Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TENTANG
PENYELUNDUPAN IMPOR NARKOBA

DISUSUN OLEH :
MOHAMAD AL AZIS ( 120903101059 )

ILMU ADMINISTRASI DIII PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktu dan
harapan yang telah ditentukan.

Makalah ini berjudul “Penyelundupan Impor Narkoba “ dan kami


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu kami membuka
diri untuk menerima saran,kritik dan masukan yang konstruktif demi
kesempurnaan tugas yang akan datang.

Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kami khususnya dan
para pembaca,pihak Universitas pada umumnya demi menambah wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas dalam rangka menambah khasanah budaya nasional
kita.

Banda Aceh,18 Januari 2018


DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ………………………………………………..… i
KATA PENGANTAR ……………………...…………….……………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………….. iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………… 2
1.3 Tujuan dan manfaat ………………………………………………..… 2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian penyelundupan…………………………….…….………. 3
2.2 Penyebab penyelundupan impor narkoba ……….………………… 7
2.3 Peredaran Gelap peradaran narkoba di Indonesia …………………. 8
2.4. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap
Narkoba Di Indonesia ………………………………………………. 9
2.3 Studi Kasus Penyelundupan Impor Narkoba………………………… 12

BAB III. PENUTUP


3.1 Kesimpulan ……………………………………………..……………..
15
3.2 Saran …………………………………………………………...............
15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyelundupan impor narkoba marak terjadi di Indonesia,
meskipun sudah ada ketentuan hukum yang menegaskan masalah
penyelundupan impor narkoba tersebut namun hal itu tidak membuat jera
para pelaku. Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia telah mencapai tahap
yang sangat mengkhawatirkan. Narkoba tidak lagi mengenal batas usia.
Orang tua, muda, remaja bahkan anak – anak ada yang menjadi
penyalahguna dan pengedar gelap Narkoba. Diperkirakan 1,5 persen dari
total jumlah penduduk Indonesia adalah pengguna Narkoba. Peredaran
gelap Narkoba di Indonesia pun tidak kalah mengkhawatirkan. Narkoba
tidak hanya beredar di kota – kota besar di Indonesia, tetapi juga sudah
merambah sampai ke pelosok desa. Indonesia yang dahulunya merupakan
Negara transit/ lalu lintas perdagangan gelap Narkoba karena letak
geografis negara Indonesia yang sangat strategis (posisi silang), telah
berudah menjadi Negara produsen Narkoba. Hal ini dapat dilihat dengan
terungkapnya beberapa laboratorium narkoba (clandenstin lab) di
Indonesia. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi
komunikasi, liberalisasi perdagangan serta pesatnya kemajuan industri
pariwisata telah menjadikan Indonesia sebagai Negara potensial sebagai
produsen Narkoba. Posisi Indonesia yang sudah berkembang sebagai
Negara Produsen Narkoba telah menghadapkan Indonesia pada masalah
yang sangat serius. Peredaran Narkoba yang semakin “menggila”
disamping berakibat sangat buruk bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan
Negara, pada akhirnya dapat pula menimbulkan gangguan keamanan dan
ketertiban Nasional.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud penyelundupan impor narkoba?
b. Apa penyebab adanya penyelundupan impor narkoba tersebut?
c. Bagaimana cara penyelundupan impor narkoba tersebut?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian penyelundupan impor narkoba
b. Untuk mengetahui penyebab penyelundupan impor narkoba
tersebut
c. Agar mengetahui cara-cara apa saja yang digunakan dalam usaha
penyelundupan narkoba
d. Untuk mengetahui peredaran gelap narkoba di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyelundupan


