Anda di halaman 1dari 114

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penyusunan Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional (BNN)
Tahun 2016 ini, dapat diselesaikan sesuai dengan target waktu yang ditentukan.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang


Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, setiap entitas pelaporan wajib
menyusun dan menyajikan laporan keuangan dan kinerja yang berisi tentang
ringkasan keluaran dari masing-masing program dan kegiatan yang telah
dilaksanakan.

Penyusunan laporan kinerja ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih
dan bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang mengatur, bahwa
penyelenggara negara wajib mempertanggungjawabkan hasil akhir setiap program
dan kegiatan yang telah dilakukan kepada masyarakat.

Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, BNN melaksanakan 2 (dua)


Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BNN dan Program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), yang dalam pelaksanaan progam dan kegiatan
telah berpedoman pada rencana strategis lembaga sebagai penjabaran visi dan misi
organisasi.

Hal ini menyiratkan bahwa Kepala BNN sebagai penanggung jawab program
dan kegiatan di bidang P4GN, wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkan
kinerja secara akuntabel baik kepada Presiden sebagai Kepala Negara maupun
masyarakat sebagai penerima manfaat program dan kegiatan yang digulirkan.

Secara umum Sasaran Strategis BNN yang telah ditetapkan, telah mencapai
target dengan baik bahkan terdapat sasaran kinerja yang melebihi target yang
ditentukan. Namun demikian juga masih terdapat target kinerja yang belum mencapai
hasil secara optimal, tentunya keberhasilan dan kegagalan pencapaian target
menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan di masa
mendatang.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 i


Laporan kinerja yang ringkas ini, diharapkan dapat memberikan gambaran
obyektif tentang kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016, selain itu laporan ini
menjadi acuan yang berkesinambungan dalam merencanakan dan melaksanakan
P4GN di masa mendatang.
Kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini baik dalam
bentuk kontribusi data, kontribusi penulisan laporan maupun kontribusi bentuk lainnya
saya ucapkan terima kasih, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi dan
memberkati usaha kita semua Amin.

Jakarta, Februari 2017

Kepala Badan Narkotika Nasional

TTD

Drs. Budi Waseso

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 ii


RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA
BADAN NARKOTIKA NASIONAL TAHUN 2016

Sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Badan Narkotika Nasional


(BNN) melaksanakan 2 (dua) program yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNN.
2. Program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba (P4GN).,
Realiasi target kinerja kedua program tersebut diimplementasikan melalui 7
(tujuh) Sasaran Strategis dengan 13 (tigabelas) Indikator Kinerja Utama, dengan
kriteria capaian sebagai berikut:
a. Capaian di atas 100% sebanyak = 5 Indikator Kinerja Utama;,
b. Capaian 90 s/d 100% sebanyak = 3 Indikator Kinerja Utama;
c. Capaian 80 s/d 89% sebanyak = 2 Indikator Kinerja Utama;
d. Capaian 70 s/d 79% sebanyak = 0 Indikator Kinerja Utama;
e. Capaian 60 s/d 69% sebanyak = 0 Indikator Kinerja Utama;
f. Capaian 50 sd 59% sebanyak = 1 Indikator Kinerja Utama;
g. 2 (dua) Indikator Kinerja Utama BNN belum dapat nilai dari Kemenpan &
Reformasi Birokrasi.
Upaya pencaian target kinerja BNN, dilakukan dengan mendorong kinerja
Satuan Kerja (Satker) melalui pembinaan teknis operasional yang berdampak pada
semakin berfungsinya sistem kinerja yang dibangun serta peningkatan kerja sama
dengan Kementerian/Lembaga/Instansi dan semakin timbulnya kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan P4GN.
Berdasarkan evaluasi bahwa kinerja Satker setiap tahunnya sudah
menunjukkan peningkatan yang berarti, namun dibalik peningkatan kinerja tidak lepas
dari permasalahan dan kendala terkait dengan keterbatasan sumber daya manusia
baik secara kualitas maupun kuantitas, sumber daya manusia yang paling dibutuhkan
saat ini terutama bidang pemberantasan. Sampai saat ini bidang pemberantasan di
beberapa Satker di kewilayahan belum terisi baik struktural maupun fungsional.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 iii


Terhambatnya pengisian personil pemberantasan dan pelaksana tugas teknis
lainnya, juga karena adanya keterbatasan BNN menyediakan tunjangan kinerja
terutama pada provinsi yang tunjangan kinerja daerah yang sangat besar
dibandingkan dengan tunjangan kinerja yang diperoleh bila menjadi pegawai BNN.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mengatasi kendala keterbatasan


tersebut diatas dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di BNN
termasuk dengan melakukan pergeseran personil pada satauan kerja yang sangat
membutuhkan dan tergolong rawan peredaran narkoba. Disamping itu
mengoptimalkan anggaran yang tersedia khususnya yang berkaitan dengan belanja
pegawai.

Oleh karena adanya moratorium penerimaan pegawai, maka akan dilakukan


pendekatan dengan pemerintah daerah dan juga dengan Polda/ Polres setempat
untuk bantuan personil guna mendukung kebutuhan organisasi, bila masih belum
mencukupi akan dilakukan penambahan personil tenaga yang dipekerjakan.

Dari segi penyerapan anggaran, Tahun 2016 BNN berhasil menyerap anggaran
sebesar 72%. Sisa anggaran merupakan penghematan dari Belanja Pegawai,
Belanja Barang dan Belanja Modal.

Besarnya sisa anggaran sangat dipengaruhi oleh adanya kebijakan


pemotongan/penghematan anggaran oleh Kementerian Keuangan. Jika realisasi
anggaran BNN dikurang dengan anggaran yang di blokir, maka realisasi anggaran
BNN sesungguhnya tahun 2016 adalah sebesar 89%.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 iv


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA BADAN NARKOTIKA
NASIONAL TAHUN 2016 ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Dasar Hukum ............................................................................. 2
C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan ............................ 3
D. Struktur Organisasi..................................................................... 6
E. Sistematika ................................................................................. 7

BAB II PERENCANAAN KINERJA.............................................................. 8

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN .................................................... 11


A. Capaian Kinerja Organisasi ........................................................ 11
B. Realisasi Anggaran .................................................................... 76

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 78

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 v


Lampiran

Lampiran 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2016 .................... 81

Lampiran 2 Hasil Pengukuran Aspek Manfaat P4GN TA. 2016 ............... 84

Lampiran 3 Rekapitulasi Perhitungan Laju Angka Coba Pakai


Penyalah guna Narkoba Per Provinsi dan Nasional Tahun
2016.......................................................................................... 86

Lampiran 4 Partisipasi Kemandirian Lingkungan Masyarakat dalam


Program Pemberdayaan Anti Narkoba ................................. 87

Lampiran 5 Partisipasi Kemandirian Lingkungan Masyarakat dalam


Program Pemberdayaan Anti Narkoba ................................. 88

Lampiran 6 Rekapitulasi Mantan Penyalah guna dan Pecandu


Narkoba yang tidak Kambuh Kembali Setelah Menjalani
Rehabilitasi dan/atau Pascarehabilitasi................................ 89

Lampiran 7 Data Penangangan Kasus Narkotika Tahun 2010 2016 .... 91

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 vi


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2016 ........................ 9

Tabel 2 Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2016 ............................. 11

Tabel 3 Angka Penyalah Guna Narkoba Coba Pakai, Teratur, dan


Pecandu Menurut Jenis Kelamin, Umur dan Jenjang
Sekolah Berdasarkan Survei terhadap Pelajar dan
Mahasiswa Tahun 2016 .............................................................. 20

Tabel 4 Realisasi Sasaran Kegiatan Program Pemberdayaan Anti


Narkoba pada Kelompok Masyarakat untuk Tingkat Pusat
Tahun 2016 .................................................................................. 30

Tabel 5 Realisasi Sasaran Kegiatan Program Pemberdayaan Anti


Narkoba pada Kelompok Stakeholder untuk Tingkat Pusat
Tahun 2016 .................................................................................. 36

Tabel 6 Jumlah Mantan Penyalah Guna dan Pecandu Narkoba yang


Tidak Kambuh Kembali Setelah Menjalani Rehabilitasi
dan/atau Pascarehabilitasi Berdasarkan Asal Lembaga ......... 40

Tabel 7 Perbandingan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja


Utama Tahun 2015 dan 2016 ...................................................... 42

Tabel 8 Sasaran, Indikator Kinerja Utama BNN Bidang Rehabilitasi


berdasarkan Renstra BNN tahun 2015 2019 .......................... 42

Tabel 9 Capaian kinerja BNN Bidang Rehabilitasi tahun 2016


dibandingkan dengan target Jangka Menengah dalam
Renstra BNN tahun 2015 2019 ................................................ 43

Tabel 10 Perbandingan Nilai Hasil Capaian Kinerja BNN Tahun 2014


dengan Tahun 2015 dan 2016 .................................................... 68

Tabel 11 Kondisi Pertanggungjawaban Keuangan pada Badan


Narkotika Nasional dalam Opini BPK RI ................................... 75

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 vii


DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba 2006 2016 Menurut


Waktu menyalahgunakan narkoba Pada Kelompok Pelajar
dan Mahasiswa ........................................................................... 14
Grafik 2 Distribusi yang Pernah Terpapar KIE, Tingkat Pemahaman,
dan Yakin Menghindari Narkoba, 2016 ..................................... 16
Grafik 3 Hasil Olah Data kepada Kelompok Sasaran Keluarga,
Pelajar/Mahasiswa, Pekerja, Kelompok Masyarakat ............... 22
Grafik 4 Jumlah Institusi Pemerintah dan Swasta yang Memiliki
Kebijakan Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba ............. 24
Grafik 5 Jumlah Kelompok Masyarakat dan Institusi Pendidikan
yang Memiliki Kebijakan Pembangunan Berwawasan Anti
Narkoba ....................................................................................... 24
Grafik 6 Realisasi Jumlah Kelompok Masyarakat yang
menyelenggarakan Program Pemberdayaan Anti Narkoba
pada Tingkat Pusat dan daerah Tahun 2016 ............................ 31
Grafik 7 Peningkatan Capaian Kinerja Lembaga Pendidkan ................. 32
Grafik 8 Realisasi Jumlah Kelompok Stakeholder yang
menyelenggarakan Program Pemberdayaan Anti Narkoba
pada Tingkat Pusat dan daerah Tahun 2016 ............................ 37
Grafik 9 Peningkatan Capaian Kinerja Instansi Pemerintah.................. 38
Grafik 10 Capaian Layanan Rehabilitasi Tahun 2016............................... 41
Grafik 11 Jumlah Lembaga Rehabilitasi yang Mendapatkan
Peningkatan kemampuan, Mampu Operasional, dan
Menghasilkan Mantan Pecandu Tidak Kambuh Kembali ........ 46
Grafik 12 Jumlah Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba yang
Terungkap ................................................................................... 50
Grafik 13 Persentase Capaian Penyelesaian Penyidikan Aset TPPU ..... 53

Grafik 14 Perbandingan Capaian Kinerja Tingkat Efektifitas Kerja


Sama Tahun 2015 2016............................................................ 60

Grafik 15 Nilai Kinerja Anggaran BNN ....................................................... 71

Grafik 16 Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Sebelum Pagu Blokir ... 77

Grafik 17 Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Setelah Pagu Blokir ..... 78

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 viii


BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang


melanda dunia juga berimbas ke tanah air, Narkoba dan obat-obatan
psikotropika sudah merambah ke seluruh wilayah tanah air dan menyasar ke
berbagai lapisan masyarakat Indonesia tanpa kecuali. Sasaran peredaran
Narkoba bukan hanya tempat-tempat hiburan malam, tetapi sudah merambah
ke daerah pemukiman, kampus, ke sekolah-sekolah, rumah kost, dan bahkan di
lingkungan rumah tangga.

Penanganan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap


Narkoba memerlukan kerja keras dan keseriusan dari seluruh komponen
masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini disebabkan permasalahan Narkoba
merupakan kejahatan yang luar biasa, terorganisir, tanpa batas (global), dan
sudah multi etnis (melibatkan berbagai suku bangsa).

Korban penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, tidak terbatas pada


kalangan kelompok masyarakat yang mampu, tetapi juga sudah merambah ke
kalangan masyarakat ekonomi rendah. Hal ini dapat terjadi karena komoditi
Narkoba memiliki banyak jenis, dari yang harganya paling mahal hingga paling
murah.

Mencermati perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap


Narkoba akhir-akhir ini, telah mencapai situasi yang mengkhawatirkan, sehingga
menjadi persoalan kenegaraan yang mendesak. Korban penyalahgunaan
Narkoba bukan hanya pada orang dewasa, mahasiswa tetapi juga pelajar SMU
sampai pelajar setingkat SD. Kaum remaja menjadi salah satu kelompok yang
rentan terhadap penyalahgunaan Narkoba, karena selain memiliki sifat dinamis,
energik, selalu ingin tahu. Mereka juga mudah putus asa dan mudah
dipengaruhi oleh pengedar yang berakibat jatuh pada masalah penyalahgunaan
Narkoba.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 1


Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai focal point penanggulangan
Narkoba di tanah air telah melakukan berbagai upaya penanggulangan
permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba, melalui Bidang
Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Rehabilitasi, dan Pemberantasan
serta meningkatkan kerjasama nasional dan internasional guna mencegah
Narkoba masuk ke Indonesia.

Pelaksanaan kerjasama Pencegahan dan Pemberantasan


Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di tingkat pusat dengan
Kementerian/Lembaga/Instansi didukung dengan adanya perubahan kebijakan
pemerintah dalam sistem penganggaran dari semula penganggaran berbasis
fungsi (Money Follow Function) berubah menjadi penganggaran berbasis
program (Money Follow Program) yang berdampak pada kemudahan bagi K/L/I
mengalokasikan anggaran masing-masing dalam pelaksanaan program P4GN.

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun sebagai bentuk


pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN. Hal
tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

B. Dasar Hukum.

1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah.
5. Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika
Nasional.
6. Peraturan Presiden RI Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 2


7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 16 Tahun 2014
tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.
9. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan
Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan.

1. Kedudukan.

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non


Kementerian (LPNK) yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala.

2. Tugas.

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai


pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap Narkoba.
b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba.
c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba.
d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah maupun masyarakat.
e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 3


f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat
dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba.
g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun
internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap
Narkoba.
h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika.
i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap
perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan
wewenang.

Selain tugas sebagaimana dimaksud, BNN juga bertugas menyusun dan


melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan danperedaran gelap psikotropika,
prekursor, dan bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau
dan alkohol.

3. Fungsi.

Dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi:


a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN.
b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur
dan kriteria P4GN.
c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.
d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan,
pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan
kerja sama di bidang P4GN.
e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di
bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan,
Rehabilitasi, Hukum dan Kerja Sama.
f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi
vertikal di lingkungan BNN.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 4


g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen
masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta
pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di


lingkungan BNN.

i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta


masyarakat.

j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan


peredaran gelap Narkoba.

k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang


Narkoba.

l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen


masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali
ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan
dan/ atau pecandu Narkoba.

m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi


medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkoba yang diselenggarakan
oleh pemerintah maupun masyarakat.

n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan


dan/atau pecandu Narkoba berbasis komunitas terapeutik atau
metode lain yang teruji keberhasilannya.

o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan


perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang
P4GN.

p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di


bidang P4GN.

q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di


lingkungan BNN.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 5


r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah
terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN.
s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan kode
etik profesi penyidik BNN.
t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan
pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN.
u. Pelaksanaan pengujian Narkoba.
v. Pengembangan laboratorium uji Narkoba.
w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional
di bidang P4GN.

4. Kewenangan.

Kewenangan BNN secara umum terlihat secara implisit pada


tugasnya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-undang
adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan jaringan sindikat
Narkoba, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan.

D. Struktur Organisasi.

Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Kepala BNN


Nomor 16 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika
Nasional adalah sebagai berikut:
1. Kepala BNN;
2. Sekretariat Utama;
3. Inspektorat Utama;
4. Deputi Bidang Pencegahan;
5. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat;
6. Deputi Bidang Pemberantasan;
7. Deputi Bidang Rehabilitasi;
8. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama;
9. Pusat Penelitian, Data, dan Informasi; dan
10. Instansi Vertikal.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 6


STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

KEPALA

ITTAMA SETTAMA

DEPUTI DEPUTI DEPUTI DEPUTI DEPUTI


BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG
PENCEGAHAN DAYAMAS BERANTAS REHABILITASI HUKUM & KERMA

PUS LITDATIN

BNNP

BNNK/KOTA

E. Sistematika.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) di bidang P4GN ini disusun
dengan sistimatika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan.
Bab II Perencanaan Kinerja.
Bab III Akuntabilitas Kinerja.
Bab IV Penutup.
Lampiran
1. Perjanjian Kinerja
2. Lain-lain yang dianggap perlu

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 7


BAB II
PERJANJIAN KINERJA
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba menjadi salah satu agenda


pembangunan nasional, sebagaimana dimaksud dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yaitu dengan memperkuat
kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat.

Adapun sasaran yang ingin diwujudkan adalah menguatnya pencegahan dan


pemberantasan penyalahgunaan Narkoba yang ditandai dengan terkendalinya angka
prevalensi penyalahgunaan Narkoba. Dalam RPJMN telah ditetapkan Laju
peningkatan Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia sebesar 0,05% per
tahun.

Sedangkan arah kebijakan pembangunan dalam rangka mencapai sasaran


menguatnya pencegahan dan penanggulangan Narkoba adalah dengan:

1. Mengintensifkan upaya sosisalisasi bahaya penyalahgunaan Narkoba (demand


side);

2. Meningkatnya upaya terapi dan rehabilitasi pecandu dan korban


penyalahgunaan Narkoba (demand side); dan

3. Meningkatnya efektivitas pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap


Narkoba (supply side).

Adapun strategi pembangunan untuk melaksanakan arah kebijakan di atas


adalah:
1. Pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN) di daerah;
2. Diseminasi informasi tentang bahaya Narkoba melalui berbagai media;
3. Penguatan lembaga terapi dan rehabilitasi;
4. Rehabilitasi pada korban penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba; dan
5. Kegiatan intelijen Narkoba.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 8


Sejalan dengan RPJMN tersebut, BNN sebagai focal point penanggulangan
Narkoba di tanah air, menetapkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis untuk
menjadi acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi seluruh unit kerja BNN sebagai
berikut:
Visi : Mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, bebas dari
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
Misi : Menyatukan dan menggerakkan segenap potensi masyarakat dalam upaya
pencegahan, rehabilitasi, dan pemberantasan penyalahgunaan Narkoba
Tujuan : Peningkatan penanganan pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba
Sedangkan Sasaran Strategis Terkendalinya angka prevalensi penyalahgunaan
Narkoba, dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) Laju peningkatan prevalensi
penyalahgunaan Narkoba sebesar 0,05% per tahun

Guna mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis peningkatan


penanganan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap
Narkoba ditetapkan melalui Perjanjian Kinerja BNN Tahun 2016 sebagaimana tabel di
bawah ini.

Tabel 1. Perjanjian Kinerja BNN Tahun Anggaran 2016

Kementerian/Lembaga : Badan Narkotika Nasional

Tahun Anggaran : 2016


Target
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
2016
1 2 3 4
1. Terkendalinya angka Laju Peningkatan Prevalensi 0,05%
prevalensi penyalahgunaan Penyalahgunaan Narkoba
Narkoba
2. Meningkatnya daya tangkal Laju angka pengguna Narkoba 9,75%
masyarakat terhadap coba pakai
bahaya penyalahgunaan
dan peredaran gelap
Narkoba.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 9


1 2 3 4
3. Terwujudnya kemandirian Indeks kemandirian partisipasi 2,50
masyarakat dan stakeholder masyarakat dalam pelaksanaan (skala)
berpartisipasi dalam P4GN
pelaksanaan P4GN Indeks kemandirian partisipasi 2,50
stakeholder dalam pelaksanaan (skala)
P4GN

4. Meningkatnya mantan Jumlah mantan penyalah guna dan 16.000


penyalah guna dan pecandu pecandu Narkoba yang tidak Orang
Narkoba yang tidak kambuh kambuh kembali setelah menjalani
kembali rehabilitasi dan/atau pasca
rehabilitasi

5. Melemahnya aktivitas Jumlah jaringan sindikat kejahatan 22


jaringan sindikat peredaran narkotika yang terungkap Jaringan
gelap narkotika
Persentase penyelesaian 100%
penyidikan asset (TPPU) tersangka
tindak perdana narkotika hasil
tindak pidana narkotika

6. Meningkatnya produk dan Indeks layanan hukum bidang 4 (skala)


layanan hukum serta P4GN
kerjasaman nasional dan
Tingkat efektivitas kerjasama 65%
internasional bidang P4GN
dengan instansi pemerintah dan
komponen masyarakat baik dalam
maupun luar negeri
7. Meningkatnya tata kelola Nilai Indeks Reformasi Birokrasi 55,00
organisasi yang profesional BNN

Nilai Akuntabilitas Kinerja BNN B


Nilai Kinerja Anggaran BNN 85,00
Opini Laporan Keuangan BNN WTP

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 10


BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA BNN
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA BNN

A. Capaian Kinerja Organisasi.

Capaian kinerja BNN merupakan implementasi dari perjanjian kinerja yang


telah disepakati oleh seluruh pejabat pemangku program dengan Kepala BNN
untuk mencapai sasaran strategis, secara cascading turun hingga ke level yang
paling bawah di BNN kewilayahan.

