I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. “B”
Umur : 31 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Lubuk empelas Kec. Muara Enim Kab Muara Enim
Status Marital : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Sumatera
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : wiraswasta
Tanggal MRS : 23 Juni 2016
No Rekam Medis: 189xxx
Sumber Informasi : Data Pasien dan Keluarga Pasien
Keluarga terdekat yang dapat segera dihubungi : Bp. “CS”
C. RIWAYAT BIOLOGIS
1. Pola Nutrisi :
a. Sebelum dirawat: Ayah pasien mengatakan
pasien makan 3 x sehari dengan porsi satu
piring, terdiri dari nasi putih, ayur tumis, ikan
sambel. Nafsu makannya juga baik. Pasien
memakan makanan apa saja yang disukainya.
Saat masuk RS: klien mendapatkan nutrisi enteral cair melalui NGT,
berupa diet cair 4x 200 kkal dan entramix 3x200
kkal. Diet cair sebanyak 200 kkal diberikan pada
pukul 08.00, 12.00, 16.00, 19.00. pada pukul 22.00
02.00, dan 06.00 klien mendapat diet entramix 200
kkal. Total pemberian diet cair sebanyak 1400 kkal.
b.
2. Pola Eliminasi :
a. Sebelum dirawat : pola eliminasi pasien 4-6 kali sehari untuk BAK,
untuk BAB 1 kali sehari.
b. Saat dirawat : Semenjak MRS pasien terpasang kateter dengan
output ± 2630ml/ 24 jam atau ±100 ml/jam,
warna urine kuning muda.. BAB klien 1 kali
sehari, kira-kira 100 cc, konsistensi cair dan
berwarna kuning.
12
Ketrerangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Meninggal dunia
: Pasien
√
: Tinggal serumah
E. ASPEK PSIKOSOSIAL
F. PENGKAJIAN FISIK
6. Sistem Pencernaan
Nutrisi : Diet makanan cair 800 kalori/24 jam dengan
komposisi Karbohidrat = 118.8, lemak = 29.8 dan
protein = 28.7
Intake total 24 jam : 2669 ml
Output total 24 jam :2630 ml
Nafsu Makan : tidak bisa dikaji
Jenis Diet : Diet Cair 4x 200kkal dan entramax
3x200kkal.
Mual, muntah : (-)
BB : 60 kg
TB : 160 cm
Eliminasi :
BAB : cair dan berwarna kuning terang.
BAK : kateter. Urine dengan ± 100 ml/1 jam.
Warna : urine kuning tidak pekat.
15
7. Sistem Reproduksi :
GPA : Tidak bisa dikaji
Perdarahan : Tidak bisa dikaji
Keluhan : tidak ada
8. Sistem Muskuloskeletal :
Kekuatan Otot :
1 1
9. Sistem Integumen :
Warna kulit : pucat.
Integritas : kulit tampak kering dan pucat. Terdapat
luka decubitus kemerahan dan lunak dengan
panjang 1 cm lebar 1 cm di pinggang
belakang - m. dorso gluteal
turgor kulit : tidak elastis, CRT 2 detik
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
1. laboratorium ;
K+ 2.96
HCO3 42.5 * 21 – 28
Elektrolit
Ca 8.1 mg/dl 8.4-9.7 mg/d
Na 135 mEq/L 135-155 mEq/L
K 3.7 mEq/L 3.5-5.5 mEq/L
Cl 96 mmol/L ol/L
1. Meropenem 3x 1 gr (IV)
2. Omeperazole mg 1x 40 mg (IV)
3. Paracetamol 4x1gr (IV)
4. Ca gluconas 1x 2 gr (IV)
5. Levofloxacin 1x 750 mg (IV)
6. Heparin 2x 5000 iu (SC)
7. Mecobalamine 1x 1 amp (IM)
8. N-asetil-sistein 3x 200 mg (NGT)
prostaglandin
nyeri akut
risiko infeksi
Hari ke 1
SHIFT PAGI
P: Intervensi dilanjutkan
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
A: Resiko tinggi
terjadinya infeksi saluran
nafas
P: Intervensi dilajutkan
SHIFT SORE
A:
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
- Peertahankan posisi
supinasi
- Kaji status pernafasan
- Lakukan fisioterapi
dada sesaat sebelum
suction
- Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi mukotik
nebulizer: ventholin
- Lakukan suctioning
pada pipa trakeostomi
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor vital sign
