Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Umum PT Pertamina Gas

PT Pertamina Gas adalah perusahaan yang bergerak dalam

sektor midstream dan downstream industri gas Indonesia. Perusahaan ini

merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) dalam peran usaha niaga

gas, transportasi gas, pemrosesan gas dan distribusi gas, serta bisnis lainnya

yang terkait dengan gas alam dan produk turunannya.

PT Pertamina Gas didirikan pada 23 Februari 2007. Pendirian tersebut

untuk memenuhi ketentuan UU No. 22/2001 dan adanya peningkatan

kebutuhan komoditas gas di Indonesia sebagai alternatif energi pengganti bahan

bakar minyak yang ramah lingkungan. Sekaligus upaya ini akan memberikan

nilai tambah pengusahaan gas.

Kompetensi Pertamina dalam mengelola usaha gas selama 30 tahun

mendorong untuk membentuk badan usaha tersendiri secara fokus dan

profesional. Sumber daya dan aset serta jaringan bisnis yang ada menjadi

andalan PT Pertamina Gas untuk mengembangkan usaha dalam koridor nilai-

nilai Good Corporate Governance.

PT Pertamina Gas mendapatkan dukungan usaha yang kuat dari

induknya, PT Pertamina (Persero), dan dari afiliasi lainnya. Saling dukung antar

17
18

anak perusahaan PT Pertamina (Persero) ini menghasilkan sinergi yang kokoh

di bidang bisnis migas. Dalam hal niaga PT Pertamina Gas telah memiliki bekal

sebesar 10,4 TCF di samping mengelola infrastruktur transmisi gas di Jawa

Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Aceh dan Kalimantan

Timur.

Kekuatan lainnya, PT Pertamina Gas memiliki captive market sebesar:

2.335 MMSCFD (committed volume: 1.405 MMSCFD) di Sumatera Bagian

Utara (SBU), Sumatera Bagian Selatan (SBS) dan Jawa Bagian Barat (JBB). PT

Pertamina Gas juga akan tetap memelihara iklim usaha dan situasi yang

kondusif di bawah koordinasi BPMIGAS, BPHMIGAS sebagai regulator serta

beberapa BUMN sebagai konsumen gas terbesar.

Peluang usaha PT Pertamina Gas ke depan sangat terbuka lebar dengan

melihat bahwa pasokan gas saat ini sedemikian terbatas, uncommitted

permintaan gas menginjak tahun 2007 sudah mencapai 250 BSCF per tahun di

samping meningkatnya kebutuhan gas nasional hingga 45 persen di tahun

terakhir. Sejalan dengan itu Pemerintah Indonesia pun telah membuat blue

print jaringan pipa gas nasional yang disebut sebagai Integrated Indonesia Gas

Pipeline, dengan salah satu ruasnya, Semarang-Gresik, akan dibangun oleh PT

Pertamina Gas. Prospek bisnis produk turunan gas, petrokimia dan listrik juga

sangat menjanjikan di tahun-tahun mendatang. (PT. Pertamina Gas, 2014)


19

4.2 Visi, Misi, Motto dan Logo PT Pertamina Gas

4.2.1 Visi

“Pemimpin global dalam mengembangkan rantai suplai gas dan

berkomitmen untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi para

stakeholders”

4.2.2 Misi

 Mengembangkan Infrastruktur Gas Terbaik di Kelasnya

 Menjalankan Operasi yang Aman dan Ramah Lingkungan

 Menanamkan Investasi dalam Teknologi dan Inovasi

 Merekrut dan Mengembangkan Tenaga Kerja Berbakat

4.2.3 Tata Nilai

 HSE : Menanggalkan Health, Memastikan Safety, dan Menciptakan

Lingkungan Kerja yang Positif

 6C : Clean, Competitive, Confident, Customer Focus, Capable

4.2.4 Logo

Berikut adalah logo baru dari PT. Pertamina Gas :

