BAB IV
INDUSTRI BAHAN BAKU ANORGANIK
(I. INDUSTRI GARAM )
1.PENDAHULUAN
Garam adalah suatu bahan kimia yang penting dan murah. Pemakaianny terutama
untuk bahan pangan dan industri . Dalam industri garam NaCl merupakan bahan baku
untuk pembuatan bahan kimia turunannya, yang dapat dipakai sebagai bahan dasar atau
bahan penolong pada industri lain.
Bahan-bahan tersebut misalnya : NaCO 3, NaOH , HCl, NaOCl, NaClO 2 , NaOCl3,
NaOCl4, Na2SO4, NaHSO4 , NaHSO3, Na2S2O7, NaHS, Na2S2O3 , NaOnSiO2, NaBO3,
NaNH2, NaCN dan lain-lain.
Rocksalt tablesalt ,
dairy salt
Brine solution NaCl hides, skin
Na2CO3
NaOH, Cl2, HCl
Air laut NaCN
Dari 41 juta ton produksi garam di USA ( 1968 ) bersumber pada batuan garam
30%, larutan garam alamiah 56% dan penguapan air laut 14%. Sedangkan pemakaiannya
adalah 50% untuk pembuatan NaOH , 6 % untuk pembuatan Na2CO3, 21% untuk dipakai
di jalan raya dan 3% segabai bahan pangan dan pengawetan.
Produksi garam di dunia pada tahun 1980 sekitar 163 x 10 6ton, sedangkan
produksi di Amerika Serikat sebesar 37x106 ton. Produksi garam di Indonesia yang
dihasilkan oleh PN Garam adalah sebesar 310x103 ton per tahun ( data tahun 1975 )
Contoh pola pemakaian garam di Negara lainnya , misalnya India yaitu 39%
untuk bahan bahan kimia, 48% untuk bahan pangan dan pengawetan dan 13% diekspor.
Jumlah produksinya 7,5 juta ton ( 1978 ).
3.1. Pengambilan garam dari air laut dengan cara penguapan menggunakan panas
matahari, disebut juga pengambilan secara solar evaporation. Air laut dialirkan ke
tambak-tambak penggaraman di tepi laut kemudian dilakukan penguapan. Garam NaCl
dipisahkan dari larutan dan dari kotoran lainnya dengan cara menguapkan airnya dan
mengkristalisasikan garamnya secara bertahap ( fractional crystaltization).
Kalsium karbonat dan gypsum ( CaSO 4.2H2O ) akan mengendap lebih dahulu
kemudian diikuti oleh bulk garam NaCl, sedangkan sisa-sisa garam Mg dan K masih
tetap larut dalam mother liqour yang disebut bittern yang biasanya dibuang atau diproses
lebih lanjut sebagai sumber garam Mg dan K . Pemurnian garam NaCl yang dihasilkan
dilakukan dengan cara mencuci kristal garam tersebut dengan larutan NaCl pekat
( jenuh).
Gambar 4.1.2 : Diagram blok proses pembuatan garam cara Solar Evaporation
3.2. Pengambilan garam dari larutannya dapat pula dilakukan dengan penguapan
menggunakan panas pembakaran , seperti dilakukan di Jepang. Cara ini tentunya lebih
mahal dab umumnya hanya digunakan untuk larutan garam 25% NaCl ( brine solution).
Penguapan dilakukan dengan open pan evaporation atau dengan multi efek evaporator
( Multi effect vaccum system).
Uap air
Larutan garam
Evaporator evaporator
H 2O
steam
H 2O
Garam padat
Slurry garam
larutan
4.ASPEK EKONOMI
Garam adalah suatu bahan yang sangat murah , oleh sebab itu pabrik garam harus
sederhana atau kapasitasnya harus besar agar tetap menguntungkan.
Berbagai cara produksi garam dapat dilihat bdalam tabel 2 berikut :
1.Bagaimana proses pengambilan garam dari sumbernya? jika sumbernya berasal dari:
a). Air laut
b). Batuan garam
2.Diskusikan bersama mana yang mempunyai biaya proses lebih murah pada pembuatan
garam dengan bahan baku yang berasal dari air laut atau dari batuan garam ?
3.Jelaskan proses pemekatan garam dengan pemanas sinar matahari dan dengan alat
evaporator ?
SESI /PERKULIAHAN KE :4
Deskripsi singkat : Dalam pertemuan ini akan dipelajari industri bahan baku
anoragik untuk industri soda abu yang meliputi pengertian tentang soda abu,
proses solvay dan proses Le Blanc yang akan membantu mahasiswa dalam
mengikuti perkuliahan berikutnya pada proses pengolahan bahan baku menjadi
produk pada industri kimia.
I. Bahan Bacaan :
1.George T.A. 1984. Chemical Process Industries .New York : Mc Graw Hill
Book Company Inc.
2.Harjono, H.B. dkk. 1985. Industri kimia. Bandung : Fak. Teknologi Industri. ITB
Press.
3.Austin George.T . 1986. Shreves Chemical Process Industries. 5th. Ed. New
York : Mc Graw Hill Book Company Inc.
BAB IV
INDUSTRI BAHAN BAKU ANORGANIK
(II. INDUSTRI SODA ABU )
1.PENDAHULUAN
Soda abu merupakan suatu zat padat yang ringan , larut dalam aur dan biasanya
terdiri dari 92% NaCO3. Soda abu alam dapat diperoleh dari danau-danau yang
mengandung garam di Negara Barat , misalnya : danau Searles , danau Owen di
California.
Pembuatan soda abu merupakan salah satu Industri kimia berat yang terpenting ,
karena soda ini sangat soda ini sangat berguna pada industri-industri gelas, sabun,
detergent, pulp dan kertas , tekstil dan sebagainya.
Mula-mula soda abu dibuat dengan proses Le-Blanc yang pada dasarnya
merupakan proses pembakaran salt cake dengan carbon dan limestone dalam rotary
furnace.
Penemuan proses Solvay menyebabkan proses Le-Blanc hampir tidak digunakan
lagi. Proses Solvay disebut juga dengan proses ammonia soda . Keunggulan proses ini
adalah karena ammonia yang telah dipakai dapat direcovery kembali , sehingga biaya
produksi menjadi lebih murah, lagi pula harga ammonia lebih mahal dari pada harga soda
abu itu sendiri.
