Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN)
Tahun 2016 ini, dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu yang ditentukan.
Hal ini menyiratkan bahwa Kepala BNN sebagai penanggung jawab program
dan kegiatan di bidang P4GN, wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkan
kinerja secara akuntabel baik kepada Presiden sebagai Kepala Negara maupun
masyarakat sebagai penerima manfaat program dan kegiatan yang digulirkan.
Secara umum Sasaran Strategis BNN yang telah ditetapkan, telah mencapai
target dengan baik bahkan terdapat sasaran kinerja yang melebihi target yang
ditentukan. Namun demikian juga masih terdapat target kinerja yang belum mencapai
hasil secara optimal, tentunya keberhasilan dan kegagalan pencapaian target
menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan di masa
mendatang.
TTD
Dari segi penyerapan anggaran, Tahun 2016 BNN berhasil menyerap anggaran
sebesar 72%. Sisa anggaran merupakan penghematan dari Belanja Pegawai,
Belanja Barang dan Belanja Modal.
Grafik 16 Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Sebelum Pagu Blokir ... 77
Grafik 17 Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Setelah Pagu Blokir ..... 78
A. Latar Belakang.
B. Dasar Hukum.
1. Kedudukan.
2. Tugas.
3. Fungsi.
4. Kewenangan.
D. Struktur Organisasi.
KEPALA
ITTAMA SETTAMA
PUS LITDATIN
BNNP
BNNK/KOTA
E. Sistematika.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) di bidang P4GN ini disusun
dengan sistimatika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan.
Bab II Perencanaan Kinerja.
Bab III Akuntabilitas Kinerja.
Bab IV Penutup.
Lampiran
1. Perjanjian Kinerja
2. Lain-lain yang dianggap perlu
Guna mengetahui lebih jauh tentang capaian kinerja yang telah dilakukan
BNN selama kurun waktu tahun 2016, perlu dilakukan evaluasi dengan cara
melakukan analisis yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan.
Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam
bentuk narasi maupun tabel atau grafik.
Hasil survei BNN bekerja sama dengan Puslitkes UI Tahun 2014 telah
melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba secara umum sebesar
2,18%. Berdasarkan hasil survei tersebut telah dilakukan perhitungan proyeksi
angka prevalensi, dimana tahun 2016 telah diproyeksikan angka prevalensi
penyalahgunaan Narkoba secara umum sebesar 2,21% atau setara dengan
4.173.633 orang dengan rincinan kategori adiksi coba pakai sebanyak 1.632.636
orang (prevalensi 0,87%); kategori teratur pakai sebanyak 1.539.360 orang
(prevalensi 0,82%); kategori pecandu suntik sebanyak 70.001 orang (prevalensi
0,04%) dan pecandu non suntik sebanyak 931.636 orang (prevalensi 0,49).
6 5,2 5,1
4,3
3,8
4 2,9
1,9
2
0
2006 2009 2011 2016
Indikator Kinerja
Formula Hasil Perhitungan Keterangan
Utama
Laju peningkatan =(((TpRp)+Tp)/Tp))*100% =(((0.05- (-0.3)+0.05 - Tp : Target
prevalensi /0.05))*100% Prevalensi
penyalahgunaan =(0.4/0.05)*100% - Rp : Realisasi
Narkoba =800% Prevalensi
90% 87%
81% 84%
77% 79%
80%
74%
69%
70% 65%
Angka target sebesar 9,75% sebagai batas atas laju angka penyalah guna
Narkoba coba pakai didapatkan dari data penelitian coba pakai pada 3 (tiga)
kelompok sasaran yaitu pelajar/mahasiswa, masyarakat, keluarga, dan pekerja.
Keberhasilan program dinilai dari keberhasilan menekan angka laju coba pakai
dibawah angka 9,75% dan dikatakan tidak berhasil menekan laju coba pakai
apabila angka hasil penelitian menunjukan laju coba pakai diatas angka target
9,75%, sebagaimana tergambar dalam bagan berikut ini:
Berdasarkan data tersebut angka proyeksi coba pakai pada tahun 2019
adalah sebesar 1.809.138, dengan demikian estimasi coba pakai tahun 2019
adalah 9,75%. Dengan membandingkan angka proyeksi tersebut dengan
baseline tahun 2008 sebesar 892.928, lalu hasilnya dibagi 11 tahun diperoleh
angka rata-rata kenaikan sebesar +9,75%.