Pengertian Penyelundupan menurut hokum pidana Indonesia
ialahKebijakan-kebijakan pemerintah baik berupa kelonggaran-kelonggaran
serta larangan impor barang tertentu dalam rangka melindungi industri dalam
negeri maupun kibijaksanaan perindstrian atau perdagangan tertentu
memerlukan kecermatan dalam pengendalian dan pengawasan untuk
mencegah terjadinya penyalahgunaan atau penyelundupan.
Terhadap tindak pidana ekonomi atau penyelundupan “tampak belum
memasyarakat sehingga pemanfaatan Undang-Undang Nomor 10/1995 yang
memungkinkan peraturan tertentu dapat mempergunakan sanksi tindak pidana
ekonomi yang cukup berat masih langkah.
Tindak pidana ekonomi diatur dengan undang-undang darurat Nomor
10 Tahun 1995 tentang pengusutan, dan penuntutan tindak pidana ekonomi
yang mulai berlaku pada tanggal 13 Mei 1955, undang-undang darurat
tersebut undang-undang Nomor: 10/1995.
Berdasarkan penjelasan resmi UU No. 10/1995. maka dapat
diketahui sifat-sifat tindak pidana ekonomi antara lain;
1. Praktek jahat para perdagangan, penjelasan resmi undang undang No;
10/1995 antara lain memuat: "Dalam banyak kalangan, banyak anasir-
anasir yang tidak menghentukan praktek yang jahat itu selama mereka
masih mempunyai kesempatan untuk berbuat demikian.”
Hal ini lebih mudah dipahami dengan pengetahuan bahwa
kalangan pedagang berupaya secara maksimal untuk memperoleh
keuntungan atau laba sebesar-besarnya, kadang-kadang lupa akan etika
bahkan berupaya melanggar peraturan-peraturan. Mereka tanpa
kepeduliannya terhadap kepentingan umum. Hal yang demikian telah
wajar jika dikatagorikan sebagai praktek jahat.

3
2. Mengancam atau merugikan aspek kepintingam umum.
Penjelasan umum Undang-undang Nomor 10/1995 antara lain
memuat: "Mengancam dan merugikan kepentingan-kepentingan yang
sangat gecomp atau nceerd” dalam kamus gecompl ceerd adalah
rumet, kalut, rumit.
3. Anggapan mencari untung sebasar-besarnya merupakn kalkulasi
perhitungan usaha bukan kejahatan.
Sementara itu, jika melihat kembali Rechten Ordonantie pada saat
sekarang ini, maka itu bisa disebut dan dikenal dengan nama Ordinasi Bea
yang telah ada semenjak tahun 1882, telah diundangkan di dalam staatblad
1882 : 240 yang kemudian denga staatblad 1931 : 471 telah di undangkan
kembali. Ordinasi Bea selama ini telah mengalami beberapa kali perubahan
dan penambahan sampai pada akhirnya telah dimasukan dalam Undang-
undang Nomor 10/1995 tentang pengusutan, penuntutan dan peradilan tindak
pidana ekonomi, sehingga dengan demikian tindak pidana yang terdapat
didalam ordinasi bea telah dikualifikasikan sebagai tindak pidana ekonomi.
Dengan merujuk pada tahun diundangkannya Recchten Ordinasi
berarti tindak pidana penyelundupan dengan segala aspeknya telah lama
dikenal yaitu kurang lebih 100 tahun yang lalu, berarti pada waktu itu
penyelundupan telah dinilai sebagai suatu perbuatan yang amat
menguntungkan bagi pelakunya tetapi di sini yang lain amat merugikan
penghasilan negara yang akhirnya berakibat mengacaukan perekonomian,
perdagangan dan keuangan negara bahkan tidak mustahil untuk dapat di nilai
sebagi perbuatan yang merongrong negara di dalam arti Undang-undang
Nomor 14 /PNPS/1963. Oleh karenanya, pemberlakuan hukum itu sangat
diperlukan dalam rangkah mejaga kesejateraan masyarakat dalam segala
aspek khususnya dalam aspek ekonomi.
Dengan demikian, maka fungsi dari hukum di sini adalah untuk
mengetahui hubungan antara negara atau masyarakat dengan warganya dan
hubungan antar manusia, agar supaya kehidupan didalam masyarakat berjalan
dengan lancar dan tertib. Hal ini mengakibatkan bahwa tugas hukum adalah
4
untuk mencapai kepastian hukum (demi adanya ketertiban) dan keadilan
dalam masyarakat. Kepastian hukum mengharuskan diciptakannya peraturan-
peraturan umum atau kaidah-kaidah yang berlaku umum. Agar supaya
terciptanya suasana yang aman dan tentram di dalam masyarakat.
Landasan dan sasaran berlakunya hukum agar dapat berfungsi
dengan baik diperlukan keserasian dalam hubungan antara empat faktor,
yakni :
1. Hukum atau peraturan itu sendiri, kemungkinannya adalah bahwa
terjadinya ketidakcocokan dalam peraturan perundang-undangan mengenai
bidang kehidupan tertentu. Kemungkinan lainnya adalah ketidakcocokan
antara peraturan perundangan dengan hukum tidak tertulis atau hukum
kebiasaan. Kadangkala ada tidaknya keserasian antara hukum tercatat
dengan hukum kebiasaan.
2. Mentalitas petugas yang menegakkan hukum, penegak hukum antara lain
mencakup hakim, polisi, jaksa, pembela, petugas masyarakat
3. Fasilitas yang diharapkan untuk mendukung pelaksanaan hukum. Kalau
hukum sudah baik dan juga mentalitas penegaknya baik akan tetapi
fasilitas kurang memadai, maka penegak hukum kurang dan tidak berjalan
dengan lancar.
4. Kesadaran hukum, kepatuhan hukum dan prilaku warga masyarakat.

