Anda di halaman 1dari 14

Fisika Matematika II

Rekayasa Ide
TRANSFORMASI LAPLACE

OLEH :

Kelompok VII

Nama : 1. LILIS UMAIYAH 4152121052


2. SRI SULASTRIA 4153121059
3. YONA RISKA AMALIA RITONGA 4151121077
Kelas : FISIKA DIK E 2015

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
Transformasi Laplace

Definisi
Misalkan F (t ) suatu fungsi t dan t > 0, maka transformasi Laplace dari F(t)
dinotasikan dengan L{F(t)} yang didefinisikan oleh:
`
L{F (t )}   e st F (t )dt  f ( s)
0

Karena L{F (t )} adalah integral tidak wajar dengan batas atas di tak hingga (  )
maka
`
L{F (t )}   e  st F (t )dt  f ( s)
0

 Lim  e  st F (t )dt
p 
0

Transformasi Laplace dari F(t) dikatakan ada, jika integralnya konvergen


untuk beberapa nilai s, bila tidak demikian maka transformasi Laplace tidak ada.
Selanjutnya bila suatu fungsi dari t dinyatakan dengan huruf besar, misalnya W(t),
G(t), Y(t) dan seterusnya, maka transformasi Laplace dinyatakan dengan huruf kecil
yang bersangkutan sehingga L {W(t)} = w(s), L {G(t)} = g(s), L {Y(t)} = y(s) dan
seterusnya.
Teorema
Jika F(t) adalah fungsi yang kontinu secara sebagian-sebagian dalam setiap interval 0
 t  N dan eksponensial berorde  untuk t > N, maka transformasi Laplace f(s) ada

untuk setiap s > 


Berdasarkan definisi di atas, dapat ditentukan transformasi Laplace beberapa fungsi
sederhana.
No. F (t ) L{F (t )}

1. 1 1
,s  0
s
2. t 1
,s  0
s2
3. t2 2
,s  0
s3
4. tn n!
,s  0
n = 0,1,2,3,…. s n 1

5.
1
at ,s  0
e sa
6. sin at a
,s  0
s  a2
2

7. cos at s
,s  0
s  a2
2

8. sinh at a
,s  a
s  a2
2

9. cosh at s
,s  a
s  a2
2

10. t cos at s2  a
(s 2  a 2 ) 2
11. t sin at s
2a (s  a 2 ) 2
2

Syarat Cukup Transformasi Laplace Ada


Jika F(t) adalah kontinu secara sebagian-sebagian dalam setiap selang
berhingga 0  t  N dan eksponensial berorde  untuk t > N, maka transformasi
Laplacenya f(s) ada untuk semua s >  .
Perlu ditekankan bahwa persyaratan-persyaratan yang dinyatakan adalah CUKUP
untuk menjamin bahwa transformasi Laplace-nya ada. Akan tetapi transformasi
Laplace dapat ada atau tidak walaupun persyaratan ini tidak dipenuhi.
Metode Transformasi Laplace
Untuk memudahkan bagi pengguna matematika, terdapat beberapa cara yang
digunakan untuk menentukan transformasi Laplace. Cara tersebut adalah:
a. Metode langsung, berkaitan dengan definisi.
Metode ini berkaitan langsung dengan definisi

L{F (t )}   e  st F (t )dt
0

 Lim  e  st F (t )dt
p 
0

b. Metode Deret
Misal F(t) mempunyai uraian deret pangkat yang diberikan oleh
F (t )  a0  a1t  a 2 t 2  a3t 3  ...

  ant n
n 0

Maka transformasi Laplacenya dapat diperoleh dengan menjumlahkan


transformasi setiap sukunya dalam deret, sehingga:
L{F (t )}  L{a0 }  L{a1t}  L{a 2 t 2 }  L{a3t 3 }  ...

