PROSES PRODUKSI
Pabrik Gula Gempolkrep menghasilkan gula kristal putih jenis SHS GKP 1A sebagai
produk utama. Analisa kualitas gula dilakukan secara berkala oleh P3GI (Pusat Penelitian
Perkebunan Gula Indonesia), meliputi analisa brix, analisa polarisasi, kadar air, kadar abu,
kandungan SO2, berat jenis butir dan lain-lain. Produk samping yang diperoleh berupa
blotong, tetes, ampas dan uap. Blotong yang dihasilkan sekitar 213 ton/hari. Ampas yang
dihasilkan sekitar 1800 ton/hari. Ampas ini digunakan sebagai bahan bakar ketel. Tetes yang
dihasilkan sekitar 346 ton/hari.
Proses produksi gula terbagi dalam beberapa proses, yaitu: penggilingan, pemurnian,
penguapan, pemasakan atau pengkristalan, putaran, pengeringan, pengemasan dan
penyimpanan.
IV-1
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PTPN X PG GEMPOLKREP MOJOKERTO
BAB IV PROSES PRODUKSI
sebutan MBS. MBS merupakan singkatan dari manis, besih dan segar. Manis berarti tebu
sudah mempunyai nilai brix yang cukup atau sekitar 17. Bersih berarti tebu terbebas dari
trash, jikapun ada trash tidak boleh lebih dari 5%. Trash yang dimaksudkan adalah bahan
yang tidak mengandung sukrosa dari tebu, yaitu klaras, pucuk dan akar. Tebu harus bebas
dari klaras, 40 cm dari pucuk harus dihilangankan dan 20 cm dari akar harus dihilangkan.
Segar adalah standart PG. Gempolkrep untuk tidak menggunakan bahan baku atau tebu yang
sudah berumur 24 jam setelah panen. Alasan aturan segar adalah untuk menjaga kualitas brix
input yang diproses karena kerusakan tebu. Kerusakan tebu dapat disebabkan beberapa hal,
yaitu:
a. Terkena hama, penyebab ini dapat terjadi sebelum panen maupun setelah panen.
Cara pencegahan adalah dengan cara penyemprotan anti hama untuk sebelum
panen dan penerapan kualitas segar. Penetapan kualifikasi bertujuan agar tidak ada
tebu yang tertimbun terlalu lama dan dihinggapi serangga atau hama.
b. Terkena segatan matahari terlalu lama. Jika terlalu lama menyebabkan air tebu
menguap dan kandungan sukrosa akan terurai menjadi glukosa dan fruktosa.
Pencegahan yang dilakukan tetap pada kualifikasi segar.
c. Batang tebu rusak, batang tebu yang rusak akan dihinggapi jasad renik atau
memakan zat gula sehingga kualitas tebu menurun.
d. Batang tebu roboh. Hal ini terjadi karena angin, perlakuan manusia di kebun. Hal
ini akan mengakibatkan tebu berusaha kembali tegak dan energi untuk bangkit
tersebut didapatkan dari pemecahan zat gula dalam tebu menjadi energi.
e. Terlambat ditebang. Tanaman tebu yang sudah terlampau matang akan berubah
fase yang awalnya vegetatif berubah menjadi generatif. Kondisi untuk menuju fase
generatif, tebu akan cenderung memecah gula dalam batang menjadi energi.
Pencegahan dilakukan denan perencanaan panen yang baik. Karena itu PG.
Gempolkrep melakukan analisis pemasakan untuk mendapatkan jadwal tebang
yang optimal.
Untuk mengetahui kualitas tebu tersebut, PG. Gempolkrep sudah melakukan metode
analisa terbaru yang lebih efektif dan efisien dengan menggunakan core sampling. Selain
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER IV-2
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PTPN X PG GEMPOLKREP MOJOKERTO
BAB IV PROSES PRODUKSI
mampu memberikan akurasi data yang tinggi, sistem core sampling terbukti juga mampu
menjadi dasar screening data kualitas tebu secara cepat bagi pabrik, sehingga kemungkinan
untuk menyeragamkan kualitas tebu yang akan digiling di pabrik dapat dilakukan.
IV.1.2 Bahan Baku Penunjang
Bahan baku penunjang merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk meningkatkan
mutu gula. Beberapa bahan penunjang yang digunakan adalah :
1. Bakterisida dan fungisida
Bakterisida dan fungisida disemprotkan pada nira dengan tujuan mengendalikan laju
pertumbuhan bakteri dan jamur serta untuk menurunkan kehilangan sukrosa yang terjadi
karena inversi pada stasiun gilingan.