Penyelundupan sendiri adalah suatu kegiatan mengimpor atau mengekspor


barang tanpa mengindahkan atau sama sekali tidak memenuhi ketentuan
atau prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Undang-undang No.10
Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.Perbuatan-perbuatan yang dikategorikan
sebagai tindak pidana penyelundupan dalam UU No. 5 Tahun 1995 antara
lain:
a. Menyerahkan Pemberitahuan Pabean dan/atau dokumen pelengkap
pabean dan/atau memberikan keterangan lisan atau tertulis yang palsu
atau dipalsukan yang digunakan untuk pemenuhan Kewajiban
Pabean.

5
b. Mengeluarkan barang impor dari Kawasan Pabean atau Tempat
Penimbunan Berikat, tanpa persetujuan Pejabat Bea dan Cukai
dengan maksud untuk mengelakkan pembayaran Bea Masuk dan/atau
pungutan negara lainnya dalam rangka impor.
c. Membuat, menyetujui, atau turut serta dalam penambahan data palsu
ke dalam buku atau catatan.
d. Menimbun, menyimpan, memiliki, membeli, menjual, menukar,
memperoleh, atau memberikan barang impor yang berasal dari tindak
pidana penyelundupan.
e. Mengangkut barang yang berasal dari tindak pidana penyelundupan
f. Memusnahkan, mengubah, memotong, menyembunyikan, atau
membuang buku atau catatan yang menurut UU Kepabeanan harus
disimpan
g. Menghilangkan, menyetujui, atau turut serta dalam penghilangan
keterangan dari Pemberitahuan Pabean, dokumen pelengkap pabean,
atau catatan.
h. Menyimpan dan/atau menyediakan blangko faktur dagang dari
perusahaan yang berdomisili di luar negeri yang diketahui dapat
digunakan sebagai kelengkapan Pemberitahuan Pabean menurut UU
Kepabeanan.
i. Membongkar barang impor di tempat lain dari tempat yang
ditentukan menurut UU Kepabeanan.
j. Tanpa izin membuka, melepas, atau merusak kunci, segel, atau tanda
pengaman yang telah dipasang oleh Pejabat Bea dan Cukai.
k. Tidak membawa barang impor ke Kantor Pabean tujuan pertama
melalui jalur yang ditetapkan dan kedatangan tersebut tidak
diberitahukan oleh pengangkutnya.
l. Pengangkut tidak melaporkan pembongkaran barang impor terlebih
dahulu ke Kantor Pabean terdekat.