Bahan mentah yang digunakan pada proses solvay ini adalah garam lime dan
ammonik dimana garam yang digunakan dalam bentuk brine yang dapat dibuat dari rock
salt. Untuk lime stone impurities SiO2, Al2O3, Fe2O3 diusahakan agar sekecil mungkin.
2. PROSES SOLVAY
Gas CO2 juga dihasilkan dari limestone yang dipanaskan , hasil lainnya yaitu
berupa kalsium oksida yang dapat diubah menjadi kalsium hidroksida yang dapat
menghasilkan kalsium khlorida dengan ammonia khlorida sebagai hasil samping dari
pada proses solvay.
Dari reaksi-reaksi di atas jelas bahwa pengguanan bahan baku adalah semaksimal
mungkin sehingga dengan reaksi yang berputar ini senyawa yang sebelumnya belum
bereaksi selanjutnya dapat direaksikan. Untuk jelasnya lihat gambar proses Solvay.
Jadi reaksi utama dari dari proses solvay :
Dan reaksi kesetimbangan lebih berat ke kanan hingga sodium bikarbonat yang
dihasilkan lebih banyak.
Reaksi-reaksi yang penting dalam pembuatan soda ash ialah :
NaCl ( soln) + NH3 (g) NaCl(s) + NH3 (s) (1)
Dimana reaksi (1) terjadi dan dilakukan di dalam Ammonia Absorption Tower yaitu
reaksi perubahan fasa gas NH3 menjadi cairan karena terjadinya penyerapan gas NH3
oleh larutan NaCl, jadi gas NH3 yang dialirkan biasanya dalam tekanan dan temperature
yang terbaik dan biasanya tekanan agak tinggi dan temperature cukup panas, tetapi
sebelum masuk ke reaksi (2) temperatu harus cukup dingin yaitu sekitar 25oC.
Reaksi (2) dilaksanakan pada Carbonating tower . Pada menara ini hasil dari
absorpber di atas dialirkan ke Carbonating Tower dari atas dan gas CO2 dialirkan dari
bawah. Kita dapat memperoleh NaHCO3 cukup banyak ialah pada temperature cukup
rendah supaya NaHCO3 banyak mengendap. Biasanya diambil pada temperature 25oC di
atas menara dan 22oC di bawah menara. Tetapi karena kecepatan absorpsi reaksi pada
temperature reandah adalah kecil maka di tengah-tengah menara dipakai temperature
cukup tinggi sekitar 45-55oC.
Dari reaksi :
Disini terlihat bahwa reaksi berupa kesetimbangan, jadi dari reaksi yang sederhana
diharapkan akan terjadinya NaHCO3 sebanyak mungkin. Produk NaHCO3 yang terjadi ini
tidak akan mengganggu proses selanjutnya , misalnya pada proses pencucian , atau
mengganggu proses pemurnian soda ash sebagai hasil utama.
Tabel dari Lewis Radash : Industrial Stoichiometry basis 1000 ml of initial solution.
Tabel 4.2.1: Percent Konversi pembuatan NH4HCO3 dari NaCl
(Lewis Radash Lewis, 1954)
Mols awal Larutan pereaktan Mols produk akhir Percent NaCl
NH3 NaCl NaHCO3 NH4HCO3
Terkonversi
4,50 4,45 3,21 0,140 72
4,86 4,41 3,36 0,145 76
7,84 3,81 3,11 1,056 82
12,37 3,34 2,96 7,160 89
Dari data di atas dapat dilihat bahwa dengan adanya ammonium bikarbonat
memungkinkan terganggunya proses solvay. Sehingga gas NH 3 sebanyak 80 gr/ liter di
dalam 1000 ml campuran yang masuk carbonating tower dan ammonium bicarbonate
yang keluar harus dijaga sampai 4% dari pada Natrium bicarbonate. Sehingga harus
ditiadakan persaingan antara ion-ion ammonium dengan ion natrium dalam reaksi
terhadap ion bickarbonat dengan cara menekan terjadinya ammonium bikarbonat
sesedikit mungkin. Hal ini disebabkan NH4CO3 yang terkandung oleh natrium bikarbonat
sangat sedikit pada pemanasan saat pembentukan soda, akan terurai dan keluar sebagai
gas NH3CO2 dan uap air ( H2O ) yang selanjutnya dapat ditampung untuk reaksi
selanjutnya atau karena jumlahnya yang sedikit mungkin dibuang. Sodium bicarbonate
yang dihasilkan diharapkan berupa pasta, dalam hal ini dipengaruhi oleh temperatur,
tekanan serta bentuk kolom yang digunakan pada proses solvay.
Hasil dari carbonating tower yaitu natrium bikarbonat yang berupa pasta disaring
dan kemudian dicuci dan dipisahkan dari garam khloridanya, lalu dipanaskan sehingga
dihasilkan garam natrium bikarbonat normal auat yang biasa disebut soda ash atau soda
abu dengan gas CO2 dan uap air.
Hasil lainnya yaitu NH4Cl direaksikan dengan Ca(OH)2 hasil dari limestone yang
dibakar dengan ditambah air dan akan menghasilkan CaCl2 sebagai hasil samping dari
proses solvay dan NH4OH, jika dipanaskan akan menjadi gas NH3 dan uap air yang
dapat dipakai kembali sebagai pereaksi pada proses. Tetapi ada kalanya NH4Cl
ditampung sebagai hasil samping dan digunakan untuk industri pupuk dan battery.
Proses pemisahan NaHCO3 dari NH4Cl cukup penting, karena NH4Cl ini meng
salting out natrium bicarbonate yang terjadi jika garam yang dipakai tidak murni.
Adanya Calsium bicarbonate ini akan mengganggu proses pemurnian natrium bikarbonat.
Jadi untuk mencegah hal ini maka sebaiknya dipakai garam NaCl yang cukup murni.
Untuk menganalisa kemurnian soda ash dipakai air sebagai penyerap gas CO 2
sehingga membentuk kembali natrium bikarbonat. Reaksi pengubahan natrium
bikarbonat menjadi natrium karbonat adalah reaksi kesetimbangan. Larutan NaOH dapat
dipakai sebagi penyerap gas CO2 yang selanjutnya akan dianalisis dengan menitrasi
larutan tersebut dengan larutan asam ( misalnya HCl ).