ao a1 2!a2
   3  ...
s s2 s

n! a n
 n 1
, syarat ini berlaku jika deretnya konvergen untuk s > 
n0 s

c. Metode Persamaan differensial


Metode ini menyangkut menemukan persaman differensial yang dipenuhi oleh
F(t) dan kemudian menggunakan teorema-teorema di atas.
d. Menurunkan terhadap parameter
e. Aneka ragam metode, misalnya dengan menggunakan teorema-teorema yang ada.
f. Menggunakan tabel-tabel, melalui penelusuran rumus yang sudah ditetapkan.
Sifat-sifat Transformasi Laplace
Transformasi Laplace suatu fungsi mempunyai beberapa sifat, sifat-sifat tersebut
antara lain:
a. Sifat linear
Jika c 1 dan c 2 adalah sebarang konstanta, sedangkan F1 (t ) dan F2 (t ) adalah

fungsi-fungsi dengan transformasi-transformasi Laplace masing-masing f1 (s) dan

f 2 ( s) , maka:
L{c1 F1 (t )  c2 F2 (t )}  c1 f1 (s)  c2 f (s)
Bukti:

L{c1 F (t ) c 2 F2 (t )}   e st {c1 F1 (t )  c2 F2 (t )}dt
0

 
  e c1 F1 (t )dt   e st c1 F2 (t )dt
 st

0 0

p 
 c1  e F1 (t )dt  c2  e  st F2 (t )dt
 st

0 0

 c1 f1 (s)  c2 f 2 (s)
b. Sifat translasi atau pergeseran pertama
Jika L{F (t )}  f (s) maka L{e 2t F (t )}  f (s  a)
Bukti
`
Karena L{F (t )}   e  st F (t )dt  f ( s) , maka
0

`
L{e at F (t )}   e  st e at F (t )dt
0


  e ( s a )t F (t )dt
0

 f (s  a)
c. Sifat translasi atau pergeseran kedua
F (t  a), untuk t  a
Jika L{F (t )}  f ( s) dan G(t )  
0, untuk t  a
maka
L{G(t )}  e  as f ( s)

Bukti

L{(G(t )}   e st G(t )dt
0

a 
  e G(t )dt   e  st G(t )dt
 st

0 a

a 
  e st (0)dt   e  st F (t  a)dt
0 a


  e st F (t  a)dt
a

Misal u = t-a maka t = u+a dan du = dt, sehingga


 

e F (t  a)dt   e  s (u  a ) F (u )du
 st

a 0

e
 as  su
e F (u )du
0

 e  as f (s)
d. Sifat pengubahan skala

Jika L{F (t )}  f ( s) maka L{F (at )}  1 f  s 


a a
Bukti
Karena

L{F (t )}   e  st F (t )dt
0

maka

L{F (at )}   e  st F (at )dt
0

du
Misal u  at maka du  adt sehingga dt 
a

Menurut definisi L{F (at )   e  st F (at )dt
0

 s
u   du
 e a
F (u )
0
a
s
1   u
  e  a  F (u )du
a

1 s
 f 
a a
e. Transformasi Laplace dari turunan-turunan
Jika L{F (t )}  f ( s) maka L{F ' (t )}  sf ( s)  F (0)

Karena Karena L{F (t )}   e  st F (t )dt  f ( s) , maka
0


L{F ' (t )}   e  st F ' (t )dt
0


  e  st dF (t )
0

p
  st 

  e F (t )   F (t )d (e  st ) 

 0 0

  F (0)  s  e st F (t )dt
0

 sf ( s)  F (0)

Jika L{F ' (t )}  sf ( s)  F (0) maka L{F ' ' (t )}  s 2 f (s)  sF (0)  F ' (s)
Bukti

L{F ' ' (t )}   e  st F " (t )dt
0


  e st d ( F ' (t ))
0

 

  e  st F ' (t )   F ' (t )d (e  st ) 
 0 

  st 

  e F ' (t )  s  F ' (t )e  st dt 

 0 


 e  st F ' (t )  s(sf (s)  F (0)) 
 s 2 f (s)  sF (0)  F ' (0)
Dengan cara yang sama diperoleh

L{F ' ' ' (t )}   e  st F ' ' ' (t )dt
0


  e  st d ( F ' ' (t ))
0

  st 

  e F ' ' (t )   F ' ' (t )d (e  st ) 