- Lakukan suction
- Monitor status
pernafasan
- Observasi adanya
tand ahipoventilasi
- Monitor pemakaian
ventilator
3. Gangguan Pukul 15.00 Pukul 18.00
pertukaran gas 1. Memonitor respirasi dan status O2 S: tidak dikaji
b.d sekresi (SPO 2= 100% RR = 22x/mt terpasang O:
tertahan dan ventilator mode SIMV, TV: 410-467 - Pasien tidak terlihat
proses penyakit ml ; MV: 4.67 ; IPL: 12 ; PEEP: 6 ; I:E sesak, tidak adanya
rasio= 1:1,8 ; RR= 12/22 FIO2: 50%) tarikan dinding dada,
2. Mengeluarkan secret dengan suction (SPO 2= 100%,
3. Memonitor hasil Lab AGD terpasang ventilator
4. Melakukan kolaborasi Pemberian mode SIMV, TV: 358-
terapi heparin 2x 5000 iu (IV) dan ca 457 ml ; MV: 6,14 ;
gluconas 1x2 gr (IV). IPL: 12 ; PEEP: 6 ; I:E
rasio= 1:1,8 ; RR=
12/16 FIO2: 50%)
- Terdapat banyak secret
berwarna kuning kental,
tidak berbau
- Hasil AGD
PCO2 : 66.6 mmHg
PO2 : 134.1 mmHg
SO2 : 98.8
HCO3 : 42.5
A: gangguan pertukaran
gas
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor status
respirasi
- Lakukan suction
- Monitor hasil AGD
- Kolaborasi
Pemberian terapi
heparin 2x 5000 iu
(IV) dan ca gluconas
1x2 gr (IV).
4. Nyeri akut Pukul 15.15 Pukul 18.30
b.d pemasangan 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S: Tidak dikaji
pipa endotrakeal, komprehensif (dengan BPS Score 3) O:
prosedur suction 2. Mengobservasi reakasi nonverbal dari - Pasein tampak
dan proses infeksi ketidaknyamanan meringis dan
3. Meningkatkan istrirahat menolak saat akan
dilakukan suction
- Pasien sering
mengeluarkan air
mata saat dilakukan
prosedur invasive
dan suction
- Score BPS: 3
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
- Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
- Observasi reaksi
nonverbal
ketidaknyamanan
- Tingkatkan
istirahat klien
5. Resiko Pukul 16.00. Pukul 19.00
tinggi terjadinya 1. Memonitor TTV S: Tidak bisa dikaji
infeksi saluran HR: 77 x/menit
nafas b.d RR: 18x/menit O:
pemasangan TD:127/69 mmHg - TTV:
selang Temp: 36.0oC - HR: 78x/menit
endotracheal 2. Melakukan oral hygiene - RR: 13x/mt
3. Mengobservasi adanya tanda infeksi TD:127/79 mmHg
-
dengan melakukan penilaian berkala
- Temp: 36,2oC
clinical pulmonary infection score
- Skor CPIS: 0
(CPIS) untuk mengtahui adanya
kemungkinan infeksi akibat - Diberikan
penggunaaan ventilator antibiotic
4. Berkolaborasi dengan tim medis untuk meropenem 3x 1
pemberian antibiotic meropenem 3x 15 (IV), Omeperazole
mg 1x 40 mg (IV)
P: Intervensi dilajutkan
- Monitor TTV
- Lakukan oral
gygiene
- Observasi adanya
tanda infeksi
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik jika
terjadi hipertermi
SHIFT MALAM
A:
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
Hari ke II
SHIFT PAGI
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Evaluasi (soap)
1. Ketidakefektifan Pukul 08.30 Pukul 13.00
bersihan jalan nafas 1. Mempertahankan posisi S: tidak dikaji
berhubungan dengan supine. O:
peningkatan 2. Mengauskultasi suara nafas. - Pasien dalam posisi
produksi sekret mencatat adanya suara nafas supinasi
tambahan. Terdengar suara - Asukultasi: Suara nafas
rongki (+) ronchi (+)
3. Melakukan fisioterapi dada - Terpasang pipa
saat sebelum suction trakeostomi no 7.5
4. Berkolaborasi dengan tim - Fisioterapi dada
medis untuk pemberian dilakukan sebelum
ventolin dengan nebulasi melakukan suction
5. Melakukan suction pada pipa
- Terdapat banyak secret
trakeostmi
saat dilakukan suction.