2. Asam Fosfat (H3PO4)
Asam fosfat digunakan sebagai bahan pengendap kotoran sehingga nira mentah menjadi
lebih jernih. Penambahan dilakukan pada penggilingan 3 dan 4 dalam bentuk larutan.
Asam fosfat ini hantinya akan bereaksi dengan susu kapur dan membentuk kalsium
fosfat (Ca3(PO4)2). Pegendapan sempurna kandungan fosfat dalam nira harus 300 ppm.
3. Kapur Tohor (CaO)
Kapur tohor yang dibuat menjadi larutan susu kapur yang ditambahkan ke dalam nira
mentah, dengan tujuan :
a. Menaikkan pH nira
b. Membantu menjernihkan nira (mengendapkan kotoran karena bereaksi dengan
asam fosfat).
Kapur Tohor (CaO) digunakan untuk memproduksi Ca(OH)2, yang akan digunakan pada
stasiun pemurnian.
Proses Pembuatan Ca(OH)2:
Kapur tohor dicampur dengan air panas, kemudian dimasukkan ke dalam kalk blus
tromol sehingga terbentuk hidroksida kuat dengan reaksi sebagai berikut :
CaO + H2O → Ca(OH)2 + kalor
Tromol akan terus berputar sehingga terbentuk larutan susu kapur yang masih kotor dan
kasar. Larutan ini kemudian disaring pada vibrating screen, untuk memisahkan bagian
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER IV-3
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PTPN X PG GEMPOLKREP MOJOKERTO
BAB IV PROSES PRODUKSI
yang kasar dan yang halus. Larutan yang halus masuk ke bak pengendap pasir dan
ditampung di bak pengaduk I dan II agar larutan homogen. Dari sini, larutan kemudian
dipompa ke tangki buffer susu kapur, kemudian dialirkan menuju splitter box sebagai
kalkdozer apparat.
Jumlah susu kapur yang ditambahkan secara teoritis berkisar 900-1000 ppm. PG.
Gempolkrep menambahkan sebanyak 1200 ppm karena berdasarkan pengalaman
produksi, jumlah tersebut adalah jumlah yang optimal.
4. Sulfur
Sulfur (belerang) digunakan dalam pembuatan gas SO2, yang digunakan pada proses
pemurnian. Belerang ditambahkan dalam bentuk gas SO2 yang diperoleh melalui
pembakaran belerang padat dengan udara kering sebagai sumber oksigen dalam furnace.
Kegunaan gas SO2 adalah sebagai pemucat warna karena mereduksi senyawa-senyawa
berwarna menjadi tak berwarna, dan untuk mengurangi kelebihan kapur dari proses
sebelumnya dengan cara dinetralkan menggunakan hembusan gas SO2 sampai diperoleh
pH nira mentah tersulfitir ±7,2-7,4. Penambahan gas SO2 bergabung dengan CaO
membentuk CaSO3 yang mengendap. SO2 memeperlambat reaksi antara asam amino dan
gula reduksi yang dapat mengakibatkan terbentuknya zat warna gelap. SO2 dalam
larutan asam dapat mereduksi ion ferri sehingga menurunkan efek oksidasi.
Proses pembuatan gas SO2:
Belerang padat dimasukkan ke tobong belerang. Dalam tobong belerang ini dilakukan
pemanasan dengan menggunakan steam, hingga belerang mencair pada suhu 160ºC,
kemudian belerang cair ini dibakar hingga suhu 200ºC. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
S(s) → S(l) + kalor
S(l) → S(g)
S(g) + O2(g) → SO2(g) + kalor
Reaksi diatas berlangsung secara eksotermis, sehingga suhu gas SO2 menjadi lebih
tinggi. Gas SO2 ini kemudian didinginkan dengan menggunakan air pendingin agar tetap
berada pada suhu 200ºC. Hal ini dilakukan untuk mencegah supaya tidak terbentuk gas
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER IV-4
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PTPN X PG GEMPOLKREP MOJOKERTO
BAB IV PROSES PRODUKSI
SO3 yang tidak diinginkan. Selanjutnya gas SO2 dialirkan ke sublimator yang berisi
susunan batu tahan api dan ijuk untuk menyerap sisa-sisa air sekaligus sebagai
pendingin. Dari sublimator, gas SO2 dimasukkan ke tangki sulfitasi.
