Anda di halaman 1dari 18

PEMBUATAN PUPUK ZA (NH4)2SO4)

Disusun Sebagai Tugas


Mata Kuliah Proses Idustri Kimia II

Dosen Pengampu : Ir. Hj. Wahyuningsih, M.Si

Oleh :

Randy Rahesa Vallepi (21030114060021)


Annisa Rahmadita (21030114060023)
Intan Andryani Halim (21030114060034)
Helena Putri Afira (21030114060036)
Arum Dyah Saputri (21030114060044)
Sri Fredlina gulo (21030114060050)
Shela Imarizeta SJ (21030114060051)
Mukharomah Eka Ningtyas (21030114060062)

2014 - A
Program Studi Diploma III Teknik Kimia
Program Diploma Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, petunjuk, kasih
dan karunia-Nya, penyusun diberikan kelancaran dalam membuat makalah ini. Karena
semua itu juga, penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan pihak lain baik secara langsung
maupun tidak langsung, makalah ini tidak mungkin terselesaikan. Pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu dan membimbing penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Makalah ini disusun berdasarkan berbagai sumber yang berisikan tentang proses
industri kimia. Maksud dan tujuan penyusun dalam menyusun artikel ilmiah ini adalah
untuk membahas materi yang berkaitan dengan Pembuatan pupuk ZA.

Penyusun menyadari sebagai sebagai manusia biasa yang memiliki


keterbatasan, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, penyusun telah
berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin baik dari segi isi, bentuk, teknik
penyajian, bahasa, dan lain-lain. Penyusun sangat berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna bagi pihak lain.

Semarang, 19 Maret 2016

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi


menyediakan air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan
tanaman, namun demikian kemampuan tanah menyediakan unsur hara
sangat terbatas. Hal ini dibuktikan dengan pemakaian tanah yang terus
menerus secara intensif tanpa adanya penambahan unsur hara yang
mengakibatkan merosotnya produktifitas tanah, menurunkan hasil
panen dan rusaknya sifat fisik, kimia dan biologis tanah.
Pengambilan sisa tanaman serta bahan-bahan buangan turut
membantu dalam menyuplai nitrogen.Suplai alami demikian ditambah
dengan pemberian pupuk nitrogen misalnya Za yang mengandung
nitrogen dan belerang. Meningkatnya perkembangan populasi manusia
yang mendorong meningkatkan kebutuhan pangan dunia akan berarti
pula peningkatan suplai nitrogen pada tanah.
Penggunaan pupuk Za merupakan pupuk yang marak digunakan di
kalangan para petani karena kegunaan dari pupuk ini membantu proses
pertumbuhan tanaman, menambah daya tahan tanaman terhadap
gangguan hama, penyakit dan kekeringan, memperbaiki rasa dan warna
hasil panen. Untuk itu tidak heran jika para petani beralih ke pupuk Za
karena pupuk tersebut banyak manfaat.
1.2RumusanMasalah
1. Apa saja bahan baku utama dan bahan baku tambahan untuk
pembuatan pupuk ammonium sulfat (ZA)?
2. Bagaimana proses yang terjadi di dalam pembuatan pupuk
ammonium sulfat(ZA)?
3. Bagaimana kondisi produk yang dihasilkan dalam pembuatan pupuk
ammonium sulfat(ZA)?
1.3Tujuan
1. Mengetahuibahanbakuutamadanbahanbakupembantudaripupuk
ammonium sulfat ( ZA )
2. Mengetahui proses yang terjadidankondisioperasipada proses yang
terjadi.
3. Mengetahuiproduk yang dihasilkandaripembuatanpupuk ammonium
sulfat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Proses pembuatan pupuk Amonium Sulfat III atau ZA III


menggunkana bahan baku ammonia dan asam sulfat. Ammonia yang
digunakan sebagai bahan baku berwujud gas sedangkan asam sulfat
berwujud cair. Gas ammonia yang digunakan sebagai bahan baku diambil
dari plant ammonia, tetapi jika plant ammonia sedang tidak beroperasi,
maka ammonia diambil dari tangki ammonia cair. Asam sulfat cair diambil
dari plant Asam Sulfat pabrik III.