6
m. Jumlah barang yang dibongkar kurang atau lebih banyak dari yang
diberitahukan dalam Pemberitahuan Pabean dan tidak dapat
membuktikan bahwa kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya
n. Mengeluarkan barang dari Kawasan Pabean sebelum diberikan
persetujuan oleh Pejabat Bea dan Cukai
o. Pengangkut yang tidak memberitahukan barang yang diangkutnya
dengan tujuan ke luar Daerah Pabean dengan menggunakan
Pemberitahuan Pabean.
p. Barang yang diangkutnya tidak sampai ke tempat tujuan atau jumlah
barang setelah sampai di tempat tujuan tidak sesuai dengan
Pemberitahuan Pabean, dan tidak dapat membuktikan bahwa
kesalahan tersebut terjadi diluar kemampuannya.
q. Tidak menyerahkan barang untuk diperiksa, membuka sarana
pengangkut atau bagiannya dan tidak membuka setiap bungkusan
atau pengemas yang akan diperiksa oleh pejabat Bea dan Cukai.
r. Tidak memenuhi permintaan Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan
pemeriksaan barang ekspor dan impor
s. Salah memberitahukan jenis dan/atau jumlah barang dalam
Pemberitahuan Pabean atas barang impor dan ekspor.
2.2 Penyebab penyelundupan impor narkoba
salah satu penyebabnya adalah tingginya harga narkoba yang
memang menarik banyak pihak untuk terlibat di dalamnya. Bahkan 1 kg
narkoba di Afganistan sebesar Rp200 juta, sampai di Indonesia bisa
mencapai Rp 2 miliar. Ada tiga modus penyelundupan narkoba, yaitu
 ditaruh di dalam tas atau koper yang dibawa pelaku,
 ditempel di tubuh pelaku,
 ditelan oleh pelaku.
Selain itu modus penyelundupan narkotika ke negeri ini memang terus
berkembang. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan, penyelundup narkoba
pun menyasar masyarakat yang baru pulang ibadah haji ataupun umroh.