Gambar 4.1 Logo Baru PT Pertamina Gas


20

4.3 Deskripsi Geografis

Deskripsi Geografis dan Administratif LPG Plant Pondok Tengah PT

Pertamina Gas Western Java Area terletak di Jl. Desa Hurip Jaya, Kecamatan

Babelan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Gambar 4.2 Denah lokasi LPG Plant Pondok Tengah PT. Pertamina Gas
Western Java Area

4.4 Kilang LPG Plant Pondok Tengah PT Pertamina Gas Western Java Area

Pada tahun 2009 Yudistira Energy sebagai pemenang tender dari

Pertamina Gas untuk membangun dan mengoperasikan LPG Plant Pondok

Tengah (Bekasi). Pola kerja sama ini akan beerlangsung selama 10 tahun dan

dapat di perpanjang sesuai kesepakatan kedua pihak. PT Pertamina Gas

bertindak sebagai pemilik gas sekaligus pemilik produk yang akan diperoleh,

yakni LPG, Lean Gas dan Kondensat. PT Yudistira Energy bertindak sebagai

Investor yang membiayai, membangun dan mengoperasikan pabrik LPG


21

tersebut. Untuk itu PT Yudistira Energy memperoleh pembayaran berupa

Processing Fee dari Pertamina atas produk yang dihasilkan. Produk LPG akan

diserahkan kepada Pertamina Gas lalu ke Pertamina (Persero)

Setelah masa kerjasama berakhir, pabrik LPG ini akan tetap menjadi

milik PT Yudistira Energy. Skema ini lazim disebut dengan istilah BOO

(Build,Operate and Own).

4.4.1 Ringkasan Data LPG Plant

 Kapasitas Pabrik = 17 MMSCFD

 Kapasitas Produksi

 LPG = 150 TON/HARI

 CONDENSATE = 206 BAREL/HARI

 LEAN GAS = 14.2 MMSCFD


22

4.4.2 Block Diagram Process

Gambar 4.3 Flow Diagram Kilang Mini LPG Plant Pondok Tengah
PT Pertamina Gas Western Java Area

Feed masuk yang berasal dari PT Pertamina EP Tambun melalui pipa

yang berukuran 6 inchi menuju ke Feed Gas Scrubber V-106, pada tekanan 530

Psia dan suhu 105 F fungsinya untuk memisahkan fase berat dan fraksi ringan

dengan media air. Fraksi beratnya akan menuju ke Condensate Blow Down

Drum untuk penampungan Condensate. Fraksi ringannya akan menuju ke atas,

menuju Feed Gas Filter Separator pada tekanan 520 Psia & Suhu 100 F,

fungsinya untuk Back Up dari Feed Gas Scrubber dari zat pengotor seperti debu

dan uap air apabila masih terikut oleh feed gas. Di sini ada 2 komponen,

permanen dan portable. Pada permanen seperti traping scrubber yaitu di


23

trapkan (dijebak) sebelum masuk ke filter yang lebih kecil lagi. Pada portable

sperti plat filter terdapat 8 plat filter untuk menyaring gas dari debu maupun

uap air yang terikut feed gas.

Setelah dari feed gas separator menuju ke Dryer C-101A dan C-101B.

Pada fungsi kerja Dryer tidak bekerja bersamaan, namun secara bergantian.

Sistem kerjanya Adsorp dan Regen. Pada proses regen terdapat 6 jam heating 2

jam cooling. Sebagai contoh Dryer C-101A Adsorp dan Dryer C-101B Regen.

Pada sistem kerja adsorp, feed gas masuk pada tekanan 510 Psia dan

Temperature 105 F dari atas Dryer C-101A, di dalam dryer terdapat desikan

padat bernama Mol. sieve, fungsinya sendiri untuk menyerap air lebih teliti lagi

hingga 0,1 ppmv. Setelah itu bottom product menuju Dry Gas Filter V-102,

fungsinya untuk menyaring apabila ada Mol. Sieve yang terikut, dan produknya

akan menuju sebagai Dehydrated gas.

