Anda di halaman 1dari 9

ESSAY MATERI PRA – MONTESQUIEU

KE-UNPAD-AN

Mengerti keadaan dan kondisi dalam kampus Universitas Padjadjaran adalah suatu
yang wajib dewasa kini di pahami oleh mahasiswa yanag menjalankan pendidikannya di
kampus ini, dan mahasiswa harus memiliki keUNPADan yang maksudnya wawasan dan
pengetahuan sebagai mahasiwa UNPAD harus sebanding lurus dengan kualitas nama dan
almamater yang telah diraih oleh lembaga pendidikan ini, mulai dari segi pendidikan, kegiatan
atau aktivitas, dan hal apa saja yang berada di UNPAD harus dapat diketahui oleh mahasiswa
yang menuntut ilmu di kampus ini.

Rasa cinta pada Almamater, rasa bangga pada Universitas, dan rasa memiliki untuk
menjaga kampus yang indah ini itulah yang dimaksud keUNPADan menurut pendapat saya,
jika dilihat mahasiswa yang menuntut ilmu di Universitas Padjadjaran tidak hanya berasal dari
tanah sunda atau Jawa-Barat saja tetapi karena Universitas Padjadjaran ini adalah salah satu
Universitas terbaik di Indonesia maka domisili dari sumber daya manusia dan mahasiswanya
pun beragam baik dalam negeri atau luar negeri dan banyak perbedaan dari segi ras, suku, dan
budaya namun karena telah masuk dalam Universitas Padjadjaran maka semua hal yang beda
tersebut menjadi satu tujuan yaitu membanggakan untuk semua hal yang terkait dalam
pendidikan terutama dengan mebawa nama Universitas Padjdjaran yang dicintai ini.

Mahasiswa memiliki perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan
kampus yang baik dan pembangunan potensi kampus. Namun untuk mewujudkannya,
diperlukan kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu, mahasiswa juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas
kesejarahan, budaya, dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Langkah utama mengawali suatu perubahan pada suatu tatanan kampus adalah
bagaimana mahasiswa yang tergabung dalam sebuah organisasi mengenali sejarah mengapa
organisasi tersebut dibentuk. Hal tersebut akan menumbuhkan langkah dan semangat bagi para
pemimpin untuk membuat catatan baru perjuangan mahasiswa bagi rakyat. Frame work
seorang mahasiswa idealis dilihat dari seberapa besar ia dapat memberikan kontribusi bagi
mahasiswa lain dan bagi rakyat. Di kampus kita ini, Universitas Padjadjaran yang notabene
merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia terdapat banyak organisasi
kemahasiswaan yang dapat memfasilitasi kreatifitas dan minat bakat mahasiswanya.
Organisasi kemahasiswaan itu secara umum ternaung dalam suatu wadah yang disebut sebagai
Keluarga Mahasiswa Universitas Padjadjaran (Kema Unpad). Sejarah awalnya berdiri Kema
Unpad yang dirintis oleh para pendahulu kita merupakan titik awal terciptanya Student
Governance di Unpad. Tata kelola organisasi kemahasiswaan di Universitas Padjadjaran kini
secara bertahap akan terealisasi bila adanya hubungan dinamis yang harmonis antar lembaga
kemahasiswaan di Unpad. Tidak dipungkiri, berbagai warna yang mencirikan setiap elemen di
Unpad ini, dan tidak mustahil pula apabila kita dapat mewujudkan warna-warna tersebut dalam
satu kesatuan yang indah, layaknya pelangi. Salah satu sarana untuk mencapai hal tersebut
maka terwujudlah Organisasi Kemahasiswaan Kema Unpad.