Gambar diagram alir proses solvay dapat dilihat di bawah ini:
Salt Brine
Scalping
CO2 Screen
Lime
Klin To Dense Soda
Sodium Ammonium
Bicarbonate Chloride
Sodium
CO2 Carbonate
Gambar 4.2.2 Aliran bahan pada proses Solvay
Dari soda ash kita dapat membuat beberapa variasi soda yang mempunyai rumus
molekul sama tapi berbeda karena dalam bentuk kristalnya, misalnya :
Washing soda, ialah Na2CO3 10 H2O dibuat dengan cara pelarutan soda ash ke
dalam air kemudian dikristalisasi.
Monohydrate, ialah Na2CO3.H2O, dibuat dengan cara di atas tapi dalam keadaan
panas , senyawa ini berupa tepung putih.
Sesqui, ialah Na2CO3 NaHCO3 2H2O, dibuat dari kristalisasi larutan yang
mengadung karbonat dan bikarbonat.
3. PROSES LE BLANC
Asam sulfat dan garam dimasukkan salt cake furnace,menghasilkan hydrogen
khlorida dan natrium sulfat :
Produk tidak mencair dan menarik diri sebagai padatan berpori. Produk kasar
( black ash ) ini di Leaching dengan air pada temperature rendah agar tidak kemasukan
udara. Larutan mengandung natrium karbonat , natrium sulfide, natrium hidroksida dan
banyak zat pengotor lain.
Liquor kemudian dipancarkan ke menara secara berlawanan arah atau counter
current dengan gas yang berasal dari black ash furnace. Ini terjadi akibat adanya
hydrogen sulfida dan juga pengubahan natrium hidroksida, aluminate, silicate dan cianate
menjadi natrium karbonat . Corbonate liquor dipekatkan di open pan set di belakang
black ash furnace hingga larutan cukup pekat untuk mengendapkan kristal soda abu kasar
atau dengan pelarutan, pemurnian , kristalisasi dan kalsinasi menghasilkan produk tingkat
tinggi . Red liquor yang tersisa sesudah kristalisasi pertamaakan menghasilkan soda
dengan proses permurnian untuk memindahkan besi dan senyawa-senyawa sianogen dan
kemudian dibakar dengan lime dan diuapkan agar dihasilkan natrium hidroksida padat .
Sisa yang berupa Lumpur dari tank ekstraksi yang masih banyak mengandung kalsium
sulfide biasanya akan dibuang akan tetapi karena masih mengandung hydrogen sulfide
dan kalsium polisulfida dan ini merupakan limbah yang dapat mengkontaminasi aliran,
sehinga perlu pemisahan kalsium sulfida dengan cara lain, yaitu Lumpur disuspensikan
ke dalam air dan dimasukkan ke dalam beberapa tangki tertutup, yang mana pada tangki
pertama dimasukkan gas karbon dioksida untuk mengendapkan kalsium karbonat untuk
membebaskan hydrogen sulfide :
Endapan kalsium karbonat , karbon dan endapan lain yang sudah bersih ( tidak
menyebabkan gangguan ) jika dibuang . Gas hydrogen sulfida tidak banyak yang dapat
diambil kembali karena hydrogen sulfida telah diabsorpsi dalam kolom yang lain
membentuk kalsium acid sulfide
CaS + H2S Ca ( SH )2
Larutan asam sulfide ini direaksikan dengan gas CO 2 yang berasal dari lime kiln
untuk membentuk senyawa hidrogen sulfida :
Sisa dari proses ini dikembalikan ke Absorber semula untuk direaksikan kembali sebagai
berikut :
H2S + O2 H2O + S
Belerang ini disublimasi dikumpulkan dan dikembalikan ke Sulphuric acid plant.
Jika dilihat dari flow sheet di atas proses ini terlihat rumit dan sulit serta membutuhkan
banyak pekerjaan dan bahan bakar. Percobaan berikutnya adalah menyempurnakan
proses tersebut supaya menjadi lebih sederhana yang dapat bersaing dengan proses
Solvay, tapi hingga saat ini masih belum ada percobaan- percobaan yang dapat menyaingi
proses Solvay.
Sisa CaS dalam waste tank sangat mengganggu, setiap ton produk soda abu
menghasilkan lebih dari 1,5 ton CaS. Produk CaS ini baunya busuk dan menyebabkan
polusi pada permukaan air, sehingga CaS ini tidak dikehendaki keberadaannya.
Tingginya harga belerang pada proses pembuatan soda abu ini menyebabkan perlu
dicari harga belerang yang relatif murah yaitu dengan memakai pirit. Pemakaian pirit
sebagai bahan baku akan dihasilkan produk samping berupa besi dan tembaga.
Dapat disimpulkan bahwa industri soda abu dengan proses Le Blanc ini dapat
menghasilkan kelompok produk-produk penting yaitu : sulphuric acid, hidro chloric acid,
salt cake untuk industri gelas, bleaching powder untuk industri tekstil dan kertas ,
belerang, besi dan tembaga.
Di Inggris dan Eropa , proses Le Blanc sudah tidak dioperasikan lagi Di USA
pembuatan soda abu menggunakan proses ammonia, tidak pernah menngunakan proses
Le Blanc. Sekarang proses Le Blanc hanya dipakai untuk membuat asam khlorida:
Dan yang lain tanpa memakai limestone dan digunakan untuk pembuatan natrium sulfida:
Dengan sedikit mengubah bentuknya dengan menambahkan pasir silika murni ke dalam
limestone dan digunakan untuk pembuatan water glass :
Absorption Extraction
Tank Tower
Decompisition Decompisition
Tank Tank
Decomposition Decompisition
Tank Tank
Calcining
Furnace
Oxidizers
1.Sebutkan keuntungan dan kerugian dari proses solvay dan proses Le Blanc
2. Bolehkah pada proses solvay cairan induk yang keluar dari saringan pemisah ( filter)
Na HCO3 yang masih mengandung NH4Cl , NaCl, NH4HCO3, NaHCO3 dan (NH4)2SO4
itu dikembalikan lagi ke dalam menara karbonatasi mengingat kadar NaCl, NH4HCO3
masih tinggi. Jelaskan pendapat anda ?
3.Mengapa proses Le Blanc terkenal dengan istilah proses soda dan proses solvay
terkenal dengan proses ammonia. Jelaskan ?
SESI /PERKULIAHAN KE :5
BAB IV
INDUSTRI BAHAN BAKU ANORGANIK
(III. INDUSTRI KHLOR-ALKALI )
1. PENDAHULUAN
Produk yang dihasilkan dari industri khloralkali adalah gas khlor ( Cl 2 ) dan
soda kostik ( NaOH ) secra bersama-sama, sebagai hasil dari penguaraian larutan garam
NaCl secara elektrolisa.