Pada sistem kerja Regen pada dryer C-101B, berawal lean gas masuk

menuju Regen Gas Heater E-103. Lean gas masuk ke tube sedangkan

pemanasnya hot oil akan masuk ke cell. Lean gas akan di panaskan hingga 410

F. Setelah lean di panaskan lalu menuju Dryer C-101B masuk melalui bawah,

mol sieve akan di panaskan selama 6 jam setalah itu akan di cooling selama 2

jam dengan lean gas yang di by pass langsung ke dryer tanpa melewati Regen

Gas Heater E-103, fungsi di dinginkan untuk mengembalikan pada suhu normal

100 F. Hasil pemanasan dan pendinginan mol sieve akan keluar ke top product

dryer menuju Regen Gas Cooler E-104, untuk di kondensasikan atau di cairkan.
24

Setelah itu menuju Regen Gas Scrubber V-105, fungsinya menampung

sekaligus memisahkan antara fasa ringan dan fasa berat. Fraksi ringan akan

menuju ke export gas, sedangkan fraksi beratnya akan keluar ke bottom product

menuju Condensate Blow Down Drum.

Gas yang sudah melewati dehydration process langsung masuk ke proses

LPG recovery . Dehydrated gas masuk pada pipa 6 inch menuju ke tube feed

gas cooler E-200A dan pendingin dari bottom product demethanizer V-203

masuk ketop product feed gas cooler melalui cell E-200A berfase liquid. Pada

bottom product feed gas cooler E-200A lalu menuju feed gas cooler E-200B

fungsinya untuk di dinginkan lagi, setelah itu bottom productnya masuk ke high

pressure separator V-201 untuk di pisahkan fraksi ringan dan fraksi beratnya.

Pada produk bawahnya sebagai media pendingin feed gas cooler E-200A yang

terikut produk bawah demethanizer V-203. Pada produk atas high pressure

seperator V-201 akan menuju ke propane chiller E-202 untuk di rendahkan

temperature-nya dan di cairkan dengan media propane. Produk bawahnya

sebagai media pendingin feed gas cooler E-200A sedangkan top produknya

sebagai media pendingin feed gas cooler E-200B.

Pada produk bawah feed gas cooler E-200A masuk menuju LEF coloumn

C-301 untuk di pisahkan C1 dan C2. Pada LEF coloumn di panaskan dengan

reboiler E-303. Pada produk atas LEF coloumn akan menuju ke chiller E-304

fungsinya untuk di turunkan temperature-nya hingga berfase cair. Pada produk

bawah chiller E-304 akan menuju LEF KO DRUM V-305 untuk di tampung
25

sekaligus di pisahkan fraksi berat dan fraksi ringannya. Fraksi beratnya akan di

kembalikan lagi ke demethanizer V-203 untuk di recycle kembali, sedangkan

produk atasnya sebagai media pendingin feed gas cooler E-200B. Pada produk

bawah lef coloumn C-301 akan menuju ke LPG coloumn untuk di pisahkan C3

dan C4. Di panaskan dengan reboiler E-403. Pada produk bawah LPG Coloumn

fraksi beratnya akan menuju ke condensate cooler E-407 untuk di turunkan

temperature-nya sampai fase cair dan langsung menuju ke condensate storage.

Pada top product LPG coloumn E-404 akan menuju LPG condenser untuk di

ubah fase, dari fase gas ke fase cair. Lalu menuju ke LPG Drum V-405

fungsinya di tampung sekaligus gasnya sebagai pengatur pompa apabila over

preassure akan dibakar di flare. Pada bottom product LPG KO DRUM akan

menuju ke LPG Reflux Pumps, tugasnya untuk memisahkan aliran, untuk C3 dan

C4 langsung menuju ke LPG Storage dan apabila ada C1 dan C2 akan di recycle

kembali ke LPG KO Drum.

Anda mungkin juga menyukai