Secret berwarna kuning
kental dan tidak berbau.
- Pemberian obat ventolin
dengan nebulasi.
A:
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
- Peertahankan posisi
supinasi
- Kaji status pernafasan
- Lakukan fisioterapi
dada sesaat sebelum
suction
- Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi mukotik
nebulizer: ventholin
- Lakukan suctioning
pada pipa trakeostomi
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor vital sign
- Lakukan suction
- Monitor status
pernafasan
- Observasi adanya
tand ahipoventilasi
- Monitor pemakaian
ventilator
3.Gangguan pertukaran Pukul 09.15 Pukul 13.15
gas b.d sekresi 1. Memonitor respirasi dan status S: tidak dikaji
tertahan dan proses O2 (SPO 2= 98% , terpasang O:
penyakit ventilator mode SIMV, TV: - Pasien tidak terlihat
377 ml ; MV: 6,80 ; IPL: 12 ; sesak, tidak adanya
PEEP: 6 ; I:E rasio= 1:2,2 ; tarikan dinding dada,
RR= 12/18 FIO2: 50%) (SPO 2= 99%, terpasang
2. Mengeluarkan secret dengan ventilator mode SIMV
suction PS, TV: 382-437 ml ;
3. Memonitor hasil Lab AGD MV: 5,17 ; IPL: 12 ;
4. Melakukan kolaborasi PEEP: 6 ; I:E rasio=
Pemberian terapi heparin 2x 1:1,8 ; RR= 12/14
5000 iu (IV) dan ca gluconas FIO2: 50%)
1x2 gr (IV). - Terdapat sedikit secret
berwarna kuning kental,
tidak berbau
- Hasil AGD
PCO2 : 60,1 mmHg
PO2 : 133.5 mmHg
SO2 : 98%
HCO3 : 45.1
A: gangguan pertukaran
gas
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor status
respirasi
- Lakukan suction
- Monitor hasil AGD
- Kolaborasi
Pemberian terapi
heparin 2x 5000 iu
(IV) dan ca gluconas
1x2 gr (IV).
4.Nyeri akut b.d Pukul 19.20 Pukul 13.30
pemasangan pipa 1. Melakukan pengkajian nyeri S: Tidak dikaji
endotrakeal, prosedur secara komprehensif (dengan O:
suction dan proses BPS Score 3) - Pasein tampak
infeksi 2. Mengobservasi reakasi meringis dan
nonverbal dari menolak saat akan
ketidaknyamanan dilakukan suction
3. Meningkatkan istrirahat - Pasien sering
mengeluarkan air
mata saat dilakukan
prosedur invasive
dan suction
- Score BPS: 3
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
- Melakukan
pengkajian nyeri
secara
komprehensif
- Observasi reaksi
nonverbal
ketidaknyamanan
- Tingkatkan
istirahat klien
5.Resiko tinggi Pukul 09.30 Pukul 13.35
terjadinya infeksi 1. Memonitor TTV S: Tidak bisa dikaji
saluran nafas b.d HR: 77 x/menit
pemasangan selang RR: 18x/menit O:
endotracheal TD:127/69 mmHg - TTV:
Temp: 36.0oC - HR: 78x/menit
2. Melakukan oral hygiene - RR: 13x/mt
3. Mengobservasi adanya tanda TD:127/79 mmHg
-
infeksi dengan melakukan
- Temp: 36,2oC
penilaian berkala clinical
- Skor CPIS: 0
pulmonary infection score