Permintaan akan soda kostik tumbuh secara scepat pada Negara yang industrinya
sedang berkembang . Sedangkan perkembangan industri soda kostik secara keseluruhan
ditentukan oleh jumlah perimbangan produksi kedua bahan tersebut . karena gas khlor
sangat berbahaya apabila dibuang begitu saja, sehingga harus direncanakan dengan baik
masalah pemasaran kedua bahan tersebut.
2. MEKANISME REAKSI :
Reaksi pembuatan soda kostik dan khlor :
NaCl + H2O NaOH + H2 + Cl2 H = 53,4 kkal
Sebagai data tambahan :
Dasar produksi : 1 ton gas Cl2 , maka
NaCl : 1,3 ton
NaOh, 98% : 1,15 ton
H2 : 26 kg = 283 Nm3
H2 recovery
Cells Liquor
Power
Purification
Cooling trains
Liquid Cl2 Return and Filtration 50% NaOH
Salt to Market
to Market
Panas reaksi untuk elektrolisa garam dapat ditentukan dari panas pembentukan
kompone-komponen dari reaksi keseluruhan atau dari harga negatife perubahan panas
dalam sistim.
Reaksi keseluruhan :
Reaksi ini dapat dipecah menjadi beberapa reaksi pembentukan , sebagai berikut :
9 katoda ( -- ) 2 anoda ( + ) 1
6
3
8
4
5
.
Gambar 4.3.2: Sel elektrolisa dengan diafragma
Keterangan Gambar:
2.Cl - Cl2 + 2e
4 OH- O2 + 2H2O + 4 e
Pada katoda :
2 H3O + + 2 e H2 + 2 H2O
Na + + e Na
-
Potensial standar ion Cl = 1,36 volt, dibandingkan dengan ion hidroksil = 0,4 volt.
Beberapa reaksi samping yang terjadi pada anoda nmenyebabkan :
- pengotoran hasil elektrolisa
- menurunkan ketahanan anoda dan diafragma terhadap waktu
Apabila digunakan elektrolit grafit , maka reaksinya :
4. OH - + C CO2 + 2 H2O + 4 e
Gas khlor mempunyai kelarutan yang tertentu terhadap anolit dan kesetimbangan dicapai
dengan reaksi sebagai berikut :
Katoda ( -- ) Anoda ( + )
Removal of positive charge removal of negative charge
Catholyte become basic anolyte become acid
Pada katoda evolusi dari hydrogen ekivalen dengan hilangnya muatan positif
maka katolit cenderung menjadi basa dan memperoleh muatan negative. Pada anoda
evolusi dari khlor ekivalen dengan hilangnya muatan negative maka anolit akan menjadi
asam dan bermuatan positif.
Jika tak ada pemisah antara larutan anoda dan katoda perbedaan keasaman dan
perbedaan muatan ini menyebabkan terjadinya difusi ion negative dari arah katoda ke
anoda dan difusi ion positif dari arah yang berlawanan, sehingga akan menjadi netral.
Larutan NaOH tetap akan terjadi pada peristiwa di atas. Oleh karena itu dekat
( diafragma ) diperlukan agar supaya anolit tidak menjadi basa.
Dari persamaan (* ) kelarutan khlor menjadi lebih besar dalam larutan yang basa
dan akan membentuk natrium hipokhlorit yang akan berubah menjadi natrium
hipokhlorat pada temperature opersi di atas 400C . Untuk mengurangi difusi ion OH ke
anoda , sebuah diafragma permeable akan memisahkan anolit dari katolit. Diafragma
tersebut akan memisahkan larutan alkali yang kuat dari asam lemah.
Diafragma merupakan self regulating ( dapat mengalir sendiri ) sebab sejumlah
kecil dari difusi balik ( ion hidroksil dari katoda ke anoda ) tergantung pada pH katolit
dan pH anolit. Jika pH anolit naik difusi balik akan berkurang aliran dari anoda ke katoda
naik dan akan menurunkan pH dari anolit ke harga normal ( semula ).
Contoh perhitungan :
Proses elektrolisa larutan garam menjadi NaOH yang menggunakan sel diafragma
menghasilkan larutan NaOH dengan kecepatan meninggalkan sel sebesar 35 lt/jam .
Larutan hasil elektrolisa ini dititrasi dengan HCl 0,1045 N, setiap 2 ml larutan NaOH
masing-masing memerlukan larutan HCl 0,1045 N sebesar 40,15 dan 40,48 ml. Pada
elektrolisa ini digunakan arus sebesar 2600 amper ( A ). Hitunglah efisiensi arus pada
proses ini ?
Penyelesaian soal :
Hasil analisis titrasi dengan larutan HCl 0,1045N :
Setiap 2ml NaOH memerlukan rata-rata= ( 40,15 + 40,48 ) ml HCl
2
= 40,315 ml HCl
Dengan menggunakan rumus pengenceran V1 N1 = V2 N2 maka dapat ditentukan
konsentrasi NaOH hasil elektrolisa
V1 x N1 = V2 x N2
2 ml x N1 = 40,315 ml x 0,1045 N
N1 = 2,1065 N ( grek / lt )
1.Apa yang akan terjadi jika larutan garam yang digunakan pada proses elektrolisa masih
mengandung pengotor ?
3.Sel diafragma dipakai untuk mengelektrolisa larutan garam menjadi soda kostik ( api ).
Kadar NaCl dalam larutan umpan adalah 26% dan produk / hasil proses elektrolisa keluar
sel dengan kecepatan 36 lt/jam. Setelah dianalisa selain NaOH larutan masih
mengandung Na2CO3 0,14% , larutan tersebut dititrasi dengan HCl 0,1045 N. Sebanyak
2ml larutan hasil ditritrasi dengan HCl dan ternyata memerlukan 40,15 ml dan 40,48 ml
larutan HCl.. Jika proses elektrolisa ini menggunakan aruis sebesar 2500 Amp hitunglah
efisiensi arus NaOH dan banyaknya arus yang hilang ?
1.PENDAHULUAN
Asam sulfat merupakan bahan kimia yang banyak digunakan sebagai bahan baku
dan bahan penoliong dalam berbagai industri, sehingga perkembangan pemakaiannya
dapat merupakan indicator bagi perkembangan perindsutrian di suatau Negara .