Meskipun data yang tersaji tahun 2016 ini tidak bisa dibadingkan secara
apple to apple disebabkan target 9,75% adalah untuk 3 (tiga) kelompok
sasaran, namun hasil penelitian pada tahun 2016 khusus pada kelompok pelajar
dan mahasiswa setidaknya dapat menggambarkan keberhasilan dalam
menekan laju angka penyalah guna Narkoba coba pakai.
Data trend angka coba pakai khusus segmen pelajar dan mahasiswa dari
tahun ke tahun, seperti tergambar pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Angka Penyalah Guna Narkoba Coba Pakai, Teratur, dan Pecandu
Menurut Jenis Kelamin, Umur dan Jenjang Sekolah Berdasarkan
Survei terhadap Pelajar dan Mahasiswa Tahun 2016
0 20 40 60 80 100
472
500
400
300 180
200
100
0
Target Realisasi
594
600 417
500
400
300
200
100
0
Target Realisasi
1. Aspek Manusia yang meliputi tokoh anti Narkoba, penggiat anti Narkoba.
5. Aspek Sarana dan Prasarana yang meliputi sarana dan prasarana yang
diadakan dan yang telah tersedia.
%
Tar- Rea-
No. Indikator Kinerja Kegiatan Capaian
get liasi
Target
1400 1258
1188
1200
1000
738
800 688
567
600 495
400
177 193
200 50 70 72
16
0
Desa/Kelurahan Lembaga Mantan Petani Mantan
Pendidikan Ganja yang Pengedar/Penjual
Beralih Profesi Ganja yang
Beralih Profesi
Pada tabel di atas ditunjukkan bahwa, pada poin (1) dari target 103 jumlah
desa/kelurahan yang menyelenggarakan program pemberdayaan anti Narkoba
realisasi untuk tingkat pusat tercapai 50 atau 48,54%, sedangkan sisanya
sejumlah 688 desa/kelurahanberasal dari BNNP dan BNNKab/Kota.
Selanjutnya pada poin (2) dari target 69 Jumlah lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pemberdayaan anti Narkoba realisasi untuk tingkat
BNN pusat tercapai 70 atau 101,4% sedangkan sisanya sejumlah 1.188
lembaga pendidikan berasal dari BNNP dan BNNKab/Kota.
Selanjutnya pada poin (c) dari target 120 orang jumlah mantan
petani/penanam ganja yang beralih profesi ke legal produktif, realisasi untuk
tingkat BNN pusat tercapai 177 atau 147.5%, sedangkan sisanya sebanyak 16
orang berasal dari BNNKab Aceh Besar dan Gayo Lues.
Solusi atas kelemahan dan penurunan kinerja ini dilakukan dengan dua
strategi, yaitu melakukan evaluasi dan melakukan penajaman program. Dengan
evaluasi yang mendalam akan menemukan kelemahan untuk dikuatkan.
Artinya, pelaksanaan perdana pengukuran indeks kemandirian ini menjadi
evaluasi, mana dari sumber daya 5M yang dominan dan yang lemah. Kemudian
penajaman program dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan (input
program P4GN) yang sesuai dengan kondisi dan fakta terkini lingkungan yang
melakukan program dayamas anti Narkoba, sehingga pada lingkungan yang
kurang mandiri (dengan skala IKP di bawah 2,51) bisa dimandirikan dengan
pendekatan dan penajaman program pada tahun berjalan dan program yang
akan datang.
692 733
800
600 419 438
400
200 41 19
0
Instansi Pemerintah Instansi Swasta
Uraian di atas menunjukkan bahwa, pada poin (1) dari target 86 jumlah
instansi pemerintah yang menyelenggarakan program pemberdayaan anti
Narkoba, realisasi untuk tingkat BNN pusat tercapai 41atau 47,67% sedangkan
sisanya sebanyak 692 instansi pemerintah berasal dari program pemberdayaan
yang telah dilakukan oleh BNNP dan BNNKab/Kota.
