Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN I.

1 Latar Belakang Analisis granulometri merupakan suatu metode


yang digunakan

untukmenentukan harga – harga kuartile, median diameter, koefisien sortasi ,skewnes


dan kurtosis pada suatu butir batuan sedimen. Analisis ini dipakai untuk mengetahui
proses dari batuan tersebut diendapkan, dari mana asalnya (sourch rock) nya,serta
dimana lingkungan batuan sedimen tersebut diendapkan. Selain itu dengan menggunakan
analisis Granulometri kita dapat mengetahui arus yang berkembang dan kearah mana
arah arus tersebut bekerja.

I.2 Maksud Dan Tujuan Adapun acara garanulometri dalam praktikum sedimentologi ini
dimaksudkan agar para praktikan dapat memisahkan frasi dai butiran pasir pada
diameter tertentu.Selain itu juga bertujuan agar praktikan dapat melakukan
penelitian dan dapat menentukan harga kuartil,median diameter,keofisien
sortasi,keofisien kepencengan/skewness,dan juga kurtosis dari sample batu pasir
yang diambil dari lapangan. Mengetahui proses-proses sedimentasi yang bekerja
membentuk sedimen / batuan sedimen shingga dapat menafsirkan lingkungan pengendapan
dari batuan sedimen tersebut.

1.3 Waktu, Lokasi dan kesampaian daerah Pengambilan sampel di lakukan pada: Waktu
Lokasi : 07 april 2013 : sungai di babarsari

Kesampaian daerah: perjalanan di malai dari kampus 2 IST AKPRID jam 08.00 wib
dengan menggunakan motor, dengan jarak tempuh kurang lebih 10 km dalam selang waktu
kurang lebih 15 menit perjalanan ke sungai babarsari.

1
BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Teori Gerakan air dan udara biasanya akan
memisahkan partikel-partikel menurut ukuran butirnya. Ukuran butir dalam sedimen
atau batuan sedimen akan mencerminkan:
1. Resistensi batuan terhadap pelapukan, erosi dan abrasi 2. Proses-proses
sedimentasi yang meliputi pengangkatan dan pengangkutan lain dengan rolling,
saltasi, traksi, sliding, suspensi) (antara

Proses-proses itulah yang akan membentuk kenampakan tekstur dan struktur batuan
sedimen atau sedimen yang bersangkutan.
Aspek tekstur yang dapat dianalisis dengan metode Granulometri antara lain mean,
median, modus, koefisien sortasi, koefisien kepencengan, standar deviasi dan
kurtosis. Adapun batasan masing-masing pengertian tersebut di atas adalah sebagai
berikut: Mean merupakan harga rata-rata dari suatu kurva. Median adalah nilai
tengah dari suatu kurva. Modus merupakan puncak maksimal penyebaran klas ukuran
butir tertentu. Sortasi adalah tingkat keseragaman ukuran butir. Sortasi dapat
tercermin dari tinggirendahnya atau lebar sempitnya suatu kurva. Kurva yang pendek
dan lebar mencerminkan sortasi jelek, sebaliknya kurva yang tinggi dan sempit
mencerminkan sortasi baik (Gbr 1 dan 2). Standar Deviasi merupakan nilai statistik
yang mencerminkan sejauh mana klas besar butir menyimpang dari harga rata- rata.
Semakin kecil harga standar deviasi semakin baik harga sortasinya dan sebaliknya.
Skewness adalah ukuran tingkat kecondongan penyebaran besar butir (Gbr 3). Kurtosis
adalah derajat kemancungan suatu kurva yang menunjukkan harga perbandingan antara
pemilahan bagian tengah terhadap pemilahan bagian tepi kurva Material-material yang
diangkut oleh media pengangkut akan terdistribusi menjadi berbagai macam ukuran.
Distribusi ukuran butir akan dapat mencerminkan: 1. Variasi litologi/ diameter
butir yang terdapat pada source (sumber) dimana tidak mesti berupa batuan tetapi
dapat juga berupa endapan.

2
2. Proses-proses yang berlangsung selama sedimentasi terutama yang menyangkut arah
arus, kekuatan arus, perubahan-perubahan/ variasi yang terdapat pada arus itu.
Skala ukuran butir yang sering dipakai dalam sedimentologi, antara lain : 1. Skala
Wentworth 2. Skala Phi (Tabel 1) Kurva distribusi normal merupakan kurva hasil
pengeplotan kurva hasil frekwensi dengan beberapa variasi dari suatu populasi yang
terdiri dari klas – klas.

Gambar 1 . Kurva Distribusi Normal

Kurva distribusi normal juga mengandung penyebaran fraksi kasar dan halus kearah
kiri dan kanan seimbang. Semakin runcing kurva distribusi normal makin sempit Sd-
nya, sehingga semakin baik sortasinya (Gbr 1 & 2).

