Oleh :
2014 - A
Program Studi Diploma III Teknik Kimia
Program Diploma Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, petunjuk, kasih
dan karunia-Nya, penyusun diberikan kelancaran dalam membuat makalah ini. Karena
semua itu juga, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan pihak lain baik secara langsung
maupun tidak langsung, makalah ini tidak mungkin terselesaikan. Pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dan membimbing penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang berisikan tentang proses
industri kimia. Maksud dan tujuan penyusun dalam menyusun artikel ilmiah ini adalah
untuk membahas materi yang berkaitan dengan Pembuatan pupuk ZA.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Ammonia (NH3)
Densitas
Senyawa NH3 dalam air akan bereaksi menjadi basa, hal ini dapat
terjadi ditunjukkan dengan cara mencelupkan kertas lakmus merah
ke dalamnya, maka kertas lakmus merah tersebut akan berubah
warna menjadi biru.
Mudah menguap
Sering digunakan sebagai katalis
Akan membentuk endapan PbSO4 bila bereaksi dengan Pb2+
Pb2+ + SO42- PbSO4
Timbel Sulfat Timbel Sulfat
Petrocoat
DESKRIPSI PROSES
Bahan baku pembuatan ammonium sulfat yang digunakan yaitu asam sulfat cair
dan gas ammonia. Proses berjalan secara kontinyu. Reaksi yang terjadi :
T =105-110oC
H2SO4 (l) + 2NH3(g) (NH4)2SO4(s) H = - 66, 64
kkal/mol
P = 1-2 kg/cm2
Reaksi yang terjadi dalam saturator bersifat eksotermis karena menghasilkan
panas sebesar -66,64 kkal/mol. Pembentukan kristal amonium sulfat di dalam saturator
melalui beberapa tahapan berikut:
1) Pembentukan Larutan Amonium Sulfat Jenuh
Mother liquor yang telah dimasukkan ke dalam saturator (R 301 ABCD) hingga
level setengah lalu ditambahkan larutan asam sulfat dari tangki penyimpanan asam
sulfat (TK200) pada tekanan 5 kg/cm2 dan suhu 32oC bersama dengan itu gas ammonia
dan udara didistribusikan melalui sparger. Gas ammonia dipompakan dari plant
ammonia jika tidak beroperasi ammonia didapatkan dari tangki ammonia cair (SP 501).
Ammoni cair yang akan digunakan, terlebih dahulu di uapkan dalam vaporizer sehingga
mencapai suhu dan tekanan yang diinginkan. Udara yang masuk saturator
didistribusikan melalui sparger pada tekanan 1,55 kg/cm 2 , suhu 50 oC dan kecepatan
1600 m3/jam.
Gas ammonia dan udara dialirkan melalui sparger. Gas NH3 akan naik ke atas
bersama dengan udara dan berkontak langsung dengan larutan H 2SO4 yang berat
jenisnya lebih besar daripada berat jenis ammonia, maka ammonia tersebut akan
menuju ke bagian atas didalam saturator
Reaksi gas NH3 dengan H2SO4 bersifat eksotermis sehingga menghasilkan panas
sebesar -66,64 kkal/mol. Panas ini digunakan untuk memekatkan larutan (NH4)2SO4
menjadi jenuh. Suhu dan tekanan optimum dalam saturator adalah 105-110 oC dan 1
kg/cm2. Apabila suhu lebih 110 oC maka suhu di pertahankan dengan cara
menambahkan air kondensat yang mempunyai suhu 30 oC dan tekanan 2,5 kg/cm2. Bila
suhu kurang dari 105 oC maka air kondensat yang masuk dikurangi sehingga sesuai
dengan suhu kebutuhan.
Panas yang dihasilkan oleh reaksi kristalisasi sangat besar sedangkan saturator
harus dijaga suhunya yaitu (105-110 oC), maka sebagian panas dialirkan kedalam
kondensor (E 301 ABCD) untuk diembunkan menjadi air kondensat. Uap panas yang
dihasilkan dalam saturator, masuk ke kondensor melalui shell pada suhu 106 oC,tekanan
1,5 kg/cm2 dan air yang keluar setelah penguapan bersuhu 89 oC. media pendingin yang
digunakan adaalah cooling water yang masuk melalui tube. Air pendingin masuk tube
dengan suhu 30 oC dan keluar dengan suhu 47 oC setelah mengembunkan. Uap panas
yang telah berubah fase menjadi cair kemudian ditampung ke dalam tangki kondensat
(TK301). Air kondensat tersebut digunakan lagi sebagai air proses yang berfungsi
mempertahankan suhu didalam saturator.
Penambahan larutan asam sulfat dan gas ammonia secara terus menerus serta
didukung oleh adanya pemekatan akan mengakibatkan larutan (NH4) 2SO4 yang jenuh
menjadi lewat jenuh, sehingga terbentuklah Kristal-kristal ammonium sulfat yang
belum sempurna. Kristal ini mempunyai kecenderungan menggumpal didasar saturator,
dengan adanya agitasi oleh gelembung-gelembung udara maka akan terjadi sirkulasi
Kristal bersama dengan larutan di saturator. Selama sirkulasi, Kristal akan mengalami
pertumbuhan dan apabila sudah mencapai jumlah yang cukup maka Kristal akan turun
ke bagian bawah saturator dan keluar bersama dengan larutan induk ( mother liquor)
yang mmepunyai suhu 106 oC.
Jumlah Kristal didasar saturator tidak boleh lebh dari 50% volume. Apabila
jumlah Kristal terlalu banyak akan terjadi gumpalan-gumpalan Kristal yang akan
menyumbat saluran dalam saturator.