2.1.1. Bahan Baku

1. Ammonia (NH3)

Menurut Raymond Chang (1998), ammonia fase gas yang terdiri


dari hydrogen dan nitrogen dengan perbandingan koefisien 3.1.
Ammonia disintesis menggunakan rekasi reversible antara hydrogen dan
nitrogen.

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) H = -92.0


KJ

Nitrogen Hidrogen Ammonia

Jumlah ammonia sintesis yang dihasilkan dari recovery pabrik coke


atau cole gas (H2 dan CO2) dari batu bara sangat sedikit. Hasil proses
yang diketahui hanya 1% dari produksi total ammonia di Unit Sintesis.
Kebanyakan ammonia diproduksi dengan cara mengkombinasikan
langsung gas nitrogen dan gas hydrogen. Proses pembuatan ammonia
yang banyak digunakan dalam industri adalah proses sintesis Haber.

Sifat Fisik Ammonia (NH3)


Menurut Perry RH ( 1997), sifat fisik ammonia adalah :
Rumus Molekul : NH3
Berat Moleku : 17.04 gr/mol
Sifat Fisik : Gas tak berwarna, berbau menyengat, dapat
dicairkan melalui
Kompresi

Titik Leleh : -77,7

Titik didih : -33.35

Densitas

Pada 0 : 0.771 gr/ml


Pada -79 : 0.817 gr/ml
Tekanan Uap : 10 atm pada 25,7
Densitas Uap : 0.6 gr/ml

Sifat Kimia Ammonia (NH3)


Menurut Vogel (1985), sifat kimia Ammonia adalah :

Kelarutan : sangat larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol

Senyawa NH3 dalam air akan bereaksi menjadi basa, hal ini dapat
terjadi ditunjukkan dengan cara mencelupkan kertas lakmus merah
ke dalamnya, maka kertas lakmus merah tersebut akan berubah
warna menjadi biru.

Reaksi yang terjadi adalah :


NH3(g) + H2O(l) NH4OH(l)

Ammonia Ammonium Hidroksida

2. Asam Sulfat (H2SO4)

Menurut George T. Austin (1984), asam sulfat adalah


merupakan asam kuat valensi dua, di samping itu Asam Sulfat
merupakan bahan pengoksida dan pendehidrasi, lebih-lebih terhadap
senyawa organic. Larutan asam sulfat dapat dipekatkan secara
ekonomis sekitar 93% berat H2SO4. Asam yang lebih pekat lagi dibuat
dengan melarutkan Sulfur Trioksida di dalam Asam Sulfat 98,5%
sampai 99%.

Sifat Fisika Asam Sulfat (H2SO4)


Menurut Perry RH (1986), sifat fisik asam sulfat adalah :
Rumus Molekul : H2SO4
Berat Molekul : 98,08 gr/mol
Sifat Fisik : Cairan tak berwarna, tak berbau, dan bersifat
seperti minyak
Titik Leleh : 10,49
Densitas : 1,834 gr/ml
Tekanan Uap : 1 mm pada 145,8
Titik Didih : 290 , terdekomposisi pada 340

Sifat Kimia Asam Sulfat (H2SO4)


Menurut Vogel (1985), sifat kimia asam sulfat adalah :
Merupakan asam polibasa (asam berbasa banyak), yaitu
menghasilkan lebih dari satu ion hydrogen per molekul. Asam
Sulfat merupakan asam berbasa dua.
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-

Mudah menguap
Sering digunakan sebagai katalis
Akan membentuk endapan PbSO4 bila bereaksi dengan Pb2+
Pb2+ + SO42- PbSO4
Timbel Sulfat Timbel Sulfat

2.1.2. Bahan Pembantu

Petrocoat

Bahan pembantu berupa larutan anti caking (Petrocoat) yang


diinjeksikan dengan konsentrasi 150 ppm/ton. Larutan Petrocoat
tersebut digunakan sebagai zat anti caking yang disemprotkan ke
dalam belt conveyor, karena larutan ini akan melapisi tiap-tiap
molekul Kristal sehingga Kristal ammonium sulfat tidak akan
menggumpal.
Komposisi petrocoat :
-C :26,2%
-N : 1,0%
-C/N : 25,55%
-P2O5 : 6,13%
-K2O : 0,84%
-Na2O : 0,08%
-Ca : 5,78%
-Mg : 0,41%
-Fe : 0,18%
-Mn : 0,10%
BAB III

