Anda di halaman 1dari 8

Hukum dan Kode Etik Fotografi di Indonesia

Terbaru 2016

Semua Tentang Aturan Hukum Fotografi di Indonesia Terbaru


2016
Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini minat akan potret memotret semakin
berkembang. Mulai dari anak-anak sampai orang tua hobi photo dengan
kameranya masing-masing. Apalagi zaman serba canggih dengan gadget foto
atau video dengan harga terjangkau. Mulai dari foto selfie sampai narsis bareng-
bareng dengan tongsis. Kemudian hasilnya upload di sosial media seperti
instagram, facebook, path dll.

Namun yang perlu diperhatikan banyak juga yang terkena kasus hukum gara-
gara sebuah foto atau video. Biasanya berkaitan dengan kesusilaan, privasi dan
hak cipta. Seperti saya yang harus mendekam di penjara selama 500 hari gara-
gara sebuah foto panas seorang model.

Baca Juga: Pengalaman Nyata Suka-Duka Hidup di Penjara

Definisi berdasarkan Wikipedia: Fotografi (dari bahasa Inggris:


photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "photos" : Cahaya
dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan
menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti
proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu
objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek
tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk
menangkap cahaya ini adalah kamera.

Memang di era internet, video, foto atau gambar sebagai karya ciptaan sangat
rentan menjadi persoalan hukum. Tanpa pengetahuan undang-undang dan
hukum, kelalaian yang timbul dari hanya sekali klik pada keyboard bisa berujung
bui atau denda bermilyar Rupiah.

Intellectual Property Rights (IPR) dalam bahasa Indonesia memiliki dua


istilah yang pada awalnya adalah Hak Milik Intelektual dan kemudian
berkembang menjadi Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Permasalahan yang
kerap muncul adalah bagaimana perlindungan hukum atas karya cipta fotografi.
Individu terhadap perusahaan, organisasi nirlaba, pemerintah dan pihak-pihak
tertentu selalu mempunyai kebutuhan untuk menggunakan karya fotografi.

Berikut Beberapa Aturan Hukum yang Perlu Dipahami Para


Fotografer Indonesia yang admin peroleh
dari Hukumonline.com:

1. Hukum Menggunakan Foto Orang Lain Tanpa Izin


Menurut Pasal 13 ayat (1) huruf j UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta fotografi termasuk ciptaan yang dilindungi. Selanjutnya,
pengaturan hak cipta untuk potret/fotografi diatur dalam Pasal 19 s.d.
Pasal 23 UUHC. Orang yang mengambil foto orang lain menjadi
seorang Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dari foto yang dihasilkan.
Akan tetapi, terhadap fotografi terdapat pembatasan atas penggunaan
hak cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 19 UUHC yang berbunyi:
(1) Untuk memperbanyak atau mengumumkan Ciptaannya, Pemegang
Hak Cipta atas Potret seseorang harus terlebih dahulu mendapatkan
izin dari orang yang dipotret, atau izin ahli warisnya dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun setelah orang yang dipotret meninggal
dunia.
(2) Jika suatu Potret memuat gambar 2 (dua) orang atau lebih, untuk
Perbanyakan atau Pengumuman setiap orang yang dipotret, apabila
Pengumuman atau Perbanyakan itu memuat juga orang lain dalam
Potret itu, Pemegang Hak Cipta harus terlebih dahulu mendapatkan
izin dari setiap orang dalam Potret itu, atau izin ahli waris masing-
masing dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun setelah yang dipotret
meninggal dunia.
(3) Ketentuan dalam Pasal ini hanya berlaku terhadap Potret yang
dibuat:
a. atas permintaan sendiri dari orang yang dipotret;
b. atas permintaan yang dilakukan atas nama orang yang dipotret;
atau
c. untuk kepentingan orang yang dipotret.

Keharusan untuk meminta persetujuan orang yang dipotret karena tidak selalu
orang yang dipotret akan setuju bahwa potretnya diumumkan tanpa diminta
persetujuannya. Oleh karena itu, ditentukan bahwa harus dimintakan persetujuan
yang bersangkutan atau ahli warisnya. Demikian bunyi penjelasan Pasal 19 ayat
(1) UUHC.

Jadi, bila ingin menggunakan foto yang menampilkan orang lain untuk misalnya
kegiatan promosi, atau menampilkan foto tersebut dalam suatu website untuk
keperluan komersial, sebaiknya anda meminta persetujuan terlebih dahulu dari
orang yang dipotret. Bila tidak anda dapat dijerat ancaman pidana Pasal 72 ayat
(5) UUHC yang berupa pidana penjara paling lama 2 tahun dan/atau denda
paling banyak Rp150 juta.