Kema Unpad terdiri dari Kongres Kema Unpad sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dalam kehidupan kemahasiswaan di Universitas Padjadjaran. Kemudian Badan Perwakilan
Mahasiswa (BPM Kema Unpad) sebagai lembaga legislatifnya, dan Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM Kema Unpad) yang berperan sebagai eksekutor atau menjalankan fungsi
sebagai lembaga eksekutif. Selain itu, Kema Unpad juga mencakup lembaga-lembaga yang
sifatnya keminatan, lembaga tingkat fakultas, dan tingkat jurusan, lembaga-lembaga tersebut
adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), BEM Fakultas, BPM Fakultas, dan Himpunan
Mahasiswa Jurusan yang terdiri dari Badan Pengurus Harian (BPH) dan Badan Perwakilan
Angkatannya (BPA). Namun kondisinya, di lapangan sistem seperti ini tidak begitu saja
diterima oleh semua pihak. Baik dari pihak birokrat kampus, maupun dari pihak mahasiswa itu
sendiri. Dari pihak mahasiswa sendiri sistem seperti ini menimbulkan pro dan kontra yang
cukup berkepanjangan. Hal ini dikarenakan sistem Kema di Unpad ini masih memiliki berbagai
kekurangan atau kendala. Kendala utamanya adalah tidak adanya hubungan yang jelas antara
lembaga yang satu dengan lembaga lainya, misalnya antara BEM Universitas dengan BEM
Fakultas. Hal ini dapat terlihat dari penamaan ketua lembaga. Ketidakjelasan ini menimbulkan
perbedaan persepsi dari masing-masing lembaga dan individu. Pada akhirnya, setiap lembaga
maupun individu memiliki penafsirannya masing-masing mengenai pola hubungan antar
lembaga di Kema Unpad ini. Hal inilah yang menimbulkan pro dan kontra tentang keberadaan
Kema Unpad sekarang ini.

Kendala lainnya adalah timbulnya ego-ego lembaga di Kema Unpad. Setiap lembaga
ingin menonjolkan eksistensinya masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan
program kerja. Saat ini, yang lebih terlihat adalah nama lembaga masing-masing, bukan Unpad
secara keseluruhan. Padahal jika dicermati lebih mendalam, sebenarnya target yang ingin
dicapai rata-rata sama. Sebagai contoh, hampir setiap lembaga kemahasiswaan di Unpad
memiliki program kerja donor darah, namun dalam pelaksanaannya masing-masing lembaga
melaksanakannya secara terpisah sehingga hasil yang dicapai—misalnya dari segi capaian
peserta—kurang maksimal, padahal apabila disinergiskan dengan lembaga kemahasiswaan
lain dengan membawa nama Kema Unpad—tidak lagi membawa nama masing-masing
fakultas—tentunya hasil yang dicapai akan lebih maksimal. Adapun pendukung proses tersebut
adalah pengetahuan dan kepahaman seluruh elemen mahasiswa mengenai konsep dan praktik
mengenai pemberlakuan student governance di lingkungan Unpad. Organisasi kemahasiswaan
itu secara umum ternaung dalam suatu wadah yaitu Keluarga Mahasiswa Universitas
Padjadjaran yang disebut Kema Unpad. Untuk itulah perlu diadakannya program pencerdasan
kepada seluruh elemen mahasiswa di Unpad dengan memberikan kajian komprehensif
mengenai bentukan konsep Student Governance yang baik (Good Student Governance). Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan kajian berguna demi pembentukan pemerintahan
mahasiswa yang berlaku di Universitas Padjadjaran.

Apa itu Stugov (Student Governance)? Tidak ada yang menjadi definisi tegas mengenai
stugov ini. Namun bila ditilik dari konsep good governance pemerintahan Indonesia, kita bisa
langsung mendapatkan definisi tersendiri mengenai stugov. Student Governance di lingkungan
Universitas Padjadjaran adalah tata kelola organisasi kemahasiswaan di lingkungan Unpad
yang bersifat representative, akuntable, efektif dan efisien serta dijalankan secara profesional.
Bagaimana penerapan stugov di Unpad? Penerapan di Unpad sendiri baru dilakukan akhir
tahun kemarin. Padahal pada pewacanaannya, sudah hampir lima tahun Kemahasiswaan Unpad
ingin menerapkan Stugov. Dengan bentuk organisasi yang federasi terciptanya BAK (Badan
Audit Keuangan) dan pola hubungan BAK yang kordinatif, pembenahan hubungan, dan
strukturisasi Kema Unpad yang instruksi dalam pengadaan kegiatan. Namun, kordinatif dalam
pelaksanaan, menciptakan mekanisme keuangan yang blockgrant, sinkronisasi proker
(program kerja), periodeisasi, dan lain-lain. Keinginan bagi perintis dan kawan-kawan yang
ada di seluruh fakultas adalah penerapan stugov tidak akan mematikan kreatifitas mahasiswa.
Sistem organisasi dengan konsep seperti ini akan memberikan pemandangan yang luas bagi
tiap lembaga yang ada di Unpad secara lebih luas. Silaturrahmi yang selalu dijalin akan lebih
erat, keuangan, dan dana kemahasiswaan dapat digunakan secara lebih profesional, dan pola
kaderisasi yang jelas untuk keutuhan serta perbaikan Kema Unpad. Satu hal yang perlu
dipahami adalah, semua yang dilakukan ini tidak lain untuk menjadikan sesuatu yang lebih
baik, kita (Keluarga Mahasiswa Unpad) menjadi jelas di mata setiap elemen, mempunyai tata
kelola organisasi yang rapi, dan untuk Unpad yang lebih baik.