Sasaran strategis yang dicapai merupakan hal yang harus


dipertanggungjawabkan kepada publik, apakah program dan kegiatan yang
dilakukan memiliki benefit (manfaat) kepada masyarakat.

Dalam Perjanjian Kinerja BNN tahun 2016 ditetapkan 7 (tujuh) sasaran


strategis,13 (tiga belas) indikator kinerja utama dengan gambaran capaian
setiap sasaran dan indikator kinerja utama adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Realisasi Capaian Kinerja BNN Tahun 2016


Target Realisasi Capaian
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama
2016 2016 (%)
1 2 3 4 5 6
1. Terkendalinya angka Laju Peningkatan 0,05% -0,3 800%
prevalensi penyalah- Prevalensi
gunaan Narkoba Penyalahgunaan Narkoba
2. Meningkatnya daya Laju angka pengguna 9,75% 2,12% 178%
tangkal masyarakat Narkoba coba pakai
terhadap bahaya
penyalahgunaan dan
peredar-an gelap
Narkoba.
3. Terwujudnya Indeks kemandirian 2,50 2,39 95,7%
kemandirian partisipasi masyarakat (skala)
masyarakat dan dalam pelaksanaan
stakeholder P4GN
berpartisipasi dalam Indeks kemandirian 2,50 2,48 99,16%
pelaksanaan P4GN partisipasi stakeholder (skala)
dalam pelaksanaan P4GN

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 11


1 2 3 4 5 6

4. Meningkatnya mantan Jumlah mantan penyalah 16.000 9.423 58,89%


penyalah guna dan guna dan pecandu Nar- Orang Orang
pecandu Narkoba yang koba yang tidak kambuh
tidak kambuh kembali kembali setelah menjalani
rehabilitasi dan/atau
pasca rehabilitasi

5. Melemahnya aktivitas Jumlah jaringan sindikat 22 31 140,91%


jaringan sindikat kejahatan narkotika yang Jaringan Jaringan
peredaran gelap terungkap
narkotika
Persentase penyelesaian 100% 86% 86%
penyidikan asset (TPPU)
tersangka tindak pidana
narkotika hasil tindak
pidana narkotika

6. Meningkatnya produk Indeks layanan hukum 4 3,3 82,5%


dan layanan hukum bidang P4GN (skala)
serta kerjasama
Tingkat efektivitas 65% 65,71% 101,9%
nasional dan
kerjasama dengan
internasional bidang
instansi pemerintah dan
P4GN
komponen masyarakat
baik dalam maupun luar
negeri

7. Meningkatnya tatakelola Nilai Indeks Reformasi 55,00 NA NA


organisasi yang Birokrasi BNN
profesional
Nilai Akuntabilitas Kinerja B NA NA
BNN

Nilai Kinerja Anggaran 85,00 87,14 102,52%


BNN

Opini laporan keuangan WTP WTP 100%


BNN

Guna mengetahui lebih jauh tentang capaian kinerja yang telah dilakukan
BNN selama kurun waktu tahun 2016, perlu dilakukan evaluasi dengan cara
melakukan analisis yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan.
Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam
bentuk narasi maupun tabel atau grafik.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 12


1. Sasaran : Terkendalinya Angka Prevalensi Penyalahgunaan
Narkoba

Dampak buruk penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang


sangat merugikan kehidupan masyarakat mendorong pemerintah melalui Badan
Narkotika Nasional untuk lebih fokus melakukan berbagai upaya Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba. Adapun target
yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019 adalah terkendalinya laju
peningkatan prevalensi penyalahgunaan Narkoba sebesar 0,05% setiap tahun.

Guna mengetahui keberhasilan dan kegagalan dari program yang


dilaksanakan perlu dilakukan pengukuran dari setiap sasaran dengan indikator
kinerja utama sebagaimana uraian berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Laju Peningkatan Prevalensi 0,05% -0,3% 800%


Penyalahgunaan Narkoba

Definisi operasional dari laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan


Narkoba adalah Perubahan rasio jumlah penyalahgunaan Narkoba terhadap
populasi penduduk yang berpotensi menyalahgunakan Narkoba (usia 10-59
tahun) pada suatu tahun dibandingkan tahun sebelumnya.

Hasil survei BNN bekerja sama dengan Puslitkes UI Tahun 2014 telah
melahirkan angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba secara umum sebesar
2,18%. Berdasarkan hasil survei tersebut telah dilakukan perhitungan proyeksi
angka prevalensi, dimana tahun 2016 telah diproyeksikan angka prevalensi
penyalahgunaan Narkoba secara umum sebesar 2,21% atau setara dengan
4.173.633 orang dengan rincinan kategori adiksi coba pakai sebanyak 1.632.636
orang (prevalensi 0,87%); kategori teratur pakai sebanyak 1.539.360 orang
(prevalensi 0,82%); kategori pecandu suntik sebanyak 70.001 orang (prevalensi
0,04%) dan pecandu non suntik sebanyak 931.636 orang (prevalensi 0,49).

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 13


Seperti diketahui bahwa angka prevalensi penyalahgunaan Narkoba di
Indonesia didasari oleh 3 (tiga) hasil survei yaitu survei pada kelompok pelajar
dan mahasiswa, kelompok pekerja dan kelompok rumah tangga. Namun
penelitian prevalensi penyalahgunaan Narkoba tidak dapat dilakukan secara
serentak kepada ketiga kelompok sasaran tersebut setiap tahunnya, oleh karena
berbagai keterbatasan utamanya masalah ketersediaan anggaran.
Pada Tahun 2016 lalu, BNN bekerjasama dengan Puslitkes-UI telah
melakukan Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada
Kelompok Pelajar dan Mahasiswa dan didapatkan angka prevalensi setahun
terakhir pakai sebesar 1,9 % (Grafik 1). Jika menggunakan dan membandingkan
hasil survei tersebut, maka angka prevalensi bukan lagi sekedar dapat ditahan
lajunya, namun dapat diturunkan dari 2,2% di tahun 2015 menjadi 1,9% pada
tahun 2016, dengan penurunan laju angka prevalensi sebesar -0.3%. Laju
peningkatan prevalensi penyalahgunaan Narkoba diperoleh dengan
membandingkan trend angka prevalensi pada tahun ke-n dengan tahun n-1.
Angka prevalensi tersebut juga menurun jika dibandingkan dengan hasil
survei Tahun 2011 pada kelompok yang sama yaitu 2,9%. Menurunnya angka
prevalensi penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa
tentunya sangat mempengaruhi perkembangan angka prevalensi
penyalahgunaan Narkoba secara umum.

Grafik 1. Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba 2006 2016 Menurut Waktu


Pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa

10 Kecenderungan Angka Prevalensi Penyalahgunaan Narkoba Semakin Menurun


8,1 7,8
8
Persentase

6 5,2 5,1
4,3
3,8
4 2,9
1,9
2

0
2006 2009 2011 2016

Pernah pakai Pakai setahun terakhir

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 14


Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja pada
indikator kinerja utama Laju peningkatan prevalensi penyalahgunaan Narkoba,
adalah sebagai berikut:

Indikator Kinerja
Formula Hasil Perhitungan Keterangan
Utama
Laju peningkatan =(((TpRp)+Tp)/Tp))*100% =(((0.05- (-0.3)+0.05 - Tp : Target
prevalensi /0.05))*100% Prevalensi
penyalahgunaan =(0.4/0.05)*100% - Rp : Realisasi
Narkoba =800% Prevalensi

Dari formula atau rumus di atas diperoleh bahwa persentase capaian


800%. Terkait dengan perhitungan capaian keberhasilan menahan laju angka
prevalensi penyalahgunaan Narkoba tidak dapat dilakukan perhitungan
sebagaimana lazimnya dengan membandingkan realisasi dibagi target lalu
dikalikan 100%, akan tetapi dilakukan sebagaimana rumus di atas. Laju angka
prevalensi memiliki komposisi perhitungan terbalik, dimana semakin tinggi
capaian angka laju akan memperkecil persentase capaian. Begitupun
sebaliknya, jika capaian angka laju semakin rendah akan berdampak positif
terhadap persentase capaian.
Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 (160%), persentase
capaian tahun 2016 sangat meningkat tajam (800%). Sebenarnya capaian
tersebut tidak dapat dibandingkan secara apple to apple disebabkan penelitian
prevalensi penyalahgunaan Narkoba tidak dapat dilakukan secara serentak
kepada ketiga kelompok sasaran sebagaimana dijelaskan di atas.
Meski demikian, capaian pada tahun 2016 dapat menggambarkan
keberhasilan pemerintah pada akhir periode Renstra mampu menahan laju angka
prevalensi penyalahgunaan Narkoba sebesar 0.05%.
Untuk melihat korelasi secara apple to apple antara hasil penelitian pada
kelompok pelajar dan mahasiswa dengan fakta nyata di lapangan bahwa terjadi
perubahan pengetahuan dan respon untuk menghindari penyalahgunaan
Narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa, berikut ini disajikan informasi
tentang keterlibatan pelajar dan mahasiswa dalam kegiatan P4GN yaitu tentang
keterpaparan program KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang dilakukan
oleh BNN. Dari total pelajar dan mahasiswa yang terpapar KIE sebanyak 79%,
sebanyak 74% mengaku mengerti dari pada program KIE tersebut dan 53%
mengaku akan menghindari Narkoba (Grafik 2).

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 15


Grafik 2. Distribusi yang Pernah Terpapar KIE, Tingkat Pemahaman, dan
Yakin Menghindari Narkoba, 2016

90% 87%
81% 84%
77% 79%
80%
74%
69%
70% 65%

60% 57% 55%


53%
50%
40%
31%
30%
20%
10%
0%
SMP SMA PT/AKD Total

terpapar KIE mengerti Yakin menghindari

Faktor keberhasilan pencapaian sasaran tersebut di atas sangat


dipengaruhi oleh keberhasilan pelaksanaan advokasi program Pembangunan
Berwawasan Anti Narkoba (Bang Wawan), yang didukung dengan kerja keras
dari seluruh Satuan Kerja BNN untuk mendorong instansi pemerintah dan
komponen masyarakat lainnya melaksanakan program P4GN di lingkungannya.
Di samping itu juga sudah terbangun kemandirian masyarakat melakukan
kampanye bahaya penyalahgunaan Narkoba melalui program pemberdayaan
yang dijalankan oleh para penggiat yang dibentuk oleh BNN.

Guna mengetahui sejauh mana dukungan dan peran serta masyarakat


dalam pelaksanaan P4GN, BNN melakukan monitoring dan evaluasi program
dan kegiatan yang dilakukan ke berbagai satuan kerja di kewilayahan dengan
hasil capaian 4,2 (metode likert skala 5), atau jika dikonversikan ke persentase
menjadi 83,3% dengan kategori Baik berdasarkan PMK Nomor 249 tahun
2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L
(Lampiran 2).

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 16


Selain hal tersebut di atas, upaya P4GN di daerah dapat berjalan lebih
efektif sejalan dengan dukungan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2013, tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.

Meskipun menunjukkan keberhasilan dalam menahan laju


penyalahgunaan Narkoba, Indonesia masih tetap harus waspada untuk
melakukan P4GN yang signifikan secara komprehensif dan sinergi. Apabila hal
ini tidak dilakukan maka laju penyalahgunaan Narkoba akan lebih dari target
yang telah ditetapkan dalam RPJMN.

Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah menahan laju


prevalensi penyalahgunaan Narkoba adalah:

1. Perlu segera diterbitkan kebijakan pemerintah pengganti Inpres No 12


Tahun 2011 untuk mendukung Kebijakan Pembangunan Nasional
berwawasan anti Narkoba guna meningkatan kerjasama antar instansi
pemerintah dan komponen masyarakat lainnya berperan aktif dalam upaya
P4GN.

2. Penanganan permasalahan Narkoba harus dilakukan secara serentak di


seluruh wilayah tanah air, oleh karena itu sangat mendesak pembentukan
dan pengembangan kelembagaan BNN pada Kabupaten/Kota yang belum
terbentuk, di samping itu juga perlu penambahan sumber daya manusia
termasuk sarana dan prasarana.

3. Program dan kegiatan yang telah dilaksanakan perlu didukung dengan


data penelitian yang lebih luas, sehingga dampak/hasil dari program dan
kegiatan yang telah dilaksanakan dapat memperkuat keyakinan terkait
dengan keberhasilan dan kegagalan program dan kegiatan.

Sebagai analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam mencapai


kebehasilan ini, BNN dengan segala keterbatasan sumber daya telah
memanfaatkan peningkatan kerjasama dengan K/L/I menggandeng seluruh
lapisan masyarakat untuk berpartisipasi melaksanakan program P4GN.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 17


Dengan demikian, keberhasilan menahan laju angka prevalensi bukan
hanya semata-mata keberhasilan BNN, akan tetapi kontribusi dari seluruh K/L/I
seperti Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta K/L lainnya
menggandeng masyarakat dalam mensukseskan program P4GN di Indonesia.

2. Sasaran : Meningkatnya Daya Tangkal Masyarakat Terhadap


Bahaya Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

Sebagai focal point penanggulangan Narkoba, BNN telah melaksanakan


Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba secara massive. Langkah pertama dengan melakukan
pencegahan dengan target menekan laju angka coba pakai sebagaimana
indikator tersebut di bawah ini:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Laju Angka Penyalah guna Narkoba 9,75% 2,12% 178%


Coba Pakai

Secara definisi operasional, Laju angka penyalah guna Narkoba coba


pakai adalah upaya meningkatkan ketahanan diri dan organisasi untuk
memastikan kelangsungan hidup sehat dari penyalahgunaan Narkoba.

Angka target sebesar 9,75% sebagai batas atas laju angka penyalah guna
Narkoba coba pakai didapatkan dari data penelitian coba pakai pada 3 (tiga)
kelompok sasaran yaitu pelajar/mahasiswa, masyarakat, keluarga, dan pekerja.
Keberhasilan program dinilai dari keberhasilan menekan angka laju coba pakai
dibawah angka 9,75% dan dikatakan tidak berhasil menekan laju coba pakai
apabila angka hasil penelitian menunjukan laju coba pakai diatas angka target
9,75%, sebagaimana tergambar dalam bagan berikut ini:

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 18


Yang dijadikan baseline adalah data hasil penelitian tahun 2008, dimana
terdapat sekitar 892.928 orang masuk dalam kategori sebagai penyalah guna
Narkoba coba pakai. Pada tahun 2011 angka ini mengalami peningkatan
menjadi 1.159.649 orang, rata-rata kenaikan angka coba pakai pada rentan
waktu 2008-2011 adalah +10.95%. Kemudian pada tahun 2014 dengan
menggunakan angka proyeksi sebesar 1.624.026, jika dibandingkan dengan
hasil penelitian tahun 2011 mengalami kenaikan rata-rata +13.34% pada 3 (tiga)
tahun tersebut.

Berdasarkan data tersebut angka proyeksi coba pakai pada tahun 2019
adalah sebesar 1.809.138, dengan demikian estimasi coba pakai tahun 2019
adalah 9,75%. Dengan membandingkan angka proyeksi tersebut dengan
baseline tahun 2008 sebesar 892.928, lalu hasilnya dibagi 11 tahun diperoleh
angka rata-rata kenaikan sebesar +9,75%.

Meskipun data yang tersaji tahun 2016 ini tidak bisa dibadingkan secara
apple to apple disebabkan target 9,75% adalah untuk 3 (tiga) kelompok
sasaran, namun hasil penelitian pada tahun 2016 khusus pada kelompok pelajar
dan mahasiswa setidaknya dapat menggambarkan keberhasilan dalam
menekan laju angka penyalah guna Narkoba coba pakai.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 19


Hasil perhitungan olah data dari hasil penelitian penyalahgunaan Narkoba
tahun 2016, diperoleh laju angka coba pakai sebesar 2,12% (lampiran 3)
dengan persentase capaian sebesar 178%.

Data trend angka coba pakai khusus segmen pelajar dan mahasiswa dari
tahun ke tahun, seperti tergambar pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Angka Penyalah Guna Narkoba Coba Pakai, Teratur, dan Pecandu
Menurut Jenis Kelamin, Umur dan Jenjang Sekolah Berdasarkan
Survei terhadap Pelajar dan Mahasiswa Tahun 2016

Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja pada


indikator kinerja utama Laju angka penyalah guna Narkoba coba pakai, adalah
sebagai berikut:
Indikator Kinerja
No. Formula Hasil Perhitungan Keterangan
Utama
1. Laju angka =((TCp =((9.75- - TCp : Target Coba Pakai
penyalah guna RCp)+TCp)/TCp)*100% 2.12+9.75)/9.75)*100% - RCp : Realisasi Coba Pakai
Narkoba coba =(17.38/9.75)*100%
pakai =178%
Capain Kinerja 178 %

Dari formula atau rumus di atas diperoleh bahwa persentase capaian


178%. Terkait dengan perhitungan capaian keberhasilan menahan laju angka
coba pakai penyalahgunaan Narkoba tidak dapat dilakukan perhitungan
sebagaimana lazimnya dengan membandingkan realisasi dibagi target lalu
dikalikan 100%, akan tetapi dilakukan sebagaimana rumus di atas. laju angka
coba pakai penyalahgunaan Narkoba memiliki komposisi perhitungan terbalik,
dimana semakin tinggi capaian angka laju akan memperkecil persentase
capaian. Begitupun sebaliknya, jika capaian angka laju semakin rendah akan
berdampak positif terhadap persentase capaian.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 20


Dari penjelasan keberhasilan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa hasil
evaluasi penelitian tahun 2016 dapat menggambarkan keberhasilan pemerintah
pada akhir periode Renstra menahan laju angka coba pakai penyalahgunaan
Narkoba sebesar 9,75%.
Keberhasilan capaian dalam menahan laju angka penyalah guna coba
pakai sangat dipengaruhi tingkat efektivitas informasi P4GN dan dilakukannya
intensifikasi penyebarluasan informasi melalui berbagai saluran media, baik
media cetak, media elektronik, maupun media sosial lainnya. Peran media
massa sangat membantu dalam penyebarluasan informasi P4GN dan berhasil
mengingkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang bahaya
Narkoba yang mengakibatkan tertahannya laju angka penyalah guna coba
pakai. Bagi pecandu coba pakai masih bisa diedukasi melalui pendekatan
komunikasi personal dan peningkatan pemahaman untuk tidak
menyalahgunakan Narkoba.
Rekomendasi/rencana aksi kedepan sebagai langkah optimalisasi kinerja
ke depan dalam konteks pencegahan dan dalam rangka menahan laju
prevalensi penyalahgunaan Narkoba antara lain:
1. Optimalisasi peran tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan
pemuda untuk melakukan intervensi pencegahan penyalahgunaan
Narkoba.
2. Optimalisasi penggunaan media informasi baik elektronik maupun non
elektronik dengan menambah jumlah informasi atau intensitas/frekuensi
informasi yang disebarluaskan.
3. Meningkatkan kualitas perencanaan dan monitoring evaluasi dalam
konteks perubahan lingkungan strategis dalam rangka menjawab
tantangan-tantangan ke depan.

Sebagai analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam mencapai


kebehasilan ini, BNN dengan segala keterbatasan sumber daya telah
memanfaatkan peningkatan kerjasama dengan K/L dengan menggandeng
seluruh lapisan masyarakat untuk berperan dalam kampanye bahaya
penyalahgunaan Narkoba.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 21


Untuk mengetahui tingkat efektivitas intervensi informasi bahaya
penyalahgunaan Narkoba dan implementasi kebijakan P4GN yang selama ini
dilakukan oleh BNN, BNNP, dan BNN Kabupaten/Kota, BNN pusat melakukan
monitoring dan evaluasi ke 20 (dua puluh) provinsi dengan metode pendekatan
survei kuesioner Likert skala 5.

Metode survei ini dilakukan karena pengukuran efektivitas bersifat


abstrak sehingga tidak dapat dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Data
kualitatif diukur dengan memperhatikan rentang waktu penerimaan program
P4GN dengan waktu evaluasi, minimal 6 (enam) bulan dari penerimaan
intervensi P4GN yang diperoleh oleh peserta pada tahun 2016, dengan harapan
telah terjadi proses interaksi sosial dalam kurun waktu tersebut.