2. Hukumnya Diam-Diam Memfoto Orang Lain


Bagaimana aspek hukum memfoto orang lain secara diam-diam? Contoh kasus:
Ada teman kantor sedang bekerja dan tanpa sadar difoto dengan menggunakan
HP yang mana foto itu seolah-olah posisinya menunduk seperti sedang tidur.
Lalu foto itu dicetak dan dijadikan bukti ke atasannya bahwa dia lagi tidur di jam
kerja. Bisakah orang yang memfoto dipidana sesuai UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik? Apakah foto
tersebut merupakan bukti yang sah?

Foto yang diambil melalui kamera handpohone tersebut dapat dikatakan sebagai
informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik apabila masih berbentuk
elektronik (jika belum dicetak) sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1 angka
1 dan angka 4 UU ITE.

Jika dilihat dari segi UUHC, foto teman itu dikategorikan sebagai potret, yaitu
gambar dari wajah orang yang digambarkan. Sebagai pencipta, si pengambil foto
memiliki hak cipta yang memberi sejumlah hak eksklusif kepada pencipta di
antaranya untuk melaksanakan perbanyakan, pengumuman termasuk
perubahan atas gambarnya sendiri dan melarang orang lain melaksanakan
tindakan-tindakan tersebut tanpa seijinnya. Akan tetapi, terdapat pembatasan
atas penggunaan hak cipta atas potret. Artinya, orang yang mengambil potret
harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari yang difoto sebagaimana diatur
dalam Pasal 19 ayat (1) UUHC. Sanksinya adalah pidana penjara paling lama 2
tahun dan/atau denda paling banyak Rp150.000.000.
Perbuatan ini tidak bisa dikenakan ancaman pidana dalam UU ITE oleh karena
perbuatan tersebut tidak dilakukan dengan jalan mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) UU
ITE. Ini karena foto yang telah dicetak tersebut tidak lagi dalam bentuk informasi
dan/atau dokumen elektronik. Kalau foto tersebut tidak berbentuk informasi
elektronik, maka pelakunya diancam Pasal 310 ayat (2) jo. ayat (1) KUHP ttg
perbuatan menista dengan gambar.

Jadi, pada dasarnya memfoto orang lain secara diam-diam itu tidak dipidana.
Tapi, jika foto tersebut disebarluaskan tanpa seizin pihak yang difoto, maka
pelakunya bisa dipidana sesuai UUHC. Jika memuat unsur pencemaran nama
baik dan fotonya masih dalam bentuk informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik, pelakunya diancam pidana sesuai UU ITE. Jika memuat unsur
pencemaran nama baik dan fotonya berbentuk gambar yang dicetak lalu
disebarluaskan, pelakunya diancam dengan KUHP. Mengenai pembuktian, pada
dasarnya sesuatu yg menyatakan kebenaran suatu peristiwa bisa dijadikan bukti.
Namun, ditinjau dari UU ITE, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.

3. Konsekuensi Hukum Mengunggah Foto Ke Grup BBM


Menurut Josua Sitompul, S.H., IMM dalam artikel Apakah Blackberry Messenger
(BBM) Termasuk Media Sosial?, pengiriman satu konten dari satu anggota
kepada grup BBM dapat diterima oleh anggota-anggota lain dari grup tersebut.
Dengan kata lain, teknologi aplikasi media sosial, termasuk aplikasi BBM
tersebut, dapat menciptakan ruang publik virtual. Hal ini tentu saja dapat
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi hukum. Oleh karena itu, sama seperti
menggunakan media sosial lainnya, pengguna harus memiliki kehati-hatian
dalam melakukan pengiriman.

Foto yang diunggah ke grup BBM dapat menimbulkan konsekuensi hukum, jika
foto tersebut memuat konten atau isi yang bertentangan dengan UU ITE atau
melanggar UUHC (sehubungan dengan penyebaran foto seseorang).

Oleh karena itu, hati-hati gan kalau share foto di grup BBM. Jika muatannya
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan, bisa kena hukum lho.

4. Risiko Hukum Mengumbar Foto Mesra Dengan Istri Orang Lain


Banyak motif kenapa seseorang melakukan ini biasanya motif sakit hati kepada
si perempuan.

Ada dua kemungkinan risiko hukum dalam kasus penyebaran poto ini.

Yg pertama, bila penyebaran foto dilakukan lewat media elektronik seperti email,
facebook, twitter, blog pribadi atau bahkan di forum web seperti kaskus. Sang
penyebar foto bisa diancam pidana. Yaitu penjara paling lama enam tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar. Demikian diatur dalam Pasal 27 ayat
(1) dan Pasal 27 ayat (3) serta Pasal 43 UU ITE.

Pasal-Pasal di UU ITE
Pasal 27 ayat (1)
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan.”