DESKRIPSI PROSES

3.1 Persiapan Bahan


Plant Ammonium Sulfat (ZA) di Departemen Produksi I PT.
Petrokimia Gresik memiliki kapasitas 200.000/tahun. Bahan baku
pabrik ZA terdiri dari :
a. NH3 dari plant Amonia (pabrik I)
b. H2SO4 dari plant Asam Sulfat (pabrik III)

3.1.1 Persiapan Bahan Baku


3.1.1.1 Persiapan Ammonia (NH3)
Gas ammonia yang digunakan sebagai bahan baku diambil dari
plant ammonia dengan cara mengalirkannya langsung ke saturator
dalam bentuk gas. Tetapi jika plant ammonia tidak berproduksi,
ammonia diambil dari tangki ammonia cair (SP 501). Ammonia yang
diambil dari tangki ammonia cair kemudian dijadikan uap terlebih
dahulu dalam vapourizer (E 304 AB). Media pemanas dari Unit
Utilitas masuk melalui tube dengan tekanan 10 kg/cm2 dan suhu
195oC. Ammonia cair dipompa (P 303 AB) masuk melalui shell pada
suhu -30oC dan tekanan 1,5 kg/cm2. Uap yang dihasilkan mempunyai
suhu 1oC dan tekanan 3,4-4,5 kg/cm2. Uap ammonia yang telah siap
kemudian dialirkan ke dalam saturator.

3.1.1.2 Persiapan Asam Sulfat (H2SO4)


Asam Sulfat cair yang digunakan sebagai bahan baku
pembentukan kristal Ammonium Sulfat berasal dari plant asam sulfat
(pabrik III). Asam Sulfat dipompa (P 305 AB) ke saturator (R 301
ABCD) dengan tekanan 5 kg/cm2 dan suhu 32oC. Terdapat dua
pompa yang digunakan untuk mengalirkan asam sulfat (P 305 AB).
Kedua pompa tersebut bersifat saling menggantikan bila pompa (P
305 A) rusak maka pompa (P 305 B) yang menggantikan, begitu pula
sebaliknya.

3.1.2 Persiapan Bahan Pembantu


3.1.2.1 Persiapan Udara
Udara dalam proses pembuatan ammonium sulfat berfungsi
sebagai pengaduk larutan dalam saturator, sehingga mencegah
terjadinya endapan kristal ammonium sulfat pada dasar saturator
(bottom cone saturator) dan penggumpalan kristal.
Udara dari atmosfer (ambient) dikompresi dengan Air
Compressor (C 303 AB), sehingga tekanannya naik menjadi 1,55
kg/cm2 dan suhunya naik menjadi 60oC, kemudian udara masuk
lewat shell side pada suhu 60oC dan tekanan 1,55 kg/cm2 lalu suhu
udara diturunkan dengan didinginkan pada Air After Cooler (E 303)
menjadi 50oC. Media pendingin yang digunakan adalah cooling
water yang masuk lewat tube side pada suhu 30 oC dan tekanan 2,5
kg/cm2.
Udara yang telah murni kemudian masuk ke dalam
Compressed Air Drum (D 304) untuk distabilkan tekanannya hingga
bertekanan 1,55 kg/cm2. Udara murni kemudian masuk ke saturator
sebagai udara pengaduk dengan suhu 50oC dan bertekanan 1,55
kg/cm2 melalui sparger.