Hasil olah data yang ditujukan kepada kelompok sasaran keluarga,


pelajar/mahasiswa, pekerja, dan kelompok masyarakat sebagai berikut:

Grafik 3. Hasil Olah Data kepada Kelompok Sasaran Keluarga,


Pelajar/Mahasiswa, Pekerja, Kelompok Masyarakat

Ketepatan Waktu Penyelenggaraan 80%


Materi P4GN Mudah Dipahami 85%
Penyampaian Materi Menarik 81%
Narasumber Menguasai Materi 88%
Materi yang Disampaikan Bermanfaat 91%
Menyadari Bahaya Narkoba Setelah Ikut Giat P4GN 90%
Menyampaikan Bahaya Narkoba kepada Orang Lain 96%
Berkeinginan Menjadi Penyuluh Narkoba 99%
Berkeinginan Menjadi Kader Anti Narkoba 97%
Efektivitas Intervensi Media Elektronik 93%
Efektivitas Intervensi Media Cetak 89%
Efektivitas Intervensi Media Online/Media Sosial 91%
Efaktivitas Intervensi Media Luar Ruang 83%

0 20 40 60 80 100

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 22


Rata-rata dari persentase hasil pengukuran tiap kriteria atau poin tersebut
di atas menghasilkan nilai capaian efektivitas informasi P4GN sebagai target
indikator kinerja kegiatan sebesar 81,08% dari target yang ditetapkan 60%,
dengan rincian sebagai berikut:

Indikator Kinerja Kegiatan Sasaran Kegiatan Target Realisasi %


Tingkat Efektivitas Informasi P4GN 60% 81,08% 135,14%
Informasi P4GN yang kepada keluarga,
disampaikan Pelajar/Mahasiswa,
Pekerja, Kelompok
Masyarakat
Kriteria Baik

Sebagai perbandingan, capaian 2016 ini dapat diperbandingkan dengan


capaian 2015 namun demikian tidak semua pengukuran dapat diperbandingkan
karena ada beberapa pengukuran yang di tahun 2015 dilakukan namun pada
tahun 2016 tidak dilakukan karena adanya perbedaan sasaran kegiatan
sehingga perlu adanya penyesuaian. Secara detail perbandingan untuk masing-
masing indikator pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut:

No. Indikator Pengukuran 2015 2016 %


1. Responden menyadari bahaya
Narkoba setelah mengikuti 95,08% 99% 4,13%
kegiatan P4GN
2. Responden merasakan efektivitas
intervensi program P4GN melalui 83,65% 88% 5,20%
media elektronik
3. Responden merasakan efektivitas 73,43% 81% 10,32%
intervensi program P4GN melalui
media cetak
4. Responden merasakan efektivitas 76,90% 85% 10,53%
intervensi program P4GN melalui
media online/media sosial
5. Responden merasakan efektivitas 72,50% 80% 10,34%
intervensi program P4GN melalui
media luar ruang

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 23


Selain efektivitas informasi dari penyelenggaraan diseminasi informasi,
keberhasilan menekan angka laju coba pakai penyalah guna Narkoba juga
didukung oleh peran serta aktif stakeholder baik dari Instansi Pemerintah,
swasta, pendidikan maupun kelompok masyarakat dalam turut serta dalam
pencegahan penyalahgunaan bahaya Narkoba di masyarakat.

Keterlibatan stakeholder secara nyata dapat dilihat dari respon stakeholder


memiliki dan mengimplementasikan kebijkan pembangunan berwawasan anti
Narkoba (Bang Wawan) di lingkungannya masing-masing, sebagaimana
tergambar dalam grafik berikut ini :

Grafik 4. Jumlah Institusi Pemerintah dan Swasta yang Memiliki Kebijakan


Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba

472
500
400
300 180

200
100
0
Target Realisasi

Grafik 5. Jumlah Kelompok Masyarakat dan Institusi Pendidikan yang


Memiliki Kebijakan Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba

594

600 417
500
400
300
200
100
0
Target Realisasi

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 24


3. Sasaran : Terwujudnya Kemandirian Masyarakat
Stakeholder Berpartisipasi dalam Pelaksanaan P4GN
dan

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 2 (dua) indikator


kinerja utama sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Indeks Kemandirian Partisipasi 2,50 2,39 95,7%


Masyarakat dalam Pelaksanaan
P4GN

Defenisi operasional Indeks kemandirian partisipasi masyarakat dalam


pelaksanaan P4GN adalah akumulasi jumlah indeks (indikator) peran serta
masyarakat yang secara mandiri (baik input, output, dan outcome) dalam P4GN.
Masyarakat adalah kelompok-kelompok individu yang ada di lingkungan
masyarakat (desa, kelurahan, komunitas, orsosmas, LSM, paguyuban, dan lain
lain), lingkungan pendidikan (formal dan non formal) dan lingkungan rawan
Narkoba di perdesaan (wilayah kultivasi Ganja) dan perkotaan (wilayah
peredaran gelap Narkoba).

Metode pengukuran Indeks kemandirian partisipasi (IKP) dihitung dengan


menggunakan nilai rata-rata tertimbang masing-masing 5 (lima) kriteria yang
terdiri dari:

1. Aspek Manusia yang meliputi tokoh anti Narkoba, penggiat anti Narkoba.

2. Aspek Metode yang meliputi metode 1 (pelatihan ketrampilan dll), metode


2 (penyuluhan dll).

3. Aspek Anggaran yang meliputi mandiri/swadaya dan sponsorship/bantuan.

4. Aspek Sistem yang meliputi aturan mengikat dan tidak mengikat.

5. Aspek Sarana dan Prasarana yang meliputi sarana dan prasarana yang
diadakan dan yang telah tersedia.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 25


Adapun penilaian Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) Masyarakat ini
dihimpun dari berbagai nilai indeks yang ada dalam capaian Program
Pemberdayaan Masyarakat Anti Narkoba yang dilaksanakan dari mulai
BNNKab/Kota, BNNP dan BNN. Pemberdayaan Masyarakat Anti Narkoba
adalah rangkaian kegiatan dari mulai pemetaan sasaran dan kawasan,
pengembangan kapasitas melalui TOT, Workshop dan pembinaan kawasan
rawan Narkoba, bimbingan teknis dan pelaporan IKP.

Pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian indikator kinerja


sebesar 2,39 atau 95,7% dari perhitungan rata-rata persentase realisasi
Indikator Kinerja Utama. Capaian indeks kemandirian partisipasi pada
masyarakat masih dalam kategori kurang mandiri, karena masih berada pada
skala di bawah 2,51. Artinya sasaran strategis masyarakat dalam P4GN secara
nasional belum terwujud atau kurang mandiri antara lain disebabkan masih
takutnya masyarakat untuk melaporkan segala bentuk penyalah guna dan
peredaran gelap Narkoba, faktor dana, hingga jarak tempuh untuk koordinasi
yang jauh antara desa ke kabupaten/kota dan faktor lainnya.

Mengingat kriteria dalam Indeks Kemandirian Partisipasi dalam lingkungan


masyarakat mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pada setiap daerah,
maka penilaian IKP didasarkan pada tabel sebagai berikut :

JAWABAN NILAI KATEGORI KRITERIA


KUESIONER INTERVAL IKP MANDIRI
0 1,00 1,75 D Tidak Mandiri
1 1,76 2,50 C Kurang Mandiri
2 2,51 3,25 B Mandiri
3 3,26 4,00 A Sangat Mandiri

Adapun angka indeks tersebut diperoleh dari perhitungan rata-rata setiap


peserta yang ikut dalam program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
pembinaan dan ketrampilan dari mulai level paling bawah di tingkat
BNNKab/Kota, level menengah di tingkat BNNP dan level tertinggi di BNN
(Pusat) dihasilkan rata-rata indeks kemandirian masyarakat pada sasaran
desa/kelurahan yang menyelenggarakan program pemberdayaan anti Narkoba,
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pemberdayaan anti
Narkoba, mantan petani/penanam ganja yang beralih profesi ke legal produktif
dan mantan pengedar/penjual ganja yang beralih profesi (Lampiran 4).

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 26


Capaian Indeks kemandirian partisipasi masyarakat ini adalah di tahun
pertama atau indikator pertama yang belum pernah ada indikator ini pada tahun
anggaran sebelumnya, sehingga capaian target ini tidak dapat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.

Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) baru mulai diperkenalkan pada tahun


2016 dan belum setahun disosialisasikan sehingga tingkat pemahaman satuan
kerja dari Pusat hingga daerah baik implementasi Indeks maupun pelaksanaan
pengumpulan angketnya belum optimal dilaksanakan termasuk dalam lingkungan
masyarakat yang diberdayakan dalam melakukan rencana aksinya.

Capaian IKU bidang Pemberdayaan Masyarakat TA 2016 yang terealisasi


pada IKP Masyarakat sebesar 2,39 jika dibandingkan dengan target IKU jangka
Menengah (TA 2018) sebesar 3,1 maka kinerja IKP Masyarakat harus ditingkatkan
77%. Hingga saat ini belum ditetapkan standar nasional dalam Indeks Kemandirian
Partisipasi P4GN, namun jika untuk tahapan mandiri maka diperlukan IKP dengan
skala 2,51. Jika dibanding capaian IKU bidang Pemberdayaan Masyarakat
tahun 2016 pada IKP Masyarakat sebesar 2,39 maka capaian itu 95,7% di
bawah rata-rata kemandirian optimal, yaitu skala yang dianggap sudah masuk
kategori mandiri.

Berdasarkan analisis terkait dengan capaian dan kegagalan dalam


mencapai sasaran didapat faktor-faktor sebagai berikut:
1. Penyebab kurang optimalnya pencapaian IKP Masyarakat, antara lain:

a. Kurangnya pemantauan dan pendampingan yang berkelanjutan dari


para pelaksana program P4GN baik di BNN, BNNP dan BNNK
tentang implementasi dari rencana aksi pada kader, satgas, fasilitator
dan penggiat anti Narkoba yang telah dibina, sehingga kurang
memberikan dampak (outcome) nyata bagi masyarakat sekitarnya.

b. Kuranganya upaya kreatif dari kader, satgas, fasilitator dan penggiat


anti Narkoba untuk dapat melibatkan kalangan dunia usaha melalui
program CSR untuk berpartisipasi aktif dalam program P4GN.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 27


c. Kurangnya antusias masyarakat dalam mengikuti kegiatan pember-
dayaan penggiat anti Narkoba yang dilaksanakan oleh BNNP
maupun BNNKab/Kota karena berbagai faktor seperti jarak wilayah
yang jauh antara desa satu dengan lainnya bahkan dengan kota
kabupaten, dukungan anggaran, sumber daya manusia, tingkat
pendidikan, dan lain-lain.
d. Kurangnya kepedulian dan masih ada rasa takut masyarakat (tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda) dalam upaya bersama-
sama memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.
e. Kurangnya antusiasme masyarakat dalam mengikuti kegiatan
pemberdayaan penggiat anti Narkoba yang dilaksanakan oleh BNNP
maupun BNNKab/Kota terutama pada kawasan rawan dan rentan
penyalah guna dan peredaran gelap Narkoba.
f. Masih rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
bahaya penyalah guna dan peredaran gelap Narkoba.

2. Yang mendukung pencapaian IKP Masyarakat, antara lain:


a. Semakin tumbuhnya kepedulian, kesadaran masyarakat, dan
memandangbahwa permasalahan Narkoba menjadi persoalan
bersama yang harus segera diatasi.
b. Tumbuhnya kesadaran dan partisipasi masyarakat untuk turut serta
menjadi penggiat anti Narkoba dalam pelaksanaan P4GN.
c. Semakin eratnya koordinasi dan komunikasi masyarakat dan
aparatur pemerintahan setempat dalam menanggulangi bahaya
penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

Berdasarkan analisis hambatan dan langkah antisipasi dalam


menindaklanjuti hambatan dan kegagalan, dengan uraian sebagai berikut:
1. Faktor Hambatan tercapaianya IKP Masyarakat, antara lain:
a. Kurangnya personil dalam mendukung kegiatan pemberdayaan
penggiat anti Narkoba yang dilaksanakan oleh BNNP maupun
BNNKab/Kota.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 28


b. Anggaran dan sarana prasarana (sarpras) yang kurang dalam
mendukung program P4GN.

c. Jarak wilayah yang cukup jauh antara wilayah penggiat dengan


kabupaten/kota dan provinsi.

d. Belum dipahaminya program pemberdayaan masyarakat dan


program P4GN baik pada BNNP dan BNNKab/Kota yang hanya
melaksanakan kegiatan sebatas output dan penyerapan anggaran
untuk mencapai target 100% dibandingkan dengan mengukur dari
manfaat (outcome) kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

e. Kurangnya komunikasi, sinergitas, kemitraan, dan kerja sama dengan


baik antara pelaksana kegiatan (pembina) baik BNN, BNNP dan
BNNKab/Kota dengan hasil binaan (kader, satgas, fasilitator, dan
penggiat anti Narkoba) sehingga pengembangan kapasitas penggiat
anti Narkoba tidak berjalan sesuai harapan.

2. Langkah Antisipasi yang akan ditindaklanjuti dengan hambatan dan


kegagalan tersebut, antara lain:

a. Memprioritaskan sasaran dan wilayah yang tepat dalam


pelaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat sehingga
pengembangan kapasitas penggiat anti Narkoba dapat berjalan
sesuai harapan.

b. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dapat dalam


menggali persoalan dan masalah kemandirian partisipasi masyarakat
dalam P4GN.

c. Melakukan kegiatan monitoring dan supervisi program oleh


pelaksana kegiatan pemberdayaan masyarakat pada BNNP dan
BNNK kepadamasyarakat binaan (kader, satgas, fasilitator, dan
penggiat anti Narkoba) melalui kunjungan kerja, advokasi,
pendampingan, pendataan, dan lainnya.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 29


Analisis efisiensi dan sumber daya, atas capaian Indeks Kemandirian
Partisipasi belum mandiri (2,39) disebabkan karena kurang optimalnya
pelaksanaan bimbingan teknis dalam program pemberdayaan masyarakat,
sehingga masyarakat tidak mempunyai rencana aksi yang mandiri dalam rangka
menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari penyalahgunaan dan
peredaran gelap Narkoba. Bimbingan teknis bagi penggiat anti Narkoba sebagai
langkah monitoring terbaik, untuk meningkatkan nilai IKP P4GN di setiap
lingkungan dimana penggiat anti Narkoba melakukan aktivitasnya.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengelaborasi hasil-hasil evaluasi
capaian IKU dan mengekplorasi hasil-hasil IKP untuk dilakukan penajaman
program dalam forum Rapat Teknis BNN, BNNP, dan BNNK tentang
pemberdayaan masyarakat dalam waktu dekat. Dalam forum itu didiskusikan
berbagai persoalan yang mengevaluasi program dan menajamkan program dan
kegiatan yang sesuai dengan kondisi terkini di lapangan.
Keberhasilan dalam merealisasikan target IKU terkait Indeks Kemandirian
Partisipasi Masyarakat tidak terlepas dari kinerja kegiatan dari masing-masing
lingkungan sasaran yang tergambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 4. Realisasi Sasaran Kegiatan Program Pemberdayaan Anti Narkoba


pada Kelompok Masyarakat untuk Tingkat Pusat Tahun 2016

%
Tar- Rea-
No. Indikator Kinerja Kegiatan Capaian
get liasi
Target

1. Jumlah desa/kelurahan yang menyelenggarakan 103 50 48,54%


program pemberdayaan anti Narkoba

2. Jumlah lembaga pendidikan yang menyeleng- 69 70 101%


garakan program pemberdayaan anti Narkoba

3. Jumlah mantan petani/penanam ganja yang 120 177 147,4 %


beralih profesi ke legal produktif (orang)

4. Jumlah mantan pengedar/penjual ganja yang 50 72 144 %


beralih profesi (orang)

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 30


Capaian di atas merupakan gambaran keberhasilan di tingkat pusat. Hal ini
disebabkan target baru hanya ditetapkan di pusat belum diturunkan ke
kewilayahan. Hasil evaluasi, target ini harus diturunkan ke wilayah untuk melihat
keberhasilan secara komprehensif ke depan. Adapun gambaran keberhasilan
pelaksanaan kegiatan di pusat dan daerah adalah seperti grafik di bawah ini:

Grafik 6. Realisasi Jumlah Kelompok Masyarakat yang menyelenggarakan


Program Pemberdayaan Anti Narkoba pada Tingkat Pusat dan
Daerah Tahun 2016

1400 1258
1188
1200

1000
738
800 688
567
600 495

400
177 193
200 50 70 72
16
0
Desa/Kelurahan Lembaga Mantan Petani Mantan
Pendidikan Ganja yang Pengedar/Penjual
Beralih Profesi Ganja yang
Beralih Profesi

Pusat Kewilayahan Total

Pada tabel di atas ditunjukkan bahwa, pada poin (1) dari target 103 jumlah
desa/kelurahan yang menyelenggarakan program pemberdayaan anti Narkoba
realisasi untuk tingkat pusat tercapai 50 atau 48,54%, sedangkan sisanya
sejumlah 688 desa/kelurahanberasal dari BNNP dan BNNKab/Kota.

Selanjutnya pada poin (2) dari target 69 Jumlah lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pemberdayaan anti Narkoba realisasi untuk tingkat
BNN pusat tercapai 70 atau 101,4% sedangkan sisanya sejumlah 1.188
lembaga pendidikan berasal dari BNNP dan BNNKab/Kota.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 31


Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 terjadi peningkatan capaian
sebesar 35% yaitu dari 50 lingkungan pendidikan pada tahun 2015 menjadi 70
lingkungan pendidikan pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberdayaan lingkungan pendidikan dengan membentuk Tim Satgas telah
mampu meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kepedulian bersama
tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba khususnya bagi
kalangan generasi muda. Tim satgas ini bertujuan menjadi bagian cegah dini
dalam menangkal segala bentuk penyalah guna dan peredaran gelap Narkoba
yang terdapat di lingkungan pendidikan serta merupakan kegiatan yang
terintegrasi dengan kegiatan lainnya yang berada di lingkungan tersebut. Untuk
memperkuat keberadaan penggiat anti narkoba, pada pada tahun 2016 telah
ditingkatkan kemampuannya melalui program pengembangan kapasitas
lingkungan pendidikan, agar dapat lebih mandiri dan berkelanjutan dalam
melaksanakan program P4GN. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada
grafik di bawah ini.

Grafik 7. Peningkatan Capaian Kinerja Lembaga Pendidkan

% Peningkatan Capaian 35%


70
70
60 50
50
40
30
20
10
0
2015 2016

Selanjutnya pada poin (c) dari target 120 orang jumlah mantan
petani/penanam ganja yang beralih profesi ke legal produktif, realisasi untuk
tingkat BNN pusat tercapai 177 atau 147.5%, sedangkan sisanya sebanyak 16
orang berasal dari BNNKab Aceh Besar dan Gayo Lues.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 32


Akhirnya, pada poin (e) dari target 50 orang jumlah mantan
pengedar/penjual ganja yang beralih profesi, realisasi untuk tingkat BNN pusat
tercapai 72 orang atau 144 % sedangkan sisanya sebanyak 495 orang berasal
dari program pemberdayaan yang telah dilakukan oleh BNNP dan
BNNKab/Kota.

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

2. Indeks kemandirian partisipasi (IKP) 2,50 2,48 99,16%


stakeholder dalam pelaksanaan
P4GN

Indeks kemandirian partisipasi (IKP) stakeholder (pemangku kepentingan)


dalam P4GN adalah akumulasi jumlah indeks (indikator) peran serta
stakeholder yang secara mandiri (baik input, output, dan outcome) dalam P4GN.
Stakeholder adalah kelompok-kelompok individu yang ada di lingkungan kerja
pemerintah, lingkungan kerja swasta dan lingkungan tokoh-tokoh masyarakat
yang memiliki wibawa/sifat-sifat tertentu mempengaruhi orang lain.
Adapun penilaian Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) stakeholder ini
dihimpun dari berbagai nilai indeks yang ada dalam capaian Program
Pemberdayaan Masyarakat Anti Narkoba yang dilaksanakan dari mulai
BNNKab/Kota, BNNP dan BNN Pusat. Program Pemberdayaan Masyarakat Anti
Narkoba adalah rangkaian kegiatan dari mulai pemetaan sasaran dan kawasan,
pengembangan kapasitas melalui TOT, workshop dan pembinaan kawasan
rawan Narkoba, bimbingan teknis, dan pelaporan IKP.
Pada tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa capaian indikator kinerja
sebesar 2,48 (99,16%) dari perhitungan rata-rata persentase realisasi Indikator
Kinerja Utama. Capaian indeks kemandirian partisipasi pada stakeholder masih
dalam kategori kurang mandiri, karena masih berada pada skala di bawah 2,5.
Artinya sasaran strategis masyarakat dalam P4GN secara nasional belum
terwujud atau kurang mandiri antara lain beberapa kalangan dari dunia
usaha/swasta masih memprioritaskan kegiatannya untuk menambah laba
perusahaannya, dan lain-lain.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 33


Mengingat kriteria dalam Indeks Kemandirian Partisipasi Stakeholder
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda pada setiap daerah, maka
penilaian IKP didasarkan pada tabel sebagai berikut :

JAWABAN NILAI KATEGORI KRITERIA


KUESIONER INTERVAL IKP MANDIRI

0 1.00 1.75 D Tidak Mandiri


1 1.76 2.50 C Kurang Mandiri
2 2.51 3.25 B Mandiri
3 3.26 4.00 A Sangat Mandiri

Adapun angka indeks tersebut diperoleh dari perhitungan rata-rata setiap


peserta yang ikut dalam program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan
pembinaan dan ketrampilan dari mulai level paling bawah di tingkat BNNK, level
menengah di tingkat BNNP dan level tertinggi di BNN (Pusat) dihasilkan rata-
rata indeks kemandirian masyarakat pada sasaran pemberdayaan anti Narkoba
di lingkungan pemerintah dan kalangan dunia usaha (tabel IKP terlampir).