Produk keluar dari saturator (R 301 ABCD) berupa cairan kristal dan
mother liquor dengan perbandingan 1:1. Kristal ammonium sulfat bersama
larutan induknya (mother liquor) masuk secara gravitasi ke separator hopper (D
302 AB). Separator hopper akan menampung membagi slury dan saturator
kemudian mendistribusikan pada centrifuge separator (M 301 AB) . Secara
gravitasi, slurry masuk ke dalam centrifuge separator (M 301 AB) yang sedang
berputar melalui pipa stasioner yang merupakan corong pengumpan. Dengan
adanya putaran raw basket dengan kecepatan 1200-1500 rpm maka terjadi gaya
centrifugal yang melempar slurry ke dinding basket yang dilapisi dengan filter
berukuran 30 mesh. Cairan (mother liquor) akan mengalir keluar dinding basket
menuju mother liquor tank (D301 AB) sedangkan kristal yang berukuran rata-rata
30 mesh akan tertahan pada dinding basket membentuk lapisan kristal setebal 11-
30 inchi. Kristal yang terpisah, akan menempel dinding basket kemudian akan
lepas dari dinding basket oleh suatu dorongan, karena selain berputar raw basket
juga bergerak maju mundur. Kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah
akan turun secara gravitasi ke belt conveyer dan selanjutnya di bawa ke unit
pengeringan.
Kristal ammonium sulfat yang keluar dari rotary dryer berkadar air
0,15% berat dan udara panas yang keluar rotary dryer bersuhu 82OC.
Udara panas tersebut mengandung Kristal ammonium sulfat 2% berat.
Debu tersebut kemudian terhisap oleh exchaust fan dan masuk kedalam
wet cyclone (D303). Di dalam wet cyclone, debu panas dari rotary dryer
disemprot H2O sehingga debu ammonium sulfat tersebut menjadi basah.
H2O yang digunakan mempunyai suhu 32OC dan tekanan 3 kg/cm2.
Selanjutnya debu basah dialirkan ke tangki mother liquor (D307). Debu
ZA kering yang masih tersisa dalam wet cyclone (D309) untuk dilarutkan
kembali menjadi debu basah ( Mother Liquor ). Ammonium sulfat basah
kemudian dialirkan ke tangki (D307). Debu ammonium sulfat basah yang
telah tertampung dalam (D307) dialirkan ke tangki (D301). Udara dari wet
cyclone (D307) cukup bersih dan dihisap oleh exchaust fan (C302) untuk
dibuang ke atmosfer.
Kesimpulan
Proses pembuatan pupuk Amonium Sulfat III atau ZA III menggunkana bahan
baku gas ammonia dan asam sulfat cair . Serta menggunakan Bahan pembantu berupa
larutan anti caking (Petrocoat), larutan induk (Mother Liquor) dan udara berfungsi
sebagai pengaduk larutan dalam saturator.Gas ammonia yang digunakan sebagai bahan
baku diambil dari plant ammonia dengan cara mengalirkannya langsung ke saturator
dalam bentuk gas, Asam Sulfat cair yang digunakan sebagai bahan baku pembentukan
kristal Ammonium Sulfat berasal dari plant asam sulfat .Asam Sulfat dipompa ke
saturator dengan tekanan 5 kg/cm2 dan suhu 32oC. Pada proses pembentukan kristal
ammonium sulfat penambahan larutan induk (Mother Liquor) diperlukan untuk
mempercepat pembentukan kristal. Larutan induk (mother liquor) tersebut diperoleh
dari sisa proses pembentukan kristal ZA yang dimanfaatkan kembali untuk
mempercepat pembentukan Kristal. Pembuatan larutan anti caking (Petrocoat) 5%
dilakukan dengan cara pengenceran yaitu 1 liter larutan petrocoat ke dalam 20 liter air.
Reaksi pembentukan ammonium sulfat terjadi dalam saturator, Mother liquor
yang telah dimasukkan ke dalam saturator, bersama dengan itu gas ammonia dan udara
didistribusikan melalui sparger, Gas ammonia dan udara dialirkan melalui sparger. Gas
NH3 akan naik ke atas bersama dengan udara dan berkontak langsung dengan larutan
H2SO4. Penambahan larutan asam sulfat dan gas ammonia secara terus menerus serta
didukung oleh adanya pemekatan akan mengakibatkan larutan (NH4) 2SO4 yang jenuh
menjadi lewat jenuh, sehingga terbentuklah Kristal-kristal ammonium sulfat yang
belum sempurna. Kristal ammonium sulfat bersama larutan induknya (mother liquor)
masuk secara gravitasi ke separator hopper .Separator hopper akan menampung
membagi slury dan saturator kemudian mendistribusikan pada centrifuge separator.
Kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah akan turun secara gravitasi ke belt
conveyer dan selanjutnya di bawa ke unit pengeringan (rotary dryer). Keluar dari rotary
dryer, Kristal dilewatkan vibrating feeder menuju bucket elevator. Kristal ammonium
sulfat kemudian ditampung dalam hopper dan dilewatkan kembali dalam belt conveyor.
Dari bin ini selanjutnya Kristal ammonium sulfat akan masuk ke proses pengantongan
(bagging).
DAFTAR PUSTAKA
Fitriana. 2010. Laporan Praktek Kerja Unit Ammonia Sulfat III PT. Petrokimia Gresik
Jawa Timur. Semarang : Universitas Diponegoro
Krestiani, Wijil. 2010. Laporan Praktek Kerja Unit Ammonia Sulfat III PT. Petrokimia
Gresik Jawa Timur. Semarang : Universitas Diponegoro
Yulianti, Tika Asih. 2011. Laporan Praktek Kerja Unit Ammonia Sulfat III PT. Petrokimia
Gresik Jawa Timur. Semarang : Universitas Diponegoro