Asam sulfat diperoleh dari proses pembakaran sulfur dan absorpsi gas SO 3 dalam
air :
S + O2 SO2
SO2 + O2 SO3
4.1 Pengambilan sulfur alamiah dari deposit di dalam tanah. ( proses frasch ).
Dasar pengambilan sulfur menurut proses ini adalah dengan mencairkan sulfur
yang ada dalam tanah/ laut dengan menggunakan air panas, lalu memompanya ke atas
permuakaan bumi. Untuk maksud ini digunakan tiga pipa koncentris dengan diameter
masing-masing 6 , 3 dan 1 ( inch) .
Deposit s di gunung berapi dapat berupa batuan campu sediment atau Lumpur
sublimasi . Kadarnya tidak begitu tinggi 30-60% dan jumlahnya tidak begitu banyak
sekitar 600 -1000 juta ton.
Di gunung Talaga bodas di dapat dalam bentuk Lumpur dengan kadar S 30-70% dan
jumlah deposit 300 juta ton. Tempat tempat lainnya adalah : Kawah Ijen, gunung
Welirang , gunung Dieng dan gunung Tangkuban Perahu.
Untuk pemanfaatan sumber ala mini diperlukan peningkatan kadar S terlebih dahulu ,
antara lain dengan cara flotasi dan benefication process dengan cara pemanasan.
Dalam flotasi dilakukan penambahan air dan frothur sehingga S akan terapung
dan dapat dipisahkan . sedangkan dalam benefication process S setelah ditambahkan air
dan reagen-reagen dipanaskan dalam Autoclave selama - jam pada tekanan 3 atm,
sehingga pertikel kecil S terkumpul kemudian dilakukan pencucian dengan air untuk
menghilangkan tanah , lalu dipanaskan kembali dalam autoclave sehingga S terpisah
sebagai lapisan S dengan kadar 80-90%.
NO + O2 NO2
Untuk menghindari gas SO3 keluar maka air yang ditambahkan berlebihan. Air
disemprotkan dengan tujuan agar bidang kontak menjadi lebih besar.
Pengawasan yang perlu dijaga pada kamar timbale :
Asam sulfat yang dihasilkan harus mempunyai konsentrasi tertentu, tujuannya
untuk mencegah terbentuknya PbSO4 sebab PbSO4 ini akan larut jika berekasi dengan
asam sulfat pada konsentrasi tinggi.
Bila suhu di atas 80oC maka reaksi akan bergeser kearah kiri. Agar penyerapan sempurna
maka digunakan menara Gay Lussac yang dipasang seri.
Bila SO2 terlalu banyak maka SO3 yang terbentuk juga banyak sehingga HNO3 yang
terbantuk juga banyak sehingga akan kehilangan banyak gas NO dan NO 2 sebagai
katalis.
Menara Glover ini berfungsi untuk peruraian gas NO dan NO 2 yang terikat sebagai
senyawa HOSO2ONO ( nitrose ), sebagai tempat pemekatan dan pembentukan asam
sulfat dan juga sebagai tempat pendinginan.
H2O
Gas N2 , O2
Gay Lussac
GLOVER
Pb, 90oC
SO2
NO2
NO
NO2
H2SO4 75%
H2SO4 60%
6.PROSES KONTAK
Prinsip proses kontak adalah reaksi oksidasi gas SO2 dengan oksigen dari udara
dengan memakai katalis padat dan dilanjutkan dengan absorpsi gas SO 3 yang dihasilkan
untuk membentuk asam sulfat .
Reaksi utama:
900oC
S( S ) + O 2 ( g ) SO2 ( g ) Ho = -70,9 kcal
Konversi % T oC
0 0
74
395 74
430 90
500
90 440
96 454
96 420
S 98,5 422
Burner Waste
heat
Steam
Hot gas R
filterpada E Econom
Gambar 4.4.4. Profil temperatur konvertorAadibatik izer
K
T
O
Karena mahal dan efektivitasnya mudah berkurang dengan
R adanya kotoran maka
To Stack SO3
sekarang lebih banyak dipakai katalis vanadium oksida. Katalis V2O5 lebih tahan racun,
HO
sekalipun tidak seaktif2 katalis Pt , sehingga pemakaiannya pada proses kontak
menghendaki ratio C2/SO2 yang lebih tinggi. Asam yang dihasilkan proses ini lebih pekat
D A
akan tetapi
R produk sangan ditentukan oleh pemilihan
B bahan baku yang digunakan.
Y Acid cooler S
T B
W E
R R
Produk 98-99%
Gambar : 4.4.5. Diagram alir Proses Kontak
Gambar : 4.4.6. Flow Sheet Proses Kontak
Penyelesaian :
Basis 100 mols gas hasil analisis
Gas Mols Mols O2
SO2 17,4 17,4
O2 2,7 2,7
N2 79,9
Total 100,0 20,1 O2 yang terikat
79,9/ 79 x 21 21,21 O2 dari udara
Total O2 sbg SO3 1,11 O2 yang tak terikat
Banyakknya S yang menjadi SO3 = 2/3 1,11 = 0,74 atom S = 0,74 mol SO3
a. Persen sulfur yang terbakar sebagai SO3 adalah :
Total sulfur : 17,4 + 0,74 = 18,14 mol
%S SO3 = 0,74 / 18,14 x 100 % = 4,1% ( % S SO2 = 95,9% )
64,1(BM SO2)
32,1 ( BM S ) =1293lb SO2/jam
Penyelasaian :
Terak terdiri atas : Fe2O3 + Fe S + S ( SO3 )
Reaksi :
4 FeS2 + 11O2 2 Fe2O3 + 8 SO2
Basis 100 mol gas hasil analisis yang keluar alat pembakar
Gas Mol Mol O2
SO2 9,32 9,32
O2 6,93 6,93
N2 83,75
Total 100 16,25
O2 (Fe2O2 ) SO2= ( 6/16 )x 9,32=3,5 3,50
19,75 O2 yang terikat ( SO2 + O2 )
21/79 x 83,75 = 22,27 22,27 O2 dari udara
2,52 O2 terikat sbg SO3
SO2 yang terbentuk = 8/15 x 2,52= 1,34 1,34 mol SO3
Contoh 3 :
Pembuatan asam sulfat dengan menggunakan Proses kamar timbal menghasilkan
data seperti pada tabel berikut ;
Komposisi Satuan Total Komposisi Satuan Total
Pertanyaan :
1.Berapa persen sulfur yang terkonversi menjadi asam sulfat ?
2.Berapa persen asam sulfat yang di produksi di menara Glover ?