 0 

 

  e  st F ' ' (t )  s  e  st F ' ' (t )dt 
 0 

 

 e  st F ' ' (t )  s e  st F ' (t )   F ' (t )d (e  st ) 
 0 

 s 3 f (s)  s 2 F (0)  sF ' (0)  F ' ' (0)

Akhirnya dengan menggunakan induksi matematika dapat ditunjukkan bahwa,


jika
L{F (t )}  f ( s)

maka L{F ( n) (t )}  sf (s)  s n1 F (0)  s n2 F ' (0)  ...  sF ( n2) (0)  F ( n1) (0)
f. Tansformasi Laplace dari integral-integral
t  f ( s)
Jika L{F (t )}  f ( s) maka L  F (u )du  
0  s

Bukti:
t
Misal G(t )   F (u )du maka G ' (t )  F (t ) dan G (0)  0
0

Dengan mentransformasikan Laplace pada kedua pihak, diperoleh:


L{G ' (t )}  L{F (t )}
 sL{G (t )}  G{0}  f ( s)
 sL{G (t )}  f ( s )
f ( s)
 L{G (t )} 
s
t  f ( s)
Jadi diperoleh L  F (u )du  
0  s

g. Perkalian dengan t n
dn
Jika L{F (t )}  f ( s) maka L{t n F (t )  (1) n n
f ( s)  (1) f ( n ) ( s)
ds
Bukti.

Karena f ( s)   e  st F (t )dt maka menurut aturan Leibnitz untuk menurunkan
0

dibawah tanda integral, diperoleh:

d  

df
 f ' ( s )    e  st F (t )dt 
ds ds  0 

  st
 e F (t )dt
0
s

   te  st F (t )dt
0

  e  st {tF (t )}dt
0

  L{tF (t )}

df
Jadi L{tF (t )}     f ' ( s)
ds
h. Sifat pembagian oleh t

 F (t ) 
Jika L{F (t )}  f ( s) maka L    f (u )du
 t  0
F (t )
Bukti: Misal G (t )  maka F (t )  tG(t )
t
Dengan menggunakan definisi transformasi Laplace untuk kedua bagian, maka
d dg
diperoleh bentuk L{F (t )}  L{tG(t )} atau f ( s )   L{G (t )} atau f ( s )  
ds ds
Selanjutnya dengan mengintegralkan diperoleh
dg
 f (s)    ds .
s
g ( s )    f (u )du

 
 F (t ) 
  f (u )du Jadi L    f (u )du
s  t  0

Transformasi Laplace Invers


Definisi
Jika transformasi Laplace suatu fungsi F(t) adalah f(s), yaitu jika L{F (t )}  f ( s)
maka F(t) disebut suatu transformasi Laplace Invers dari f(s). Secara simbolis ditulis
F (t )  L1{ f ( s)} . L1 disebut operator transformasi Laplace invers.
Nomor f(s) L1{ f ( x)}  F (t )
1. 1 1
s
2. 1 t
s2
3. 1 tn
n 1
, n  0,1,2,3,...
s n!
4. 1 e at
sa
5. 1
s  a2
2 sin at
a
6. s cos at
s  a2
2

7. 1 sinh at
s  a2
2
a
8. s cosh at
s  a2
2

9. s2  a2 t cos at
(s 2  a 2 ) 2

Sifat-sifat transformasi Laplace Invers


Beberapa sifat penting dari transformasi Laplace invers adalah:
1) Sifat Linear
Misal c1 dan c2 adalah sebarang bilangan konstanta, sedangkan f1 ( s) dan f 2 ( s)

berturut-turut adalah transformasi Laplace dari F1 (t ) dan F2 (t ) , maka:

L1{c1 F1 (t )  c2 F2 (t )}  L1{c1 F1 (t )}  L1{c2 F2 (t )}

 L1{c1 F1 (t )}  L1{c2 F2 (t )}

 c1 L1{F1 (t )}  c2 L1{F2 (t )}

 c1 f1 (s)  c2 f 2 (s)
2) Sifat translasi atau pergeseran pertama
Jika L1{ f ( s)}  F (t ) maka L1{ f (s  a)}  e at F (t )
3) Sifat translasi atau pergeseran kedua
Jika L1{ f ( s)}  F (t ) maka