(CPIS) untuk mengtahui - Diberikan
adanya kemungkinan infeksi antibiotic
akibat penggunaaan ventilator meropenem 10 cc
pada pukul 12.00,
omeprazol 10 cc
pada pukul 11.00
A: Resiko tinggi terjadinya
infeksi saluran nafas
P: Intervensi dilajutkan
- Monitor TTV
- Lakukan oral
gygiene
- Observasi adanya
tanda infeksi
- Kolaborasi
pemberian
antibiotik jika
terjadi hipertermi
SHIFT SORE
A:
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
- Balance cairan
usahakan positif
- Memonitoring TTV
- Pemberian Nebu
- Kolaboratif dalam
pengecekan AGD
DX.3 1. Memonitor respirasi dan status S: tidak dikaji
Gangguan pertukaran O2 O:
gas b.d sekresi tertahan (SPO 2= 99% RR = 16x/mt - Pasien tidak terlihat
dan proses penyakit terpasang ventilator mode sesak, tidak adanya
SIMV, TV: 457 ml ; MV: tarikan dinding dada,
6.54 ; IPL: 12 ; PEEP: 6 ; I:E (SPO 2= 100%,
rasio= 1:1.8 ; RR= 12/16 terpasang ventilator
FIO2: 50%) mode SIMV, TV: 358-
2. Mengeluarkan secret dengan 457 ml ; MV: 6,14 ;
suction IPL: 12 ; PEEP: 6 ; I:E
3. Memonitor hasil Lab AGD rasio= 1:1,8 ; RR=
4. Melakukan kolaborasi 12/16 FIO2: 50%)
pemberian terapi yang sesuai - Terdapat banyak secret
berwarna kuning kental,
tidak berbau
- Hasil AGD
PCO2 : 66.6 mmHg
PO2 : 134.1 mmHg
SO2 : 98.8
HCO3 : 42.5
A: gangguan pertukaran gas
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor status
respirasi
- Lakukan suction
- Monitor hasil AGD
Kolaborasi Pemberian
terapi heparin 2x 5000 iu
(IV) dan ca gluconas 1x2 gr
(IV).
DX.4 1. Melakukan pengkajian nyeri S : Belum bisa dikaji
Nyeri akut b.d secara komprehensif (dengan O : - Pasien terlihat
pemasangan pipa BPS Score 3) meringis kesakitan
endotrakeal, prosedur 2. Mengobservasi reakasi - Pasien gelisah
suction dan proses nonverbal dari - Pasien masih terpasang
infeksi ketidaknyamanan ventilator simV12Ps12
3. Meningkatkan istrirahat Peep 6 FiO2 50%
4. Berkolaborasi dengan tim - Skala nyeri BPS > 3
medias untuk pemberian - Pasien mengerang
analgetik yang diperlukan - Terpasang TC
tergantung tipe dan beratnya
nyeri A : Gangguan rasa nyaman
nyeri
P : Intervensi dilanjutkan
Kaji skala nyeri
Monitoring TTV
DX.5 1. Memonitor TTV S: Tidak bisa dikaji
Resiko tinggi terjadinya HR: 82x/menit
infeksi saluran nafas b.d RR: 16x/menit O:
pemasangan selang TD:112/57 mmHg - TTV:
endotracheal Temp: 37.8oC - HR: 78x/menit
2. Melakukan perawatan mulut - RR: 18x/mt
dan perawatan pipa TD:115/65 mmHg
-
trakeostomi
- Temp: 37.4oC
3. Mengobservasi adanya tanda
- Dilakukan
infeksi dengan melakukan
perawatan mulut
penilaian berkala clinical
dan trakeostomi
pulmonary infection score
setiap pagi.