Capaian Indeks kemandirian partisipasi stakeholder ini adalah di tahun


pertama atau indikator pertama yang belum pernah ada indikator ini pada tahun
anggaran sebelumnya, sehingga capaian target ini tidak dapat dibandingkan
dengan tahun sebelum.

Indeks Kemandirian Partisipasi (IKP) pada lingkungan kerja Pemerintah dan


kalangan dunia usaha juga mulai diperkenalkan pada tahun 2016 dan pada
umumnya belum memahami indikator yang digunakan untuk menilai tingkat
partisipasi dalam program P4GN yang ada di lingkungannya, sehingga tingkat
pemahaman dan implementasi pelaksanaan belum optimal dalam melakukan
rencana aksinya.
Capaian IKU bidang Pemberdayaan Masyarakat TA 2016 yang terealisasi
pada IKP stakeholder sebesar 2,48 maka kinerja IKP stakeholder pada tahun
mendatang harus ditingkatkan hingga mencapai 100%.
Berdasarkan analisis keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai
sasaran didapat faktor-faktor sebagai berikut:

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 34


1. Faktor pendukung capaian IKP Stakeholder, antara lain:
a. Adanya hubungan komunikasi dan koordinasi yang baik dengan
instansi pemerintah daerah, swasta dan kalangan dunia usaha.
b. Lahirnya Peraturan Daerah (Perda) sebagai implementasi Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.21 Tahun 2013 tentang
Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika).
c. Partisipasi aktif dari beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan instansi vertikal yang mendukung program P4GN.

2. Faktor kegagalan tercapaianya IKP Stakeholder, antara lain:

a. Masih kurang berjalannya aturan norma/regulasi yang dipergunakan


dalam mendukung atau memperkuat pelaksanaan P4GN
dilingkungan atau instansi terkait.

b. Rendahnya pemahaman pelaksana teknis bidang pemberdayaan


masyarakat.

Berdasarkan analisis hambatan dan langkah antisipasi dalam


menindaklanjuti hambatan dan kegagalan, sebagai berikut:

1. Faktor Hambatan tercapaianya IKP Masyarakat, antara lain:


a. Dukungan anggaran yang masih kurang.
b. Sarpras yang kurang tersedia.
c. SDM yang kurang memadai (dari segi kualitas dan kuantitas).
d. Masih ada anggapan program P4GN bukan sebagai prioritas yang
harus dilaksanakan.

2. Langkah Antisipasi yang akan ditindaklanjuti dengan hambatan dan


kegagalan tersebut, antara lain:

a. Melakukan sinergi dengan instansi/lembaga/organisasi terkait.

b. Menganggarkan dalam kegiatan tahunan.

c. Mengadakan pelatihan dan ketrampilan penanganan penyalah guna


Narkoba.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 35


Analisis atas faktor-faktor keberhasilan capaian tersebut antara lain : faktor
kesiapan stakeholder dalam upaya P4GN dibanding masyarakat. Kesiapan ini
terkait erat sumber daya atau 5M (man, methods, money, machine & material)
dalam upaya di lingkungan kerja pemerintah dan swasta lebih siap dan cukup
dibanding masyarakat. Sementara faktor tidak optimalnya pencapaian target
disebabkan pelaksanaan program belum dipahami tata cara pelaksanaannya
secara baik, sehingga target kemandirian partisipasi P4GN di masyarakat dan
stakeholder belum mencapai target yang ditentukan atau diharapkan (masih di
bawah skala yang ditentukan).

Solusi atas kelemahan dan penurunan kinerja ini dilakukan dengan dua
strategi, yaitu melakukan evaluasi dan melakukan penajaman program. Dengan
evaluasi yang mendalam akan menemukan kelemahan untuk dikuatkan.
Artinya, pelaksanaan perdana pengukuran indeks kemandirian ini menjadi
evaluasi, mana dari sumber daya 5M yang dominan dan yang lemah. Kemudian
penajaman program dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan (input
program P4GN) yang sesuai dengan kondisi dan fakta terkini lingkungan yang
melakukan program dayamas anti Narkoba, sehingga pada lingkungan yang
kurang mandiri (dengan skala IKP di bawah 2,51) bisa dimandirikan dengan
pendekatan dan penajaman program pada tahun berjalan dan program yang
akan datang.

Keberhasilan dalam merealisasikan target IKU terkait Indeks Kemandirian


Partisipasi Stakeholder tidak terlepas dari kinerja kegiatan dari masing-masing
lingkungan sasaran yang tergambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 5. Realisasi Sasaran Kegiatan Program Pemberdayaan Anti Narkoba
pada Kelompok Stakeholder untuk Tingkat Pusat Tahun 2016
% Capaian
No. Indikator Kinerja Kegiatan Target Realiasi
Target
1. Jumlah instansi pemerintah yang 86 41 47,67%
menyelenggarakan program
pemberdayaan anti Narkoba

2. Jumlah institusi dunia usaha/swasta 86 19 22,09%


yang menyelenggarakan program
pemberdayaan anti Narkoba

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 36


Capaian di atas masih merupakan kinerja tingkat pusat (belum termasuk
capaian kewilayahan). Hal ini disebabkan target baru hanya di pusat (belum
capaian kewilayahan).
Adapun gambaran keberhasilan pelaksanaan kegiatan di pusat dan daerah
adalah seperti grafik di bawah ini :

Grafik 8. Realisasi Jumlah Kelompok Stakeholder yang


menyelenggarakan Program Pemberdayaan Anti Narkoba pada
Tingkat Pusat dan daerah Tahun 2016

692 733
800
600 419 438

400
200 41 19

0
Instansi Pemerintah Instansi Swasta

Pusat Kewilayahan Total

Uraian di atas menunjukkan bahwa, pada poin (1) dari target 86 jumlah
instansi pemerintah yang menyelenggarakan program pemberdayaan anti
Narkoba, realisasi untuk tingkat BNN pusat tercapai 41atau 47,67% sedangkan
sisanya sebanyak 692 instansi pemerintah berasal dari program pemberdayaan
yang telah dilakukan oleh BNNP dan BNNKab/Kota.

Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 terjadi peningkatan capaian


sebesar 14,2% yaitu dari 35 instansi pemerintah yang diberdayakan pada tahun
2015 menjadi 40 instansi pemerintah yang telah diberdayakan pada tahun 2016.
Hal ini menunjukkan bahwa program pemberdayaan pada instansi pemerintah
telah mampu memandirikan untuk secara bersama-sama menanggulangi
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba serta telah dapat
meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang bahaya
penyalahgunaan Narkoba. Peningkatan capaian kinerja digambarkan pada
grafik di bawah ini.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 37


Grafik 9. Peningkatan Capaian Kinerja Instansi Pemerintah

% Peningkatan Capaian 14,2% 40

40
39
38
37
35
36
35
34
33
32
2015 2016

Selanjutnya pada poin (b) daritarget 86 jumlah institusi dunia


usaha/swasta yang menyelenggarakan program pemberdayaan anti Narkoba,
realisasi untuk tingkat BNN pusat tercapai 19 atau 22,09% sedangkan sisanya
sebanyak 419 instusi dunia usaha dan swasta berasal dari program
pemberdayaan yang telah dilakukan oleh BNNP dan BNNKab/Kota.

4.
Sasaran : Meningkatnya Mantan Penyalah Guna dan Pecandu
Narkoba yang tidak Kambuh Kembali

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja


utama sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Jumlah mantan penyalah guna dan 16.000 9.423 58,89%


pecandu Narkoba yang tidak kambuh Orang Orang
kembali setelah menjalani rehabilitasi
dan/atau pasca rehabilitasi

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 38


Jumlah mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba yang tidak kambuh
kembali setelah menjalani rehabilitasi dan/atau pascarehabilitasi sasarannya
adalah mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba yang telah selesai
mengikuti program rehabilitasi dan/atau pascarehabilitasi di lembaga rehabilitasi
dan/atau pascarehabilitasi milik BNN dan lembaga rehabilitasi yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Mantan penyalah guna
dan pecandu Narkoba yang tidak kambuh kembali setelah menjalani rehabilitasi
dan/atau pascarehabilitasi adalah mereka yang tidak lagi menggunakan
Narkoba selama 6 bulan setelah selesai menjalani program rehabilitasi dengan
atau tanpa mengikuti program pascarehabilitasi.

Yang diukur adalah mereka yang selesai mengikuti program rehabilitasi


baik layanan rehabilitasi rawat jalan maupun rawat inap secara tuntas sesuai
program dan/atau mereka yang selesai mengikuti rehabilitasi kemudian
melanjutkan layanan pascarehabilitasi baik rawat jalan maupun rawat inap dan
dilanjutkan dengan layanan rawat lanjut di lembaga rehabilitasi milik BNN dan
lembaga rehabilitasi Instansi Pemerintah maupun komponen masyarakat dalam
kurun waktu 6 bulan.

Metode pengukuran untuk mendapatkan jumlah mantan penyalah guna dan


pecandu Narkoba yang tidak kambuh kembali setelah menjalani rehabilitasi
dan/atau pascarehabilitasi adalah sebagai berikut:

1. mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba yang tidak lagi


menggunakan Narkoba selama 6 bulan setelah selesai menjalani program
rehabilitasi dan/atau

2. mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba yang tidak lagi


menggunakan Narkoba selama 6 bulan terhitung dengan menjalani
program pascarehabilitasi.

3. selanjutnya yang disebutkan pada poin 1 diverifikasi telah selesai


mengikuti program rehabilitasi, kemudian dilakukan pemantauan dan
evaluasi selama 6 bulan melalui: telepon, kunjungan rumah dan
pendampingan dari konselor.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 39


4. selanjutnya untuk poin 2 diverifikasi telah selesai mengikuti program
pascarehabilitasi dilanjutkan dengan program rawat lanjut (pemantauan
dan pendampingan) melalui berbagai macam metode seperti telepon,
undangan on site dan kunjungan klien (home visit). Pengukuran angka
kepulihannya dan dinyatakan pulih bila menunjukkan indikator antara lain:

a. Hasil tes urin negatif.

b. Peningkatan pada skor WHO-QoL yang menunjukkan peningkatan


kualitas hidup klien.

c. Keikutsertaan mengikuti undangan on site kelompok dukungan


sebaya (peer group).

d. Peningkatan kondisi fisik dan sosial klien yang didapatkan dari hasil
kunjungan klien (home visit).

Tabel 6. Jumlah Mantan Penyalah Guna dan Pecandu Narkoba yang Tidak
Kambuh Kembali Setelah Menjalani Rehabilitasi dan/atau
Pascarehabilitasi Berdasarkan Asal Lembaga

Realisasi Realisasi Realisasi


No. Indikator Kinerja Utama Lembaga Lembaga Lembaga Pasca-
Rehab IP Rehab KM rehabilitasi Total

1. Jumlah mantan penyalah guna dan 5.710 1.582 2.131 9.423

pecandu Narkoba yang tidak kambuh

kembali setelah menjalani rehabilitasi

dan/atau pascarehabilitasi

Hasil capaian jumlah mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba yang
tidak kambuh kembali setelah menjalani rehabilitasi dan/atau pasca rehabilitasi
adalah sebesar 9.423 orang atau 58,89% dari target yang telah ditetapkan.
(Lampiran 6).

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 40


Grafik 10. Capaian Layanan Rehabilitasi Tahun 2016

50000 45838
45000
40000
35000 33267
28308
30000 25379
22485
25000
20000 17530
15971
15000 10782
9408 7292 9423
10000
5000 2131
0
Target Mendapat Selesai Program Tidak Kambuh
Layanan

Rehabilitasi Pascarehabilitasi Total

Pada tahun 2016, BNN telah memberikan layanan rehabilitasi terhadap


22.485 pecandu dan penyalah guna narkotika dan layanan pascarehabilitasi
terhadap 10.782 mantan pecandu dan penyalah guna narkotika. Dari jumlah
tersebut terdapat 15.971 pecandu dan penyalah guna narkotika yang telah
selesai program rehabilitasi dan 9.408 mantan pecandu dan penyalah guna
narkotika yang telah selesai program pascarehabilitasi. Kemudian dari jumlah
tersebut terdata 7.292 mantan pecandu yang tidak kambuh kembali dari
lembaga rehabilitasi instansi pemerintah maupun komponen masyarakat dan
2.131 mantan pecandu dari lembaga Pascarehabilitasi.

Hasil capaian tahun 2016 tidak dapat dibandingkan dengan capaian tahun
sebelumnya karena terdapat perbedaan nomenklatur indikator perjanjian
kinerja. Berikut adalah perbandingan sasaran strategis dan indikator kinerja
utama tahun 2015 dan 2016.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 41


Tabel 7. Perbandingan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama
Tahun 2015 dan 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama

Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2015 Tahun 2016

Meningkatnya Meningkatnya Jumlah pecandu Narkoba Jumlah mantan


pecandu Narkoba mantan yang selesai mengikuti penyalah guna
yang direhabilitasi penyalah guna program rehabilitasi di dan pecandu
pada Lembaga dan pecandu Lembaga Rehabilitasi Narkoba yang
Rehabilitasi Narkoba yang Instansi Pemerintah tidak kambuh
Instansi tidak kambuh kembali setelah
Jumlah pecandu Narkoba
Pemerintah kembali menjalani
yang selesai mengikuti
maupun rehabilitasi
program rehabilitasi di
Komponen dan/atau
Lembaga Rehabilitasi
Masyarakat dan pascarehabilitasi
Komponen Masyarakat
mantan pecandu
Angka pecandu Narkoba
Narkoba yang
yang telah mendapatkan
menjalani pasca
rehabilitasi dan kembali
rehabilitasi
produktif dalam kehidupan
bermasyarakat

Berikut ini adalah Sasaran, Indikator Kinerja Utama dari Deputi Bidang
Rehabilitasi berdasarkan Renstra BNN tahun 2015-2019.

Tabel 8. Sasaran, Indikator Kinerja Utama BNN Bidang Rehabilitasi


berdasarkan Renstra BNN tahun 2015 2019

Sasaran Deputi Target


Indikator Kinerja Utama
Bidang Rehabilitasi 2015 2016 2017 2018 2019

Meningkatnya mantan Jumlah mantan penyalah - 16.000 18.000 20.000 22.000


penyalah guna dan guna dan pecandu orang orang orang orang
pecandu Narkoba Narkoba yang tidak
yang tidak kambuh kambuh kembali setelah
kembali menjalani rehabilitasi
dan/atau pascarehabilitasi

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 42


Tabel 9. Capaian kinerja BNN Bidang Rehabilitasi tahun 2016
dibandingkan dengan target Jangka Menengah dalam Renstra
BNN tahun 2015 2019

Capaian %
Sasaran Indikator Kinerja Target Capaian Target
Tahun Capaian
Strategis Utama 2016 2016 2019
2015 2019
1 2 3 4 5 6 7
Meningkatnya Jumlah mantan - 16.000 9.423 22.000 42,83%
mantan penyalah penyalah guna dan
guna dan pecandu Narkoba
pecandu Narkoba yang tidak kambuh
yang tidak kembali setelah
kambuh kembali menjalani rehabilitasi
dan/atau
pascarehabilitasi

Pencapaian kinerja tahun 2016 jika dibandingkan dengan target Jangka


Menengah dalam Renstra BNN tahun 2015-2019 masih kurang optimal yaitu
sebesar 9.423 orang dari 22.000 orang atau 42,83% dari target tersebut.

Tidak tercapainya sasaran kinerja Bidang Rehabilitasi disebabkan oleh


beberapa hal. Adapun penyebabnya adalah sebagai berikut :

1. Adanya revisi anggaran sehingga pelaksanaan program di wilayah


mengalami kendala dan pelaksanaan layanan rehabilitasi dan
pascarehabilitasi mengalami kemunduran jadwal.

2. Belum maksimalnya dukungan dari pimpinan institusi/pemangku


kepentingan lembaga yang diberi peningkatan kemampuan untuk
menjalankan program rehabilitasi dan pascarehabilitasi di beberapa
daerah.

3. Sistem pendataan belum terintegrasi antara BNN, BNNP, BNNK, dan


lembaga rehabilitasi dan pascarehabilitasi lainnya yang dapat memonitor
penyalah guna dan pecandu yang mengikuti program rehabilitasi dan
pascarehabilitasi sampai selesai dan memantau 6 bulan setelah selesai
rehabilitasi dengan/tanpa pascarehabilitasi.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 43


4. Beberapa lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dan komponen
masyarakat tidak memiliki mekanisme pemantauan terhadap pecandu dan
penyalah guna narkotika yang telah direhabilitasi sehingga tidak dapat
mendata mantan pecandu dan penyalah guna narkotika yang tidak
kambuh kembali.

5. Terdapat sejumlah pecandu, penyalah guna, dan korban penyalahgunaan


Narkoba yang mendapatkan layanan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi
instansi pemerintah dan komponen masyarakat hingga akhir tahun 2016
masih dalam masa perawatan, masa pemantauan atau baru selesai
mengikuti program rehabilitasi, sehingga pada tahun 2016 belum dapat
didata ketidakkambuhannya selama 6 (enam) bulan setelah rehabilitasi.

6. Kapasitas dan kualitas lembaga rehabilitasi dan pascarehabilitasi yang ada


masih sangat minim, sehingga masih sangat membutuhkan penguatan
lembaga agar mampu memberikan layanan rehabilitasi.

7. Jumlah lembaga rehabilitasi dan pascarehabilitasi yang dapat


melaksanakan program masih sangat minim jumlahnya, tidak sebanding
dengan target capaian kinerja yang menghasilkan pecandu dan penyalah
guna Narkoba yang tidak kambuh kembali.

Rekomendasi/rencana aksi ke depan sebagai langkah optimalisasi kinerja


ke depan adalah sebagai berikut:

1. Sistem pendataan terintegrasi antara BNN, BNNP, dan BNNK sehingga


dapat memonitor pecandu yang mengikuti program Rehabilitasi dan
pascarehabilitasi baik diselenggarakan oleh instansi pemerintah maupun
komponen masyarakat.

2. Mekanisme pemantauan terhadap mantan penyalah guna dan pecandu


Narkoba yang tidak kambuh kembali setelah program Rehabilitasi.

3. Peningkatan Kemampuan lembaga sesuai dengan standar pelayanan


rehabilitasi bagi pecandu dan korban penyalahgunaan Narkoba.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 44


Dalam rangka pemantauan kepulihan mantan penyalah guna dan pecandu
Narkoba yang tidak kambuh kembali diperlukan kerjasama dengan bidang
Dayamas khususnya bagian peran serta masyarakat untuk membantu
memonitor.