Pasal 27 ayat (3)


“Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak mendistribusikan
dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”

Beda hal klo penyebaran foto itu dilakukan lewat media cetak seperti pamflet,
poster, dll. Ancaman hukumannya lebih ‘ringan’. Yaitu penjara paling lama 1
tahun 4 bulan atau denda maksimal Rp4,5 juta. Hal ini diatur dalam Pasal 310
(2) KUHP

Pasal 310 ayat (2) KUHP


(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik
seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang
supaya hal itu diketahui umum, diancam karena pencemaran dengan
pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika hal itu dilakukan dengan tulisan atau gambaran yang disiarkan,
dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, maka diancam
karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling lama satu
tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima
ratus rupiah.
(3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika
perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena
terpaksa untuk membela diri.

5. Hukumnya Telanjang Di Social Media


Dunia social media memang wadah menunjukkan eksistensi yang digandrungi
masyarakat dri berbagai lapisan. Menariknya cara untuk eksis di socmed ini
kadang-kadang ekstrim gan. Salah satunya adalah dengan memposting foto-foto
telanjang.

Lalu apakah hal seperti melanggar peraturan hukum di Indonesia?

Pertama-tama, yang perlu anda ketahui ialah masalah Pornografi sudah diatur
secara tegas oleh UU Pornografi yang sudah secara tegas Pasal 4 ayat (1)-nya
menyatakan:

Setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,


menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan,
memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara
eksplisit memuat:
a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;
b. kekerasan seksual;
c. masturbasi atau onani;
d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;
e. alat kelamin; atau
f. pornografi anak.

Jadi berdasarkan pasal di atas, agan dilarang untuk menyebarkan foto-foto


telanjang di social media. Bila agan masih nekad melanggar ketentuan Pasal 4
ayat (1) di atas, agan dapat dijerat sanksi pidana penjara paling singkat 6 bulan
dan paling lama 12 tahun, dan/atau pidana denda paling sedikit Rp. 250 Juta dan
paling banyak Rp. 6 miliar. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 29 UU
Pornografi.

Masih juga relevan dengan masalah foto-foto bugil, Pasal 8 UU Pornografi


menyatakan bahwa Setiap orang dilarang dengan sengaja atau atas persetujuan
dirinya menjadi objek atau model yang mengandung muatan pornografi.
Pelanggaran terhadap pasal 8 ini diancam sanksi pidana penjara paling lama 10
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5 miliar.
Jadi bukan hanya fotografernya maupun penyebar foto-foto telanjang di social
media saja yang terancam sanksi pidana, orang yang menjadi model foto-foto
telanjangnya pun dapat dikenai sanksi.

Selain diatur oleh UU Pornografi, menyebarkan foto-foto telanjang di social


media juga merupakan pelanggaran terhadap pasal 27 ayat 1 UU ITE yang
mengatur sebagai berikut:

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau


mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

Pelanggaran pasal di atas ada ancaman sanksi pidananya di Pasal 45 ayat (1)
UU ITE berupa penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1
miliar.

Kode Etik Dunia Fotografi Terkini 2016


Dalam dunia fotografi tidak hanya asal jepret, dalam dunia fotografi juga ada
etikanya. Etika publikasi / kode etiknya. (Sumber:www.fotografi.my.id/artkel/kode-
etik-fotografi.html)

1. Terhadap Makhluk Hidup


 tidak mengganggu fisik mau pun psikis subyek/obyek
 tidak menggangu aktivitas subyek/obyek
 tidak merugikan subyek/obyek, baik saat memotret mau pun saat foto
ditampilkan
 tidak menyebabkan perubahan perilaku yang bersifat negatif

Etika memotret ruang publik, harus melihat situasi dan kondisi dari negara dan
tempat bersangkutan, dibeberapa negara terdapat larangan untuk memotret
anak kecil yang berlarian di jalan, contohnya Australia, karena sangat takut jika
terjadi eksploitasi anak. Berbeda dengan di Indonesia yang bisa dengan bebas
candid anak kecil.

2. Terhadap Benda
 Tidak mengganggu kesetimbangan
 Tidak boleh merusak benda benda bersejarah yang menjadi objek , tidak
boleh menggunakan flash karna dapat merusak barang tersebut. (Dalam
musium)

3. Terhadap Hukum, dan semacamnya


 bila memungkinkan selalu minta ijin sebelum atau sesudah perekaman
 lengkapi surat ijin bila memang diperlukan
 Untuk memotret kejadian-kejadian seperti kecelakaan, bencana dan
tragedi lainnya, para jurnalis biasanya memiliki akses sendiri (kode etik
jurnalistik) yang diatur dalam UU no 40/1999 PERS dan KEJ .

4. Terhadap Sesama Fotografer


 Tidak saling mengganggu/merugikan proses perekaman
 Saling bertenggang rasa

Sekian update informasi Mantannapi kali ini. Semoga bermanfaat buat sahabat
sehingga jadi makin cerdas hukum dan dapat menjadi sumber referensi dalam
membuat Makalah atau Skripsi Hukum Fotografi di Indonesia. Salam.

Anda mungkin juga menyukai