40
39
38
37
35
36
35
34
33
32
2015 2016
4.
Sasaran : Meningkatnya Mantan Penyalah Guna dan Pecandu
Narkoba yang tidak Kambuh Kembali
d. Peningkatan kondisi fisik dan sosial klien yang didapatkan dari hasil
kunjungan klien (home visit).
Tabel 6. Jumlah Mantan Penyalah Guna dan Pecandu Narkoba yang Tidak
Kambuh Kembali Setelah Menjalani Rehabilitasi dan/atau
Pascarehabilitasi Berdasarkan Asal Lembaga
dan/atau pascarehabilitasi
Hasil capaian jumlah mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba yang
tidak kambuh kembali setelah menjalani rehabilitasi dan/atau pasca rehabilitasi
adalah sebesar 9.423 orang atau 58,89% dari target yang telah ditetapkan.
(Lampiran 6).
50000 45838
45000
40000
35000 33267
28308
30000 25379
22485
25000
20000 17530
15971
15000 10782
9408 7292 9423
10000
5000 2131
0
Target Mendapat Selesai Program Tidak Kambuh
Layanan
Hasil capaian tahun 2016 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun
sebelumnya karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian
kinerja. Berikut adalah perbandingan sasaran strategis dan indikator kinerja
utama tahun 2015 dan 2016.
Berikut ini adalah Sasaran, Indikator Kinerja Utama dari Deputi Bidang
Rehabilitasi berdasarkan Renstra BNN tahun 2015-2019.
Capaian %
Sasaran Indikator Kinerja Target Capaian Target
Tahun Capaian
Strategis Utama 2016 2016 2019
2015 2019
1 2 3 4 5 6 7
Meningkatnya Jumlah mantan - 16.000 9.423 22.000 42,83%
mantan penyalah penyalah guna dan
guna dan pecandu Narkoba
pecandu Narkoba yang tidak kambuh
yang tidak kembali setelah
kambuh kembali menjalani rehabilitasi
dan/atau
pascarehabilitasi
%
No. Indikator Kinerja Kegiatan Target Realiasi Capaian
Target
a. Jumlah lembaga rehabilitasi medis dan 647 136 21,02
lembaga rehabilitasi sosial milik instansi
pemerintah yang menghasilkan mantan
pecandu, penyalah guna, dan korban
penyalahgunaan Narkoba tidak kambuh
kembali
b. Jumlah penyalah guna, pecandu, dan/ 5.300 13.026 245,77
korban penyalah guna yang memperoleh
layanan rehabilitasi rawat jalan
c. Jumlah lembaga rehabilitasi medis dan 246 68 27,64
lembaga rehabilitasi sosial milik komponen
masyarakat yang menghasilkan mantan
pecandu, penyalah guna, dan korban
penyalahgunaan Narkoba tidak kambuh
kembali
d. Persentase lembaga rehabilitasi pecandu 15 12,5 83,33
dan korban penyalahgunaan Narkoba milik
instansi pemerintah dan komponen
masyarakat yang menyelenggarakan
program pascarehabilitasi (%)
e. Jumlah mantan penyalah guna, korban 17.010 10.782 63,39
penyalah guna, dan pecandu narkotika
yang mengikuti layanan pasca rehabilitasi
1000 931
600
500
400
272 271
300
200 136
112 112
87 68 61
100
0
Instansi Pemerintah Komponen Masyarakat Pascarehabilitasi
Pada tahun 2016, BNN telah menguatkan 931 lembaga rehabilitasi instansi
pemerintah, 271 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat dan 112 lembaga
pascarehabilitasi agar mampu menghasilkan penyalah guna dan pecandu
Narkoba tidak kambuh kembali.
- TJSKN = Jumlah
Target Jaringan
Sindikat Kejahatan
Narkoba
160 140,91
140
120 100
100
80
60
40
20
0
2015 2016
Jika dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra tahun 2019,
capaian tahun 2015 sebanyak 20 jaringan dan tahun 2016 sebanyak 31 jaringan
(total 51 jaringan) telah menunjukkan peningkatan yang signifikan (41,8%) dan
diharapkan di akhir periode Renstra capaian tetap dipertahankan bahkan
ditingkatkan.