Pencapaian kinerja utama tersebut didukung oleh pencapaian kinerja pada


level kegiatan sebagai berikut :

%
No. Indikator Kinerja Kegiatan Target Realiasi Capaian
Target
a. Jumlah lembaga rehabilitasi medis dan 647 136 21,02
lembaga rehabilitasi sosial milik instansi
pemerintah yang menghasilkan mantan
pecandu, penyalah guna, dan korban
penyalahgunaan Narkoba tidak kambuh
kembali
b. Jumlah penyalah guna, pecandu, dan/ 5.300 13.026 245,77
korban penyalah guna yang memperoleh
layanan rehabilitasi rawat jalan
c. Jumlah lembaga rehabilitasi medis dan 246 68 27,64
lembaga rehabilitasi sosial milik komponen
masyarakat yang menghasilkan mantan
pecandu, penyalah guna, dan korban
penyalahgunaan Narkoba tidak kambuh
kembali
d. Persentase lembaga rehabilitasi pecandu 15 12,5 83,33
dan korban penyalahgunaan Narkoba milik
instansi pemerintah dan komponen
masyarakat yang menyelenggarakan
program pascarehabilitasi (%)
e. Jumlah mantan penyalah guna, korban 17.010 10.782 63,39
penyalah guna, dan pecandu narkotika
yang mengikuti layanan pasca rehabilitasi

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 45


Program layanan rehabilitasi instansi pemerintah terdiri dari layanan
rehabilitasi rawat jalan dan rawat inap. Jumlah penyalah guna, pecandu,
dan/korban penyalah guna yang memperoleh layanan rehabilitasi rawat jalan
adalah 13.026 orang dari target 5.300 orang atau sekitar 245,77% dari target
yang ditetapkan. Selain melaksanakan program rehabilitasi rawat jalan, BNN
juga melaksanakan program rehabilitasi rawat inap terhadap 7.379 orang.
Sehingga secara keseluruhan jumlah penyalah guna, pecandu, dan/korban
penyalah guna yang memperoleh layanan rehabilitasi di instansi pemerintah
mencapai 20.223 orang.

Grafik 11. Jumlah Lembaga Rehabilitasi yang Mendapatkan Peningkatan


kemampuan, Mampu Operasional, dan Menghasilkan Mantan
Pecandu Tidak Kambuh Kembali

1000 931

900 Mendapat Peningkatan Kemampuan


Mampu Operasional
800
Menghasilkan Pecandu Tidak Kambuh Kembali
700

600

500

400
272 271
300

200 136
112 112
87 68 61
100

0
Instansi Pemerintah Komponen Masyarakat Pascarehabilitasi

Pada tahun 2016, BNN telah menguatkan 931 lembaga rehabilitasi instansi
pemerintah, 271 lembaga rehabilitasi komponen masyarakat dan 112 lembaga
pascarehabilitasi agar mampu menghasilkan penyalah guna dan pecandu
Narkoba tidak kambuh kembali.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 46


Dari 1.314 lembaga rehabilitasi yang diberikan peningkatan kemampuan
tersebut telah dievaluasi terdapat 471 lembaga yang mampu atau operasional
memberikan layanan rehabilitasi. Kemudian dari jumlah tersebut terdata 265
lembaga rehabilitasi instansi pemerintah dan komponen masyarakat yang
menghasilkan mantan pecandu yang tidak kambuh kembali.

Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi komponen masyarakat


dilakukan melalui bidang dan seksi rehabilitasi di BNNP dan BNNKab/Kota
seluruh Indonesia telah berhasil melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
melebihi target 246 lembaga, yaitu PKS terhadap 271 lembaga (110%). Dari 271
lembaga rehabilitasi komponen masyarakat tersebut terdapat 87 lembaga yang
mampu memberikan layanan rehabilitasi (32,10% dari jumlah PKS yang
dilakukan) dan 68 lembaga (25,09% dari jumlah PKS yang dilakukan) yang
dapat menghasilkan 1.582 mantan pecandu, penyalah guna, dan korban
penyalahgunaan Narkoba tidak kambuh kembali.

Pada tahun 2016 Layanan pascarehabilitasi diberikan kepada 10.782


orang dari target 17.010 orang atau 63,39% dari target yang ditetapkan.
Pascarehabilitasi merupakan layanan lanjutan bagi penyalah guna dan pecandu
Narkoba setelah selesai mengikuti layanan rehabilitasi sehingga diharapkan
mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba dapat terus mempertahankan
pemulihannya. Melalui layanan pascarehabilitasi ini didapatkan 2.131 orang
yang terukur dapat mempertahankan pemulihannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pencapaian kinerja


tahun 2016 tidak tercapai dikarenakan komponen dasar terapi dan rehabilitasi
belum dijalankan seutuhnya, dimana monitoring penggunaan zat secara berkala
dengan menggunakan metodologi yang berbasis bukti, manajemen klinis dan
kasus dan perawatan berkelanjutan di lembaga rehabilitasi dan
pascarehabilitasi milik pemerintah maupun masyarakat belum terlaksana
dengan baik dan pelaksanaan pemantauan kondisi kepulihan klien belum efektif
dimana belum terdapatnya mekanisme yang mendukung untuk pemantauan
secara pasti.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 47


5.
Sasaran : Melemahnya Aktivitas Jaringan Sindikat Peredaran
Gelap Narkotika

Guna mencapai Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 2


(dua) indikator kinerja utama sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Jumlah jaringan sindikat tindak 22 31 140,91%


pidana narkotika yang terungkap Jaringan Jaringan

Definisi jaringan sindikat narkotika adalah kejahatan yang terorganisir


(Organized Crime) yang dilakukan oleh individu maupun kelompok melakukan
perencanaan dan aktivitas illegal yang terjadi di lebih dari satu negara. Salah
satu bentuk Organized Crime ini adalah perdagangan Narkoba (National
Institute of justice, 2007). Aktivitas perdagangan narkotika terdapat di lebih dari
satu negara yang bersifat transnasional. Bentuk dan karakteristik Organized
Crime adalah dengan membentuk sebuah jaringan dalam melakukan
kejahatannya.

Jumlah jaringan sindikat kejahatan narkotika yang terungkap adalah


kelompok pelaku tindak pidana peredaran gelap Narkoba yang terorganisir/
terstruktur dengan peran antara lain penyandang dana, pemilik narkotika,
produsen, pengendali, bandar besar, bandar, penjual/pengedar dan kurir yang
berhasil diungkap.

Metode pengukuran jaringan sindikat kejahatan narkotika yang terungkap


dengan kriteria yaitu:
1. Jumlah tersangka dalam satu jaringan sindikat yang terungkap.
2. Peran dari masing-masing tersangka yang tertangkap dalam satu jaringan
sindikat.
3. Modus operandi yang digunakan oleh jaringan.
4. Alur transaksi keuangan hasil tindak pidana narkotika.
5. Jenis narkotika yang berhasil disita.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 48


6. Adanya anatomi jaringan sindikat narkotika.
7. Hasil pengumpulan informasi jaringan sindikat narkotika direalisasikan
dalam Laporan Kasus Narkotika (LKN).

Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja pada


indikator kinerja utama adalah Jumlah jaringan sindikat tindak pidana narkotika
yang terungkap, adalah sebagai berikut:

Indikator Kinerja Hasil


No. Formula Keterangan
Utama Perhitungan

1. Jumlah jaringan =(RJSKN / TJSKN)*100% =(22/31)*100% - RJSKN = Jumlah


sindikat kejahatan Realisasi Jaringan
=140,91%
Narkoba yang Sindikat Kejahatan
terungkap Narkoba

- TJSKN = Jumlah
Target Jaringan
Sindikat Kejahatan
Narkoba

Dari formula atau rumus di atas diperoleh bahwa persentase capaian


140,91%. Hasil tersebut diperoleh dengan membandingkan realiasi jaringan
sindikat kejahatan narkoba yang berhasil diungkap sejumlah 31 jaringan
(lampiran 7) dengan target jaringan sindikat kejahatan narkoba yang akan
diungkap sejumlah 22 jaringan dikalikan 100%.

Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 terjadi peningkatan


persentase pencapaian target sebesar 40,91% yaitu dari 100% pada tahun
2015 menjadi 140,91% pada tahun 2016. Pencapaian yang melebihi target
tersebut karena adanya dukungan dana yang cukup, koordinasi dan komunikasi
personel antara pusat dan daerah dalam pemetaan jaringan dan target sudah
baik serta personel intelijen tingkat pusat mempunyai motivasi yang tinggi dalam
pengungkapan jaringan sindikat narkotika skala internasional dan nasional.
Perbandingan capaian kinerja digambarkan pada grafik di bawah ini.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 49


Grafik 12. Jumlah Jaringan Sindikat Kejahatan Narkoba yang Terungkap
% Peningkatan Capaian 40,91%

160 140,91
140
120 100
100
80
60
40
20
0
2015 2016

Jika dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra tahun 2019,
capaian tahun 2015 sebanyak 20 jaringan dan tahun 2016 sebanyak 31 jaringan
(total 51 jaringan) telah menunjukkan peningkatan yang signifikan (41,8%) dan
diharapkan di akhir periode Renstra capaian tetap dipertahankan bahkan
ditingkatkan.
Over prestasi pada tahun 2016 disebabkan adanya penambahan
dukungan anggaran APBNP tahun 2016, sehingga BNN dapat lebih
memaksimalkan kinerja untuk memutus sel jaringan sindikat yang semakin
meningkat jumlahnya diwujudkan dengan pengungungkapan jaringan sindikat
narkotika. Ini merupakan prestasi yang tetap terus ditingkatkan capaiannya di
tahun berikutnya.
Adapun faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah
sebagai berikut:
1. Adanya dukungan Teknologi Intelijen (TI) yang telah dimiliki oleh BNN.
2. Terjalinnya kerjasama kuat antar penegak hukum baik di dalam negeri
maupun di luar negeri, dalam bentuk sharing informasi jaringan sindikat
narkotika.
3. Komitmen yang kuat dalam pemberantasan narkotika dan dilakukan
secara profesional.
4. Dukungan data informasi jaringan sindikat narkotika yang ada di daerah.
5. Laporan masyarakat mengenai peredaran narkotika.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 50


Sedangkan hambatan dan kendala dalam pelaksanaan program kegiatan
adalah:
1. Dalam pemanfaatan peralatan teknologi intelijen, satuan kerja daerah
masih tergantung pada BNN Pusat.
2. Terbatasnya personel khususnya BNNP yang berkompeten dalam tugas
penyelidikan intelijen untuk pengumpulan informasi jaringan sindikat
narkotika di daerah dan masih terbatasnya SDM yang punya kualifikasi
analis intelijen dan penyidik.
3. Untuk pelaksanaan kegiatan di wilayah, belum ada persamaan
pemahaman dalam pemetaan jaringan sindikat narkotika, sehingga
capaian target tidak maksimal, perlu koordinasi antara pusat dan daerah
yang lebih intensif.
4. Peralatan Bantuan Teknologi Intelijen sangat terbatas, sehingga tidak
dapat mengcover kegiatan pengungkapan jaringan sindikat yang ada di
daerah.
Langkah antisipatif atau rekomendasi ke depan yang akan diambil adalah:
1. Peningkatan kemampuan tenaga analis intelijen dengan memberikan
pengarahan tugas dan pelatihan teknis analis dan pemetaan jaringan
secara terbatas.
2. Pengoptimalisasian sarana dan prasarana.
3. Meningkatkan koordinasi antara penyelidik dan penyidik dan antar aparat
penegak hukum lainnya di luar BNN.

Penggunaan sumber daya yang ada pada bidang pemberantasan cukup


mampu untuk menjalankan tupoksi yang tercantum dalam capaian target di
dalam Renstra. Dengan memberdayakan dan mengefektifkan personel dan
mengoptimalkan teknologi untuk mendukung pemberantasan baik di BNN
maupun di BNNP.
Bentuk efisiensinya adalah support data hasil analisis jaringan narkotika
yang ada di BNNP akan dikembangkan oleh personil di BNN, kemudian jika
sudah siap dilanjutkan ke tahap penyelidikan guna pemutusan sel jaringan
sindikat narkotika, dengan demikian efesiensi sumber daya tetap mampu
mencapai target yang telah ditetapkan dalam Renstra.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 51


Dari target yang ditetapkan sebanyak 22 jaringan dapat terealisasi
sebanyak 31 jaringan. Hasil pengungkapan tersebut merupakan hasil analisis
dan pendalaman berbagai informasi jaringan yang diperoleh dari BNN di
kewilayahan di 24 BNN Provinsi, merupakan derivatif (turunan) dari perjanjian
kinerja kegiatan eselon II dengan sasaran kegiatan informasi jaringan sindikat
kejahatan narkotika. Adapun indikator kinerja jumlah informasi jaringan sindikat
tindak pidana narkotika dengan target 106 informasi jaringan sindikat, dengan
realisasi sebanyak 99 informasi jaringan dengan persentase 96,27%.

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %


2. Persentase penyelesaian penyidikan 100% 86% 86 %
asset (TPPU) tersangka tindak pidana
narkotika hasil tindak pidana
narkotika

Kasus Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) terkait tindak pidana


peredaran gelap narkotika yang diselesaikan (P.21) adalah kasus tindak pidana
pencucian uang yang terkait tindak pidana asal (Narkoba) yang terungkap dan
dilakukan penyidikan, setelah dinyatakan lengkap kemudian dilimpahkan ke
Kejaksaan.

Metode pengukuran persentase penyelesaian penyidikan asset (TPPU)


tersangka tindak pidana narkotika hasil tindak pidana narkotika adalah
Perbandingan antara jumlah penyidikan asset TPPU tersangka tindak pidana
narkoba hasil TP Narkoba yang dinyatakan selesai (P-21) dengan jumlah
penyidikan asset TPPU tersangka tindak pidana narkoba hasil TP Narkoba yang
sedang ditangani dengan. Adapun hasil pengukuran persentase penyidikan
asset TPPU tersangka tindak pidana narkotika hasil tindak pidana narkotika,
sebagai berikut:
1. Jumlah kasus TPPU yang ditangani adalah 30 kasus.
2. Kasus TPPU P21 adalah 26 kasus.
3. Maka persentase yang dimaksud adalah persentase keberhasilan rasio
P21 dibandingkan dengan jumlah kasus TPPU = 26/30*100=86%.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 52


Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja pada
indikator kinerja persentase penyelesaian penyidikan asset (TPPU) tersangka
tindak perdana narkotika hasil tindak pidana narkotika adalah sebagai berikut:

Indikator Kinerja Hasil


No. Formula Keterangan
Utama Perhitungan

1. Persentase penye- =(%RTPPUP21/%TTPPUP21)* =(86/100)*100% - % RTPPUP21 =


lesaian penyidikan 100% Persentase
=86%
asset (TPPU) Realisasi kasus
tersangka tindak TPPU yang sudah
pidana narkotika hasil P21
tindak pidana
- % TTPPUP21 =
narkotika
Persentase Target
kasus TPPU yang
sudah P21

Perbandingan capaian kinerja dengan tahun lalu digambarkan pada grafik


di bawah ini.

Grafik 13. Persentase Capaian Penyelesaian Penyidikan Asset TPPU

% Peningkatan Capaian 30%


Target 19 berkas
Realisasi 24 berkas P-21

86
90
80 Target 14 berkas
Realisasi 7 berkas P-21
70
60 50

50
40
30
20
10
0
2015 2016

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 53


Adapun target jangka menengah dalam perencanaan strategis orgasnisasi
jumlah tindak pidana narkotika yang disidik asset terkait tindak pidana narkotika
adalah 93 orang, jika dibandingkan dengan capaian kinerja sampai saat
sekarang jumlah tersangka narkotika yang telah disidik assetnya dan telah
dinyatakan P-21 (tahun 2015 s.d Tahun 2016). Lebih rinci, jumlah asset yang
berhasil disita BNN dari tahun 2010 hingga tahun 2016 sebagaimana terlampir
dalam lampiran 7.

Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program adalah sebagai


berikut:

1. Telah terlaksananya pelatihan penyelidikan dan penyidikan di bidang


TPPU, sehingga menambah skill penyidik dalam mengungkap kasus
TPPU.

2. Kemampuan menganalisis dan membuktikan alur transasksi keuangan


terkait dengan tindak pidana narkotika.

3. Terjalinnya koordinasi yang kuat antara BNN dengan PPATK dan lembaga
keuangan lainnya terutama dalam penyelusuran asset.

4. Adanya koordinasi dengan penyidik tindak pidana asal narkotika terkait


adanya tindak pidana pencucian uang.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana


pencucian uang ada beberapa faktor diantaranya:

1. Masih minimnya kuantitas dan kualitas penyidik pada Direktorat Tindak


Pidana Pencucian Uang.

2. Belum optimalnya pemahaman dan koordinasi antar penegak hukum


terkait dengan TPPU.

3. Terlalu lama dan panjangnya birokrasi dalam penelusuran asset tersangka


di luar negeri.

Dalam melaksanakan capaian kinerja ada beberapa kendala yang masih


dihadapi dalam pelaksanaan penyidikan tindak pidana pencucian uang,
diantaranya:

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 54


1. Masih minimnya kuantitas dan kualitas penyidik pada Direktorat Tindak
Pidana Pencucian Uang.
2. Belum adanya kesamaan pemahaman antar penegak hukum dalam kasus
tindak pidana pencucian uang.
3. Terlalu lama dan panjangnya birokrasi dalam penelusuran asset tersangka
di luar negeri.

Sebagai tindak lanjut dalam memaksimalkan dan melemahkan jaringan


peredaran gelap narkotika sebagai berikut:
1. Melakukan pelatihan dan pembinaan kepada penyidik baik yang berada di
pusat maupun di BNNP tentang TPPU secara berkala.
2. Melakukan Bimtek dan monitoring penyidikan TPPU di BNNP.
3. Penyidikan TPPU diturunkan sampai BNNP.
4. Melakukan koordinasi dengan lembaga perbankan, non perbankan
maupun instansi terkait sampai ke BNNP.

Adapun keberhasilan pencapaian atas IKU yaiitu persentase penyelesaian


penyidikan asset (TPPU) tersangka tindak pidana narkotika hasil tindak pidana
narkotika Tahun 2016 sebesar 86% tidak terlepas dari keberhasilan
pelaksanaan kegiatan di level eselon II, dimana target capaian indikator kinerja
kegiatan juga melampui target yang ditetapkan sebesar 157,9%, yaitu dari
target 19 jumlah tersangka tindak pidana narkoba yang disidik assetnya terkait
hasil tindak pidana narkoba, berhasil disidik sebanyak 30 tersangka.

6. Sasaran : Meningkatnya Produk dan Layanan Hukum serta


Kerjasama Nasional dan Internasional Bidang P4GN

Untuk mencapai sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 2


(dua) indikator kinerja utama sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Indeks layanan hukum bidang 4(skala) 3,3 82,5%


P4GN

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 55


Indeks layanan hukum bidang P4GN diukur untuk mengidentifikasi aparat
penegak hukum terkait pelaksanaan peraturan perundang-undangan tentang
Narkotika sehingga diketahui faktor penghambat untuk ditindaklanjuti dengan
peraturan perundang-undangan atau kebijakan. Pengukuran pelaksanaan
peraturan perundang-undangan tentang Narkotika menjadi penting
dilaksanakan karena aparat penegak hukum mempunyai kewenangan terkait
permasalahan yang menyangkut penegakan hukum kasus Narkotika.

Penilaian dilaksanakan secara acak kepada responden aparat penegak


hukum di 2 (dua) tempat yaitu Sulawesi Utara dan Kalimantan Tengah. Hasil
penilaian berdasarkan data yang diperoleh diperoleh indeks penilaian sebesar
3,3 yang menunjukan bahwa aparat penegak hukum sudah melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Narkotika namun belum
melaksanakan keseluruhan sehingga berpotensi menghambat implementasi
peraturan perundang-undangan terkait narkotika.

Target Indeks 4 yang ditetapkan pada tahun 2016, dengan pencapaian


kinerja sasaran sebesar 3,3 merupakan target dan pencapaian awal dari
periode Renstra BNN 2015-2019, sehingga capaian tersebut tidak dapat
dibandingkan dengan capaian tahun lalu karena perbedaan nomenklatur
indikator kinerja.

Di akhir periode Renstra tahun 2019, diharapkan capaian indeks layanan


hukum di bidang P4GN dapat mendekati atau sampai mencapai nilai 4.

Faktor pendukung keberhasilan layanan hukum bidang P4GN sebagai


berikut:

1. Koordinasi dan dukungan dari kementerian/lemabaga terkait pelaksanaan


peraturan perundang-undangan tentang narkotika.

2. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang mendukung tugas


aparat penegak hukum.

3. Pelaksanaan sosialisasi kepada kementerian/lembaga terkait peraturan


perundang-undangan yang berhubungan dengan tindak pidana narkotika.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 56


Aparat penegak hukum di lapangan sudah memulai proses penegakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan walaupun belum menyeluruh.
Adapun kondisi/permasalahan yang ditemukan di lapangan antara lain:
1. Pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika sudah diberikan pasal
rehabilitasi tetapi disertai pasal pemidanaan.
2. Pecandu dan korban penyalahgunaan narkotika yang tertangkap tangan
belum sepenuhnya diberikan kepada Tim Asesmen Terpadu untuk
dilakukan asesmen medis dan asesmen hukum.

Berdasarkan permasalahan yang ditemui oleh aparat penegak hukum,


maka rekomendasi upaya peningkatan layanan hukum bidang P4GN yang
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Koordinasi dengan instansi pusat untuk mendukung peraturan perundang-
undangan tentang Narkotika agar dapat berjalan. Koordinasi tersebut
melibatkan Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia, Kejaksaan, Kepolisian, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Sosial, dan lain-lain.
2. Melaksanakan sosialisasi, pemantauan, dan memberikan solusi peraturan
perundang-undangan kepada aparat penegak hukum.

Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan dalam pencapaian


indikator Indeks Layanan Hukum di Bidang P4GN didukung antara lain:
1. Adanya kesempatan penambahan rancangan di luar program
perencanaan pembentukan Peraturan Kepala BNN berasal dari kebutuhan
organisasi sebagai landasan operasional kinerja sesuai peraturan
perundang-undangan.
2. Adanya gugatan yang melebihi target dikarenakan kasus yang berasal dari
pidana, perdata terutama kasus pra peradilan.

Pencapaian Indeks Layanan Hukum bidang P4GN sebesar 82,5%


didukung oleh kinerja yang dicapai melalui Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
jumlah produk hukum yang selesai disusun dengan target 6 rancangan
terealisasi melebihi target 19 rancangan dan jumlah permasalahan hukum yang
diselesaikan dengan target 4 kasus pada tahun 2016 terealisasi melebihi target
menjadi 9 kasus.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 57


Salah satu dari 19 produk hukum yang terealisasi adalah Peraturan Kepala
BNN Nomor 17 Tahun 2016 tentang Tata Cara Peningkatan Kemampuan
Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban
Penyalah Guna Narkotika. Peraturan ini berdampak pada pelayanan yang lebih
optimal kepada masyarakat khususnya pecandu dan korban penyalah guna
narkotika, yang harus memenuhi standar pelayanan yang ditentukan BNN.

Kasus hukum yang mendapatkan perhatian dari tim bantuan hukum salah
satunya yaitu kasus Gugatan Pra Peradilan a.n. Daud alias Athiam, dengan
hasil ditolaknya pra peradilan oleh hakim.

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

2. Tingkat efektivitas kerjasama 65% 65,71% 101,09%


dengan instansi pemerintah dan
komponen masyarakat baik dalam
maupun luar negeri

Definisi dari tingkat efektivitas kerjasama dengan instansi pemerintah dan


komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri adalah sejauh mana
tingkat efektivitas pencapaian kegiatan yang dilakukan BNN bersama-sama
dengan instansi pemerintah dan komponen masyarakat baik dalam negeri
maupun luar negeri dalam upaya P4GN.

Metode pengukuran tingkat efektivitas kerjasama dengan instansi


pemerintah dan komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri dengan
kriteria yaitu:

1. terdapat sejumlah kesepakatan atau kerjasama antara BNN dengan


instansi pemerintah, komponen masyarakat, maupun kerja sama antar
Negara dalam upaya P4GN.

2. adanya kegiatan yang dilakukan oleh BNN bersama-sama dengan instansi


pemerintah dan komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri
dalam mendukung pelaksanaan program P4GN.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 58


3. observasi pelaksanaan kerjasama antara BNN dengan mitra kerjasama.

4. monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan kerjasama (hasil pengukuran


efektivitas terlampir pada lampiran 12).

Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja pada


indikator kinerja utama Tingkat efektivitas kerjasama dengan instansi
pemerintah dan komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri, adalah
sebagai berikut:

Indikator Kinerja
No. Formula Hasil Perhitungan Keterangan
Utama

2. Tingkat efektivitas kerja =(%REK =(65,71/65)*100% - %REK =


sama dengan instansi /%TEK)*100% Persentase
=101,09%
pemerintah dan Realisasi
komponen masyarakat Efektivitas Kerja
baik dalam maupun luar sama
negeri
- %TEK =
Persentase
Target Efektivitas
Kerja sama

Hasil perhitungan % efektivitas kerja sama di atas menunjukkan bahwa


kerjasama bidang P4GN dengan instansi pemerintah dan komponen
masyarakat baik dalam maupun luar negeri yang terpantau berjalan efektif
sebesar 65,71%, dengan kata lain hasil ini melebihi target capaian sebesar 65%
sehingga tingkat efektivitas kerjasama dengan instansi pemerintah dan
komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri adalah 101,09%

Hasil capaian tingkat efektivitas kerjasama dengan instansi pemerintah


dan komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri tahun 2016 jika
dibandingkan dengan hasil capaian tahun 2015, kerjasama mengalami kenaikan
sebesar 16,39% dimana pada tahun 2015 hasil capaian tingkat efektivitas kerja
sama sebesar 84,7% dan pada tahun 2016 sebesar 101,09% sebagaimana
Grafik Capaian Kinerja berikut ini:

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 59


Grafik 14. Perbandingan Capaian Kinerja Tingkat Efektivitas Kerja Sama
Tahun 2015 2016

Capaian Kinerja (%)

100 101,09

80 84,7
60
40
20
0
2015 2016
Capaian Kinerja

Target 65% yang ditetapkan pada tahun 2016,dengan pencapaian kinerja


sasaran sebesar 65,71% merupakan target dan pencapaian awal dari periode
Renstra BNN 2015-2019. Di akhir periode Renstra, diharapkan tingkat
efektivitas dapat mencapai 100%.

Beberapa kerja sama di bidang P4GN yang efektif dilaksanakan antara


lain:

1. Kerja sama BNN dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui


pelaksanaan program pembentukan kader pemuda anti narkoba. Program
ini menargetkan akan mencetak sebanyak 39.000 kader anti narkoba yang
berasal dari 1500 desa di seluruh Indonesia;

2. Kerja sama BNN dengan AKUMANDIRI melalui program pasca rehabilitasi


dengan memberikan pelatihan keterampilan bagi korban penyalahgunaan
narkotika dan prekursor narkotika, serta mendorong seluruh anggota
AKUMANDIRI untuk berperan aktif dalam kampanye anti narkoba;

3. Tersusunnya ASEAN Work Plan on Securing ASEAN Community Against


Illicit Drugs 2016 2025 sebagai kerangka kerja penanganan masalah
narkotika dan prekursor narkotika di ASEAN hingga tahun 2025;

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 60


4. Tersusunnya Outcome Document UN General Assembly Special Session
yang berisi 7 rekomendasi untuk diimplementasikan pada kegiatan
nasional setiap negara dalam bidang P4GN.

Faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan program kerja sama adalah


sebagai berikut:
1. adanya kesadaran masing-masing pihak bahwa permasalahan Narkotika
dan Prekursor Narkotika tidak dapat diselesaikan oleh BNN sendiri namun
perlu keterlibatan seluruh komponen masyarakat baik dalam negeri
maupun luar negeri.
2. meningkatnya kesadaran instansi pemerintah dan komponen masyarakat
baik dalam negeri maupun luar negeri untuk ikut berpartisipasi pada
kegiatan-kegiatan bidang P4GN dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika.
3. kesadaran masing-masing pihak untuk menindaklanjuti kerja sama dengan
berbagai kegiatan P4GN sesuai dengan ruang lingkup yang telah
dituangkan dalam Nota Kesepahaman dan Perjanjian Kerja Sama.

Sasaran tingkat efektivitas kerja sama dengan instansi pemerintah dan


komponen masyarakat di bidang P4GN baik dalam dan luar negeri selama
tahun 2016 telah berhasil dicapai melebihi target, namun demikian terdapat
beberapa kendala/permasalahan dalam pencapaian sasaran tersebut, yaitu
sebagai berikut:
1. belum semua mitra kerja sama menyampaikan data kegiatan P4GN
kepada BNN.
2. belum lengkapnya data kegiatan P4GN dari mitra kerja sama yang
disampaikan kepada BNN.
3. pelaksanaan kegiatan P4GN oleh mitra kerja samabelum seluruhnya
sudah mencakup ruang lingkup yang tertuang dalam Nota Kesepahaman.
4. adanya perbedaan regulasi di setiap negara dalam penanganan masalah
Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 61


Rekomendasi/rencana aksi ke depan dalam upaya peningkatan kerja
sama di bidang P4GN antara lain:

1. meningkatkan kesadaran berbagai pihak untuk turut serta bekerja sama


dalam upaya P4GN;

2. mengoptimalkan kerjasama yang sudah ada; dan

3. melakukan monitoring dan evaluasi serta perbaikan apabila ada ruang


lingkup kerja sama yang tidak dapat diimplementasikan.

Pencapaian tingkat efektivitas kerjasama dengan instansi pemerintah dan


komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri sebesar 101,09% juga
merupakan efisiensi atas sumber daya yang dimiliki BNN dalam
menyebarluaskan informasi P4GN dan mendorong pemerintah dan masyarakat
berperan aktif dalam upaya P4GN.

Pencapaian tingkat efektivitas kerjasama dengan instansi pemerintah dan


komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri sebesar 101,09%
didukung oleh kinerja dari eselon II melalui Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
persentase kerja sama yang dilaksanakan dengan target sebesar 60% pada
tahun 2016. Target tersebut dicapai melalui kegiatan yang terkait pelaksanaan
kerja sama di bidang P4GN dengan instansi pemerintah dan komponen
masyarakat di dalam negeri dan luar negeri, dengan gambaran pencapaian
kinerja sebagai berikut:

Sasaran %
Indikator
Strategis Target Realisasi Pencapaian
Kinerja
Kegiatan target

Layanan kerja Persentase 60 % 94,64% 157,73


sama nasional, kerja sama
bilateral, regional, yang
dan internasional dilaksanakan

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 62


Dari 56 (lima puluh enam) kerja sama yang dilaksanakan pada tahun 2016,
ada 53 (lima puluh tiga) buah kerja sama yang terpantau sudah ada
implementasinya tindak lanjutnya berupa kegiatan-kegiatan di bidang P4GN
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan komponen masyarakat baik
dalam negeri maupun luar negeri dengan capaian sebesar 94,64%.

Jika dibandingkan dengan target kinerja sebesar 60%, maka hasil capaian
kinerja melebihi target capaian sebesar 94,64%. Keberhasilan tersebut sangat
mempengaruhi keberhasilan pencapaian indikator kinerja program terkait
dengan tingkat efektivitas kerja sama dengan instansi pemerintah dan
komponen masyarakat baik dalam maupun luar negeri.

7. Sasaran : Meningkatnya Tata Kelola Organisasi yang Profesional

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 4 (empat) indikator


kinerja utama sebagai berikut:

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Nilai Indeks Reformasi Birokrasi BNN 55,00 NA NA

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagaimana diamanatkan dalam


Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025 sudah memasuki tahun ke 4 (empat) dan sudah
dilaksanakan hampir pada seluruh instansi pusat dan sebagian pemerintah
daerah. Agar pelaksanaan reformasi birokrasi dapat berjalan sesuai dengan
arah yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi
berkala untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dari hasil pelaksanaannya.

Di samping itu monitoring dan evaluasi juga dimaksudkan untuk


memberikan masukan dalam menyusun rencana aksi perbaikan berkelanjutan
bagi pelaksanaan reformasi birokrasi periode atau tahun berikutnya.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 63


Hasil penilaian pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan secara mandiri,
dan dievaluasi secara eksternal melalui tim Quality Assurance, hal ini sejalan
dengan Peraturan Menteri PAN & RB Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman
Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah.

Berdasarkan Surat Menteri PAN & RB Nomor B/20/D.I.PANRB-


UPRBN/12/2015 tanggal 22 Desember 2015 perihal Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, BNN mendapatkan nilai indeks reformasi birokrasi sebesar 65,70
dengan kategori B. Adapun rincian komponen penilaian sebagai berikut :
Nilai Nilai
No. Komponen Penilaian %
Maksimal Capaian
A Pengungkit
1. Manajemen Perubahan 5,00 2,88 57,68
2. Penataan Peraturan Perundang- 5,00 2,09 41,75
Undangan
3. Penataan dan Penguatan 6,00 4,01 66,83
Organisasi
4. Penataan Tata Laksana 5,00 3,43 68,50
5. Penataan Sistem Manajemen 15,00 12,33 82,21
SDM
6. Penguatan Akuntabilitas 6,00 3,65 60,82
7. Penguatan Pengawasan 12,00 4,51 37,58
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan 6,00 4,07 67,88
Publik
Sub Total Komponen Pengungkit 60,00 36,97 61,62

Nilai Nilai
No. Komponen Penilaian %
Maksimal Capaian
B Hasil
1. Kapasitas dan Akuntabilitas 20,00 13,55 67,74
Kinerja Organisasi
2. Pemerintah yang Bersih dan 10,00 8,18 81,80
Bebas KKN
3. Kualitas Pelayanan Publik 10,00 7,00 70,00
Sub Total Komponen Hasil 40,00 28,73 71,80
Indeks Reformasi Birokrasi 100,00 65,70 65,70

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 64


Penilaian tahun 2016 telah dilakukan secara mandiri dengan nilai akhir
68,20 atau mengalami kenaikan capaian dari tahun lalu sebesar 2.5 dan telah
dilakukan evaluasi eksternal oleh Kemenpan & RB. Namun hingga laporan
kinerja ini disusun, surat resmi dari Menpan terkait hasil evaluasi Nilai Indeks
Reformasi Birokrasi BNN belum diterima. Oleh sebab itu capaian kinerja atas
indikator kinerja ini kami sajikan dengan capaian NA (Not Available).

Capaian kinerja pada tahun 2016 telah berkontribusi mendukung sasaran


strategis pada akhir periode Renstra BNN dalam meningkatkan tata kelola
organisasi yang profesional dengan capaian akhir nilai indeks reformasi
birokrasi sebesar 70 pada tahun 2019.

Faktor penyebab keberhasilan pencapaian sasaran.

1. BNN telah melakukan pengorganisasian pelaksanaan RB di lingkungan


BNN dengan melakukan perencanaan RB dan penunjukan tim yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan RB.

2. BNN telah melakukan identifikasi peraturan yang tumpang tindih dan tidak
harmonis dengan instansi pemerintah lain (kementerian Hukum dan HAM,
Mahkamah Agung, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial,
Kejagung, dan Kepolisian Republik Indonesia) terkait upaya
pemberantasan dan pencegahan peredaran narkotika ilegal.

3. BNN telah melakukan identifikasi Standar Operasional Prosedur (SOP)


dalam pelaksanaan tugasnya sehingga dalam pelaksanaan tugas dan
fungsi BNN telah memiliki standar yang diacu oleh setiap pegawai BNN.

4. BNN telah melaksanakan kebijakan pengelolaan manajemen SDM sebagai


usaha dalam pencapaian tujuan organisasi.

5. BNN telah melaksanakan usaha pencegahan korupsi dengan menyusun


kebijakan pengelolaan gratifikasi, Penguatan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP), pengelolaan pengaduan Masyarakat, Whistle Blowing
System dan penetapan Wilayah Zona Integritas menuju Wilayah Bebas
dari Korupsi/Wilayah birokrasi bersih melayani (WBK/WBM).

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 65


6. BNN telah menyusun kebijakan manajemen kinerja sebagai usaha dalam
menerapkan anggaran berbasis kinerja walaupun dalam pelaksanaannya
masih terdapat kelemahan terutama dalam cascading penjenjangan
ukuran kinerja instansi ke dalam ukuran kinerja eselon II sampai individu.

7. BNN telah menetapkan kebijakan secara formal terhadap penangan


gratifikasi, SPIP, pengaduan masyarakat, whistle blower system dan
penanganan benturan kepentingan dan telah disosialisasikan kepada
anggota organisasi;

Hambatan atau kendala, dan permasalahan yang dihadapi.

Hambatan atau kendala, dan permasalahan yang dihadapi, Badan


Narkotika Nasional dalam bidang organisasi, tata laksana, dan reformasi
birokrasi, antara lain:
1. SOP yang ada belum seluruhnya diselaraskan dengan proses bisnis;
2. Assesmen belum dilakukan pada seluruh pegawai/pejabat, untuk menilai
minat, bakat dan kompetensi pegawai;
3. Penilaian kinerja individu masih terbatas pada SKP, tetapi belum dikaitkan
dengan kinerja organisasi;
4. SOP belum dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan tuntutan
efisiensi, dan efektivitas birokrasi, secara berkala.

Langkah-langkah antisipatif yang diambil.


1. Menyusun peta proses bisnis yang sesuai dengan tugas dan fungsi BNN.
2. Melakukan assesmen pegawai secara berkala dan rencana
pengembangan kompetensi pegawai sesuai dengan rencana dan
kebutuhan serta hasil penilaian kinerja dijadikan dasar untuk promosi
Jabatan bagi Eselon 3 dan eselon 4.
3. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan sistem manajemen
kinerja terutama untuk level eselon II sampai dengan individu sehingga
dapat mendukung pencapaian kinerja organisasi dan memanfaatkan
capaian kinerja pada setiap level sebagai dasar pemberian reward dan
punishment.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 66


4. Membangun sistem pengukuran kinerja berbasis elektronik yang dapat
diakses oleh seluruh sehingga akan meningkatkan percepatan
pelaksanaan budaya kinerja.
5. Meningkatkan kualitas penguatan pengawasan dengan melakukan
monitoring kebijakan pengelolaan gratifikasi, penerapan SPIP, Whistle
Blowing System, dan penanganan benturan kepentingan sehingga dapat
diketahui efektivitas dan perbaikan terutama dalam usaha mencegah
korupsi dan usaha pencapaian target kinerja organisasi serta membangun
unit yang telah ditetapkan sebagai zona integritas menuju WBK/WBBM.
6. Memaklumatkan standar pelayanan dan mengoptimalkan SOP bagi
standar pelaksanaan yang kemudian direviu dan diperbaiki secara berkala
sebagai dasar peningkatan kualitas pelayanan publik.

Sistem Infomasi Manajemen Kepegawaian BNN (SIMPEG BNN) berbasis


web base merupakan bentuk nyata efisiensi penggunaan sumber daya dalam
mencapai sasaran program dan IKU. SIMPEG BNN telah berperan sebagai
pemeran utama dalam mewujudkan reformasi birokrasi yang semakin baik. Hal
ini terlihat dari semakin mudahnya pegawai mendapatkan segala informasi dan
berinteraksi terkait kepegawaian dan tata kelola organisasi.

Kinerja dan manfaat dari SIMPEG BNN terlihat jelas dalam memenuhi
target kinerja kegiatan dengan indikator persentase ketepatan waktu penerbitan
dokumen pengembangan organisasi dan tata laksana (%) dan indeks kepuasan
layanan kepegawaian. Nilai capaian tersebut tidak lagi dilakukan secara
manual, melainkan secara online pada SIMPEG BNN, dengan rincian pada
tabel berikut ini:

% Capaian
No. Indikator Kinerja Kegiatan Target Realiasi
Target
a. Persentase ketepatan waktu pener- 85 100 117
bitan dokumen pengembangan
organisasi dan tata laksana (%)
b. Indeks kepuasan layanan 40 72,1 180
kepegawaian

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 67


No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

2. Nilai Akuntabilitas Kinerja BNN B NA NA

Berdasarkan penilaian dari Kemenpan & RB, pada tahun 2015 atas kinerja
tahun 2014 BNN telah mendapatkan nilai akuntabilitas kinerja 64,21 dengan
kategori B.
Faktor pendukung keberhasilan pencapaian target adalah sebagai berikut:
1. Semakin solidnya kinerja antara satker tingkat pusat hingga wilayah.
2. Secara konsisten melakukan analisa dan evaluasi kinerja ditindak lanjuti
dengan perbaikan.
3. Dilakukannya monitoring dan evaluasi secara langsung kepada
stakeholder untuk mengukur kinerja BNN (aspek manfaat) dalam
menjalankan program P4GN.
4. Telah tersedianya dukungan sistem aplikasi monevgar BNN sebagai tools
kontrol, komunikasi, dan monitoring evaluasi capaian kinerja mulai pusat
hingga kewilayahan. Sistem aplikasi monevgar BNN memfasilitasi fitur-fitur
monitoring, evaluasi, dan pengendalian kinerja mulai dari level output,
indikator kinerja kegiatan, indikator kinerja program, hingga indikator
kinerja utama BNN. Hal tersebut terprogram dalam bentuk web base
secara sistematis, terstruktur, logical frame analysis dengan cascading
kinerja, dikenal dengan e-lkip dan dashboard kinerja BNN.

Hasil evaluasi LKIP BNN Tahun 2016 belum di umumkan secara resmi
oleh Kemenpan & RB. Adapun perbandingan nilai hasil capaian kinerja tahun
2014 dengan LKIP 2015 sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel 10. Perbandingan Nilai Hasil Capaian Kinerja BNN Tahun 2014
dengan Tahun 2015 dan 2016
NO. Komponen yang dinilai Bobot LAKIP 2014 Bobot LAKIP 2015 LAKIP 2016
A. Perencanaan Kinerja 35 20,97 30 21,49 N/A
B. Pengukuran Kinerja 20 11,10 25 14,38 N/A
C. Pelaporan Kinerja 15 11,29 15 10,56 N/A
D. Evaluasi Kinerja 10 5,68 10 6,90 N/A
E. Capaian Kinerja 20 14,56 20 10,88 N/A
Hasil Nilai Evaluasi 100 63,60 100 64,21
Tingkat Akuntabilitas Kinerja CC - B -

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 68


Hasil evaluasi LKIP BNN Tahun 2016 belum terlihat untuk nilai hasil
capaian dikarenakan belum adanya penilaianoleh Kemenpan & RB.

Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja pada


indikator kinerja utama Nilai Akuntabilitas Kinerja BNN, adalah sebagai berikut:

Indikator Kinerja Hasil


No. Formula Keterangan
Utama Perhitungan

1. Nilai Akuntabilitas =RNA /TNA*100% =(1/1)*100% - RNA = Realisasi Nilai


Kinerja BNN Konversi nilai : =100% Akuntabilitas

B=1 - TNA = Target Nilai

CC = 0.5 Akuntabilitas

C = 0.25

Rekomendasi/rencana aksi ke depan memelihara dan semakin


meningkatkan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi dari tingkat
perencanaan hingga pelaporan dan melakukan perbaikan sesegera mungkin.

Sistem monitoring dan evaluasi LKIP berbasis web base (e-lkip) yang
dimiliki BNN saat ini merupakan bentuk nyata efisiensi penggunaan sumber
daya dalam mencapai sasaran program dan IKU. E-lkip telah berperan sebagai
pemeran utama dalam mewujudkan akuntabilitas kinerja yang semakin baik. Hal
ini terlihat dari semakin mudahnya satker mendapatkan informasi secara online
mengenai cascading kinerja, perjanjian kinerja, hingga monitoring dan evaluasi
kinerja kaitannya dengan pengendalian kinerja pada setiap level unit kerja.

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %


3. Nilai Kinerja Anggaran BNN 85 87,14 102.52%
(Baik) (Baik)

Dasar pengukuran Nilai Kinerja Anggaran BNN didasarkan pada Peraturan


Menteri Keuangan Nomor 249/PMK.02/2011 tanggal 28 Desember 2011
tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Pelaksanaan RKA-K/L.

Hasil yang diperoleh BNN tahun 2016 adalah 84,34 (kriteria Sangat
Baik), dengan detail hasil pengukuran sebagai berikut:

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 69


a. Aspek Implementasi : Nilai kinerja yang didapatkan dari website
www.monev.anggaran.depkeu.go.id atas kinerja pelaksanaan RKA BNN
tahun 2016 adalah 94,82 dengan kriteria Sangat Baik dengan gambaran
sebagai berikut :

b. Nilai Aspek Manfaat diperoleh melalui pelaksanaan monitoring dan


evaluasi kinerja BNN dalam melaksanakan program P4GN dengan metode
survei di 20 provinsi sebagai pilot project. Secara global indeks capaian
kinerja memperoleh nilai 4,2 pada skala 5 metode Likert atau 83,30 jika
dikonversi ke dalam persentase (lihat kembali lampiran 1).

c. Nilai Kinerja Anggaran BNN

Hasil setelah
No Kategori Ratio Capaian
dikali ratio

1 Aspek Implementasi 33,30% 94,82 31,58

2 Aspek Manfaat 66,70% 83,30 55,56

NILAI AKHIR CAPAIAN KINERJA PMK 249 87,14

KRITERIA HASIL BAIK

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 70


Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2015 terjadi peningkatan capaian
sebesar 1,74% yaitu dari 84,34% pada tahun 2015 menjadi 86,08% pada tahun
2016.

Grafik 15. % Nilai Kinerja Anggaran BNN


Peningkatan Capaian 2,8%

87,14%
84,34%
90 82,23%
85
80
75
70
65
60
55
50
2014 2015 2016

Capaian kinerja pada tahun 2016 telah berkontribusi mendukung sasaran


strategis pada akhir periode Renstra BNN dalam meningkatkan tata kelola
organisasi yang profesional dengan capaian akhir nilai kinerja anggaran BNN
sebesar 88 pada tahun 2019.

Peningkatan Nilai Kinerja Anggaran BNN, disebabkan adanya upaya


perbaikan kinerja dari seluruh Satker dan telah memanfaatkan hasil evaluasi
untuk melakukan perbaikan kinerja.

Formula yang digunakan untuk mengukur persentase capaian kinerja pada


indikator kinerja utama Nilai Kinerja Anggaran BNN, adalah sebagai berikut:

Indikator Kinerja Hasil


No. Formula Keterangan
Utama Perhitungan

2. Nilai Kinerja =RNKA /TNKA*100% =(87,14/85)*100 - RNKA = Realisasi Nilai


Anggaran BNN % Kinerja Anggaran

=102,52% - TNA = Target Nilai Kinerja


Anggaran

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 71


Rekomendasi/rencana aksi ke depan:

1. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi kinerja dengan berpedoman


pada kaidah-kaidah perencanaan dan penganggaran.

2. Pemberian penghargaan pada Satker yang berprestasi dan sanksi pada


Satker yang tidak melaksanakan peraturan perundangan terkait dengan
kinerja dan anggaran.

Sistem monitoring dan evaluasi program, anggaran, dan kegiatan BNN


berbasis web base (e-monevgar) yang dimiliki BNN saat ini merupakan bentuk
nyata efisiensi penggunaan sumber daya dalam mencapai sasaran program dan
IKU. E-monevgar telah berperan sebagai pemeran utama dalam mewujudkan
akuntabilitasi dan nilai kinerja yang semakin baik. Hal ini terlihat dari semakin
mudahnya satker mendapatkan informasi secara online mengenai data pagu
dan target output, rencana penarikan dana yang link dengan rencana umum
pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, hingga capaian kinerja output.

Saat ini database e-monevgar BNN telah dapat dikoneksikan dengan


sistem aplikasi SMART Kementerian Keuangan, sehingga terjadi interkoneksi
database antar kedua lembaga. Data realisasi anggaran dapat diinject dari
database e-monev Kemenkeu ke dalam database e-monevgar BNN, demikian
sebaliknya data capaian output dapat diinject dari database e-monevgar BNN ke
dalam database e-monev Kemenkeu.

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

4. Opini Laporan Keuangan BNN WTP WTP 100%

Badan Narkotika Nasional adalah salah satu entitas pelaporan


berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan laporan pertanggungjawaban
atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dengan
menyusun laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan
Keuangan.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 72


Penyusunan Laporan Keuangan Badan Narkotika Nasional mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam

Pemerintahan. Laporan Keuangan ini telah disusun dan disajikan dengan basis

akrual sehingga yang menyajikan informasi keuangan yang transparan, akurat,

dan akuntabel.

Badan Narkotika Nasional mulai Tahun Anggaran 2015 untuk pertama kali
mengimplementasikan akuntansi berbasis akrual dalam penyusunan laporan
keuangannya sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Dalam implementasi pertama ini,
perlakuan akuntansi atas penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
adalah sebagai berikut:

1. Sesuai dengan Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan


(IPSAP) No 4 tentang Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi
Kesalahan Tanpa Penyajian Kembali Laporan Keuangan, Badan Narkotika
Nasional tidak melakukan penyajian kembali atas Laporan Keuangan
Tahun 2014.

2. Badan Narkotika Nasional menyandingkan Laporan Keuangan untuk


periode yang berakhir 31 Desember 2015 berbasis akrual dengan Laporan
Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2014 berbasis kas
menuju akrual.

Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2015 dan


2014 tersanding adalah bukan laporan keuangan komparatif. Pembaca laporan
keuangan diharapkan memahami bahwa penyandingan tersebut bukan
perbandingan, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar analisis Laporan
Keuangan lintas tahun.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 73


Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 telah mengacu
pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kebijakan akuntansi merupakan
prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan praktik-
praktik spesifik yang dipilih oleh suatu entitas pelaporan dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam
laporan keuangan ini adalah merupakan kebijakan yang ditetapkan oleh Badan
Narkotika Nasional. Di samping itu, dalam penyusunannya telah diterapkan
kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan pemerintahan.

Hasil pemeriksaan BPK RI menjadi tolak ukur (indikator) untuk menilai


akuntabilitas Badan Narkotika Nasional. Hasil pemeriksaan BPK RI, baik dari
sisi akademis dan aplikasi di lapangan, dapat menaikkan atau menurunkan
tingkat kepercayaan pemangku kepentingan atas pelaporan yang disajikan oleh
pihak yang diperiksa (auditan/auditee), dalam hal ini Badan Narkotika Nasional.

Dari hasil pemeriksaan BPK RI diungkapkan dalam bentuk pernyataan


profesional/pendapat pemeriksa/auditor mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat
kriteria yakni kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, kecukupan
pengungkapan (adequatedisclosures), kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern.

Pernyataan/pendapat professional dari pemeriksa tersebut biasa dikenal


dengan istilah Opini. Singkatnya,opini merupakan informasi utama yang dapat
diinformasikan kepada pemakai informasi (user) tentang apa yang dilakukan
pemeriksa/auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.

Pernyataan/pendapat auditor bahwa laporan keuangan pemerintah adalah


wajar tanpa pengecualian, maka pemangku kepentingan akan memperoleh
tingkat keyakinan yang lebih tinggi untuk mempercayai informasi yang
tercantum dalam laporan tersebut dari pada terhadap laporan keuangan
pemerintah yang diberikan pernyataan/pendapat tidak wajar. Kepercayaan
pemangku kepentingan menjadi sangat berkurang atau bahkan hilang terhadap
laporan keuangan yang disajikan oleh pihak yang diaudit tersebut.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 74


Tingkatan pernyataan/pendapat BPK yang menjadi target Badan Narkotika
Nasional dalam setiap audit adalah Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified
Opinion). Dengan memperoleh pernyataan/pendapat tersebut, secara umum
dapat disimpulkan bahwa Badan Narkotika Nasional sudah melaksanakan
prinsip-prinsip akuntansi dengan baik. Reputasi Badan Narkotika Nasional akan
meningkat dengan capaian pernyataan/pendapat seperti ini.

Hasil Pemeriksaan BPK pada Badan Narkotika Nasional tahun 2015


adalah memperoleh pernyataan/pendapat Wajar Tanpa Pengecualian yang
berarti mengalami kenaikan dari sebelumnya 2014 yaitu Wajar Tanpa
Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan. Hal tersebut dapat dilihat di dalam
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan tahun 2015.

Tabel 11. Kondisi Pertanggungjawaban Keuangan pada Badan Narkotika


Nasional dalam Opini BPK RI
NO. TAHUN ANGGARAN OPINI
1. 2008 WTP dengan Paragraf Penjelasan
2. 2009 WTP dengan Paragraf Penjelasan
3. 2010 WTP dengan Paragraf Penjelasan
4. 2011 WTP
5. 2012 WTP
6. 2013 WTP dengan Paragraf Penjelasan
7. 2014 WTP
8. 2015 WTP

Faktor penyebab keberhasilan pencapaian sasaran.


1. Penyusunan laporan keuangan sudah sesuai dengan kaidah-kaidah
pengelolaan keuangan yang sehat dalam Pemerintahan, sesaui dengan
peraturan perundang-undangan:
a. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara.
c. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 75


2. Laporan Keuangan BNN telah tersusun dan disajikan dengan basis akrual
(informasi laporan keuangan yang transparan, akurat dan akuntabel).
3. Penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Tahun 2015 telah mengacu
pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Hambatan atau kendala, dan permasalahan yang dihadapi.


1. Keterbatasan sumber daya manusia yang terkait dengan bidang tugas
pengelolaan keuangan.
2. Keterbatasan dana dalam upaya peningkatan kemampuan personil yang
bertugas dalam pengelolaan keuangan.
3. Penambahan Satker BNNK/Kota, yang masih perlu menyesuaikan dengan
berbagai peraturan dan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan.

Langkah-langkah antisipatif yang diambil.


1. Pelaksanaan kerjasama dengan instansi eksternal terkait (Kementerian
Keuangan, BPKP dan BPK RI) dalam rangka peningkatan kemampuan
personil dalam pengelolaan dan pelaporan keuangan.
2. Pelaksanaan kerja sama dengan seluruh Satker internal: Settama BNN
(Biro Kepegawaian dan Organisasi, Biro Perencanaan, Biro Umum),
Inspektorat Utama BNN, dan Deputi Bidang, serta Balai Pendidikan dan
Pelatihan BNN dalam rangka pembinaan dan peningkatan kemampuan
personil.

B. Realisasi Anggaran.
Tahun 2016 BNN mendapat alokasi anggaran sebesar
Rp.2.545.000.699.000,- (Dua triliun lima ratus empat puluh lima milyar enam
ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah) dengan rincian sebagai berikut:

JENIS BELANJA PAGU (Rp) REALISASI (Rp) SISA (Rp) %

51 Belanja Pegawai 443.685.155.000 404.261.574.424 39.423.580.576 91%

52 Belanja Barang 950.667.057.000 782.165.926.659 168.501.130.341 82%

53 Belanja Modal 1.150.648.487.000 652.451.638.366 498.196.848.634 57%

Total 2.545.000.699.000 1.838.879.139.449 706.121.559.551 72%

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 76


Persentase penyerapan anggaran BNN Tahun 2016 adalah sebesar 72 %.
Sisa anggaran merupakan penghematan dari Belanja Pegawai, Belanja Barang
dan Belanja Modal termasuk penghematan dengan blokir langsung oleh
Kementerian Keuangan.

Jika realisasi anggaran BNN dikurang dengan anggaran yang di blokir,


maka realisasi anggaran BNN tahun 2016 adalah sebesar 88,9%. Anggaran
yang di blokir semula direncanakan untuk keperluan belanja barang dan belanja
modal yaitu sebesar Rp. 478.341.773.000 (18,7%).

Kinerja dan Anggaran BNN, telah berpedoman pada rencana kerja


program dan anggaran sesuai dengan fungsi yang ada. Secara umum target
kinerja anggaran satker telah terlaksana, hanya bidang rehabilitasi yang kurang
optimal, oleh karena adanya evaluasi terhadap pelaksaan rehabilitasi tahun
sebelumnya yang berakibat tidak semua kegiatan dapat terlaksana sejak awal
tahun.

Kendala penyerapan anggaran terkait dengan kebijakan pemerintah


melakukan penghematan dengan blokir anggaran, berdampak pada pencapaian
target kinerja menjadi kurang optimal. Adapun gambaran realisasi anggaran
BNN Tahun 2016 tergambar dalam grafik berikut ini.

Grafik 16. Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Sebelum Pagu Blokir

706.121.589.193

2.545.000.699.000
1.838.879.109.807

Pagu Realisasi Sisa

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 77


Grafik 17. Realisasi Anggaran BNN Tahun 2016 Setelah Pagu Blokir

227.779.816.193

2.066.658.926.000
1.838.879.109.807

Pagu Realisasi Sisa

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 78


BAB IV
PENUTUP
BAB IV
PENUTUP

1. Pencapaian Target Tahun Kedua RPJMN 2015-2019.

Pencapaian target BNN tahun 2016 berkaitan dengan menahan laju prevalensi
penyalahgunaan Narkoba 0,05% per tahun telah terpenuhi dengan besaran
prevalensi -0,3% di bawah target.

2. Pengukuran Kinerja Outcome.

Gambaran pencapaian IKU BNN tahun 2016 adalah sebagai berikut :

Jumlah
Urutan Rentang Capaian %
IKU
I. 5 Capaian 100% 38,5%
II. 4 85% Capaian < 100% 30,8%
III. 1 70% Capaian < 85% 7,7%
IV. 1 Capaian < 70% 7,7%
V. 2 NA (Not Available) 15,3%

3. Pengukuran Kinerja Anggaran.

Pencapaian kinerja anggaran BNN tahun anggaran 2016 setelah dilakukan


rekonsiliasi dan berdasarkan PMK 249 tahun 2011 adalah sebesar 87,14%
dengan rincian sebagai berikut :

Hasil setelah
No. Kategori Ratio Capaian
dikali ratio
33,30% 94,82 31,58
1. Aspek Implementasi
66,70% 83,30 55,56
2. Aspek Manfaat

Nilai Akhir Capaian Kinerja PMK 249 87,14

Kriteria Hasil Baik

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 79


4. Langkah yang akan dilakukan untuk meningkatkan kinerja .

a. Peningkatan koordinasi dan pembinaan teknis ke seluruh satuan kerja


sesuai dengan bidang tugas.

b. Peningkatan koordinasi dan kerja sama dengan seluruh instansi


pemerintah dan suwasta serta organisasi kemasyarakatan lain, agar
berperan aktif dalam Narkoba.

c. Peningkatan pendidikan personil BNN baik struktural maupun fungsional.

d. Peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung operasional.

e. Membangun Team Building disetiap Satuan Kerja dilingkunan BNN.

f. Optimalisasi penggunaan sistem berbasis web base yang sudah ada mulai
dari perencanaan (e-planning), implementasi (e-jaknas P4GN, Sistem
Informasi Narkotika, dan SIMPEG BNN), hingga sistem evaluasi,
pelaporan, dan pengendalian kinerja (e-monevgar dan e-lkip) sebagai
sarana komunikasi, pelaporan kinerja, serta evaluasi kinerja.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 80


LAMPIRAN-LAMPIRAN
PERJANJIAN KINERJA
BADAN NARKOTIKA NASIONAL
TAHUN 2016

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan


akuntabel serta berorientasi kepada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Drs. Budi Waseso

Jabatan : Kepala Badan Narkotika Nasional

berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian
ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti yang telah
ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi tanggung


jawab kami.

Jakarta, 18 November 2016

Kepala Badan Narkotika Nasional

TTD

Drs. Budi Waseso


PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
BADAN NARKOTIKA NASIONAL

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target


1 2 3 4
1 Terkendalinya angka Laju peningkatan prevalensi 0,05%
prevalensi penyalahgunaan penyalahgunaan narkoba
narkoba
2 Meningkatnya daya tangkal Laju angka pengguna 9,75%
masyarakat terhadap narkoba coba pakai
bahaya penyalahgunaan
dan peredaran gelap
narkoba
3 Terwujudnya kemandirian Indeks kemandirian 2,5
masyarakat dan stakeholder partisipasi masyarakat dalam
berpartisipasi dalam pelaksanaan P4GN
pelaksanaan P4GN
Indeks kemandirian 2,5
partisipasi stakeholder dalam
pelaksanaan P4GN
4 Meningkatnya mantan Jumlah mantan penyalah 16.000
penyalah guna dan pecandu guna dan pecandu narkoba Orang
narkoba yang tidak kambuh yang tidak kambuh kembali
kembali setelah menjalani rehabilitasi
dan/atau pasca rehabilitasi
5 Melemahnya aktivitas Jumlah jaringan sindikat 22
jaringan sindikat peredaran tindak pidana narkotika yang Jaringan
gelap narkotika terungkap
Persentase penyelesaian 100%
penyidikan asset (TPPU)
tersangka tindak pidana
narkotika hasil tindak pidana
narkotika
6 Meningkatnya kualitas Indeks layanan hukum 4
layanan hukum dan bidang P4GN
kerjasama bidang P4GN
Tingkat efektivitas kerjasama 65%
dengan instansi pemerintah
dan komponen masyarakat
baik dalam maupun luar
negeri
7 Meningkatnya tata kelola Nilai Indeks Reformasi 55
organisasi yang profesional Birokrasi BNN

Nilai Akuntabilitas Kinerja B


BNN
Nilai Kinerja Anggaran BNN 85

Opini Laporan Keuangan WTP


BNN

1. Program Pencegahan dan Rp 1.527.457.266.000,-


Pemberantasan Peyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba
2. Program Dukungan Manajemen dan Rp 1.010.903.263.000,-
Pelaksanaan Teknis Lainnya Badan
Narkotika Nasional