7
Caranya mereka memasukkan heroin ke kover (sampul Alquran). Bahkan
kaligrafi Allah SWT dan Muhammad SAW diisi oleh sabu sebanyak 1 kg.
Tapi kita patut bersyukur karena semua petugas bea cukai sudah dilatih
untuk memiliki kemampuan mendeteksi penyelundupan narkoba.
2.3 Peredaran Gelap Narkoba Di Indonesia
Pada saat ini Indonesia tidak hanya sekedar menjadi daerah transit/ lalu
lintas Narkoba karena posisinya yang strategis. Jumlah penduduk yang besar,
letak goegrafis yang strategis dan kondisi sosial politik tengah berada pada
proses transisi dimana stabilitas politik dan keamanan masih sangat labil dan
rapuh telah mendorong Indonesia menjadi daerah tujuan perdagangan
Narkoba. Parahnya lagi, beberapa tahun belakangan ini Indonesia juga
diindikasikan sebagai daerah penghasil Narkoba. Hal ini dapat dilihat dengan
terungkapnya beberapa laboratorium narkoba (clandenstin lab) yang cukup
besar di Indonesia. Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi
komunikasi, liberalisasi perdagangan serta pesatnya kemajuan industri
pariwisata telah menjadikan Indonesia sebagai Negara potensial sebagai
produsen Narkoba.
Peredaran Narkoba di Indonesia pada hakekatnya melalui 3 ( tiga )
komponen utama yaitu Produsen, Distributor dan Konsumen. Beberapa
lingkungan tempat yang sering menjadi sasaran peredaran gelap Narkoba
antara lain Lingkungan Pergaulan danTempat Hiburan ( Diskotik, Karaoke,
Pub ), Lingkungan Pekerjaan baik di institusi pemerintahan maupun swasta
bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa di lingkungan Polri sendiri di
dapati kasus penyalahgunaan narkoba, Lingkungan Pendidikan Sekolah,
Universitas/Kampus sangat memungkinkan terdapat peredaran narkoba
karena banyak nya interaksi yang terjadi baik antar teman maupun
lingkungannya, Lingkungan tempat tinggal Perumahan Asrama, Tempat Kost
/ rumah kontrakan, Apartemen dan Hotel.
Disamping dari Dalam Negeri, Narkoba juga masih banyak yang
didatangkan dari Luar Negeri. Hal ini dapat terjadi melalui pengiriman darat,
laut maupun udara.
8
Peredaran Narkoba lewat darat sering terjadi di perbatasan antara
Indonesia dengan Negara sekitar. Hal ini terjadi karena lemahnya sistema dan
pengawasan keamanan Indonesia di daerah perbatasan. Para aparat dan
petugas yang bekerja diperbatasan tidak didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Serta kebijakan pemerintah yang kurang
memperhatikan perkembangan daerah perbatasan telah mengakibatkan
kesenjangan yang cukup besar antara masyarakat Indonesia dan daerah
perbatasan. Hal ini cendrung mendorong masyarakat local untuk melakukan
upaya kriminal dan bukan tidak mungkin membantu atau membiarkan
terjadinya peredaran Narkoba untuk mendapatkan keuntungan dan memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Peredaran Narkoba lewat laut juga termasuk sering dilakukan. Wilayah
Indonesia yanghampir 70 % adalah lautan adalah pintu bagi masuknya
Narkoba di Indonesia. Tidak semua wilayah bisa terkawal dengan optimal
oleh petugas Polair Polri, TNI Angkatan Laut maupun oleh Departemen
terkait lainnya. Belum lagi control yang kurang sangat rentan dimanfaatkan
oleh oknum petugas untuk meloloskan Narkoba masuk ke Indonesia, dengan
mengharapkan untuk mendapat imbalan ataupun suap.
Peredaran Narkoba melalui udara juga rentan menjadi akses masuk Narkoba
ke Indonesia. Walaupun beberapa bandara di Indonesia sudah dilengkapi
dengan alat pendeteksi Narkoba yang canggih, namun masih banyak sekali
bandara yang belum memilikinya. Apalagi semakin lama modus dan upaya
penyelundupan Narkoba ke Indonesia semakin berkembang mulai dari
melalui kurir anak – anak dan perempuan sampai dengan cara – cara yang
tidak masuk akal seperti menelan Narkoba dengan dibungkus semacam
pembungkus khusus untuk menghindari pendeteksian Narkoba oleh petugas.
2.4. Upaya Penanggulangan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba
Di Indonesia
Penanggulangangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
wajib dilakukan oleh pemerintah melalui aparat penegak hukum dan fungsi
terkait. Namun demikian peran serta masyarakat dalam menanggulangi
Narkoba juga mutlak diperlukan. Tanpa peran serta masyarakat.
9
Upaya yang dilakukan pemerintah tidak akan secara maksimal.
Langkah penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang
dilakukan polri dapat digolongkan menjadi 3 upaya yaitu preemtif, preventif
maupun repsesif.
Upaya pre-emtif antara lain dilakukan dengan cara educatif
pembinaan dan pengembangan lingkungan pola hidup masyarakat,
menciptakan hubungan yang harmonis antar sesama masyarakat dan antara
masyarakat dengan Polri melalui upaya penyuluhan dan sambang,
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam turut serta menjaga keamanan
ditengah masyarakat itu sendiri, dan memberikan pencerahan bahwa
menggunakan, membeli bahkan sampai memperjual belikan Narkoba adalah
perbuatan melanggar norma hukum dan norma agama, serta mengadakan
pendekatan solusi usaha mengantikan tanaman ganja yang sering di tanam
dengan tanaman pengganti yang lebih memiliki nilai jual tinggi namun tidak
melanggar hukum bagi masyarakat petani di Aceh. Disamping itu upaya pre
emtif juga dapat dilakukan melalui upaya lidik, pengamanan dan
penggalangan. Upaya pre – emtif sebagaimana tersebut diatas dapat
dilakukan oleh fungsi Bimbingan masyarakat (Bimmas) dan fungsi intelijen
Polri. Disamping itu upaya upaya edukasi, pembinaaan dan pengembangan
lingkungan hidup juga dapat dilakukan oleh fungsi Polair terhadap
masyarakat perairan dan masyarakat kepulauan di pulau – pulau yang sulit
terjangkau.
Upaya preventif dapat dilakukan melalui upaya mencegah masuknya
narkoba dari Luar negeri dengan melakukan pengawasan secara ketat di
daerah-daerah perbatsan seperti Bandara, pelabuhan laut dan perbatasan-
perbatasan darat. Disamping itu untuk mencegah lalulintas Narkoba ilegal di
dalam negeri dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti : operasi khusus /
razia di jalan – jalan terhadap kendaraan roda 2 dan roda 4 pada daerah rentan
lalu lintas Narkoba dengan sistem zig zag sehingga tidak terbaca oleh
jaringan pengedar Narkoba, melakukan Razia di tempat-tempat rawan
lalulintas narkoba secara ilegal atau tempat-tempat rawan transaksi narkoba
10
seperti tempat – tempat hiburan (Diskotik,karaoke,pub, kafe wareng remang
dan lain-lain), mengadakan patroli pencarian sumber Narkoba atau ladang
ganja meliputi seluruh wilayah terpencil, mencegah kebocoran Narkoba dari
sumber-sumber resmi seperti Rumah sakit, Apotik, Barang bukti dari aparat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lainya, pencegahan melalui kegiatan
penyuluhan, penerangan dan bimbingan tentang bahaya narkoba, dan juga
tentang perlunya pengawasan lingkungan oleh masyarakat sendiri terutama
keluarga. Upaya preventif ini dapat dilakukan oleh fungsi samapta, lalu lintas,
dan lain – lain.
Sedangkan upaya represif berupa upaya penindakan/ penegakan
hukum terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dapat
dilakukan dengan upaya penyelidikan dan penyidikan secara professional
oleh fungsi Reskrim / Res Narkoba Polri. Adapun upaya tersebut dilakukan
dengan memperhatikan perangkat hukum yang ada secara maksimal dan tepat
sasaran agar tercipta keseimbangan antara perbuatan yang dilakukan dengan
sanksi hukuman yang diterapkan serta menindak bagi siapa saja yang
menghalangi atau mempersulit penyidikan serta penuntutan dan pemeriksaan
perkara tindak pidana Narkotika dan atau tindak pidana Prekursor Narkotika
sebagaimana diatur dalam pasal 138 UU No 35 tahun 2009. Dan perkara
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba termasuk perkara yang
didahulukan dari perkara lainya untuk diajukan ke pengadilan untuk
penyelesaian perkara secepatnya sesuai pasal 74 UU No 35 tahun 2009 dan
pasal 58 UU No 5 tahun 1997.
Disamping hal tersebut diatas dalam menanggulangi penyalahgunaan
dan peredaran gelap Narkoba dari luar negeri, Polri melakukan kerjasama
dengan kepolisian Negara lain baik berupa kerjasama antar Negara, kawasan
regional ASEAN maupun Interasional melalui Perserikatan Bangsa – Bangsa
(PBB) melalui wadah Interpol. Kerjasama tersebut dapat berupa bantuan
dalam penyidikan tindak pidana Narkoba maupun kerjasama pendidikan
melalui Jakarta Center for Law Enforcemet Cooperation (JCLEC) dan United
Nation on Drug and Crime (UNODC). Tentu saja kerjasama Polri ini perlu
11
didukung dan ditindak lanjuti oleh pemerintah Negara dengan melakukan
kerjasama Government to Government dalam bentuk kerjasama atau
perjanjian ekstradisi dan perjanjian bantuan hukum timbal-balik dalam
masalah pidana.