(CPIS) untuk mengtahui
adanya kemungkinan infeksi - Skor CPIS: 0
akibat penggunaaan ventilator - Diberikan
4. Memberikan kompres hangat paracetamol via
di dahi dan axial bila ada IVFD
peningkatan suhu tubuh - Diberikan antibiotic
5. Berkolaborasi dengan tim meropenem 3x 1
medis untuk pemberian (IV), Omeperazole
antipiretik berupa paracetamol mg 1x 40 mg (IV)
6. Berkolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian A: Resiko tinggi terjadinya
antibiotic meropenem 3x 15 infeksi saluran nafas
P: Intervensi dilajutkan
SHIFT MALAM
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
- Peertahankan posisi supinasi
- Kaji status pernafasan
- Lakukan fisioterapi dada
sesaat sebelum suction
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi
mukotik nebulizer: ventholin
- Lakukan suctioning pada
pipa trakeostomi
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor vital sign
- Lakukan suction
- Monitor status
pernafasan
- Observasi adanya tand
ahipoventilasi
- Monitor pemakaian
ventilator
3.Gangguan pertukaran Pukul 22.00 Pukul 24.05
gas b.d sekresi tertahan 1. Memonitor respirasi dan S: tidak dikaji
dan proses penyakit status O2 O:
(SPO 2= 97% RR = 14x/mt - Pasien tidak terlihat sesak,
terpasang ventilator mode tidak adanya tarikan dinding
SIMV, TV: 337 ml ; MV: dada, (SPO 2= 96%, RR = 22
7,0 ; IPL: 12 ; PEEP: 6 ; x/mt terpasang ventilator
I:E rasio= 1:2.7 ; RR= mode SIMV, TV: 322 ml ;
12/17 FIO2: MV: 6,87 ; IPL: 12 ; PEEP: 6
50%)Mengeluarkan secret ; I:E rasio= 1:1,7 ; RR=
dengan suction 12/24 FIO2: 50%)
2. Memonitor hasil Lab AGD - Terdapat banyak secret
3. Melakukan kolaborasi berwarna kuning kental,
Pemberian terapi heparin tidak berbau
2x 5000 iu (IV) dan ca - Hasil AGD
gluconas 1x2 gr (IV). PCO2 : 66.6 mmHg
PO2 : 134.1 mmHg
SO2 : 98.8
HCO3 : 42.5
A: gangguan pertukaran gas
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor status respirasi
- Lakukan suction
- Monitor hasil AGD
- Kolaborasi Pemberian
terapi heparin 2x 5000 iu
(IV) dan ca gluconas 1x2
gr (IV) masuk sebanyak
10 cc pada pukul 21.00
4.Nyeri akut b.d Pukul 22.20 Pukul 24.10
pemasangan pipa 1. Melakukan pengkajian S: Tidak dikaji
endotrakeal, prosedur nyeri secara komprehensif O:
suction dan proses infeksi (dengan BPS Score 5) - Pasein tampak meringis
2. Mengobservasi reakasi dan menolak saat akan
nonverbal dari dilakukan suction
ketidaknyamanan - Pasien sering
3. Meningkatkan istrirahat mengeluarkan air mata
4. Mengkolaborasikan saat dilakukan prosedur
pemberian precedex 0,2- invasive dan suction
0,7 µg/KgBB/jam - Score BPS: 4-5
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
- Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
- Observasi reaksi
nonverbal
ketidaknyamanan
- Tingkatkan istirahat
klien
- Kolaborasi pemberian
sedasi
SHIFT PAGI
A:
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
P : Intervensi dilanjutkan
- Balance cairan
diusahakan positif
- Monitoring Vital sign
- Pemberian Nebulizer
- Kolaboratif dalam
pengecekan AGD
berulang
SHIFT SORE
A:
P :Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
3. Gangguan 1. Memonitor respirasi dan S: tidak dikaji
pertukaran gas status O2
b.d sekresi (SPO 2= 94% RR = 24x/mt O:
tertahan dan terpasang ventilator mode
proses penyakit - Status respirasi dan O2
SIMV, TV: 372 ml ; MV:
SPO 2= 93% RR = 27x/mt
5.8 ; IPL: 12 ; PEEP: 6 ; I:E
terpasang ventilator mode
rasio= 1:2.3 ; RR= 12/24
SIMV, TV: 322 ml ; MV:
FIO2: 50%)
6.87 ; IPL: 12 ; PEEP: 6 ;
2. Mengeluarkan secret
I:E rasio= 1:2.1 ; RR=
dengan suction
3. Memonitor hasil Lab AGD 12/20 FIO2: 50%
4. Melakukan kolaborasi - Terdapat banyak secret
pemberian terapi yang berwarna kuning
sesuai kental, tidak berbau
- Hasil AGD (14 juli
2016)
- PCO2 : 60.1 mmHg
- PO2 : 133.8 mmHg
- SO2 : 99
- HCO3 : 41.5#
- Pemberian terapi
heparin 2x 5000 iu
(IV) dan ca gluconas
1x2 gr (IV).
