lain ialah sanitasi gilingan yaitu dengan
cara penyemprotan uap atau pemberian bahan kimia anti bakteri.
Penyediaan tebu sebagai bahan baku utama menghadapi tantangan yang
cukup berat, antara lain: makin menyempitnya lahan luas wilayah pertanian
dikarenakan lahan pertanian dibuat perumahan, serta kecenderungan dari petani tebu
untuk beralih menjadi petani padi. Hal ini terjadi apabila harga jual beras mendekati
harga jual gula. Jika harga jual beras naik sampai mendekati harga jual gula maka padi
yang dapat dipanen 3 kali setahun lebih menarik minat petani daripada menanam tebu
yang hanya dipaenen setahun satu kali.
II-1
BAB IV PROSES PRODUKSI
Reaksi diatas bersifat eksotermis sehingga suhu gas SO2 menjadi lebih tinggi.
Gas SO2 ini segera didinginkan dengan menggunakan pendingin air agar tetap
berada pada suhu operasi 200C. Hal ini untuk mencegah agar tidak terbentuk gas
SO3 yang tidak diinginkan. Kemudian gas SO2 dialirkan ke Sulphur tower untuk
keperluan proses sulfitasi.
5. Flokulan
Flokulan yang digunakan adalah Super Floculant A-110 Sebanyak 3kg per 8
jam dengan konsentrasi sekitar 5 ppm.
Fungsi penambahan flokulan adalah mengikat endapan agar ukuran menjadi
lebih besar sehingga dapat mempercepat proses pengendapan. Dosis pemakaiannya
sekitar 3 ppm dalam Nira yag masuk ke Single Tray Clarifier.
6. Caustic Soda Flake
Cairan ini digunakan pada saat pembersihan evaporator. Pemakaian caustic
soda ini bertujuan untuk melunakkan kerak yang ada didalam pipa-pipa nira pada
evaporator. Kebutuhan untuk tiap kali pembersihan suatu evaporator tergantung
dengan kondisi kerak yang terdapat didalam evaporator.
7. Tawas
Tawas (Kalium Aluminium Sulfat) juga dikenal dengan sebutan alum patas,
alum atau tawas termasuk golongan senyawa. Tawas bersifat basa dan mempunyai
derajat keasaman sebesar pH 9 (Habibah, 2017).
Berikut merupakan sifat-sifat kimia ta was, antara lain:
a) Bersifat basa
b) Larut dalam air (gugus hidroksil)
2. Ampas
Daun hijau dan pucuk tebu hasil tebang tebu dapat dimanfaatkan oleh petani
ternak untuk pakan ternak.
Daun kering hasil tebang tebu dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
rumah tangga dan industri bata merah.
Ampas tebu hasil pemerahan nira dari batang tebu dimanfaatkan sebagai
bahan bakar ketel/Boiler dan kelebihannya dijual untuk bahan baku kertas,
partikel board dan bahan media jamur.
Tebu yang bermutu baik dan layak digiling kriterianya dapat disingkat
dengan istilah BSM , kriterianya ialah:
1. B: Bersih, yaitu kadar trash tidak lebih dari 5%
2. S: Segar, waktu antara tebu ditebang dan digiling tidak lebih dari 24 Jam
3. M: Manis, tebu memiliki potensi rendemen tinggi, antara lain:
Kadar nira tinggi (lebih dari 85%)
Nilai nira perasan pertama (NPP) tinggi (lebih dari 12%)
Jika tebu memenuhi syarat-syarat diatas maka tebu akan ditimbang dan
dipindahkan ke lori (kereta pengangkut tebu) menuju meja tebu sebagai tempat
dimulainya perlakuan yaitu proses penggilingan.
IV.2.2 Penggilingan
Stasiun Gilingan bertujuan untuk mengekstrak nira yang terkandung didalam
tebu semaksimal mungkin sehingga sedikit jumlah kandungan nira dalam ampas.
Pada stasiun gilingan ini terdapat empat gilingan yang dimana gilingan satu
digerakkan dengan tenaga listrik dan gilingan lainnya digerakkan dengan tenaga uap.
Proses gilingan dimulai dengan bahan baku yaitu tebu dari lori dibawa ke
meja tebu yang selanjutnya diangkut oleh conveyor untuk menuju Cane Cutter yang
bertujuan untuk memotong tebu agar ukurannya lebih kecil, selanjutnya tebu dibawa
ke Unigrator untuk mencacah tebu agar menjadi fraksi yang lebih kecil, hasil
cacahan yang dihasilkan Unigrator yaitu berupa serabut-serabut tebu agar saat di
proses selanjutnya beban yang ditanggung alat gilingan tidak berat. terakhir
mengalami penggilingan.