2.3 Study kasus penyelundupan impor narkoba


a. Upaya departemen bea cukai dalam mengagalkan penyelupan narkaba
di bandara juanda
Customs Narcotics Team (CNT) Bea dan Cukai Type Madya
Pabean Juanda yang bekerja sama dengan BNN Provinsi, Dir Narkoba
Polda Jatim dan Pengamanan Kawasan Bandara Juanda, berhasil
menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu-sabu import seberat 182
gram, Senin (7/10/2013). Sabu berjumlah 6 bungkus yang disembunyikan
dalam lapisan kursi mobil (buchet seat) itu, kiriman dari Tan Eng Kooi,
warga Kuala Lumpur Malaysia, yang dikirim ke warga Surabaya bernama
Ivan Teguh Santoso. "Dua jok terdeteksi ada gambar barang
mencurigakan, saat melalui X-ray. Setelah dikembangkan, di dalam jok
mobil itu ditemukan sabu," ucap Iwan Hermawan, Kepala KPPBC Juanda.
Dia menambahkan, pasca ditemukan barang terlarang itu, petugas akhirnya
melakukan pengembangan dan berhasil mengamankan Ivan selaku
importir dan Jefrey, kurir dari Ivan dan 5 orang lainnya yang juga berusaha
mengambil kiriman itu. "Hasil pengembangan kasus ini, jaringan ini
dikendalikan oleh Iwan dan Steven tersangka sabu tangkapan Polwiltabes
Surabaya yang kini ditahan di Rutan kelas I Surabaya di Medaeng
Kecamatan Waru," terangnya. Dalam kasus ini, tersangka akan di jerat UU
No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika golongan I. Perbuatan tersangka juga
melanggar pasal 113 ayat 1 dan 2 Undang-undang no 35 Tahun 2009
tentang penyelundupan narkotika.

12
b. Penggagalan Kasus Upaya Penyelundupan Narkotika ( oleh Bea cukai
Bandara Sukarno Hatta )
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya
Pabean Soekarno Hatta kembali berhasil melakukan penggagalan upaya
penyelundupan barang larangan dan pembatasan berupa narkotika, sebagai
berikut:

Barang Bukti :
Kristal bening jenis Methamphetamine sebanyak 3.060 (tiga ribu enam
puluh gram) dengan estimasi nilai barang Rp 4.000.000.000,- (empat
milyar rupiah).

Pelaku
Seorang penumpang laki-laki WN China Taipei berinisial LI (34 tahun).

Modus
Narkotika tersebut disembunyikan di dalam koper yang dibawanya dengan
cara dilapisi coklat dalam kemasan makanan coklat dan di dalam kotak
elektronik.

Kronologis

1. Berdasarkan hasil dari analisa intelijen dan profilling terhadap


penumpang Tim Customs Tactical Unit (CTU) KPPBC Tipe Madya
Pabean Soekarno Hatta mencurigai seorang laki-laki Warga Negara
China Taipei yang berinisial LI (34 tahun) eks penumpang Cathay
Pasific ( CX-719) Rute Hongkong– Jakarta yang mendarat di
terminal 2D Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada hari Jumat
tanggal 5 Juli 2013 sekitar pukul 20.30 WIB yang diduga membawa
barang larangan berupa narkotika;
2. Atas analisa tersebut dilakukan pemeriksaan badan dan pemeriksaan
atas barang bawaan penumpang. Dari hasil pemeriksaan yang
mendalam, petugas berhasil menemukan kristal bening yang diduga
13
Methamphetamine (Shabu) yang disembunyikan dengan cara dilapisi
coklat dalam kemasan makanan coklat dan ditemukan lagi di dalam
kotak elektronik .
3. Kristal bening yang diduga Methamphetamine (Shabu) tersebut
setelah dilakukan penimbangan diketahui seberat 3.060 (tiga ribu
enam puluh) gram bruto.
4. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium Balai Pengujian dan
Identifikasi Barang Bea dan Cukai (BPIB) Cempaka putih, diketahui
kristal bening tersebut positif Methamphetamine.