F (t  a), untuk t  a
L1{e as f ( s)}  
 0, untuk t  a
4) Sifat pengubahan skala
1 t
Jika L1{ f ( s)}  F (t ) maka L1{ f (ks)}  F 
k k
5) Transformasi Laplace invers dari turunan-turunan
d n 
Jika L1{ f ( s)}  F (t ) maka L1{ f ( n ) ( s)}  L1  f (s)  (1) n t n F (t )
 ds 
6) Transformasi Laplace invers dari antiturunan-antiturunan
  F (t )
Jika L1{ f ( s)}  F (t ) maka L1  f (u )du  
s  t

7) Sifat perkalian dengan s n


Jika L1{ f ( s)}  F (t ) maka L1{sf (s)}  F ' (t )
Dengan demikian perkalian dengan s berakibat menurunkan F(t) Jika
f(t)  0 , sehingga
L1{sf (s)  F (0)}  F ' (t )

 L1{sf (s)}  F ' (t )  F (0) (t ) dengan  (t ) adalah fungsi delta Dirac atau
fungsi impuls satuan.
8) Sifat pembagian dengan s

 f ( s) 
t

   F (u )du
1
Jika maka L 
 s  0
Jadi pembagian dengan s berakibat mengakibatkan integral F(t) dari 0 sampai
dengan t.
9) Sifat konvolusi
Jika L1{ f ( s)}  F (t ) dan L1{g ( s)}  G(t ) maka
t
L { f ( s) g ( s)}   F (u )G(t  u)du  F * G
1

F*G disebut konvolusi atau faltung dari F dan G, dan teoremanya dinamakan
teorema konvolusi atau sifat konvolusi.
Metode Transformasi Laplace Invers
1) Metode pecahan parsial
P( s )
Setiap fungsi rasional , dengan P(s) dan Q(s) fungsi pangkat banyak
Q( s )
P( s )
(polinom) dan derajat P(s) lebih kecil dari Q(s). Selanjutnya dapat ditulis
Q( s )
jumlah dari fungsi rasional yang mempunyai bentuk
A As  B
atau dan seterusnya, r  1,2,3,....
(as  b) r
(as  bs  c) r
2

Dengan memperoleh transformasi Laplace invers tiap pecahan parcial maka dapat
 P( s ) 
ditentukan L1  
 Q( s ) 
Konstanta A, B, C, …… dapat diperoleh dengan menyelesaikan pecahan-pecahan
dan menyamakan pangkat yang sama dari kedua ruas persamaan yang diperoleh
atau dengan menggunakan metode khusus.
2) Metode Deret
Jika f(s) mempunyai statu uraian dari kebalikan pangkat dari s yang diberikan
oleh
ao a1 a2 a3
f ( s)      ...
s s2 s3 s4
Maka dibawah persyaratan-persyaratan yang sesuai kita dapat menginversi suku
demi suku untuk memperoleh
a 2 t 2 a3 t
F (t )  ao  a1t    ...
2! 3!
3) Andaikan P(s) dan Q(s) adalah fungsi pangkat banyak (polinom) dan derajat P(s)
lebih kecil dari Q(s). Misal Q(s) mempunyai n akar-akar yang berbeda yaitu  k ,
k= 1, 2, 3, 4, ..., n. Maka

 P( s)  n P( k )  k t

1
4) L  e
 Q( s)  k 1 Q' ( k )
5) Fungsi Beta
Jika m>0 dan n>0 didefinisikan fungsi beta sebagai
1
B(m,n) =  u m1 (1  n) n 1 du a dan kita dapat memperlihatkan sifat-sifat:
0

(m)(n)
1. B(m, n) 
 ( m  n)

2
1 (m)(n)
 sin  cos 2 m1  d 
2 m 1
2. B(m, n) 
0
2 2(m  n)

Anda mungkin juga menyukai