Kurva Frekuensi Kumulatif Merupakan kurva yang digambarkan dari hasil pengeplotan
penjumlahan frekwensi-frekwensi terhadap penyebaran ukuran butir pada klas-klas
tertentu.
Kurva ini dibuat dengan dua cara, yaitu: 1. Memakai kertas probabilitas, kurvanya
disebut Kurva Probabilitas (Gbr 7). 2. Memakai kertas yang disebut S Shape,
kurvanya disebut Ogive (Gbr 8 & 9).

3
Gambar 2 . Kurva Komulatif dengan memakai Kertas Probabilitas

II.2 Alat Dan Bahan Peralatan yang digunakan : 2. Mesin pengayak 3. Ayakan menurut
skala Nentworth 4. Tabung gelas/kantong plastik tempat sampel 5. Timbangan 6. Buku
catatan 7. Kertas grafik 8. Kalkulator
II.3 METODE ANALISIS

1. Sample splitter

Cara melakukan percobaan ini dapat dibagi menjadi dua cara kerja, yaitu: 1. Cara di
lapangan 2. Cara kerja di laboratorium

1. Cara kerja di lapangan Sebelum dilakukan kerja dilaboratorium, maka terlebih


dahulu dilakukan pekerjaan di lapangan untuk pengambilan sampel. Adapun cara
kerjanya sebagai berikut:  Setelah sampai di lapangan, dilakukan penentuan
lintasan yang dapat mewakili semua fasies pada lingkungan yang dianalisis. Pada
lintasan inilah dilakukan

4
pengambilan sampel di beberapa tempat yang dapat mewakili ukuran butir pasir yang
berbeda-beda. Berat sampel yang diambil untuk analisis sekitar 1 kg.  Sampel
dimasukkan ke kantong sampel dan selanjutnya diberi nomor sesuai dengan nomor
lintasan/ lokasi.  Selain itu dilakukan pula pengukuran kedudukan dari lapisan
batuan dimana dilakukan pengambilan sampel, pengukuran slope, pengukuran jarak
antara lokasi-lokasi pengambilan sampel. 2. Cara kerja di laboratorium terdiri dari
beberapa tahap, yaitu: a. Sampel splitting Untuk mendapatkan contoh pasir yang
representatif dapat mewakili seluruh fraksi butiran untuk dianalisis maka dilakukan
sampel splitting, yaitu: Sampel yang diperoleh dari lapangan dituangkan secara
hati-hati ke dalam sampel splitter secara uniform. Splitting ini dilakukan terus-
menerus sampai berat contoh untuk analisis sekitar 50 gr atau 100 gr (dalam
percobaan ini digunakan 100 gr). Cara menggunakan splitting dengan metode
quatering, yaitu cara splitting dengan menggunakan karton/kayu yang disilangkan
saling tegak lurus dengan

corong. Contoh pasir dituangkan dengan hati-hati dan uniform melalui corong yang
diletakkan di atas persilangan karton, maka contoh pasir tadi akan terbagi menjadi
empat bagian sesuai dengan kwadran dari persilangan karton tersebut sama banyak.
Contoh pasir dari kw I dicampur dengan kw III atau kw II

dicampur dengan kw IV. Salah satu percampuran ini digunakan sebagai analisis. Hasil
dari splitting ini kemudian ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan. b.
Pengayakan Sebelum pengayakan dilakukan, semua jaringan yang akan digunakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran atau butir-butir yang menempel dalam kawat
saringan. Cara membersihkannya dengan menyikat memakai kuas atau menelungkupkan
saringan tersebut kemudian diketuk berkali-kali secara merata. Saringan ditumpuk
secara berurut mulai dari bawah yang terkecil skala meshnya dengan bottom pan
sebagai alasnya, kemudian ayakan yang telah

5
disusun tersebut dipasang pada mesin pengaya, contoh dituangkan pada ayakan yang
teratas lalu ditutup. Mesin pengayak kemudian dijalankan. c. Penyusunan fraksi dan
penimbangan Pengambilan fraksi butir dilakukan mulai dari saringan terkasar sampai
yang tertampung pada bottom pan. Pengambilan fraksi dilakukan dengan menuangkan
butir-butir yang tertampung disaringan dengan menelungkupkan saringan itu di atas
lembaran kertas putih, kemudian mengetuknya secara seragam dan menyikat saringan
dengan kuas. Selanjutnya fraksi butir yang diperoleh ditimbang dan disimpan dalam
tabung gelas/ kantong plastik. d. Pencatatan dan pembuatan grafik Hasil dari
penimbangan fraksi butir dicatat pada catatan dengan kolom yang berisi, antara
lain: 1. Nomor urut 2. Nomor mesh ayakan 3. Diameter ayakan 4. Ukuran butir yang
tertampung 5. Berat masing-masing fraksi 6. Prosentase berat masing-masing fraksi
terhadap seluruhnya 7. Frekuensi kumulatif, yaitu frekuensi yang diperoleh dengan
cara

menambahkan secara terus-menerus dari frekuensi yang kasar sampai yang halus. 8.
Dari hasil-hasil tersebut di atas dibuat grafik histogram dengan kertas milimeter
dan grafik kumulatif dengan kertas semi log.