Over prestasi pada tahun 2016 disebabkan adanya penambahan
dukungan anggaran APBNP tahun 2016, sehingga BNN dapat lebih
memaksimalkan kinerja untuk memutus sel jaringan sindikat yang semakin
meningkat jumlahnya diwujudkan dengan pengungungkapan jaringan sindikat
narkotika. Ini merupakan prestasi yang tetap terus ditingkatkan capaiannya di
tahun berikutnya.
Adapun faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah
sebagai berikut:
1. Adanya dukungan Teknologi Intelijen (TI) yang telah dimiliki oleh BNN.
2. Terjalinnya kerjasama kuat antar penegak hukum baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, dalam bentuk sharing informasi jaringan sindikat
narkotika.
3. Komitmen yang kuat dalam pemberantasan narkotika dan dilakukan
secara profesional.
4. Dukungan data informasi jaringan sindikat narkotika yang ada di daerah.
5. Laporan masyarakat mengenai peredaran narkotika.
86
90
80 Target 14 berkas
Realisasi 7 berkas P-21
70
60 50
50
40
30
20
10
0
2015 2016
3. Terjalinnya koordinasi yang kuat antara BNN dengan PPATK dan lembaga
keuangan lainnya terutama dalam penyelusuran asset.
Kasus hukum yang mendapatkan perhatian dari tim bantuan hukum salah
satunya yaitu kasus Gugatan Pra Peradilan a.n. Daud alias Athiam, dengan
hasil ditolaknya pra peradilan oleh hakim.
Indikator Kinerja
No. Formula Hasil Perhitungan Keterangan
Utama
100 101,09
80 84,7
60
40
20
0
2015 2016
Capaian Kinerja
Sasaran %
Indikator
Strategis Target Realisasi Pencapaian
Kinerja
Kegiatan target
Jika dibandingkan dengan target kinerja sebesar 60%, maka hasil capaian
kinerja melebihi target capaian sebesar 94,64%. Keberhasilan tersebut sangat
mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator kinerja program terkait
dengan tingkat efektivitas kerja sama dengan instansi pemerintah dan
komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri.
Nilai Nilai
No. Komponen Penilaian %
Maksimal Capaian
B Hasil
1. Kapasitas dan Akuntabilitas 20,00 13,55 67,74
Kinerja Organisasi
2. Pemerintah yang Bersih dan 10,00 8,18 81,80
Bebas KKN
3. Kualitas Pelayanan Publik 10,00 7,00 70,00
Sub Total Komponen Hasil 40,00 28,73 71,80
Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 65,70 65,70
2. BNN telah melakukan identifikasi peraturan yang tumpang tindih dan tidak
harmonis dengan instansi pemerintah lain (kementerian Hukum dan HAM,
Mahkamah Agung, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial,
Kejagung, dan Kepolisian Republik Indonesia) terkait upaya
pemberantasan dan pencegahan peredaran narkotika ilegal.
Kinerja dan manfaat dari SIMPEG BNN terlihat jelas dalam memenuhi
target kinerja kegiatan dengan indikator persentase ketepatan waktu penerbitan
dokumen pengembangan organisasi dan tata laksana (%) dan indeks kepuasan
layanan kepegawaian. Nilai capaian tersebut tidak lagi dilakukan secara
manual, melainkan secara online pada SIMPEG BNN, dengan rincian pada
tabel berikut ini:
% Capaian
No. Indikator Kinerja Kegiatan Target Realiasi
Target
a. Persentase ketepatan waktu pener- 85 100 117
bitan dokumen pengembangan
organisasi dan tata laksana (%)
b. Indeks kepuasan layanan 40 72,1 180
kepegawaian
Berdasarkan penilaian dari Kemenpan & RB, pada tahun 2015 atas kinerja
tahun 2014 BNN telah mendapatkan nilai akuntabilitas kinerja 64,21 dengan
kategori B.