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
5. Resiko tinggi 1. Memonitor TTV S: Tidak bisa dikaji
terjadinya HR: 115x/menit
infeksi saluran RR: 24x/menit O:
nafas b.d TD:108/67 mmHg
pemasangan Temp: 37.9oC - HR: 124x/menit
selang 2. Melakukan perawatan - RR: 27x/mt
endotracheal mulut dan perawatan pipa - TD:145/72 mmHg
trakeostomi - Temp: 39.3oC
3. Mengobservasi adanya - Dilakukan perawatan
tanda infeksi dengan mulut dan trakeostomi
melakukan penilaian setiap pagi.
berkala clinical Skor CPIS: 5
-
pulmonary infection score
- Dilakukan kompres
(CPIS) untuk mengtahui
hangat di badan, axial
adanya kemungkinan
dan dahi
infeksi akibat penggunaaan
ventilator - Diberikan paracetamol
4. Memberikan kompres via IVFD
hangat di dahi dan axial - Diberikan antibiotic
bila ada peningkatan suhu Sulbactam2x 2g (IV),
tubuh Omeperazole mg 1x
5. Berkolaborasi dengan tim 40 mg (IV)
medis untuk pemberian
antipiretik berupa
paracetamol A: Resiko tinggi terjadinya
6. Berkolaborasi dengan tim infeksi saluran nafas
medis untuk pemberian
antibiotic meropenem 3x
15
P: Intervensi dilajutkan
SHIFT MALAM
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
- Pertahankan posisi supinasi
- Kaji status pernafasan
- Lakukan fisioterapi dada
sesaat sebelum suction
- Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi mukotik nebulizer:
ventholin
- Lakukan suctioning pada
pipa trakeostomi
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
- Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
- Observasi reaksi
nonverbal
ketidaknyamanan
- Tingkatkan istirahat
klien
5.Resiko tinggi Pukul 22.00. Pukul 01.00
terjadinya infeksi 1. Memonitor TTV S: Tidak bisa dikaji
saluran nafas b.d HR: 111 x/menit
pemasangan selang RR: 56 x/menit O:
endotracheal TD: 119/79 mmHg - TTV:
Temp: 41,1 oC - HR: 113x/menit
2. Melakukan oral hygiene - RR: 16 x/mt
3. Mengobservasi adanya TD:105/45 mmHg
-
tanda infeksi dengan
- Temp: 39,6oC
melakukan penilaian
- Skor CPIS: 0
berkala clinical pulmonary
infection score (CPIS) - Diberikan antibiotic
untuk mengtahui adanya meropenem 3x 1 (IV),
kemungkinan infeksi akibat Omeperazole mg 1x 40
penggunaaan ventilator mg (IV)
4. Berkolaborasi dengan tim - Terdapat kompres
medis untuk pemberian dingin pada area axila,
antibiotic meropenem 3x 15 dahi dan lipatan paha
5. Memberikan kompres
dingin pada area axila, dahi A: Resiko tinggi terjadinya
dan lipatan paha. infeksi saluran nafas
P: Intervensi dilajutkan
- Monitor TTV
- Lakukan oral gygiene
- Observasi adanya tanda infeksi
- Kolaborasi pemberian antibiotik
jika terjadi hipertermi
- Berikan kompres dingin pada
area axila, dahi dan lipatan
paha
Nama pasien : Tn. “B” Tanggal: 15 Juli 2016, Jum’at
Diagnosa : VAP
Hari ke 4
SHIFT PAGI
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: intervensi dilajutkan
SHIFT SORE
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
P: intervensi dilajutkan
SHIFT MALAM
A:
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
2. 1. Memonitor vital sign S: tidak dikaji
Ketidakefektifan (Pukul 22.00 WIB)
pola nafas b.d HR: 100 x/menit O:
RR: 24x/menit
suplay O2 tidak TTV:
TD:103/75 mmHg -
adekuat Temp: 37.0oC - HR: 83x/menit
2. Mengeluarkan secret - RR: 38x/mt
dengan suction (pukul - TD: 95/55 mmHg
22.00) WIB - Temp: 38,4 C
3. Memonitor respirasi dan - Terdapat banyak
status O2 (pukul 22.10 secret saat
WIB) dilakukan suction.