3.1.2.2 Persiapan Larutan Induk (Mother Liquor)

Pada proses pembentukan kristal ammonium sulfat


penambahan larutan induk (Mother Liquor) diperlukan untuk
mempercepat pembentukan kristal. Larutan induk (mother liquor)
tersebut diperoleh dari sisa proses pembentukan kristal ZA yang
dimanfaatkan kembali untuk mempercepat pembentukan kristal.
Kandungan yang terdapat dalam mother liquor adalah ZA terlarut
45,38% berat, air 54,56% berat, dan asam 0,06% berat.
Kristal ammonium sulfat bersama larutan induknya (mother
liquor) yang dihasilkan dari saturator masuk secara gravitasi ke
separator hopper (D 302 AB). Slury yang telah ditampung dalam
separator hopper (D 302 AB) kemudian didistribusikan ke
centrifuge separator (M 301 AB). Dalam centrifuge separator, akan
dipisahkan antara kristal ammonium sulfat dengan mother liquor,
kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah akan dibawa ke
unit pengeringan dan mother liquornya akan ditampung di dalam
tangki mother liquor (D 301 AB).

Mother liquor ini mengandung impuritas berupa Fe. Fe


berasal dari bahan baku asam sulfat. Asam sulfat yang digunakan
sebagai bahan baku mengandung Fe 10,1 ppm. Mother
liquor yang mengandung Fe sebelum direcycle ke saturator,
ditambahkan larutan Asam Phospat (H3PO4) ke dalam tangki
Mother Liquor. Tujuannya adalah agar Fe2O3 terendap menjadi
FePO4. Kadar Fe dalam mother liquor maksimal 10 ppm. Larutan
induk ini kemudian direcycle ke saturator dengan bantuan pompa (P
301 AB).
Reaksi pengikatan Fe :
T = 80oC
Fe2O3 + 2H3PO4 2FePO4 + 3H20
P = 1 atm

3.1.2.3 Persiapan Anti Caking (Petrocoat)


Pembuatan larutan anti caking (Petrocoat) 5% dilakukan
dengan cara pengenceran yaitu 1 liter larutan petrocoat ke dalam 20
liter air, pengenceran dilakukan pada anticaking tank (TK 303).
Larutan anti caking petrocoat 5% tersebut diinjeksikan dengan
konsentrasi 150 ppm/ton. Larutan petrocoat tersebut digunakan
sebagai zat anti caking dalam dryer, karena larutan ini akan melapisi
tiap-tiap molekul kristal sehingga kristal ammonium sulfat tidak
akan menggumpal.

3.2 Proses pembentukan ammonium sulfat


Reaksi pembentukan ammonium sulfat terjadi dalam saturator (R 301 ABCD).
Saturator merupakan reaktor yang berbentuk silinder dan bagian bawahnya berbentuk
kerucut sebagai lubang pengeluaran produk. Bagian pusat silinder terdapat sparger yang
memanjang dari atas saturator sampai ke bagian atas kerucut. Sparger berfungsi untuk
mengalirkan gas ammonia,mother liquor, udara dan air kondensat. Saturator (R 301
ABCD) dilengkapi dengan kondensor (E 301 ABCD) untuk menyerap uap panas yang
dihasilkan oleh proses kristalisasi.

Bahan baku pembuatan ammonium sulfat yang digunakan yaitu asam sulfat cair
dan gas ammonia. Proses berjalan secara kontinyu. Reaksi yang terjadi :

T =105-110oC
H2SO4 (l) + 2NH3(g) (NH4)2SO4(s) H = - 66, 64
kkal/mol
P = 1-2 kg/cm2
Reaksi yang terjadi dalam saturator bersifat eksotermis karena menghasilkan
panas sebesar -66,64 kkal/mol. Pembentukan kristal amonium sulfat di dalam saturator
melalui beberapa tahapan berikut:
1) Pembentukan Larutan Amonium Sulfat Jenuh
Mother liquor yang telah dimasukkan ke dalam saturator (R 301 ABCD) hingga
level setengah lalu ditambahkan larutan asam sulfat dari tangki penyimpanan asam
sulfat (TK200) pada tekanan 5 kg/cm2 dan suhu 32oC bersama dengan itu gas ammonia
dan udara didistribusikan melalui sparger. Gas ammonia dipompakan dari plant
ammonia jika tidak beroperasi ammonia didapatkan dari tangki ammonia cair (SP 501).
Ammoni cair yang akan digunakan, terlebih dahulu di uapkan dalam vaporizer sehingga
mencapai suhu dan tekanan yang diinginkan. Udara yang masuk saturator
didistribusikan melalui sparger pada tekanan 1,55 kg/cm 2 , suhu 50 oC dan kecepatan
1600 m3/jam.