3.Berapa ton /hari banyaknya asam yang dialirkan ke menara Glover untuk
dipekatkan ?
Penyelesaian :
1) Persen sulfur yang terkonversi menjadi asam sulfat:
Output :
Asam dari menara Glover ; H2SO 78,55%
= 20,25 x 07855
= 15,90 ton H2SO4 100%
Asam dari kamar timbal H2SO 66,03%
= 5,5 x 0,6603
= 3,63 ton H2SO4 100%
Sehingga Persen sulfur yang terkonversi menjadi asam sulfat = (19,53 / 20,10) x 100%
= 95,7 %
Perbandingan gas SO2 yang masuk menara dan yang nmeninggalkan menara terjadi
penurunan dari 7,90 mol 8,78 mol = 1,12 mol
Perbandingan gas O2 yang masuk menara dan yang nmeninggalkan menara terjadi
penurunan dari 12,75 mol 12,19 mol = 0,56 mol.
Sedangkan total S yang terkonversi menjadi asam adalah 7,85 mol at.S.
Sehingga asam SO3 yang terkonversi menjadi H2SO4 dalam menara Glover adalah
= 1,12/7,85 x 100% = 14,3 % dan
Banyaknya asam ( ton/ hari ) yang dialirkan dari menara timbal untuk dipekatkan ?
1.Pada pembuatan asam sulfat dengan proses kamar timbal, setujukah saudara jika suhu
dalam menara Glover yang besarnya 4500C diturunkan menjadi 2250C , dengan tujuan
agar asam sulfat yang terbentuk pada kolom ini bertambah, Jelaskan ?
2. Pada proses pengambilan sulfur dengan cara Frasch ada yang menyarankan untuk
mengganti steam lewat jenuh ( super heated ) dengan udara panas dengan tujuan agar
tidak mengadakan alat pembangkit uap ( boiler ), bagaimana pendapat saudara ?
3.Sulfur dibakar dengan udara pada sebuah pabrik H 2SO4 yang menggunakan proses
kontak. Gas hasil pembakaran sebanyak 70.000 cuft/jam dianalisis mengandung 10%
SO2, 7% O2 dan 83% N2 dan SO3 yang tak teranalisis. Gas tersebut sebelum masuk
reaktor oksdidasi untuk mengoksidasikan SO2 menjadi SO3 terlebih dulu diserap dengan
H2SO4 70% untuk menyerap gas SO3 yang terbentuk dalam pembakar. Asam sulfat yang
dipakai sebagai penyerap adalah H2SO4 70% sebanyak 60 lb/jam dan diasumsi seluruh
gas SO3 yang ada terserap semua. Berapa kemurnian sulfur yang dipakai ?
SESI /PERKULIAHAN KE :8
BAB IV
INDUSTRI BAHAN BAKU ANORGANIK
V.INDUSTRI KERAMIK
1PENDAHULUAN
Pembuatan barang-barang keramik merupakan suatu kemampuan teknologi yang
sudah lama dimiliki oleh umat manusia. Produk-produk keramik yang baru telah
mengalami perubahan sifat yang disesuaikan dengan keinginan saat ini akan produk
keramik , antara lain : tahan terhadap tekanan yang besar , mempunyai sifat mekanis yang
baik , dapat dipergunakan pada temperature tinggi , mempunyai day tahan yang baik
terhadap bahan kimia.
Berdasarkan derajad vitrifikasi dan temperature pembakaran , maka barang-
barang keramik dapat dikelompokkan sebagai berikut :
2.BAHAN BAKU.
Keramik tradisional yang dikenal selama ini , mempergunakan bahan silikat
sebagai bahan bakunya, sehingga dapat dianggap bagian dari industri silikat sebagaimana
industri semen dan gelas.
Keramik silikat menggunakan tiga macam bahan baku utama yaitu :
Lempung atau tanah liat
Pasir
Feldspar
2.1 Lempung
Lempung adalah alumunium silikat terhidrasi atau xAlO 3 .y SiO2 .H2O dan
merupakan hasil pelapukan dari induk yang berupa feldspar.
H2O + K2O. Al2O3 6SiO2 + CO2 K2CO3 + Al2O3 2 SiO2 2 H2O + 4SiO2
Kalium-feldspar Kaolinite
Secara mineralogy lempung terdiri atas berbagai jenis mineral yang utama antara
lain : kaolinite (Al2O3 2 SiO2 2 H2O ) montmorillonite ( Mg, CaO Al2O3 5 Si )2 n H2O,
illite ( K2O. MgO. Al2O SiO2. H2O ) dan halloysite ( Al2O3.2 SiO2.4H2O ). Mineral
tersebut terdapat dalam jenis dan jumlah yang berbeda-beda , sehingga memberikan sifat
lempung yang berbeda pula.
Sifat yang penting untuk pemakaian sebagai bahan keramik adalah plastisitas dan
fisibilitasnya.
Plastisitas adalah kemampuan untuk dibentuk tanpa mudah menjadi reatak . sifat
ini berbeda untuk setiap jenis lempung, bergantung pada tingkat hidrasi , kandungan
bahan organic dan ukuran serta distribusi partikel-partikelnya . sedangkan fusibilitas
lempung ditentukan oleh kandungan impurities, riwayat geologis dan penambahan bahan
lain yang mungkin dilakukan.
Secara praktis dikenal klasifikasi lempung sebagai berikut:
i. China clay disebut pula kaolin dengan mineral utama kaolinite. Sifatnya
refraktori , plastisitasnya kecil dan penyusutannya kecil.
ii. Ball clay , mineral utamanya montmorillonite dengan mengandung banyak
bahan organik, sehingga plastisitasnya tinggi tetapi penyusutannya besar.
iii. White clay , mengandung banyak fluks ( Na 2O, K2O ) dan plastisitasnya
sedang.
2.2 Feldspar
Dalam komposisi keramik feldspar berfungsi sebagai fluks yang akan merupakan
bahan pengikat dan menurunkan temperature komposisi keramik tersebut. Dikenal tiga
macam feldspar yaitu: K2O. Al2O3 6SiO2 (K-feldspar ) , Na2OAl2O36Si O ( Na-feldspar)
dan CaO. Al2O3 6 SiO2 ( Ca-feldspar )
2.3 Pasir
Berupa kwarsa atau flint . Ditambahkan ke dalam komposisi keramik sebagai
bahan non plastic yang berfungsi untuk mengatur plastisitas dan mengurangi penyusutan ,
baik susut kering maupun susut bakar, serta dapat menaikkan temperature sintering.