Faktor pendukung keberhasilan pencapaian target adalah sebagai berikut:
1. Semakin solidnya kinerja antara satker tingkat pusat hingga wilayah.
2. Secara konsisten melakukan analisa dan evaluasi kinerja ditindak lanjuti
dengan perbaikan.
3. Dilakukannya monitoring dan evaluasi secara langsung kepada
stakeholder untuk mengukur kinerja BNN (aspek manfaat) dalam
menjalankan program P4GN.
4. Telah tersedianya dukungan sistem aplikasi monevgar BNN sebagai tools
kontrol, komunikasi, dan monitoring evaluasi capaian kinerja mulai pusat
hingga kewilayahan. Sistem aplikasi monevgar BNN memfasilitasi fitur-fitur
monitoring, evaluasi, dan pengendalian kinerja mulai dari level output,
indikator kinerja kegiatan, indikator kinerja program, hingga indikator
kinerja utama BNN. Hal tersebut terprogram dalam bentuk web base
secara sistematis, terstruktur, logical frame analysis dengan cascading
kinerja, dikenal dengan e-lkip dan dashboard kinerja BNN.
Hasil evaluasi LKIP BNN Tahun 2016 belum di umumkan secara resmi
oleh Kemenpan & RB. Adapun perbandingan nilai hasil capaian kinerja tahun
2014 dengan LKIP 2015 sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 10. Perbandingan Nilai Hasil Capaian Kinerja BNN Tahun 2014
dengan Tahun 2015 dan 2016
NO. Komponen yang dinilai Bobot LAKIP 2014 Bobot LAKIP 2015 LAKIP 2016
A. Perencanaan Kinerja 35 20,97 30 21,49 N/A
B. Pengukuran Kinerja 20 11,10 25 14,38 N/A
C. Pelaporan Kinerja 15 11,29 15 10,56 N/A
D. Evaluasi Kinerja 10 5,68 10 6,90 N/A
E. Capaian Kinerja 20 14,56 20 10,88 N/A
Hasil Nilai Evaluasi 100 63,60 100 64,21
Tingkat Akuntabilitas Kinerja CC - B -
CC = 0.5 Akuntabilitas
C = 0.25
Sistem monitoring dan evaluasi LKIP berbasis web base (e-lkip) yang
dimiliki BNN saat ini merupakan bentuk nyata efisiensi penggunaan sumber
daya dalam mencapai sasaran program dan IKU. E-lkip telah berperan sebagai
pemeran utama dalam mewujudkan akuntabilitas kinerja yang semakin baik. Hal
ini terlihat dari semakin mudahnya satker mendapatkan informasi secara online
mengenai cascading kinerja, perjanjian kinerja, hingga monitoring dan evaluasi
kinerja kaitannya dengan pengendalian kinerja pada setiap level unit kerja.
Hasil yang diperoleh BNN tahun 2016 adalah 84,34 (kriteria Sangat
Baik), dengan detail hasil pengukuran sebagai berikut:
Hasil setelah
No Kategori Ratio Capaian
dikali ratio
87,14%
84,34%
90 82,23%
85
80
75
70
65
60
55
50
2014 2015 2016
Pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis
dan akuntabel.
Badan Narkotika Nasional mulai Tahun Anggaran 2015 untuk pertama kali
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam implementasi pertama ini,
perlakuan akuntansi atas penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
adalah sebagai berikut:
B. Realisasi Anggaran.
Tahun 2016 BNN mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp.2.545.000.699.000,- (Dua triliun lima ratus empat puluh lima milyar enam
ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut:
Grafik 16. Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Sebelum Pagu Blokir
706.121.589.193
2.545.000.699.000
1.838.879.109.807
227.779.816.193
2.066.658.926.000
1.838.879.109.807
Pencapaian target BNN tahun 2016 berkaitan dengan menahan laju prevalensi
penyalahgunaan Narkoba 0,05% per tahun telah terpenuhi dengan besaran
prevalensi -0,3% di bawah target.