5. Flokulan
Flokulan merupakan bahan yang berguna untuk membentuk jaringan-jaringan yang
mengikat flok-flok inti endapan yang terbentuk sebelumnya. Jaringan antar flok dapat
menjadi kait untuk kotoran yang halus sehingga dapat mengendap bersama inti endapan
untuk dibuang. Jarring tersebut dapat dengan mudah putus, karena itu pada door
clarifier terdapat pengaduk dengan kecepatan 0,25 rpm. Putaran yang sangat pelan
diharapkan dapat meratakan persebaran larutan dan tidak merusak proses pengendapan.
Input nira maupun flokulan dilakukan juga dengan sangat pelan untuk menjaga agar
pengendapan tidak terganggu. Penambahan flokulan sebanyak 8 kg/shift (8 jam) dan
jenis flokulan yang digunakan adalah kuriflok.
6. Soda kaustik
Soda kaustik digunakan sebagai bahan pembantu non-proses untuk melunakkan kerak
yang ada pada pipa pemanas evaporator. Pembersihan kerak dilakukan karena sifat
kerak dalam evaporator adalah isolator yang dapat menghambat pertukaran panas dari
uap nira. Pemberhisan dilakukan dengan cara isolasi dimana hanya sifat soda kaustik
adalah bahan beracun dengan derajat keasaman yangn tinggi. Setiap pembersihan
evaporator dibutuhkan 200 – 400 kg pada luas penampang 1200 – 1500 ft2, namun
jumlah tersebut dapat berubah tergantung pada kondisi kerak yang terbentuk dalam
evaporator.
7. Air imbibisi
Air imbibisi merupakan air yang ditambahkan saat tahap penggilingan. Air imbibisi
ditambahkan supaya dapat memaksimalkan proses pemerahan nira mentah dari batang
tebu. Air imbibisi yang ditambahkan mencapai 20-30% dari total tebu yang masuk dalam
proses penggilingan. Suhu air imbibisi adalah 80o – 100oC. Jika suhu air imbibisi lebih
dari 100oC, dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas nira. Air imbibisi yang
digunakan adalah air kondensat.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA INDUSTRI
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER IV-5
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PTPN X PG GEMPOLKREP MOJOKERTO
BAB IV PROSES PRODUKSI
Sistem Imbibisi
Sistem imbibisi di PG. Gempolkrep menggunakan sistem imbibisi majemuk yaitu
berupa imbibisi air dan nira.Nira hasil pemerahan pada gilingan V diberikan pada ampas
gilingan IV, nira pada gilingan V diberikan pada ampas gilingan II, dan nira hasil pemerahan
glingan IV diberikan pada ampas gilingan I.
Leburan
Fondan
Cuite A Cuite C Cuite D
Gula D1
Gula A Gula C
S troo p C
SHS. I Babonan D
Gula D2
IV.2.5.2 MASAKAN C
Bahan yang digunakan adalah stroop A, klare D, dan gula DII (babonan D). Pan
divakumkan sampai tekanan 63-64 cmHg, kemudian klare D dan stroop A dimasukkan secara
bersamaan sampai volume 200 HL dan dipanaskan sampai terbentuk benangan. Lalu
ditambahkan gula D2 sebanyak 200 HL, diamati jarak kristalnya. Apabila jaraknya sudah
cukup (rapat dan teratur), masakan dituakan. HK masakan harus berkisar 68-70%. Kemudian
dilakukan pencucian dengan menggunakan air bersuhu 70oC dengan tujuan untuk
menghilangkan kristal palsu yang terbentuk. Setelah ukuran kristal 0,4-0,5 mm, massacuite
diturunkan dalam palung pendingin selama 1-2 jam dan diproses diputeran LGF.
IV.2.5.3 MASAKAN A
Bahan pembuatan bibit masakan A terdiri dari nira kental, fine syrup (hasil leburan
dengan klare SHS) dan gula C (babonan C). Ketiga bahan tersebut ditarik sampai volume 400
HL untuk dimasak dan dituakan sampai terbentuk benangan. Selanjutnya hasil masakan
tersebut (disebut A2) dibagi menjadi 2 bagian (masing-masing 200 HL) dan ditambahkan
dengan nira kental sebanyak ±200 HL, kemudian dituakan. Untuk menghilangkan kristal
palsu, dilakukan pencucian dengan menggunakan air bersuhu 70 oC, kemudian dituakan lagi.
Setelah ukuran kristal mencapai 0,9-1,1 mm, massacuite diturunkan ke palung pendingin dan
diputar di putaran HGF.