Kontrol respirasi terhadap PaCO2 oleh pusat pernafasan yang mengatur ventilasi
alveolar. Semakin banyak ion H+ dalam darah, semakin banyak CO2 yang dibuang
melalui paru-paru. Mekanisme ini cepat dan sangat efektif untuk mengkompensasi
kelebihan ion H+.
Sistem buffer oleh bikarbonat, sulfat, dan hemoglobin yang meminimalkan perubahan
asam-basa akut.
Interpretasi Hasil AGD
Secara singkat, hasil AGD terdiri atas komponen:
pH atau ion H+, menggambarkan apakah pasien mengalami asidosis atau alkalosis.
Nilai normal pH berkisar antara 7,35 sampai 7,45.
PO2, adalah tekanan gas O2 dalam darah. Kadar yang rendah menggambarkan
hipoksemia dan pasien tidak bernafas dengan adekuat. PO2 dibawah 60 mmHg
mengindikasikan perlunya pemberian oksigen tambahan. Kadar normal PO2 adalah
80-100 mmHg
Base excess (BE), menggambarkan jumlah asam atau basa kuat yang harus
ditambahkan dalam mmol/l untuk membuat darah memiliki pH 7,4 pada kondisi
PCO2 = 40 mmHg dengan Hb 5,5 g/dl dan suhu 37C0. BE bernilai positif
menunjukkan kondisi alkalosis metabolik dan sebaliknya, BE bernilai negatif
menunjukkan kondisi asidosis metabolik. Nilai normal BE adalah -2 sampai 2 mmol/l
3. MONITORING HEMODINAMIK
Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik
melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva ( sirkulasi dalam
paru-paru). Hemodinamik monitoring adalah pemantauan dari hemodinamik
status.Pentingnya pemantauan terus menerus terhadap status hemodinamik, respirasi,
dan tanda-tanda vital lain akan menjamin early detection bisa dilaksanakan dengan
baik sehingga dapat mecegah pasien jatuh kepada kondisi lebih parah.
Hemidinamik status adalah indeks dari tekanan dan kecepatan aliran darah
dalam paru dan sirkulasi sistemik. Pasien dengan gagal jantung, overload cairan,
shock, hipertensi pulmonal dan banyak kasus lain adalah pasien dengan masalah
perubahan status hemodinamik. Dalam hal ini, Kritikal Care Nurse bukan hanya
dituntut mampu mengoperasikan alat pemantauan hemodinamik saja melainkan
harus mampu menginterpretasikan hasilnya.
1. Pre load : menggambarkan tekanan saat pengisian atrium kanan selama diastolic
digambarkan melalui Central Venous Pressure (CVP). Sedangkan pre
load ventricle kiri digambarkan melalui Pulmonary Arterial Pressure (PAP).
2. Contractility : menggambarkan kekuatan otot jantung untuk memompakan darah
ke seluruh tubuh.
3. After load : menggambarkan kekuatan/tekanan darah yang dipompakan oleh
jantung. After load dipengaruhi oleh sistemik vascular resistance dan pulmonary
vascular resistance.
NORMAL
VALUE ABBREVIATION DEFINITION RANGE FORMULA
4) Menempatkan klien pada posisi datar yang diinginkan untuk mendapatkan titik
nol
5) Menentukan titik nol manometer sesuai dengan tinggi atrium kanan yang
diperkirakan.
6) Memutar stopcock sehingga cairan infuse mengalir ke dalam manometer
sampai batas 20-25 cm H2O
7) Memutar stopcock sehingga cairan dalam manometer mengalir ke arah / ke
dalam pembuluh darah klien
8) Mengamati fluktuasi cairan yang terdapat dalam manometer dan dicatat pada
angka dimana cairan bergerak stabil. Ini adalah tekanan vena sentral
9) Mengenbalikan klien ke posisi semula
10) Memutar stopcock kea rah semula agar cairan infuse mengalir dari botol ke
pembuluh darah vena klien
11) Mencatat nilai tekanan vena sentral da posisi klien pada saat pengukuran.
Tekanan normal berkisar 5-12 cm H2O
12) Menilai kondisi klinis klien setelah pengambilan tekanan vena sentral
13) Mengobservasi tanda-tanda komplikasi
14) Mempertahankan kesterilan lokasi insisi
15) Mendokumentasikan prosedur dan respon klien pada catatan klien
6. Komplikasi Pemasangan CVP
Adapun komplikasi dari pemasangan kanulasi CVP antara lain :
Nyeri dan inflamasi pada lokasi penusukan
Bekuan darah karena tertekuknya kateter
Perdarahan : ekimosis atau perdarahan besar bila jarum terlepas
Tromboplebitis (emboli thrombus,emboli udara, sepsis)
Microshock
Disritmia jantung
7. Peran Perawat pada Pemasangan CVP
1) Sebelum Pemasangan
Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan
mengatur posisi sesuai dg daerah pemasangan
2) Saat Pemasangan
Memelihara alat-alat selalu steril
Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat pemasangan spt
gg irama jtg, perdarahan
Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan
3) Setelah Pemasangan
Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:( 1) melakukan Zero Balance:
menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV
dengan midaksila, (2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas ,
atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien, (3) melakukan kalibrasi untuk
mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap gelombang.
Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.
Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt.
Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom,
infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara memantau
gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP,
Swan gans).