Jumlah
Urutan Rentang Capaian %
IKU
I. 5 Capaian 100% 38,5%
II. 4 85% Capaian < 100% 30,8%
III. 1 70% Capaian < 85% 7,7%
IV. 1 Capaian < 70% 7,7%
V. 2 NA (Not Available) 15,3%
Hasil setelah
No. Kategori Ratio Capaian
dikali ratio
33,30% 94,82 31,58
1. Aspek Implementasi
66,70% 83,30 55,56
2. Aspek Manfaat
f. Optimalisasi penggunaan sistem berbasis web base yang sudah ada mulai
dari perencanaan (e-planning), implementasi (e-jaknas P4GN, Sistem
Informasi Narkotika, dan SIMPEG BNN), hingga sistem evaluasi,
pelaporan, dan pengendalian kinerja (e-monevgar dan e-lkip) sebagai
sarana komunikasi, pelaporan kinerja, serta evaluasi kinerja.
berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian
ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan.
TTD
TTD
Capaian Capaian
No
Segmen Pengukuran Kinerja dalam Likert Kriteria
Ref
Prosentase Skala 5
1 Ketepatan waktu penyelenggaraan acara
79.7% 4.0 (Cukup)
P4GN
2 Materi P4GN yang disampaikan mudah
86.7% 4.3 (Baik)
dipahami
3 Penyampaian materi P4GN menarik 85.3% 4.3 (Baik)
4 Narasumber menguasai materi yang
88.5% 4.4 (Baik)
disampaikan
5 (Sangat
Materi yang disampaikan bermanfaat 92.1% 4.6
Baik)
6 Menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti (Sangat
94.5% 4.7
kegiatan P4GN Baik)
7 Meyampakan bahaya narkoba kepada orang (Sangat
91.4% 4.6
lain setelah mengikuti kegiatan P4GN Baik)
8 Berkeinginan menjadi penyuluh narkoba
85.6% 4.3 (Baik)
setelah mengikuti kegiatan P4GN
9 Berkeinginan menjadi kader anti narkoba
87.2% 4.4 (Baik)
setelah mengikuti kegiatan P4GN
10 Efektivitas Intervensi Media Elektronik 82.9% 4.1 (Baik)
11 Efektivitas Intervensi Media Cetak 77.2% 3.9 (Cukup)
12 Efektivitas Intervensi Media Online/Media
81.1% 4.1 (Baik)
Sosial
13 Efektivitas Intervensi Media Luar Ruang 76.2% 3.8 (Cukup)
14 BNN/BNNP/BNNK pernah melakukan test
71.3% 3.6 (Cukup)
urine di lingkungan responden
15 Hasil test urine yang dilakukan oleh
BNN/BNNP/BNNK dilanjutkan ke tahapan 71.2% 3.6 (Cukup)
rehabilitasi
16 Hasil test urine mandiri yang dilakukan oleh
lembaga/instansi dilanjutkan ke tahapan 81.0% 4.1 (Baik)
rehabilitasi
17 Pihak BNN telah bersinergi dengan kelompok
83.4% 4.2 (Baik)
sasaran pelaksanaan P4GN
18 Pihak instansi/lembaga merespon upaya
BNN/BNNP/BNNK dalam sinergitas program 88.4% 4.4 (Baik)
P4GN
19 Pecandu telah melaporkan diri ke
BNN/BNNP/BNNK untuk mendapatkan 76.8% 3.8 (Cukup)
layanan rehabilitasi
20 Pimpinan Lembaga/instansi berinisiatif 80.6% 4.0 (Baik)
melaporkan ke BNN/BNNP/BNNK adanya
penyalahgunan narkotika untuk direhabilitasi
1. Aceh 12,522 22,104 38,037 25.51% 24.03% 23.29 2008 35,113 35,805 1.97
2. Sumut 57,055 89,196 97,935 18.78% 3.27% 11.02 2011 103,702 106,601 2.80