Tindak Lanjut
Untuk penyelidikan dan pengembangan lebih lanjut tersangka dan barang
bukti kasus tersebut diserahkan kepada penyidik Polresta Bandara
Soekarno Hatta

Ancaman Hukuman
Metamphetamine (Shabu) sesuai UU No. 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika tanggal 12 Oktober 2009 merupakan kategori Narkotika
Golongan I. Penyelundupan Narkotika Golongan I ke Indonesia adalah
pelanggaran pidana sesuai pasal 113 ayat 1 dan 2 Undang-undang No. 35
Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman pidana penjara paling
lama 15 (lima belas) tahun penjara dan pidana denda paling banyak Rp. 10
milyar. Dalam hal barang bukti beratnya melebihi 5 gram pelaku di pidana
dengan pidana mati, pidana seumur hidup atau pidana penjara paling lama
20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum Rp. 10 Milyar
ditambah 1/3.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyelundupan adalah suatu kegiatan mengimpor atau mengekspor
barang tanpa mengindahkan atau sama sekali tidak memenuhi ketentuan
atau prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Undang-undang
No.10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan. Salah satu penyebabnya adalah
tingginya harga narkoba di Indonesia yang memang menarik banyak pihak
untuk terlibat di dalamnya. Ada tiga modus penyelundupan narkoba, yaitu
ditaruh di dalam tas atau koper yang dibawa pelaku, ditempel di tubuh
pelaku dan ditelan oleh pelaku. Bahkan masyarakat yang baru pulang
ibadah haji ataupun umroh pun ikut menjadi sasaran. Caranya yaitu
mereka memasukkan heroin ke kover (sampul Alquran) bahkan kaligrafi
Allah SWT dan Muhammad SAW diisi oleh sabu sebanyak 1 kg.
3.2 Saran
Pihak petugas bea cuaki perlu lebih teliti lagi dalam melakukan
pengawasan terhadap barang impor, karena meskipun sudah dilakukan
pengawasan yang ketat namun kasus penyelundupan impor narkoba masih
saja terjadi serta menggalakkan sosisalisasi UU Narkoba yang baru yaitu
UU No 35 tahun 2009 tentang Narkotika, sehingga dapat meningkatkan
eksistensi Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama – sama Polri serta
meningkatkan kesadaran hukum masyarakat dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia.Selain itu
hukum di negeri ini harus lebih tegas lagi dalam menindak para
penyelundup untuk memberikan rasa jera.

15
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Prapto Soepardi, 1991. Tindak Pidana Penyelundupan, Pengungkapan dan
Penindakannya, Surabaya: Usaha Nasional.
Soerjono Soekamto, 1983. Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka
Pembangunan di Indonesia, Jakarta : UI Press.
Modul Manajemen Opsnal Kepolisian PTIK, 2007.
Ismail, Chairuddin. “Kapita selekta penegakkan hukum tindak pidana tertentu”.
PTIK Press, 2007.
Kelana, Momo. “Konsep – konsep hukum Kepolisian Indonesia”. PTIK Press,
2007

Artikel internet
Bea cukai Soeta " Penggalan Upaya kasus penyelundupna narkoba “
http://www.bcsoetta.net/v1/article/penggagalan-kasus-upaya-penyelundupan-
narkotika di akses pada 26 Oktober 2013
Berita Jatim “Bea Cukai Juanda Gagalkan Penyelundupan Sabu Impor”
http://beritajatim.com/hukum_kriminal/185968/bea_cukai_juanda_gagalkan_peny
elundupan di akses pada 26 Oktober 2013
King, Travel. “Pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan Narkoba”
, http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1900061-pencegahan-dan-
penanggulangan-penyalahgunaan-narkoba/ di akses pada 26 Oktober 2013
Antara News. “1,5 persen penduduk Indonesia pengguna Narkoba”
http://hileud.com/15-persen-penduduk-indonesia-pengguna-narkoba.html di akses
pada 26 Oktober 2013

Peraturan Perundang – undangan


Undang – Undang RI Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP
Undang – Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Anda mungkin juga menyukai