Pemakaian pasir ini perlu dikontrol dengan baik karena silika yang masih bebas memiliki
karakteristik pembakaran yang khas , yang dapat mengakibatkan keretakan pada
pembakaran komposisi keramik yang bersangkutan.
Selain bahan baku di atas seringkali ditambahkan pula gahan bahan lain baik
sebagai fluks ataupun refraktori . Bahan fluks antara lain : talcum, borax, soda , besi
oksida , timbale oksida , litium, barium dan lain-lain. Sedangkan refraktori antara lain :
alumina , chromite, limestone, zirconia, titania dan lain-lain.
Penyiapan Pembentukan
Bahan baku ( preparation ) ( forming )
Produk keramik
Feldspar
Lempung Kwarsa
Pembentukan barang barang keramik dari adonannya dapat kita bedakan atas
dasar jumlah air yang digunakan.
1. Pembentukan dengan cara pengepresan dilakukan terhadap puder adonan
dengan kadar air 6 7 % yang dibuat dengan cara spray drying atau
penggilingan cake adonannya.
Misal pembuatan tegel porselin
2. Pembentukan dengan cara jiggering dilakukan terhadap Lumpur adonan yang
pekat ( kadar air 20% -25% ) yang terlebih dahulu dilewatkan ke dalam pug-
mill untuk mendapatkan plastisitas dengan kadar air yang sesuai.
Misal : pembuatan piring mangkuk
3. pembentukan dengan cara casting dilakukan terhadap Lumpur adonan yang
lebih encer ( kadar air 40-60% ) yang dibentuk dengan menggunakan cetakan
dari gips yang juga berfungsi untuk menyerap air.
Barang-barang yang sudah dibentuk kemudian dikeringkan hingga kadar air lebih
kecil dari 2% untuk kemudian dibakar di dalam kiln.
Pembakaran
Konversi kimia yang dapat terjadi selam proses pembakaran barang keramik
antara lain :
Dehidrasi H2O yang terikat 150 6500C
Kalsinasi CaCO3 600 - 900oC
Oksidasi besi atau bahan organic 300 900oC
Pembentukan silikat 900 oC lebih
Bila dianggap lempung merupakan reaktan utama dalam reaksi pembakaran , maka
pertama-tama pada pemanasan sekitar 600 650oC terjadi pelepasan air hidrasi dan
terbentuk campuran alumina dan silika yang amorph
Bila pemanasan diteruskan sampai 940oC , alumina amorph akan berubah menjadi kristal
alumina dan melepaskan panas . Pada temperatur lebih tinggi ( di atas 1000 oC )
alumina ini akan bereaksi dengan silika menjadi mullite dan silika yang masih bebas
akan berbentuk kristal cristobalite.
3(Al2O3. 2SiO2.2H2O ) 3Al2O3 2SiO2 + 4SiO2 + 6H2O
Kaolinite mullite cristobalite
Proses pembakaran di atas dilakukan dalam kiln . Dikenal 2 macam kiln yaitu kiln
kontinu dan kiln periodic . sekalipun cara kedua operasi dari kiln ini berbeda , tetapi
hubungan antara kedua temperature pembakaran dengan waktu proses yang diharapkan
adalah sama , seperti ditunjukkan dalam kurva berikut.
Temperatur
Waktu / jarak
4.ASPEK EKONOMI
Dari contoh barang-barang keramik yang telah dikemukakan dapat dilihat bahwa
bahan keramik telah masuk dalam berbagai pemakaian bahkan merupakan landasan
berhasilnya operasi pada industri lainnya itu, misalnya industri metalurgi, mesin,
automotive, bangunan, arsitektur, elektronika dan lain-lain,. Peranan ini timbul karena
sifat-sifat khas yang dimilikanya untuk berbagai aplikasi yang berlainan.
Salah satu akibatnya adalah tidak mudah untuk memperhitungkan volume
perdagangan /pemakaian bahan keramik secara menyeluruh . tahap pembakaran
komposisi keramik merupakan tahap paling penting dalam pembuatan barang keramik ,
karena pada tahap ini terjadi reaksi pembentukan barang keramik sebenarnya ( sintering )
dan juga operasinya menyangkut alokasi biaya mahal , yaitu untuk bahan bakar dan
glasur.
Tahap pembakaran tersebut dapat menggunakan kiln, yaitu kiln periodic atau kiln
kontinu . Perbedaan kedua kiln ini terutama menyangkut segi operasi dan ekonomi .
Kiln kontinu misalnya memiliki efisiensi panas yang lebih baik , ongkos buruh
yang lebih rendah dan siklus waktu proses yang lebih singkat. Akan tetapi untuk produksi
batang keralik dalam jumlah terbatas dengan jenis serta kualitas yang khusus justru kiln
periodik dapat memberikan keuntungan yang lebih baik.
1.Sebutkan jenis-jenis fluks pada pembuatan barang keramik dan apa manfaat dari fluks ?
2.Diskusikan apakah fly ash dapat dipakai sebagai pengganti tanah liat /lempung ?
4.Jelaskan campuran yang terjadi pada titik A pada diagram sigitiga di atas ?
SESI /PERKULIAHAN KE :9
BAB IV
INDUSTRI BAHAN BAKU ANORGANIK
VI.INDUSTRI SEMEN
1 PENDAHULUAN
Semen termasuk jenis produk yang dihasilkan dari industri silikat. Oksida silika
yang terdapat dalam komponen semen memberikan kekuatan dalam pemakaiannya,
selain itu semen termasuk sebagai bahan hidraulis, dengan penambahan air akan
memberikan kemampuan mengikat bahan lain menjadi suatu massa yang padat dan
keras.
Campuran yang terpenting di dalam semen yaitu:
Tricalcium silicate 3CaO.SiO2 atau C3S
Dicalcium silicate 2CaO.SiO2 atau C2S
Tricalcium alumina 3CaO.Al2O3 atau C3A
Tertra calium aluminate ferrit 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF
Bahan baku untuk pembuatan semen terdiri atas bahan-bahan seperti dalam tabel
4.6.1
Tabel 4 6.1 Bahan baku semen
Nama bahan Rumus kimia
3 PENGGUNAAN SEMEN
Komponen klinker terdapat baik di dalam proses pembuatan semen secara basah
maupun secara kering. Reaksi-reaksi yang terjadi selama pembentukan klinker adalah
sebagai berikut.