Jakarta, 18 November 2016

Kepala Badan Narkotika Nasional

TTD

Drs. Budi Waseso


Lampiran 2. Hasil Pengukuran Aspek Manfaat Program P4GN TA. 2016

Capaian Capaian
No
Segmen Pengukuran Kinerja dalam Likert Kriteria
Ref
Prosentase Skala 5
1 Ketepatan waktu penyelenggaraan acara
79.7% 4.0 (Cukup)
P4GN
2 Materi P4GN yang disampaikan mudah
86.7% 4.3 (Baik)
dipahami
3 Penyampaian materi P4GN menarik 85.3% 4.3 (Baik)
4 Narasumber menguasai materi yang
88.5% 4.4 (Baik)
disampaikan
5 (Sangat
Materi yang disampaikan bermanfaat 92.1% 4.6
Baik)
6 Menyadari bahaya narkoba setelah mengikuti (Sangat
94.5% 4.7
kegiatan P4GN Baik)
7 Meyampakan bahaya narkoba kepada orang (Sangat
91.4% 4.6
lain setelah mengikuti kegiatan P4GN Baik)
8 Berkeinginan menjadi penyuluh narkoba
85.6% 4.3 (Baik)
setelah mengikuti kegiatan P4GN
9 Berkeinginan menjadi kader anti narkoba
87.2% 4.4 (Baik)
setelah mengikuti kegiatan P4GN
10 Efektivitas Intervensi Media Elektronik 82.9% 4.1 (Baik)
11 Efektivitas Intervensi Media Cetak 77.2% 3.9 (Cukup)
12 Efektivitas Intervensi Media Online/Media
81.1% 4.1 (Baik)
Sosial
13 Efektivitas Intervensi Media Luar Ruang 76.2% 3.8 (Cukup)
14 BNN/BNNP/BNNK pernah melakukan test
71.3% 3.6 (Cukup)
urine di lingkungan responden
15 Hasil test urine yang dilakukan oleh
BNN/BNNP/BNNK dilanjutkan ke tahapan 71.2% 3.6 (Cukup)
rehabilitasi
16 Hasil test urine mandiri yang dilakukan oleh
lembaga/instansi dilanjutkan ke tahapan 81.0% 4.1 (Baik)
rehabilitasi
17 Pihak BNN telah bersinergi dengan kelompok
83.4% 4.2 (Baik)
sasaran pelaksanaan P4GN
18 Pihak instansi/lembaga merespon upaya
BNN/BNNP/BNNK dalam sinergitas program 88.4% 4.4 (Baik)
P4GN
19 Pecandu telah melaporkan diri ke
BNN/BNNP/BNNK untuk mendapatkan 76.8% 3.8 (Cukup)
layanan rehabilitasi
20 Pimpinan Lembaga/instansi berinisiatif 80.6% 4.0 (Baik)
melaporkan ke BNN/BNNP/BNNK adanya
penyalahgunan narkotika untuk direhabilitasi

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 84


Capaian Capaian
No
Segmen Pengukuran Kinerja dalam Likert Kriteria
Ref
Prosentase Skala 5
21 Pimpinan lembaga/instansi mengeluarkan
peraturan yang tegas dan keras terhadap (Sangat
90.3% 4.5
semua anggota/pegawai yang terlibat Baik)
penyalahgunaan narkotika
22 Pimpinan lembaga/instansi bersama seluruh
anggota/pegawai bekerjasama dengan
88.7% 4.4 (Baik)
BNN/BNNP/BNNK berupaya menciptakan
lingkungan kerja bersih narkoba
23 Peredaran gelap narkoba telah dilapor untuk
70.3% 3.5 (Cukup)
proses tindak lanjut
24 Informasi layanan rehab mudah diakses 79.1% 4.0 (Cukup)
25 Setelah melakukan rehabilitasi. masyarakat
mendapat penguatan yang memadai dari 80.5% 4.0 (Baik)
BNN/BNNP/BNNK.
26 Kepercayaan bahwa BNN bersama lembaga
rehabilitasi bersinergi dalam pelaksanaan 85.8% 4.3 (Baik)
rehabilitasi
27 Peningkatan kapasitas (capacity building)
oleh BNN/BNNP/BNNK sesuai kebutuhan 78.2% 3.9 (Cukup)
lembaga rehabilitasi
28 Penguatan yang diberikan oleh
BNN/BNNP/BNNK tepat sasaran dalam 78.4% 3.9 (Cukup)
peningkatan pelayanan rehabilitasi
29 Berkeinginan turut serta mensukseskan (Sangat
91.5% 4.6
Program P4GN Baik)
30 Kelompok Sasaran telah membentuk satgas
80.9% 4.0 (Baik)
penggiat anti narkoba
31 Kinerja Pemberantasan BNN meningkat dan
79.7% 4.0 (Cukup)
memuaskan
32 Percaya penuh BNN mampu mewujudkan
Indonesia Bebas Penyalahgunaan Narkoba
89.4% 4.5 (Baik)
dengan dukungan penuh dari seluruh lapisan
masyarakat
33 Mendapatkan pelayanan yang memadai
83.2% 4.2 (Baik)
ketika berhubungan dengan petugas BNN
34 Eksistensi BNN sangat dibutuhkan oleh (Sangat
94.8% 4.7
masyarakat Indonesia Baik)
INDEKS AKUMULATIF CAPAIAN KINERJA BNN 83.3% 4.2 (Baik)

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 85


Lampiran 3. Rekapitulasi Perhitungan Laju Angka Coba Pakai Penyalahguna
Narkoba per Provinsi dan Nasional tahun 2016

COBA PAKAI RATA- COBA PAKAI


RATA- TOLOK
RATA
RATA UKUR
KENAIK-
KENAIKAN KEBER- BASE
AN %
NO. Wilayah MEAN MEAN MEAN % COBA HASILAN LINE MEAN MEAN % PREV
COBA
% % % PAKAI COBA TAHUN % 2016
PAKAI
2008 2011 2014 TAHUN PAKAI 2015 (REALISASI)
TAHUN
2014-2011 2015-2016
2011-2008

1. Aceh 12,522 22,104 38,037 25.51% 24.03% 23.29 2008 35,113 35,805 1.97
2. Sumut 57,055 89,196 97,935 18.78% 3.27% 11.02 2011 103,702 106,601 2.80
3. Sumbar 11,731 16,495 28,933 13.54% 25.13% 7.74 2008 27,587 28,143 2.02
4. Riau 15.606 22,399 34,933 14.51% 18.65% 12.44 2008 33,781 34,625 2.50
5. Jambi 11,291 9,930 26,310 -4.02% 54.98% 25.48 2011 23,156 23,520 1.57
6. Sumsel 24,973 24,849 38,240 -0.17% 17.96% 8.90 2011 39,645 40,301 1.65
7. Bengkulu 7,721 5,408 15,649 -9.99% 63.12% 26.57 2011 13,481 13,711 1.71
8. Lampung 26,035 15,362 63,543 -13.66% 104.55% 0.45 2011 48,403 49,094 1.43
9. Bael 1,854 3,854 9,078 35.96% 45.18% 31.35 2008 8,304 8,533 2.76
10. Kepri 3,188 13,467 20,549 107.48% 17.53% 62.50 2008 19,510 19,910 2.05
11. DKI Jakarta 80,942 156,438 104,446 31.09% -11.08% 10.01 2011 111,618 114,017 2.15
12. Jabar 122,403 227,879 277,244 28.72% 7.22% 0.18 2011 289,913 295,202 1.82
13. Jateg 132,289 132,300 182,801 0.00% 12.72% 6.36 2011 188,265 192,127 2.05
14. DIY 21,526 24,629 26,726 4.81% 2.84% 3.82 2011 23,048 23,672 2.71
15. Jatim 133,894 157,366 212,743 5.84% 11.73% 2.90 2008 214,360 218,838 2.09
16. Banten 36,812 42,738 103,217 5.37% 47.17% 26.27 2008 86,660 88,290 1.88
17. Bali 12,268 16,054 36,545 10.29% 42.55% 26.42 2008 30,542 31,393 2.79
18. NTB 16,668 12,643 21,554 -8.05% 23.49% 7.72 2011 22,522 23,101 2.57
19. NTT 13,583 13,724 27,553 0.35% 33.59% 16.97 2011 26,390 26,381 -0.03
20. Kalbar 10,179 16,312 36,999 20.08% 42.27% 8.99 2008 34,846 35,479 1.82
21. Kalteng 5,910 8,131 16,357 12.53% 33.72% 1.93 2008 15,887 16,187 1.89
22. Kalsel 8,577 12,499 27,353 15.24% 39.61% 3.06 2008 25,386 25,800 1.63
23. Kaltim 10,278 21,383 21,233 36.02% -0.23% 17.89 2011 22,816 23,393 2.53
24. Kaltara 5,771 6.87 6,284 6,601 5.04
25. Sulut 10,647 11,613 15,348 3.02% 10.72% 6.87 2011 16,825 16,983 0.94
26. Sulteng 10,900 11,049 24,376 0.46% 40.21% 20.33 2011 21,370 21,923 2.59
27. Sulsel 32,526 4,592 10,532 7.05% 2.66% 4.85 2011 46,213 47,083 1.88
28. Sultra 12,306 6,260 14,277 -16.38% 42.69% 13.16 2011 13,367 13,689 2.41
29. Gorontalo 4,275 3,325 7,127 -7.41% 38.12% 15.35 2011 6,767 6,869 1.51
30. Sulbar 233 39,401 42,544 32.36% 43.12% 26.98 2008 9,500 10,144 6.78
31. Maluku 8,062 6,620 10,838 -7.68% 21.24% 6.78 2011 10,786 10,901 1.07
32. Malut 4,650 3,795 6,750 -6.13% 25.96% 9.91 2011 5,994 5,999 0.08
33. Papbar 3,139 2,518 4,406 -6.59% 24.99% 9.20 2011 4,117 4,101 -0.39
34. Papua 6,798 5,326 14,075 -7.22% 54.76% 23.77 2011 13,677 14,222 3.98

TOTAL 34 PROP 72.23

RATA-RATA NASIONAL
2.12

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 86


Lampiran 4. Partisipasi Kemandirian Lingkungan Masyarakat dalam Program
Pemberdayaan Anti Narkoba

NO. SATKER (BNNP/BNNKAB/KOTA) TARGET REALISASI %


1. Aceh 2,5 2,6 104
2. Sumatera Utara 2,5 2,18 87,2
3. Sumatera Barat 2,5 2,5 100
4. Riau 2,5 2,5 100
5. Kepulauan Riau 2,5 2,18 87,2
6. Jambi 2,5 2,7 108
7. Sumatera Selatan 2,5 2,9 116
8. Bangka Belitung 2,5 2,76 110,4
9. Bengkulu 2,5 2,68 107,2
10. Lampung 2,5 2,47 98,8
11. Banten 2,5 3,1 124
12. DKI Jakarta 2,5 2,12 84,8
13. Jawa Barat 2,5 2,13 85,2
14. Jawa Tengah 2,5 2,58 103,2
15. DI Yogyakarta 2,5 2,13 85,2
16. Jawa Timur 2,5 2,6 104
17. Bali 2,5 2,7 108
18. Nusa Tenggara Barat 2,5 2,55 102
19. Nusa Tenggara Timur 2,5 2,5 100
20. Kalimantan Barat 2,5 2,45 98
21. Kalimantan Tengah 2,5 1,81 72,4
22. Kalimantan Selatan 2,5 2,37 94,8
23. Kalimantan Timur 2,5 2,7 108
24. Sulawesi Utara 2,5 2,4 96
25. Gorontalo 2,5 1,86 74,4
26. Sulawesi Tengah 2,5 2,24 89,6
27. Sulawesi Barat 2,5 2,5 100
28. Sulawesi Tenggara 2,5 2 80
29. Sulawesi Selatan 2,5 2,44 97,6
30. Maluku 2,5 2,4 96
31. Maluku Utara 2,5 2,48 99,2
32. Papua 2,5 2,75 110
33. Papua Barat 2,5 0 0
34. DIT PSM 2,5 3,08 123,2
RATA-RATA 2,5 2,39 95,7

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 87


Lampiran 5. Partisipasi Kemandirian Lingkungan Masyarakat Dalam Program
Pemberdayaan Anti Narkoba

NO. SATKER (BNNP/BNNKAB/KOTA) TARGET REALISASI %


1. Aceh 2,5 2,47 98,8
2. Sumatera Utara 2,5 2,6 104
3. Sumatera Barat 2,5 2,8 112
4. Riau 2,5 1,96 78,4
5. Kepulauan Riau 2,5 2,37 94,8
6. Jambi 2,5 2,7 108
7. Sumatera Selatan 2,5 2,89 115,6
8. Bangka Belitung 2,5 2,01 80,4
9. Bengkulu 2,5 2,6 104
10. Lampung 2,5 2,55 102
11. Banten 2,5 2,65 106
12. DKI Jakarta 2,5 1,95 78
13. Jawa Barat 2,5 2,42 96,8
14. Jawa Tengah 2,5 2,6 104
15. DI Yogyakarta 2,5 2,13 85,2
16. Jawa Timur 2,5 2,58 103,2
17. Bali 2,5 2,1 84
18. Nusa Tenggara Barat 2,5 2,7 108
19. Nusa Tenggara Timur 2,5 2,6 104
20. Kalimantan Barat 2,5 1,9 76
21. Kalimantan Tengah 2,5 2,32 92,8
22. Kalimantan Selatan 2,5 2,03 81
23. Kalimantan Timur 2,5 2,8 112
24. Sulawesi Utara 2,5 2,2 88
25. Gorontalo 2,5 1,5 60
26. Sulawesi Tengah 2,5 2,18 87,2
27. Sulawesi Barat 2,5 2,7 108
28. Sulawesi Tenggara 2,5 2,35 94
29. Sulawesi Selatan 2,5 1,58 63,2
30. Maluku 2,5 2,5 100
31. Maluku Utara 2,5 2,5 100,00
32. Papua 2,5 2,48 99,2
33. Papua Barat 2,5 0 0
34. DIT PSM 2,5 3,61 144,4
RATA-RATA 2,5 2,48 99,16

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 88


Lampiran 6. Rekapitulasi mantan penyalah guna dan pecandu Narkoba yang tidak kambuh kembali setelah
menjalani rehabilitasi dan/atau pasca rehabilitasi

INSTANSI PEMERINTAH KOMPONEN MASYARAKAT PASCAREHABILITASI DEPUTI REHABILITASI


MEN- MEN- MENDAPAT SELESAI TOTAL TIDAK
MEN- TIDAK TARGET
DA- SE- TI- DA- SE- LAYANAN PROGRAM KAMBUH
NO PROVINSI TO- DA- SE- RA- KAM-
TIDAK TIDAK TAR- PAT LESAI DAK TAR- PAT LESAI
TAL TAR PAT LESAI WAT BUH PAS- PAS- PAS-
KAM- KAM- GET LA- PROG KAM- GET LA- PROG
TAR- GET LA- PROG LAN- (6 BU- RE- CA RE- CA RE- CA RE- PASCA-
BUH BUH YAN- RAM BUH YAN- RAM
GET YAN- RAM JUT LAN) HAB. RE- HAB. RE- HAB. RE- HAB. REHAB,
AN AN
AN HAB. HAB. HAB.

1. BNN 2000 2000 2404 1902 1854 0 1854 0 0 575 420 400 60 2,000 575 2.404 420 1.902 400 1,854 60

2. BNNP Aceh 405 405 373 244 73 23 50 39 25 11 6 540 306 306 58 444 540 398 306 255 306 56 58

3. BNNP Sumut 1490 1490 1405 840 275 95 180 201 89 26 30 650 529 518 129 1,691 650 1,494 529 866 518 210 129

4. BNNP Sumbar 343 343 242 126 52 52 0 117 58 84 0 320 230 153 72 460 320 300 230 210 153 0 72

5. BNNP Sumsel 800 800 1254 1001 326 43 283 100 45 0 0 745 574 322 82 900 745 1,299 574 1,001 322 283 82

6. BNNP Jambi 760 760 803 597 282 26 256 19 0 0 360 312 308 26 779 360 803 312 597 308 256 26

7. BNNP Lampung 370 370 433 410 3 3 0 23 5 2 0 295 248 223 35 393 295 438 248 412 223 0 35

8. BNNP Bengkulu 270 270 238 238 157 35 122 0 0 280 246 246 35 270 280 238 246 238 246 122 35

9. BNNP Riau 468 468 653 509 509 34 475 213 16 59 13 810 419 378 48 681 810 669 419 568 378 488 48

10. 510 510 498 288 113 13 100 21 9 19 15 370 195 55 13 531 370 507 195 307 55 115 13
BNNP Babel
11. BNNP Kep,Riau 518 518 418 388 161 37 124 203 58 0 0 375 265 204 37 721 375 476 265 388 204 124 37

12. BNNP Kaltim 625 625 1300 1201 0 0 48 3 0 615 441 402 97 673 615 1,300 441 1,204 402 0 97

13. BNNP Kalsel 905 905 1263 1263 203 46 157 200 31 15 12 400 251 209 92 1,105 400 1,294 251 1,278 209 169 92

14. BNNP Kalteng 545 545 308 204 204 204 8 6 270 83 20 0 545 270 308 83 212 20 210 0

15. BNNP Kalbar 665 665 263 240 93 24 69 222 69 12 0 495 137 122 24 887 495 332 137 252 122 69 24

16. BNNP Sulteng 770 770 961 867 867 35 832 134 137 33 33 255 208 135 35 904 255 1,098 208 900 135 865 35

17. BNNP Sulsel 1015 1015 898 673 136 72 64 18 18 21 8 870 622 613 154 1,033 870 916 622 694 613 72 154

18. BNNP Sulbar 230 230 224 40 10 7 3 45 22 185 108 83 7 230 185 224 108 85 83 25 7

19. BNNP Sulut 625 625 276 17 7 7 0 100 70 65 370 54 39 35 725 370 276 54 87 39 65 35
BNNP
20. 200 200 145 114 100 23 77 0 0 210 162 162 50 200 210 145 162 114 162 77 50
Gorontalo
21. BNNP Sultra 600 600 574 268 197 31 166 24 13 0 0 305 181 175 31 624 305 587 181 268 175 166 31

22. BNNP Banten 755 755 440 333 0 0 17 0 0 900 513 513 114 772 900 440 513 333 513 0 114

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 89


INSTANSI PEMERINTAH KOMPONEN MASYARAKAT PASCAREHABILITASI DEPUTI REHABILITASI
MEN- MEN-
MEN- TIDAK
DA- SE- TI- DA- SE-
NO PROVINSI TO- DA- SE- RA- KAM-
TIDAK TIDAK TAR- PAT LESAI DAK TAR- PAT LESAI
TAL TAR PAT LESAI WAT BUH MENDAPAT SELESAI TOTAL TIDAK
KAM- KAM- GET LA- PROG KAM- GET LA- PROG TARGET
TAR- GET LA- PROG LAN- (6 BU- LAYANAN PROGRAM KAMBUH
BUH BUH YAN- RAM BUH YAN- RAM
GET YAN- RAM JUT LAN)
AN AN
AN
BNNP DKI
23. 1125 1125 1461 1072 222 22 200 167 165 77 1 840 749 691 165 1,292 840 1,626 749 1,149 691 201 165
Jakarta
24. BNNP Jabar 1536 1536 535 440 380 108 272 1150 647 297 1.122 1445 1206 1187 186 2,686 1,445 1,182 1,206 737 1,187 1,394 186

25. BNNP Jateng 1695 1695 200 97 29 29 0 128 113 20 20 1180 490 411 138 1,823 1,180 313 490 117 411 20 138

26. 340 340 504 436 229 118 111 1021 711 484 202 1950 835 685 178 1,361 1,950 1,215 835 920 685 313 178
BNNP Jatim
27. BNNP DIY 517 517 148 64 9 1 8 350 38 156 0 480 201 201 53 867 480 186 201 220 201 8 53

28. BNNP Bali 700 700 470 271 86 49 37 73 33 21 420 355 273 49 773 420 470 355 304 273 58 49

29. BNNP NTB 545 545 745 147 64 25 39 16 11 8 0 225 181 165 59 561 225 756 181 155 165 39 59

30. BNNP NTT 130 130 73 43 0 0 200 4 13 6 210 132 132 51 330 210 77 132 56 132 6 51

31. BNNp Maluku 1110 1110 476 0 0 0 0 0 120 35 35 11 1,110 120 476 35 0 35 0 11

32. BNNP Malut 500 500 62 0 0 0 0 0 225 86 42 7 500 225 62 86 0 42 0 7

33. BNNP Papua 197 197 141 114 0 0 0 0 120 8 0 0 197 120 141 8 114 0 0 0

34. BNNP Papbar 240 240 35 28 27 27 0 0 120 0 0 0 240 120 35 0 28 0 27 0

TOTAL 23.504 20.223 14.475 6.668 958 5.710 4.804 2.262 1.496 1.582 17.530 10.782 9.408 2.131 28.308 17.530 22.485 10.782 15.971 9.408 7.292 2.131

45.838 33.267 25.379 9.423

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 90


Lampiran 7. Data Penanganan Kasus Narkotika Tahun 2010 2016

TAHUN LAPORAN TERSANGKA ASET YANG DISITA

2010 2 LKN 8 Rp. 3.628.442.314

2011 9 LKN 16 Rp. 33.173.753.301

2012 14 LKN 18 Rp. 24.620.666.864

2013 15 LKN 18 Rp. 52.375.590.387

2014 11 LKN 12 Rp. 83.207.159.514

2015 12 LKN 14 Rp. 85.330.158.337

2016 21 LKN 30 Rp. 279.113.413.345

TOTAL 84 LKN 116 Rp. 558.449.184.062

Aset tersangka yang disita penyidik, terdiri dari:


1. Uang tunai, uang dalam rekening, tanah, rumah, apartemen, ranmor (KR 2 + KR
4) dan perhiasan.
2. Dikonversi dengan rupiah sesuai indeks saat disita.

Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2016 91

Anda mungkin juga menyukai