(SPO 2= 100% RR = Berwarna kuning
12x/mt terpasang ventilator kental tidak berbau.
- Kulit tampak pucat
mode SIMV, TV: 305 ml ;
- Tidak ada tanda
MV: 5,4 ; IPL: 12 ; PEEP: hipoventilasi
6 ; I:E rasio= 1:2.4 ; RR= (Kepala pusing,
12/24 FIO2: 60%) letargi, distrimia,
4. Mengobservasi adanya ketidakseimbangan
tanda-tanda hipoventilasi elektrolit dll)
(pukul 22.15 WIB) - Selang ventilator
5. Memonitor selang / terpasang dengan
cubbing ventilator dari baik.
terlepas , terlipat, bocor A:
atau tersumbat. (Pukul
22.30 WIB) Ketidakefektifan pola
nafas
P: Intervensi dilanjutkan
3. Gangguan 1. Memonitor respirasi dan S: tidak dikaji
pertukaran gas status O2 (pukul 22. 10
b.d sekresi WIB) O:
tertahan dan (SPO 2= 100% RR =
- Status respirasi dan
proses penyakit 24x/mt terpasang ventilator
O2
mode SIMV, TV: 305 ml ; SPO 2= 100% RR =
MV: 5.4 ; IPL: 12 ; PEEP: 38x/mt terpasang
6 ; I:E rasio= 1:2.4 ; RR= ventilator mode SIMV,
12/24 FIO2: 60%) TV: 122 ml ; MV: 3.04 ;
2. Mengeluarkan secret
IPL: 12 ; PEEP: 6 ; I:E
dengan suction (pukul
rasio= 1:1.3 ; RR=
22.00 WIB)
12/38 FIO2: 60%
3. Melakukan kolaborasi
- Terdapat banyak
pemberian terapi yang
secret berwarna
sesuai (sesuai jam
kuning kental, tidak
pemberian terapi)
berbau
- Pemberian terapi
n.asetil sistein 2x
250 mg (Ent) dan
paracetamol 3 x 1gr
(IV).