Tabel 9.3 Reaksi-reaksi pembentukan klinker
Reaksi Temperatur (oC )
Perubahan panas
sand
Lime stone
Clay
Crusher Grinding Clay Tank Clay washer
Slurry Slurry
Feed Tank blending Tank
gypsum
Klinker/Gypsum
strorage Cement silo
Rotary Kiln Klinker grinding
Gambar 4.6.2 Diagram balok proses pembuatan semen dengan metoda basah
Clay
Crusher gypsum
Clay drier
Klinker/Gypsum
Kiln Feed Suspension Rotary Kiln strorage
preheater cooler
Cement silo
Klinker grinding
Gambar 4.6.3 Diagram balok proses pembuatan semen dengan metoda kering
5 Semen Portland
Tipe III : high early strength, ukuran partikel lebih halus, kadar C3S lebih tinggi,
sehingga pengerasan dapat dalam 3 hari saja.
Tipe V : sulfat resistant, kadar C3A rendah dan C4AF agak tinggi.
Penambahan air pada semen, mula-mula akan membentuk pasta semen. Dalam
jangka waktu tertentu pasta tersebut akan mengalami setting atau pengerasan. Ada dua
teori yang menerangkan tentang sifat-sifat pengerasan semen ini.
- Crystalline theory:
Teori ini menerangkan bahwa sifat mengerasnya semen (pasta semen)
bergantung kepada pertumbuhan kristal-kristal yang terbentuk.
Walaupun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang pengerasan atau setting
semen ini, tetapi sebenarnya teori-teori itu mempunyai persesuaian, yaitu bahwa
terjadinya pengerasan atau setting disebabkan adanya suatu proses hidrasi dan hidrolisa
dari komponen-komponen penyusun semen.
Pada waktu penambahan air, mula-mula C3S akan terhidrolisa menjadi C2S. Pada saat
ini belum terjadi hidrasi dari C2S dan C3A.
C2S dari hasil hidrolisa maupun C2S yang memang sudah ada pada semen itu sendiri,
akan bereaksi dengan air dan terhidrasi menjadi C2S.xH2O (amorph).
C3A terhidrasi menjadi kristal-kristal dengan bermacam-macam kadar H2O.
C4AF dengan air membentuk kristal C3A.6H2O.
Pada umumnya semen yang kitaa harapkan adalah yang setting time nya lama,
panas hidrasinya rendah dan tahan terhadap alkali tanah dan air. Pada proses hidrasi
dihasilkan panas hidrasi. Nilai panas hidrasi ini untuk tiap senyawa berbeda-beda. Semen
yang C3S dan C3A nya tinggi, panas hidrasinya juga tinggi.
Hari
3 7 28 90 180
C4AF 29 43 48 47 73
C3A 170 188 202 188 218
C2S 19,5 18,1 43,6 52,2 52,6
C3S 98,3 110 114,2 122,4 120,6
Di dalam semen portland, C3A akan bereaksi cepat dengan air dan akan
menyebabkan quick set atau flash set yaitu pengerasan yang permanen. Karena itu pada
semen dengan C3A tinggi perlu adanya suatu retarder, misalnya gypsum. Dengan
gypsum, C3A akan membentuk C3A.3CaSO4.31H2O. Reaksi ini cepat, tetapi pembentukan
kekerasan lebih lambat. Jadi gypsum ini merupakan suatu retarder yang mengatur proses
setting semen.
Fungsi gypsum sebagai retarder hanyalah pada semen yang C3A nya tinggi. Pada
semen yang C3A nya rendah, gypsum justru akan mempercepat setting. Selain mengatur
proses setting, gypsum juga berpengaruh pada kekuatan mula dan perubahan volume
pasta yang mengering. Kekurangan atau kelebihan gypsum menyebabkan berkurangnya
kekuatan serta memberikan perubahan volume yang besar setelah pasta mengering.
Penambahan gypsum yang optimum akan memberikan kekuatan yang maksimum. Juga
penyusutan di udara dan pengembangan dalam air menjadi minimum.
Peranan tiap komponen utama adalah sebagai berikut.
C3S : Penting dalam memberikan kekuatan pada saat permulaan, dan memberikan efek
penambahan kekuatan yang kontinyu di saat berikutnya.
C2S : Hanya memberikan kekuatan seperlunya saja sampai kira-kira 28 hari, tetapi
pada saat berikutnya ia akan memberikan efek kekuatan yang besar.
C3A : Memberikan efek kekuatan yang besar selama kira-kira 28 hari. Makin lama
makin berkurang sampai akhirnya boleh dikatakan sama sekali tidak
memberikan efek apa-apa.
C4AF : Hanya sedikit menberikan efek kekuatan, baik pada saat permulaan maupun
pada saat berikutnya.
Karena C3S memberikan kekuatan utama pada semen, maka untuk mendapatkan
semen dengan C3S yang tinggi, pembakaran memegang peranan penting, diperlukan suhu
yang tinggi. Tetapi kekuatan ini dapat diperoleh dengan jalan memperhalus semennya.
Semen Portland diproduksi dengan proses kering dengan spesifikasi sebagai berikut:
(i) (CaO 0,7 SO3)/(2,8 SiO2 + 1,2 Al2O3 + 0,65 Fe2O3) = 0,9
(ii) Iron ratio, Al2O3/Fe2O3 = 2,4
(iii) Kadar silica, magnesia, dan sulfur (sebagai S) berturut-turut tidak lebih dari
23,0%, 1,0%, dan 0,96% (% berat).
Semen tersebut diproduksi dalam rotary kiln dengan bahan baku Milliolite limestone dan
clay. Analisis bahan baku sebagai berikut:
Kedua bahan baku tersebut dicampur dengan perbandingan berat 72:28. Ke dalam kiln
ditambahkan panas. Coal yang digunakan mengandung C:67,2%, H:4,0%, S:1,7%,
O:2,2%, H2O:2,6%, dan loss on ignition 22,3% (%berat). Gross calorific value (GCV)
coal 6120 kcal/kg, dibakar dengan udara 10% berlebih.
Data:
tekanan 750 mm Hg
stack gas : 8000C Dry-bulb temperature
tekanan 760 mm Hg
Kanndungan CO2 dalam gas hasil pembakaran (stack gas) dibatasi hingga 23,5% volum.
Klinker dari kiln didinginkan dan ditambahkan gypsum (CaSO4) 3% berat. Pada basis 20
ton/hari semen portland yang dihasilkan, hitunglah: