November 9, 2012
2 Votes
2. Etiologi
1. a. Trombosis serebral
1. b. Embolisme serebral
Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau
cabang – cabangnya, yang merusak sirkulasi serebral. Awitan
hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa
afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme
serebral.
1. c. Iskemia serebral
1. d. Haemorhagi serebral
2. 1. Haemorhagi ekstradural (haemorrhagi epidural)
adalah kedaruratan
bedah neuro yang memerlukan perawata n segera.
Keadaan ini biasanya
mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah
arteri
meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa
jam cedera
untuk mempertahankan hidup.
3. 2. Haemorhagi subdural pada dasarnya sama
dengan haemorrhagi epidu ral,
kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena
robek.
Karenanya periode pembentukan hematoma lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien
mungkin
mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa
menunjukkan tanda atau
gejala.
4. 3. Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai
akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisme
pada area sirkulus Willisi dan malformasi arteri vena
kongenital pada
otak.
5. 4. Haemorrhagi intracerebral adalah perdarahan di
substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan
hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan
degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan
rupture pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba, dengan
sakit kepala berat. Bila haemorrhagi membesar, makin jelas
deficit neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan
kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital.
1. b. Diabetes Mellitus
1. c. Penyakit Jantung
1. d. Hiperkolesterolemi
1. e. Infeksi
1. f. Obesitas
1. g. Merokok
Pembuluh darah otak yang tidak normal suatu saat akan pecah
dan
menimbulkan perdarahan.
1. 4. Klasifikasi Stroke
1. a. Non Haemorrhagi/Iskemik/Infark
A. 1. Transient Ischemic Attack (TIA)/Serangan Iskemi
Sepintas
TIA merupakan tampilan peristiwa berupa episode-
episode serangan
sesaat dari suatu disfungsi serebral fokal akibat
gangguan vaskuler,
dengan lama serangan sekitar 2 -15 menit sampai
paling lama 24 jam.
B. 2. Defisit Neurologis Iskemik Sepintas/Reversible
Ischemic Neurologi Defisit(RIND) Gejala dan tanda
gangguan neurologis yang berlangsung lebih lama dari
24 jam dan kemudian pulih kembali (dalam jangka
waktu kurang dari tiga minggu).
C. 3. In Evolutional atau Progressing Stroke
merupakan Gejala gangguan neurologis yang progresif
dalam waktu enam jam atau lebih.
D. 4. Stroke Komplit (Completed Stroke / Permanent
Stroke ) merupakan Gejala gangguan neurologis
dengan lesi -lesi yang stabil selama periode waktu 18-
24 jam, tanpa adanya progesifitas lanjut.
E. b. Stroke Haemorrhagi
1. 5. Patofisiologi
3) Diplopia
Penglihatan ganda.
b) Defisit Motorik
1) Hemiparesis
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama.
Paralisis wajah (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan).
2) Ataksia
4) Disfagia
Kesulitan dalam menelan.
c) Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami, mungkin
mampu
bicara dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mam pu bicara
tetapi tidak
masuk akal.
3) Afasia Global
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif.
d) Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek
dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi ,
alasan abstrak buruk, perubahan penilaian.
1) Defisit Emosional
Penderita akan mengalami kehilangan kontrol diri, labilitas
emosional,
penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress,
depresi, menarik diri, rasa takut, bermusuhan dan marah,
perasaan isolasi
1. 7. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Smeltzer (2002,hal 2131)
1. 8. Pencegahan
1. 9. Penatalaksanaan
1. a. Pengertian
Tidak terdapat cara yang tepat untuk berduka. Konsep dan teori
berduka hanya cara yang dapat digunakan untuk mengantisipasi
kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan merencanakan
intervensi untuk membantu mereka memahami duka cita dan
menghadapinya. Penting artinya untuk mempertimbangkan
beberapa teori tentang kedukaan. Ketika mendiskusikan tentang
tahapan, fase,atau tugas, penting artinya untuk mengingat bahwa
hal ini tidak terjadi dengan urutan yang kaku, tetap dapat
diperkirakan. Tujuannya bukan untuk mengklasifikasi duk cita
klien, dengan demikian perawat tidak harus mengidentifikasi klien
sebagai mengalami tahapan khusus duka cita. Peran perawat
adalah mengamati prilaku berduka, mengenali pengaruh berduka
terhadap prilaku, dan memberikan dukungan yang empatik.
1. b. Diagnosa Keperawatan
1. Keputusan b.d. :
1. Perencanaan
1. Peningkatan kenyamanan
1. Pemeliharaan Kemandirian
1. Perawatan hospice