minimal 3% N, 5% P2O5, 5% K2O dan setidaknya 20% dari total nutrisi. Nilai yang paling umum
digunakan (N- P2O5- K2O, masing-masing dalam wt%). Pupuk NPK merupakan pupuk majemuk
dengan kandungan unsur hara yang lengkap (Ullmann, 2003).
Nitrogen (N) adalah unsur pupuk yang paling penting, dan untuk alasan ini fungsinya dalam
metabolisme tanaman layak untuk kepentingan tertentu. Nitrogen merupakan elemen penting
untuk asam amino, protein, asam nukleat, berbagai macam koenzim, dan beberapa
phytohormones (Ullmann, 2003).
Fosfor (P) merupakan elemen penting, hadir dalam berbagai koenzim, yang paling menonjol
adalah adenosin trifosfat (ATP) yang membawa jenis energi universal yang digunakan dalam
sejumlah proses biokimia. P tidak hanya diperlukan dalam metabolisme tanaman, tetapi juga di
semua organisme hidup. Apabila pasokan P kurang memenuhi dapat mempengaruhi
berkurangnya tingkat pertumbuhan, pertumbuhan biji dan pembentukan buah (Ullmann, 2003).
Ion kalium (K+), konsentrasi K+ dalam sitoplasma adalah sekitar 100 mm dan dengan demikian
jauh lebih tinggi dari konsentrasi spesies ion lainnya. Kalium penting dalam menentukan tekanan
osmotik fluida tanaman, dan kekurangan ion K+ pada tanaman ditandai dengan penggunaan air
yang efisien. Tanaman yang menderita kekurangan K+ menunjukkan adanya penurunan tekanan
pada dinding sel tanaman (tekanan turgor),dan dengan mudah menjadi lembek di bawah tekanan
air. Selain itu juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan daun yang lebih tua menunjukkan
gejala defisiensi nekrosis (Ullmann, 2003).
Kegunaan
Proses Pembuatan
Ada 2 proses utama dalam pembuatan pupuk NPK dalam
skala industri, diantaranya adalah:
1. Nitrophosphate Route
2. Mixed Acid Route
1. Nitrophosphate Route
Sumber fosfat harus dikonversi ke dalam bentuk yang dapat diambil oleh tanaman. Hal
ini dapat dicapai dengan menggunakan proses terpadu "Nitrophosphate Route" yang
menghasilkan pupuk majemuk yang mengandung amonium nitrat, fosfat dan garam
kalium. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan nitrat dan senyawa pupuk mulai dari
batuan fosfat dan menggunakan semua komponen nutrisi dalam proses yang terintegrasi
tanpa limbah padat dan dengan emisi gas dan cair minimal. Proses “nitrophosphate"
dimulai dengan peleburan batu fosfat dalam asam nitrat, dengan reaksi sebagai berikut:
Ca5F(PO4)3 + 10 HNO3 → 3 H3PO4 + 5 Ca(NO3)2 + HF
Berbagai senyawa volatil seperti karbon dioksida (CO2), gas nitrous (NOx) dan hidrogen
fluorida (HF) dapat dilepaskan, tergantung pada batuan fosfat. Larutan induk yang
diperoleh mengandung terlalu banyak ion kalsium untuk menjamin kebutuhan tanaman
akan P2O5 tersedia. Karena itu larutan didinginkan sehingga calcium nitrate tetrahydrate
(CNTH) menjadi kristal, dengan reaksi sebagai berikut:
H3PO4 + HNO3 + Ca(NO3)2 + 4 H2O → H3PO4 + HNO3 + Ca(NO3)2 . 4 H2O ↓
Liquid asam fosfat, sisa kalsium nitrat dan asam nitrat, yang disebut asam
nitrophosphoric, dapat dipisahkan dari kristal CNTH dengan penyaringan. Asam
nitrophosphoric kemudian dinetralkan dengan amonia, dicampur dengan garam
kalium/magnesium, sulfat dan/atau mikro-nutrisi dan dikonversi dalam rotary granulation
drum, fluidized bed, prilling tower atau pugmill untuk mendapatkan pupuk majemuk
padat yang mengandung nitrat. Kristal kalsium nitrat dipisahkan dengan dilarutkan dalam
amonium nitrat dan amonium karbonat, seperti reaksi berikut:
Ca(NO3)2 + (NH4)2CO3 → CaCO3 ↓ + 2 NH4NO3
Liquid disaring dan kristal kalsium karbonat dikeluarkan dan digunakan untuk produksi
kalsium granular pupuk ammonium nitrat. Larutan amonium nitrat yang dihasilkan dan
juga digunakan untuk menghasilkan kalsium amonium pupuk nitrat atau NPK. Liquid
kalsium nitrat juga dapat dinetralisir dan diuapkan untuk mendapatkan pupuk yang solid
(EFMA, 2000).
2. Mixed Acid Route
Proses pembuatan pupuk NPK yang digunakan adalah proses kompleks yang
menggabungkan proses pencampuran (mixing) dan pereaksian (reaction). Secara umum
proses pembuatan pupuk NPK terdiri atas pemrosesan bahan padat dan bahan cair yang
kemudian akan disatukan di dalam sebuah alat yang disebut granulator. Bahan baku padat
yang berupa urea, ZA, dan KCl diumpankan ke dalam hopper kecil kemudian
dimasukkan ke granulator dan dicampur dengan recycle product. Sedangkan bahan baku
cair yang berupa amoniak, asam sulfat dan asam fosfat direaksikan di pre-neutralizer
yang menghasilkan slurry dengan berkisar suhu antara 120-125 0C dan kadar air
mencapai 8-17%. Di dalam tangki ini asam sulfat dan asam fosfat dinetralisasi dengan
ammonia. Amoniak yang digunakan adalah amoniak cair agar volum pipa yang
digunakan lebih kecil. Proses netralisasi ini berlangsung di dalam pre-neutralizer tank
pada kondisi operasi temperatur 120-130 ⁰C, tekanan 1 atm, kecepatan putaran 56 rpm
dan pH 1-2 masing-masing membentuk ammonium sulfat (ZA cair) dan monoammonium
phosphate (MAP) dan diammonium phosphat (DAP) dengan ratio N/P= 0,60,9.
Reaksi yang terjadi di Pre-Neutralizer:
2NH3 +H2SO4→(NH4)2SO4
(ZA cair)
NH3 + H3PO4 → NH4H2PO4
(MAP)
Finishing
Coating oil dan coating powder adalah bahan yang digunakan untuk melapisi finished
product di Coating drum sehingga produk lebih awet dan tidak mudah rusak. Pelapisan
diperlukan terutama pada formulasi yang menggunakan urea, karena sifat higroskopis
bahan baku yang dapat mempercepat proses caking, terutama jika terdapat variasi
temperatur udara dan kadar air. Coating agent berupa Talck Powder yang berasal dari
coating powder bin (F-323) diumpankan ke coater drum (X-320) melalui screw conveyor
(J324). Coating oil berupa SK-Fert berasal dari coating oil tank (F-325) yang dipompa ke
dalam coater drum (X-320) menggunakan coating oil pump (L-326). Produk keluaran
coater drum (X-320) dengan temperatur 55oC kemudian dipackaging di tempat
pengemasan produk, lalu dikirim ke gudang penyimpanan menggunakan belt conveyor
(J-327) dan produk siap untuk didistribusi