3. Sumbar 11,731 16,495 28,933 13.54% 25.13% 7.74 2008 27,587 28,143 2.02
4. Riau 15.606 22,399 34,933 14.51% 18.65% 12.44 2008 33,781 34,625 2.50
5. Jambi 11,291 9,930 26,310 -4.02% 54.98% 25.48 2011 23,156 23,520 1.57
6. Sumsel 24,973 24,849 38,240 -0.17% 17.96% 8.90 2011 39,645 40,301 1.65
7. Bengkulu 7,721 5,408 15,649 -9.99% 63.12% 26.57 2011 13,481 13,711 1.71
8. Lampung 26,035 15,362 63,543 -13.66% 104.55% 0.45 2011 48,403 49,094 1.43
9. Bael 1,854 3,854 9,078 35.96% 45.18% 31.35 2008 8,304 8,533 2.76
10. Kepri 3,188 13,467 20,549 107.48% 17.53% 62.50 2008 19,510 19,910 2.05
11. DKI Jakarta 80,942 156,438 104,446 31.09% -11.08% 10.01 2011 111,618 114,017 2.15
12. Jabar 122,403 227,879 277,244 28.72% 7.22% 0.18 2011 289,913 295,202 1.82
13. Jateg 132,289 132,300 182,801 0.00% 12.72% 6.36 2011 188,265 192,127 2.05
14. DIY 21,526 24,629 26,726 4.81% 2.84% 3.82 2011 23,048 23,672 2.71
15. Jatim 133,894 157,366 212,743 5.84% 11.73% 2.90 2008 214,360 218,838 2.09
16. Banten 36,812 42,738 103,217 5.37% 47.17% 26.27 2008 86,660 88,290 1.88
17. Bali 12,268 16,054 36,545 10.29% 42.55% 26.42 2008 30,542 31,393 2.79
18. NTB 16,668 12,643 21,554 -8.05% 23.49% 7.72 2011 22,522 23,101 2.57
19. NTT 13,583 13,724 27,553 0.35% 33.59% 16.97 2011 26,390 26,381 -0.03
20. Kalbar 10,179 16,312 36,999 20.08% 42.27% 8.99 2008 34,846 35,479 1.82
21. Kalteng 5,910 8,131 16,357 12.53% 33.72% 1.93 2008 15,887 16,187 1.89
22. Kalsel 8,577 12,499 27,353 15.24% 39.61% 3.06 2008 25,386 25,800 1.63
23. Kaltim 10,278 21,383 21,233 36.02% -0.23% 17.89 2011 22,816 23,393 2.53
24. Kaltara 5,771 6.87 6,284 6,601 5.04
25. Sulut 10,647 11,613 15,348 3.02% 10.72% 6.87 2011 16,825 16,983 0.94
26. Sulteng 10,900 11,049 24,376 0.46% 40.21% 20.33 2011 21,370 21,923 2.59
27. Sulsel 32,526 4,592 10,532 7.05% 2.66% 4.85 2011 46,213 47,083 1.88
28. Sultra 12,306 6,260 14,277 -16.38% 42.69% 13.16 2011 13,367 13,689 2.41
29. Gorontalo 4,275 3,325 7,127 -7.41% 38.12% 15.35 2011 6,767 6,869 1.51
30. Sulbar 233 39,401 42,544 32.36% 43.12% 26.98 2008 9,500 10,144 6.78
31. Maluku 8,062 6,620 10,838 -7.68% 21.24% 6.78 2011 10,786 10,901 1.07
32. Malut 4,650 3,795 6,750 -6.13% 25.96% 9.91 2011 5,994 5,999 0.08
33. Papbar 3,139 2,518 4,406 -6.59% 24.99% 9.20 2011 4,117 4,101 -0.39
34. Papua 6,798 5,326 14,075 -7.22% 54.76% 23.77 2011 13,677 14,222 3.98
RATA-RATA NASIONAL
2.12
1. BNN 2000 2000 2404 1902 1854 0 1854 0 0 575 420 400 60 2,000 575 2.404 420 1.902 400 1,854 60
2. BNNP Aceh 405 405 373 244 73 23 50 39 25 11 6 540 306 306 58 444 540 398 306 255 306 56 58
3. BNNP Sumut 1490 1490 1405 840 275 95 180 201 89 26 30 650 529 518 129 1,691 650 1,494 529 866 518 210 129