Uraian proses penggilingan tebu adalah sebagai berikut:
1. Gilingan pertama
Serabut serabut tebu dari unigrator menuju ke gilingan pertama
untuk dilakukan pemerasan pertama yang dimana tebu diperas sampai
menghasilkan nira dan ampas. Nira akan dialirkan ke bak penampung nira
dan ampas akan dibawa ke gilingan kedua.
2. Gilingan kedua
Ampas dari gilingan pertama dibawa ke gilingan kedua untuk digiling
lagi. Nira yang dihasilkan dari gilingan kedua ini tidak sebanyak gilinga
petama akibat dari sebagian nira sudah terperas di gilingan pertama. Hasil
dari gilingan kedua yaitu nira mentah dan ampas. Selanjutnya nira mentah
dialirkan ke bak penampung nira dan ampas akan dibawa ke gilingan ketiga.
Saat keluar dari gilingan kedua ampas diberikan dengan air imbibisi.
3. Gilingan ketiga
Saat ampas keluar dari gilingan kedua ditambahkan dengan air
imibibisi agar tidak terjadi kehilangan gula yang banyak dalam ampas dan
bertujuan untuk mendapatkan nira sebanyak-banyaknya, dibawa ke gilingan
ketiga dengan kandungan nira tidak sebanyak saat berada di gilingan
pertama dan kedua. Hasil dari gilingan ketiga ialah nira dan ampas. Nira
hasil dari gilingan ketiga ini akan dicampur dengan ampas yang keluar dari
gilingan pertama sebelum masuk ke gilingan kedua. Dan ampas dibawa ke
gilingan empat. Saat keluar dari gilingan ketiga ampas diberikan air
imbibisi.
4. Gilingan keempat
Pada gilingan keempat ini ampas tebu kandungan niranya dapat
dikatakan hampir tidak ada. Agar ampas yang akan dijadikan bahan bakar
tidak mengadung gula, maka ampas tebu digiling di gilingan keempat untuk
benar-benar memastikan agar tidak ada gula di ampas. Hasil dari gilingan
keempat ini yaitu nira dan ampas. Nira hasil dari gilingan keempat ini akan
dicampur dengan ampas yang keluar dari gilingan kedua sebelum masuk
gilingan ketiga. Sementara itu ampas dibawa ke ketel untuk bahan bakar
ketel.
IV.2.3 Pemurnian
Tujuan dari stasiun pemurnian adalah membuang sebanyak-banyaknya zat
bukan gula dan menghilangakan Impurities (zat pengotor) yang terdapat dari nira
mentah. Hasil pada stasiun pemurnian ialah nira jernih dan blotong, Tahap pemurnian
ini menghasilkan limbah yang berupa blotong, tetapi seringkali masih terdapat
kandungan gula dalam blotong tersebut.
Adapun proses yang berlangsung dalam stasiun pemurnian adalah sebagai
berikut:
1. Nira mentah yang telah disaring dan diendapkan, kemudian akan dialirkan
ke timbangan Boulogne. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui
jumlah nira mentah yang didapat dari hasil tebu yang digiling setiap jam
dan untuk menentukan jumlah zat-zat yang akan ditambahkan pada proses
selanjutnya.
2. Selanjutnya nira akan dialirkan ke Juice Heater 1 yang bertujuan untuk
memanaskan nira mentah agar mikroorganisme yang terkandung dalam
nira mati. Dalam Juice Heater nira mentah di panaskan dengan suhu
90C.
3. Setelah dari Juice Heater 1 Nira mentah akan dialirkan ke proses sakarat.
Pada proses sakarat ini nira mentah pH nya dinaikkan hingga menjadi pH
IV.2.4 Penguapan
Stasiun penguapan adalah stasiun yang bertujuan untuk menguapkan nira
dengan cara mengurangi kandungan air yang terdapat pada nira jernih (nira encer)
dari stasiun pemurnian sehingga dihasilkan nira kental. Nira encer dari stasiun
pemurnian masih mengandung air sekitar 80-85%.
Pada proses penguapan, hal-hal yag perlu diperhatikan adalah tercapainya
penguapan air sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat dengan tidak terjadi
kerusakan gula serta pemakaian biaya yang murah terutama kebutuhan akan bahan
bakar.
Terdapat 6 badan evaporator di PG. Candi Baru, dimana keenam badan
evaporator tersebut tidak beroperasi semuanya. Secara bergantian 5 evaporator
beroperasi dan 1 badan evaporator dilakukan penyekrapan.
Prinsip kerja evaporator ialah untuk menguapkan kandungan air yang ada
didalam nira. Ruangan nira dan steam berbeda, keduanya dipisahkan oleh rangkaian
pipa yang tersusun, sehingga terjadi proses perpindahan panas. pH nira yang masuk
evaporator harus mendekati netral karena jika nira dalam keadaan basa maka akan
terbentuk caramel, sedangkan jika nira asam maka saccarosa akan rusak. Pemanasan
untuk evaporator 1 menggunakan uap bekas dari turbin dan gilingan, sedangkan
untuk evaporator 2, 3, 4, dan 5 menggunakan uap nira hasil dari evaporator 1.
Sedangkan untuk evaporator 4 dan 5 menggunakan tekanan vakum. Setelah keluar
dari evaporator, Nira kental akan dibawa ke sulphur tower untuk proses sulfitasi
yang dimana ditambahkan dengan SO2. Penambahan ini berguna untuk pemucatan
warna atau bleaching nira kental. Reaksi bleaching ini berdasarkan pada reaksi
reduksi dari ikatan Fe3+(ferro) yang berwarna gelap menjadi Fe2+(ferri) yang
berwarna cerah. Penambahan gas belerang ini mengakibatkan perubahan pH nira
kental menjadi 5.5-5.7. Nira kental ini kemudian akan dialirkan ke peti penampungan
sebelum diproses lebih lanjut di stasiun masakan.
IV.2.5 Masakan
Dari stasiun penguapan nira kental dialirkan ke stasiun masakan
dengan tujuan untuk mengubah nira kental yang berasal dari stasiun evaporasi
menjadi kristal gula melalui sistem pemasakan. Pabrik gula Candi Baru memiliki
sistem masakan A, C, D yang artinya menghasilkan gula A, gula C, dan gula D. Dari
ketiga jenis gula yang terbentuk tersebut, yang akan menjadi gula produk (SHS)
hanya dari gula A.
Prinsip dari memasak nira kental ialah dengan proses pembentukan dan
pembesaran kristal gula menjadi gula produk. Adapun bahan yang digunakan untuk
stasiun masakan ini ialah sebagai berikut:
a. Nira kental yang sudah tersulfitasi dari stasiun penguapan.
b. Air kondensat, untuk mencuci gula dari kristal palsu.
c. Fondan, sebagai bibit gula yang membantu proses pembesaran ukuran kristal
gula pada pan masakan D.
d. Gula D-2 sebagai bibitan gula C.
e. Gula C sebagai bibitan gula A.
f. Stroop A, Stroop C
g. Klare SHS, Klare D.
e. Putaran BMA
f. Mixer SHS untuk tempat pencampuran gula A dengna baik / klare SHS,
sehingga membentuk terbentuk magma.
g. Peti Tunggu untuk menampung klare SHS, stroop A, stroop C dan klare D.
Jalannya Proses
Di dalam putaran, kristal gula dipisahkan dari cairannya dengan gaya
centrifugal.
Pemisahan Kristal pada Masakan D
Dari palung pendingin masakan D di kristalkan sehingga diperoleh
kristal yang banyak. Setelah di kritalkan maka masakan D akan di pisahkan.
Pada puteran pertama pemisahan tersebut menghasilkan tetes, kemudian pada
puteran kedua dihasilkan klare D dan bibit untuk masakan C yang dimana
bibit untuk masakan C diletakkan di peti babonan D.
IV.2.7 Penyelesaian
Stasiun penyelesaian ini tediri dari pendinginan, penyaringan, pengepakan,
dan pengepakan gula SHS. Tujuan dari stasiun penyelesaian ialah untuk
mengeringkan gula SHS (produk) dan menyeleksi ukuran kristal.
Adapun bahan dan alat yang digunakan pada stasiun penyelesaian ini adalah
sebagai berikut:
Bahan yang digunakan adalah
a. Kristal gula SHS dari putaran SHS
Sedangkan peralatan yang digunakan :
a. Talang goyang
Berfungsi untuk :
- Sebagai alat transportasi dari stasiun putaran ke sugar bin.
- Sebagai alat pengering gula.
- Sebagai penyaring gula yang keluar dari puteran SHS, sehingga
diperoleh kristal yang ukurannya standard
b. Tangga
Berfungsi untuk membawa gula dari penampungan gula hasil
saringan ke sugar bin.
c. Sugar bin
Sugar Bin sendiri berfungsi sebagai tempat penampungan
gula sebelum gula dikemas.
Jalannya Proses
Gula SHS yang keluar dari putaran SHS dibawa menuju talang goyang. Pada
talang goyang tersebut 2 jenis ayakan yang mempunyai ukuran yang berbeda.
Pertama untuk meyaring gula kasar. Kedua untuk meyaring gula halus. Dari talang
goyang, gula yang lolos dari ayakan tahap kedua diangkut ke atas dengan
menggunakan tangga yacob ke tempat penampungan gula (sugar bin) yang akan
di kemas. Pengemasan dilakukan dengan memasukkan gula ke karung, ditimbang
tiap 50 kg, dijahit kemudian masuk ke gudang penyimpanan.