Gas ammonia dan udara dialirkan melalui sparger. Gas NH3 akan naik ke atas
bersama dengan udara dan berkontak langsung dengan larutan H 2SO4 yang berat
jenisnya lebih besar daripada berat jenis ammonia, maka ammonia tersebut akan
menuju ke bagian atas didalam saturator

Reaksi gas NH3 dengan H2SO4 bersifat eksotermis sehingga menghasilkan panas
sebesar -66,64 kkal/mol. Panas ini digunakan untuk memekatkan larutan (NH4)2SO4
menjadi jenuh. Suhu dan tekanan optimum dalam saturator adalah 105-110 oC dan 1
kg/cm2. Apabila suhu lebih 110 oC maka suhu di pertahankan dengan cara
menambahkan air kondensat yang mempunyai suhu 30 oC dan tekanan 2,5 kg/cm2. Bila
suhu kurang dari 105 oC maka air kondensat yang masuk dikurangi sehingga sesuai
dengan suhu kebutuhan.

Panas yang dihasilkan oleh reaksi kristalisasi sangat besar sedangkan saturator
harus dijaga suhunya yaitu (105-110 oC), maka sebagian panas dialirkan kedalam
kondensor (E 301 ABCD) untuk diembunkan menjadi air kondensat. Uap panas yang
dihasilkan dalam saturator, masuk ke kondensor melalui shell pada suhu 106 oC,tekanan
1,5 kg/cm2 dan air yang keluar setelah penguapan bersuhu 89 oC. media pendingin yang
digunakan adaalah cooling water yang masuk melalui tube. Air pendingin masuk tube
dengan suhu 30 oC dan keluar dengan suhu 47 oC setelah mengembunkan. Uap panas
yang telah berubah fase menjadi cair kemudian ditampung ke dalam tangki kondensat
(TK301). Air kondensat tersebut digunakan lagi sebagai air proses yang berfungsi
mempertahankan suhu didalam saturator.

2. Pembentukan Kristal Ammonium Sulfat

Kedalam saturator juga didistribusikan mother liquor secara kontinyu. Mother


liquor ini selain dipekatkan kembali, berfungsi juga untuk mempertahankan level
larutan saturator. Level dalam saturator harus dijaga antara 3,5-4 meter. Apabila level
larutan terlalu tinggi maka akan banyak uap NH 3 yang lepas ke udara yang
dikhawatirkan akan mengganggu proses kondensasi dalam kondensor. Apabila level
terlalu rendah, maka H2SO4 yang jatuh akan terlalu memercik pada dinding saturator
dan sparger yang mengakibatkan korosi.

Penambahan larutan asam sulfat dan gas ammonia secara terus menerus serta
didukung oleh adanya pemekatan akan mengakibatkan larutan (NH4) 2SO4 yang jenuh
menjadi lewat jenuh, sehingga terbentuklah Kristal-kristal ammonium sulfat yang
belum sempurna. Kristal ini mempunyai kecenderungan menggumpal didasar saturator,
dengan adanya agitasi oleh gelembung-gelembung udara maka akan terjadi sirkulasi
Kristal bersama dengan larutan di saturator. Selama sirkulasi, Kristal akan mengalami
pertumbuhan dan apabila sudah mencapai jumlah yang cukup maka Kristal akan turun
ke bagian bawah saturator dan keluar bersama dengan larutan induk ( mother liquor)
yang mmepunyai suhu 106 oC.
Jumlah Kristal didasar saturator tidak boleh lebh dari 50% volume. Apabila
jumlah Kristal terlalu banyak akan terjadi gumpalan-gumpalan Kristal yang akan
menyumbat saluran dalam saturator.