LEMBAGA LEGISLATIF MAHASISWA : APA, SIAPA, DAN BAGAIMANA?

Menurut kaidah bahasa, badan legislatif adalah badan yang bertugas untuk menyusun
kebijakan untuk dilaksanakan nantinya. Dalam konsep demokrasi, badan legislatif identik
dengan badan perwakilan. Artinya, badan legislatif sebagai badan pengemban kedaulatan atau
badan yang menjalankan kedaulatan yang bertugas untuk membentuk kebijakan yang
mencerminkan dari keinginan mahasiswa. Jadi, kebijakan tersebut nantinya bukanlah dari
suatu pihak atau golongan semata. Untuk itu, badan legislatif mahasiswa haruslah
mencerminkan representasi dari mahasiswa – mahasiswa yang ada. Dalam kenyataannya, kita
sering mendengar adanya Dewan Perwakilan Mahasiswa ( DPM ), Badan Perwakilan
Mahasiswa ( BPM ), Dewan Legislatif Mahasiswa ( DLM ), Dewan Mahasiswa ( DEMA ),
Parlemen Mahasiswa, dan lain – lain. Istilah – istilah diatas merupakan bentuk dari badan
legislatif mahasiswa yang ada di universitas – universitas di Indonesia. Badan legislatif
mahasiswa beranggotakan wakil – wakil mahasiswa yang dipilih melalui Pemilu atau
mekanisme tertentu. Wakil mahasiswa tersebut haruslah mewakili dari golongan tertentu.
Seorang wakil mahasiswa mengemban amanat untuk menampung dan menyalurkan aspirasi
mahasiswa untuk menjadi suatu kebijakan ( legislator ). Maka dari itu, wakil mahasiswa
dituntut untuk dapat sensitif dalam mendengarkan keluhan mahasiswa serta aktif dalam
menuangkan pemikiran untuk menyusun suatu kebijakan yang akan diberlakukan dalam
lingkungan mahasiswa. Dalam praktik sehari – hari, seorang wakil mahasiswa dituntut untuk
mampu turun kebawah untuk menampung aspirasi mahasiswa sebesar – besarnya dan
menuangkannya dalam suatu forum kerja yang berupa rapat – rapat serta Sidang Umum. Sangat
ironis apabila seorang wakil mahasiswa ketika menjalankan tugasnya bersikap pasif alias diam
dan cenderung acuh tak acuh tanpa memberikan suatu kontribusi yang berarti bagi
penyelenggaraan kehidupan kemahasiswaan. Secara keseluruhan, badan legislatif mahasiswa
dituntut harus mampu menuangkan terobosan – terobosan yang bersifat inovatif dalam hal
kebijakan – kebijakan sehingga fungsi legislatif tersebut benar – benar berjalan secara optimal.
Disamping itu, badan legislatif mahasiswa juga dituntut untuk aktif mengawasi pelaksanaan
dan mengevaluasi dari praktik – praktik penyelenggaraan sistem tersebut. Praktik – praktik
penyelenggaraan dapat berupa kebijakan – kebijakan atau proses yang terjadi di dalam sistem
tersebut. Hal ini bertujuan agar terjadi kontrol dan keseimbangan ( check and balances )
sehingga menghindarkan penumpukan kekuasaan yang berdampak pada absolutisme. Untuk
itu, disinilah dituntut peran serta dari seluruh wakil mahasiswa yang duduk di badan legislatif
mahasiswa untuk menjalankan fungsi dari badan tersebut secara menyeluruh.

SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG, SERTA ALAT


KELENGKAPAN

Lembaga legislatif mahasiswa ( selanjutnya akan disebut DPM ) merupakan lembaga


yang terdiri dari mahasiswa – mahasiswa yang duduk di lembaga tersebut dengan
mengedepankan azaz demokrasi perwakilan. Dalam konteks demokrasi kampus, lembaga ini
berkedudukan sebagai lembaga tertinggi mahasiswa yang memiliki fungsi antara lain :

1. Fungsi Legislasi
Legislasi merupakan tugas utama dari seorang anggota dewan karena dengan fungsi
inilah seorang anggota dewan mampu menyalurkan aspirasinya banyaknya produk perundang-
undangan yang diciptakan dalam satu periode kerja merupakan salah satu parameter
keberhasilan dari DPM tersebut.