6
Gambar 3. Metode spliting

Tabel 1 Harga tetapan koefisien Sortasi (So) menurut Trask.

Harga Tetapan So 0,0 - 1,0 1,0 - 2,5 2,5 - 3,0 4,5

Sortasi Terpilah sangat baik Terpilah baik Normal Terpilah buruk


Tttf

Gambar 3. Metode spiliting

7
Tabel 4 . Harga tetapan koefisien kepencengan (Sk) menurut Friedman dan Sanders
(1978).

Harga tetapan Sk -1,0 - -0,3 -0,3- - 0,1 -0,1- 0,1 0,1 - 0,3 0,3 - 1,0

Kepencengan very negative skewness negative skewness nearly symetrical positive


skewness very positive skewness

3. Cara Perhitungan Menurut Friedman (1978) harga-harga SO, Sk dan K dapat


ditentukan dengan dua cara, yaitu: 1. Grafis 2. Matematis/perhitungan 3.1. GRAFIS
Harga-harga Q1; Q2 ; Q3 kumulatif, dimana: Q1 = P25 dengan menarik harga prosentase
25 % dari grafik kumulatif. Q2 = P50 dengan menarik harga prosentase 50 % dari
grafik kumulatif. Q3 = P75 dengan menarik harga prosentase 75 % dari grafik
kumulatif. Dengan mengetahui harga-harga Q1; Q2 dan Q3 , maka dapat kita tentukan
hargaharga: ditentukan secara grafik yaitu dari grafik

a. Korfisien Pilah (So) Koefisien pilah yaitu harga yang menunjukkan pemilahan dari
butiran. So dapat dihitung menggunakan rumus :

So 

Q1 Q2

Menurut TRASK Bila harga: So < 2,5; pemilahan baik So = 2,5; pemilahan normal

8
So > 2,5; pemilahan jelek b. Kepencengan (Skewness) Skewness merupakan ukuran
tentang tingkat ketidaksimetrisan suatu kurva. Skewness dapat ditentukan dengan
persamaan :

Sk 

Q1  Q3 M d2
Bila log Sk berharga: Positif; sedimen yang bersangkutan mempunyai

jumlah butir halus yang lebih banyak daripada jumlah butir kasar, Negatif; sedimen
yang bersangkutan mempunyai jumlah butir kasar lebih banyak daripada jumlah butir
halus. c. Kurtosis Kurtosis merupakan harga pemilahan bagian tengah terhadap
pemilahan bagian tepi dari suatu kurva. Kurtosis ditentukan dari persamaan :
Sk  Q1  Q3 2 ( P10  P90 )

3.2. MATEMATIS/ PERHITUNGAN Cara ini akan memberikan gambaran yang lebih baik
daripada cara grafis, karena dalam cara matematis semua harga ukuran butir dalam
interval diikutsertakan dalam perhitungan. Kelemahan dari cara perhitungan ini
adalah kadang-kadang ruwetnya perhitungan dalam pengolahan data. Dalam cara
matematis ini dikenal rumus-rumus statistik moment yang dipakai untuk mengolah
hasil analisis besar butir.
Moment 1 

  f .Md 
100

Mean ( X ) 

 f .Md
100

Moment 2 

 f (Md . X )
100

9
Standart deviasi (sorting coefisien) : d  SO 

 f (Md  X )
100

 f ( Md . X ) Moment 3 
100
3

 f ( Md . X ) SK 
100

Moment 4 

 f (Md . X )
100
4

 f (Md . X ) K
100 .d 4

Keterangan : f Md = frekuensi (%) dari tiap-tiap interval = harga tengah tiap


interval

a. Metode Inman Mean =

P16  P84 2

Standart deviasi = Skewness =

P84  P16 2

( P16  P84 )  2 P50 P84  P16

Kurtosis =

( P95  P5 )  P84  P16  P84  P16

b. Metode Inman (modified) Skewness =


( P5  P95 )  2 P50 P95  P5

c. Metode Folk and Ward

10
Mean =

P16  2 P50  P84 3


P84  P16 P95  P5  4 6,6

Standart deviasi =

Skewness =

P16  P84  2 P50 P5  P95  2 P50  2( P84  P16 2P95  P5 

Kurtosis =

P95  P5 2,44 P75  P25 

d. Perhitungan Moment Moment about M : M1 = C V1 + Xo M2 = C²(V2 – V1²) M3 = C³(V3


– 3V1V2 + V1³) M4 = C4(V4 – 4V1V3 + 6V1² .V2 – 3V14) Mean = M1 Standart Deviasi (σ)
= (M2)1/2 Skewness (α3) = M3/σ³ Kurtosis (β2) = M4/σ4 Mean cubed deviation = α3 x
σ³

11
12

Anda mungkin juga menyukai