4. BNNP Sumbar 343 343 242 126 52 52 0 117 58 84 0 320 230 153 72 460 320 300 230 210 153 0 72
5. BNNP Sumsel 800 800 1254 1001 326 43 283 100 45 0 0 745 574 322 82 900 745 1,299 574 1,001 322 283 82
6. BNNP Jambi 760 760 803 597 282 26 256 19 0 0 360 312 308 26 779 360 803 312 597 308 256 26
7. BNNP Lampung 370 370 433 410 3 3 0 23 5 2 0 295 248 223 35 393 295 438 248 412 223 0 35
8. BNNP Bengkulu 270 270 238 238 157 35 122 0 0 280 246 246 35 270 280 238 246 238 246 122 35
9. BNNP Riau 468 468 653 509 509 34 475 213 16 59 13 810 419 378 48 681 810 669 419 568 378 488 48
10. 510 510 498 288 113 13 100 21 9 19 15 370 195 55 13 531 370 507 195 307 55 115 13
BNNP Babel
11. BNNP Kep,Riau 518 518 418 388 161 37 124 203 58 0 0 375 265 204 37 721 375 476 265 388 204 124 37
12. BNNP Kaltim 625 625 1300 1201 0 0 48 3 0 615 441 402 97 673 615 1,300 441 1,204 402 0 97
13. BNNP Kalsel 905 905 1263 1263 203 46 157 200 31 15 12 400 251 209 92 1,105 400 1,294 251 1,278 209 169 92
14. BNNP Kalteng 545 545 308 204 204 204 8 6 270 83 20 0 545 270 308 83 212 20 210 0
15. BNNP Kalbar 665 665 263 240 93 24 69 222 69 12 0 495 137 122 24 887 495 332 137 252 122 69 24
16. BNNP Sulteng 770 770 961 867 867 35 832 134 137 33 33 255 208 135 35 904 255 1,098 208 900 135 865 35
17. BNNP Sulsel 1015 1015 898 673 136 72 64 18 18 21 8 870 622 613 154 1,033 870 916 622 694 613 72 154
18. BNNP Sulbar 230 230 224 40 10 7 3 45 22 185 108 83 7 230 185 224 108 85 83 25 7
19. BNNP Sulut 625 625 276 17 7 7 0 100 70 65 370 54 39 35 725 370 276 54 87 39 65 35
BNNP
20. 200 200 145 114 100 23 77 0 0 210 162 162 50 200 210 145 162 114 162 77 50
Gorontalo
21. BNNP Sultra 600 600 574 268 197 31 166 24 13 0 0 305 181 175 31 624 305 587 181 268 175 166 31
22. BNNP Banten 755 755 440 333 0 0 17 0 0 900 513 513 114 772 900 440 513 333 513 0 114
25. BNNP Jateng 1695 1695 200 97 29 29 0 128 113 20 20 1180 490 411 138 1,823 1,180 313 490 117 411 20 138
26. 340 340 504 436 229 118 111 1021 711 484 202 1950 835 685 178 1,361 1,950 1,215 835 920 685 313 178
BNNP Jatim
27. BNNP DIY 517 517 148 64 9 1 8 350 38 156 0 480 201 201 53 867 480 186 201 220 201 8 53
28. BNNP Bali 700 700 470 271 86 49 37 73 33 21 420 355 273 49 773 420 470 355 304 273 58 49
29. BNNP NTB 545 545 745 147 64 25 39 16 11 8 0 225 181 165 59 561 225 756 181 155 165 39 59
30. BNNP NTT 130 130 73 43 0 0 200 4 13 6 210 132 132 51 330 210 77 132 56 132 6 51
31. BNNp Maluku 1110 1110 476 0 0 0 0 0 120 35 35 11 1,110 120 476 35 0 35 0 11
33. BNNP Papua 197 197 141 114 0 0 0 0 120 8 0 0 197 120 141 8 114 0 0 0
TOTAL 23.504 20.223 14.475 6.668 958 5.710 4.804 2.262 1.496 1.582 17.530 10.782 9.408 2.131 28.308 17.530 22.485 10.782 15.971 9.408 7.292 2.131