2. Fungsi Pengawasan

DPM mempunyai kewajiban untuk mengawasi kinerja dari lembaga eksekutif . Hal ini
bertujuan agar lembaga eksekutif bekerja secara optimal dan sesuai dengan amanat rakyat
(baca : mahasiswa yang memilih).

3. Fungsi Anggaran

Sudah seyogyanya jika keuangan mahasiswa di pegang oleh mahasiswa itu sendiri.
Pengelolaan keuangan ini dipegang dan diatur penggunaannya oleh DPM/Senat Mahasiswa
sebagaimana yang terjadi pada pemerintahan yang sebenarnya (Pemerintahan Republik
Indonesia). Senat/DPM mengevaluasi kinerja dari UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan BEM
(Badan Eksekutif Mahasiswa) sehingga pengelolaan dana keuangan dan pemberian anggaran
dilakukan berdasarkan kinerja dari ormawa tersebut.
4. Fungsi Advokasi

Fungsi advokasi ini dilakukan untuk menyampaikan keluhan, masukan, saran dan kritik
mahasiswa kepada pihak pengelola universitas agar aspirasi serta permasalahan yang ada
dapat terselesaikan.

DPM mempunyai tugas dan wewenang:

a) Membentuk peraturan kemahasiswaan yang dibahas bersama Ketua BEM yang


bertujuan untuk mendapat kesepakatan bersama
b) Membahas bersama Ketua BEM dengan memperhatikan pimpinan kelembagaan
terkait dalam hal memberikan persetujuan atas rancangan anggaran kemahasiswaan
yang diajukan oleh Ketua BEM;
c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan kemahasiswaan;
d) Memberikan persetujuan atas sikap dan pandangan politis dari Ketua BEM;
e) Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan kemahasiswaan;
f) Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi mahasiswa; dan.

DPM memiliki beberapa hak yaitu :


1) Hak Interpelasi, yaitu hak yang mempertanyakan kebijakan – kebijakan lembaga
eksekutif
2) Hak Budget, yaitu hak untuk mengusulkan anggaran
3) Hak Angket, yaitu hak untuk menghimpun pendapat dalam menyikapi sebuah kebijakan
4) Hak Insiatif, yaitu hak dalam mengajukan rancangan peraturan kemahasiswaan

Dalam menjalankan fungsinya, DPM memiliki alat kelengkapan yaitu sekretariat dan
komisi – komisi. Sekretariat adalah alat kelengkapan DPM yang bertanggung jawab dalam
pengelolaan administrasi, keuangan, perlengkapan, serta penyediaan kebutuhan – kebutuhan
DPM. Alat kelengkapan ini dipimpin oleh seorang Sekretaris yang bertanggung jawab
langsung kepada Ketua DPM. Sedangkan untuk menjalankan fungsi – fungsi seperti
pengawasan, legislasi, anggaran, dan advokasi, DPM membentuk komisi – komisi. Alat
kelengkapan ini bukanlah alat kelengkapan pelaksana teknis seperti alat kelengkapan yang
terdapat pada organisasi – organisasi yang bersifat eksekutif. Komisi – komisi hanya
merupakan perpanjangan tangan DPM dalam menjalankan fungsi legislasi, pengawasan,
anggaran, dan advokasi.
Dalam kondisi tertentu, DPM dapat membentuk panitia kerja untuk menindaklanjuti
permasalahan – permasalahan tertentu ( Misalnya : Panitia Kerja Pembahasan Wacana
Semester Pendek ). Panitia kerja ini terdiri dari anggota – anggota DPM yang diusulkan dan
ditetapkan dalam rapat paripurna. Setelah terbentuk, panitia kerja melakukan rapat untuk
memilih ketua panitia kerja. DPM juga memiliki alat kelengkapan yaitu Pimpinan DPM yang
biasanya terdiri dari Ketua dan jika dibutuhkan maka dapat dibentuk Wakil Ketua yang
berfungsi membantu Ketua DPM. Pimpinan DPM memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Menjadi juru bicara keputusan – keputusan DPM ke luar
2) Mengatur lalu lintas komunikasi antar anggota DPM dalam sidang maupun rapat
paripurna
3) Menyusun kebijakan penyediaan kebutuhan – kebutuhan DPM bersama Sekretaris
4) Menjadi juru bicara ke dalam DPM
5) Menetapkan keputusan DPM setelah diputuskan oleh sidang maupun rapat DPM