3.2.1 Proses Pemisahan Kristal dan Pengeringan Kristal

3.2.1.1 Proses Pemisahan Kristal

Produk keluar dari saturator (R 301 ABCD) berupa cairan kristal dan
mother liquor dengan perbandingan 1:1. Kristal ammonium sulfat bersama
larutan induknya (mother liquor) masuk secara gravitasi ke separator hopper (D
302 AB). Separator hopper akan menampung membagi slury dan saturator
kemudian mendistribusikan pada centrifuge separator (M 301 AB) . Secara
gravitasi, slurry masuk ke dalam centrifuge separator (M 301 AB) yang sedang
berputar melalui pipa stasioner yang merupakan corong pengumpan. Dengan
adanya putaran raw basket dengan kecepatan 1200-1500 rpm maka terjadi gaya
centrifugal yang melempar slurry ke dinding basket yang dilapisi dengan filter
berukuran 30 mesh. Cairan (mother liquor) akan mengalir keluar dinding basket
menuju mother liquor tank (D301 AB) sedangkan kristal yang berukuran rata-rata
30 mesh akan tertahan pada dinding basket membentuk lapisan kristal setebal 11-
30 inchi. Kristal yang terpisah, akan menempel dinding basket kemudian akan
lepas dari dinding basket oleh suatu dorongan, karena selain berputar raw basket
juga bergerak maju mundur. Kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah
akan turun secara gravitasi ke belt conveyer dan selanjutnya di bawa ke unit
pengeringan.

3.2.1.2 Pengeringan Produk

Pengeringan produk bertujuan bertujuan untuk mengurangi


kandungan air dalam Kristal ammonium sulfat sehingga kadar air dalam
kristal ammonium sulfat maksimal 0,15% berat. Alat yang digunakan
dalam pengeringan ini adalah rotary dryer (M302) yang bertipe Co-Curent.

Kristal ammonium sulfat basah yang keluar dari sentrifuge


kemudian diangkut menggunakan belt conveyor (M303) dan diinjeksikan
larutan anti caking (Petrocoat) 5% dengan konsentrasi 150 ppm/ton.
Larutan petrocoat tersebut digunakan sebagai zat anti caking dalam drye,
Karen larutan ini akan melapisi tiap-tiap molekul Kristal sehingga Kristal
ammonium sulfat tidak akan menggumpal.

Kristal ZA yang telah diinjeksikan larutan larutan anti caking


(petrocoat) secara gravitasi menuju screw conveyor (M307) kemudian
kristal ZA basah dimasukkan dalam rotary dryer (M302). Pengeringan
dilakukan dengan penambahan udara panas dari air heater (E302). Udara
panas pada suhu 115OC dan tekanan 10 kg/cm2 kemudian dialirkan ke
dalam rotary dryer searah dengan aliran kristal ammonium sulfat yang
masuk ke dalam rotary dryer. Bersamaan dengan itu rotary dryer berputar
dengan kecepatan 3rpm agar kristal ammonium sulfat berhamburan di
dalam rotary dryer sehingga dapat mempercepat proses pengeringan kristal
ammonium sulfat. Rotary dryer juga mempunyai kemiringan 15O agar
kristal yang sudah kering secara grafitasi masuk kedalam vibrating feeder
(M308) untuk dibawa kedalam bucket elevator(M306). Rotary dryer juga
dilengkapi dengan pemukul sehingga kristal ammonium sulfat tidak
mengendap di rotary dryer.

Kristal ammonium sulfat yang keluar dari rotary dryer berkadar air
0,15% berat dan udara panas yang keluar rotary dryer bersuhu 82OC.
Udara panas tersebut mengandung Kristal ammonium sulfat 2% berat.
Debu tersebut kemudian terhisap oleh exchaust fan dan masuk kedalam
wet cyclone (D303). Di dalam wet cyclone, debu panas dari rotary dryer
disemprot H2O sehingga debu ammonium sulfat tersebut menjadi basah.
H2O yang digunakan mempunyai suhu 32OC dan tekanan 3 kg/cm2.
Selanjutnya debu basah dialirkan ke tangki mother liquor (D307). Debu
ZA kering yang masih tersisa dalam wet cyclone (D309) untuk dilarutkan
kembali menjadi debu basah ( Mother Liquor ). Ammonium sulfat basah
kemudian dialirkan ke tangki (D307). Debu ammonium sulfat basah yang
telah tertampung dalam (D307) dialirkan ke tangki (D301). Udara dari wet
cyclone (D307) cukup bersih dan dihisap oleh exchaust fan (C302) untuk
dibuang ke atmosfer.