P: intervensi dilajutkan
5. Resiko tinggi 1. Memonitor TTV (pukul S: Tidak bisa dikaji
terjadinya infeksi 23.00)
saluran nafas b.d HR: 78 x/menit O:
RR: 14x/menit
pemasangan HR: 83x/menit
TD:111/56 mmHg -
selang Temp: 37.6oC - RR: 38x/mt
endotracheal 2. Mengobservasi adanya - TD:95/55 mmHg
tanda infeksi dengan - Temp: 38,4 C
melakukan penilaian - Skor CPIS: 3
berkala clinical - Dilakukan kompres
pulmonary infection score hangat di badan,
(CPIS) untuk mengtahui axial dan dahi
adanya kemungkinan - Diberikan
infeksi akibat paracetamol via
penggunaaan ventilator IVFD
(pukul 23.00) - Diberikan
3. Memberikan kompres antibiotic
hangat di dahi dan axial Sulbactam2x 2g
bila ada peningkatan suhu (IV), Omeperazole
tubuh mg 1x 40 mg (IV)
4. Berkolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
antipiretik berupa A: Resiko tinggi terjadinya
paracetamol (sesuai infeksi saluran nafas
jadwal terapi)
5. Berkolaborasi dengan tim P: Intervensi dilajutkan
medis untuk pemberian
antibiotic meropenem 3x
15 (sesuai jadwal terapi)
Nama pasien : Tn. “B” Tanggal: 16 Juli 2016 , Sabtu
Diagnosa : VAP
Hari ke 5
SHIFT PAGI
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
- Peertahankan posisi supinasi
- Kaji status pernafasan
- Lakukan fisioterapi dada sesaat
sebelum suction
- Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi mukotik
nebulizer: ventholin
- Lakukan suctioning pada pipa
trakeostomi
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor vital sign
- Lakukan suction
- Monitor status pernafasan
- Observasi adanya tand
ahipoventilasi
- Monitor pemakaian
ventilator
3.Gangguan Pukul 08.13 Pukul 12.15
pertukaran gas b.d
sekresi tertahan 1. Memonitor respirasi S: tidak dikaji
dan proses dan status O2 ( SPO 2 = O:
penyakit 97% RR = 22x/mt - Pasien tidak terlihat sesak, tidak
terpasang ventilator adanya tarikan dinding dada,
mode SIMV PS, TV: ( SPO 2 = 97%, terpasang
473 ml ; MV: 7,79 ; ventilator mode SIMV PS, TV:
IPL: 15 ; PEEP: 8 ; I:E 477 ml ; MV: 7,8 ; IPL: 15 ;
rasio= 1:1,1 ; RR= PEEP: 8 ; I:E rasio= 1:2 ; RR=
15/15 FIO2: 80%) 15/19 FIO2: 80%)
2. Mengeluarkan secret - Terdapat banyak secret berwarna
dengan suction kuning kental, tidak berbau
3. Memonitor hasil Lab A: gangguan pertukaran gas
AGD P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor status respirasi
- Lakukan suction
- Monitor hasil AGD
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
- Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
- Observasi reaksi nonverbal
ketidaknyamanan
- Tingkatkan istirahat klien
5.Resiko tinggi Pukul 09.00. Pukul 12.45
terjadinya infeksi
saluran nafas b.d 1. Memonitor TTV S: Tidak bisa dikaji
pemasangan selang HR: 98 x/menit O:
endotracheal RR: 17x/menit - Terjadi penurunan
TD:113/68 mmHg kesadaran: somnolen
Temp: 39,0oC - HR: 102 x/menit
2. Melakukan oral - RR: 21 x/mt
hygiene TD:109/58 mmHg
-
3. Mengobservasi adanya Temp: 38,8oC
-
tanda infeksi dengan
- Skor CPIS: (0)
melakukan penilaian
berkala clinical
A: Resiko tinggi terjadinya infeksi
pulmonary infection
saluran nafas
score (CPIS) untuk
P: Intervensi dilajutkan
mengtahui adanya
- Monitor TTV
kemungkinan infeksi
akibat penggunaaan - Lakukan oral gygiene
ventilator - Observasi adanya tanda
infeksi
- Kolaborasi pemberian
antibiotik jika terjadi
hipertermi
1
SHIFT SORE
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor vital sign
- Lakukan suction
- Monitor status
pernafasan
- Observasi adanya tand
ahipoventilasi
- Monitor pemakaian
ventilator
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
- Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
- Observasi reaksi
nonverbal
ketidaknyamanan
- Tingkatkan istirahat
klien
SHIFT MALAM
A:
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas
P:
Intervensi dilanjutkan
- Peertahankan posisi supinasi
- Kaji status pernafasan
- Lakukan fisioterapi dada
sesaat sebelum suction
- Lakukan suctioning pada
pipa trakeostomi
P: Intervensi dilanjutkan
- Monitor vital sign
- Lakukan suction
- Monitor status
pernafasan
- Observasi adanya tand
ahipoventilasi
- Monitor pemakaian
ventilator
A: Nyeri akut
P: intervensi dilajutkan
- Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif
- Observasi reaksi
nonverbal
ketidaknyamanan
- Tingkatkan istirahat
klien