MEKANISME KERJA KELEMBAGAAN

Kinerja DPM ditunjukkan dalam hal pengawasan, legislasi, anggaran, dan advokasi yang
dicerminkan dalam kegiatan – kegiatan seperti Sidang Umum, Sidang Istimewa, Rapat – rapat,
serta kegiatan – kegiatan yang sehubungan dengan penggunaan hak keanggotaan DPM.

Berikut penjelasan dari kegiatan – kegiatan DPM :

1. Sidang Umum
Sidang Umum adalah rangkaian kegiatan DPM yang bersifat berkala ( biasanya
dilaksanakan 3 bulan sekali ). Sidang Umum berfungsi untuk membentuk peraturan
kemahasiswaan, menindaklanjuti aspirasi mahasiswa, serta membahas hal – hal yang dianggap
perlu. Sidang Umum dihadiri oleh seluruh anggota DPM dan pimpinan – pimpinan lembaga –
lembaga eksekutif ( misalnya : BEM dan HMJ ).

2. Sidang Istimewa
Sidang Istimewa adalah kegiatan DPM yang bersifat luar biasa dan berfungsi dalam hal
– hal antara lain : Pelantikan BEM, Penetapan sanksi kelembagaan, dan lain – lain.
3. Rapat – rapat
Dalam menjalankan tugasnya, DPM memiliki beberapa jenis rapat yaitu :
a. Rapat Kerja, adalah rapat yang dilakukan guna menjalankan fungsi DPM. Biasanya
rapat ini diadakan dengan mitra – mitra kerja DPM ( contoh : Rapat Kerja dengan
Pimpinan Fakultas mengenai pelaksanaan jajak pendapat mahasiswa )
b. Rapat Dengar Pendapat, adalah rapat yang bertujuan untuk melakukan dengar
pendapat dengan pihak – pihak tertentu yang sifatnya bertujuan untuk mendukung
kerja DPM ( Contoh : Rapat Dengar Pendapat dengan Mahasiswa Jurusan Akuntansi
mengenai dosen yang bermasalah )
c. Rapat Komisi, adalah rapat yang dilakukan oleh internal komisi yang bertujuan untuk
menjalankan fungsi komisi. ( Contoh : Rapat Komisi III tentang tindak lanjut
penyelewangan pimpinan kelembagaan )
d. Rapat Paripurna, adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota DPM yang bertujuan
untuk menetapkan sebuah keputusan.

4. Kegiatan lainnya
Dalam kapasitas sebagai lembaga perwakilan mahasiswa, DPM dapat melaksanakan
kegiatan – kegiatan lain yang sifatnya menunjang tugas ke-dewan-an seperti penyelenggaran
seminar / lokakarya dengan tema – tema legislatif mahasiswa, melakukan jajak pendapat,
memberikan pernyataan sikap, dan lain – lain.

HAK & KEWAJIBAN ANGGOTA LEMBAGA LEGISLATIF MAHASISWA

Setiap anggota DPM berkedudukan sebagai wakil mahasiswa dalam lembaga DPM.
Untuk itu, setiap anggota DPM memiliki hak yang terdiri dari :
1. Hak Bertanya, ialah hak untuk mempertanyakan suatu kebijakan
2. Hak Bicara, ialah hak untuk menyampaikan pendapat
3. Hak Suara, ialah hak untuk menetapkan sebuah pilihan
4. Hak Budget, ialah hak untuk mengusulkan anggaran
5. Hak Inisiatif, ialah hak untuk mengajukan rancangan peraturan kemahasiswaan
Disamping memiliki hak, anggota DPM juga memiliki kewajiban yaitu :
1. Menjalankan tugas sebagai wakil mahasiswa
2. Menghadiri setiap sidang maupun rapat – rapat yang telah ditetapkan
3. Melakukan advokasi kepada mahasiswa yang membutuhkan
4. Menyerap aspirasi mahasiswa yang kemudian dibawa ke dalam sidang maupun rapat-
rapat DPM.
5. Menjalankan semua konsekuensi DPM.

Anda mungkin juga menyukai