3.2.2 Penampungan Produk

Keluar dari rotary dryer, Kristal dilewatkan vibrating feeder (M308)


menuju bucket elevator (M306). Pada pengangkutan Kristal ZA di bucket
elevator, debu yang dihasilkan karena proses pengangkutan akan terhisap
masuk wet cyclone bersama-sama dengan debu dari rotary dryer.

Kristal ammonium sulfat kemudian ditampung dalam hopper (D306


A) dan dilewatkan kembali dalam belt conveyor(M309). Kemudian
ditampung kembali kedalam hopper (D306 A ) kemudian dialirkan ke
sebuah bin melalui belt conveyor (M662 AB). Dari bin ini selanjutnya
Kristal ammonium sulfat akan masuk ke proses pengantongan (bagging).

Kesimpulan
Proses pembuatan pupuk Amonium Sulfat III atau ZA III menggunkana bahan
baku gas ammonia dan asam sulfat cair . Serta menggunakan Bahan pembantu berupa
larutan anti caking (Petrocoat), larutan induk (Mother Liquor) dan udara berfungsi
sebagai pengaduk larutan dalam saturator.Gas ammonia yang digunakan sebagai bahan
baku diambil dari plant ammonia dengan cara mengalirkannya langsung ke saturator
dalam bentuk gas, Asam Sulfat cair yang digunakan sebagai bahan baku pembentukan
kristal Ammonium Sulfat berasal dari plant asam sulfat .Asam Sulfat dipompa ke
saturator dengan tekanan 5 kg/cm2 dan suhu 32oC. Pada proses pembentukan kristal
ammonium sulfat penambahan larutan induk (Mother Liquor) diperlukan untuk
mempercepat pembentukan kristal. Larutan induk (mother liquor) tersebut diperoleh
dari sisa proses pembentukan kristal ZA yang dimanfaatkan kembali untuk
mempercepat pembentukan Kristal. Pembuatan larutan anti caking (Petrocoat) 5%
dilakukan dengan cara pengenceran yaitu 1 liter larutan petrocoat ke dalam 20 liter air.
Reaksi pembentukan ammonium sulfat terjadi dalam saturator, Mother liquor
yang telah dimasukkan ke dalam saturator, bersama dengan itu gas ammonia dan udara
didistribusikan melalui sparger, Gas ammonia dan udara dialirkan melalui sparger. Gas
NH3 akan naik ke atas bersama dengan udara dan berkontak langsung dengan larutan
H2SO4. Penambahan larutan asam sulfat dan gas ammonia secara terus menerus serta
didukung oleh adanya pemekatan akan mengakibatkan larutan (NH4) 2SO4 yang jenuh
menjadi lewat jenuh, sehingga terbentuklah Kristal-kristal ammonium sulfat yang
belum sempurna. Kristal ammonium sulfat bersama larutan induknya (mother liquor)
masuk secara gravitasi ke separator hopper .Separator hopper akan menampung
membagi slury dan saturator kemudian mendistribusikan pada centrifuge separator.
Kristal ammonium sulfat yang masih bersifat basah akan turun secara gravitasi ke belt
conveyer dan selanjutnya di bawa ke unit pengeringan (rotary dryer). Keluar dari rotary
dryer, Kristal dilewatkan vibrating feeder menuju bucket elevator. Kristal ammonium
sulfat kemudian ditampung dalam hopper dan dilewatkan kembali dalam belt conveyor.
Dari bin ini selanjutnya Kristal ammonium sulfat akan masuk ke proses pengantongan
(bagging).
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana. 2010. Laporan Praktek Kerja Unit Ammonia Sulfat III PT. Petrokimia Gresik
Jawa Timur. Semarang : Universitas Diponegoro

Krestiani, Wijil. 2010. Laporan Praktek Kerja Unit Ammonia Sulfat III PT. Petrokimia
Gresik Jawa Timur. Semarang : Universitas Diponegoro

Yulianti, Tika Asih. 2011. Laporan Praktek Kerja Unit Ammonia Sulfat III PT. Petrokimia
Gresik Jawa Timur. Semarang : Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai