Anda di halaman 1dari 23
DAFTAR ISI BAB | UMUM 1.4. Umum 1 1.2. Kriteria Perencanaan 5 1.3. Dasar-dasar Perencanaan 5 1.4. Dasar-dasar Pelaksanaan 6 BAB Il BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG 2.1. Bangunan Atas Jembatan 7 2.2. Bangunan Bawah Jembatan 9 BAB Ill PERSYARATAN MATERIAL 3.1. Baja Konstruksi "1 3.2. esi Tulangan 4 33. Kabel 1 3.4, Baut 13 3.5. _ Expansiont Joint 13 3.6. Beton 14 BABIV _ PERSYARATAN PELAKSANAAN 4.1, Persiapan Bangunan Bawah 15 4.2. Pemasangan Kwadrant 15 4.3. Pemasangan Menara 15 4.4, Perakitan Kabel Utama 15 4.5. Pemasangan Penggantung 16 4.6. Pemasangan Gelagar Pengaku dan Gelagar Melintang 16 4,7, Pemasangan Gelagar Memanjang 17 4.8. Pemasangan Kabel Angin 17 4.9. Pemasangan Lantai Kendaraan 18 BAB V PEMELIHARAAN 19 BAB VI GAMBAR BAB | UMUM 1.4. UMUM Standarisasi Bangunan Atas Jembatan Gantung ini dimaksudkan untuk Penyeragaman perencanaan dan pelaksanaan bangungan atas jembatan gantung selain juga mempermudah perencana dan pelaksana jembatan dalam pekerjaannya Standarisasi bangunan atas jembatan ini diperuntukan bagi jalan kendaraan kelas B. Jembatan gantung dalam pengertian ini adalah jembatan dimana seluruh beban alu lintas dan gaya-gaya yang bekerja dipikul sepasang kabel pemikul yang menumpu diatas 2(dua) pasang menara/pylon dan 2(dua) pasang blok angker. Bangunan atas jembatan dalam hal ini merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi sebagai pemikul langsung beban lalu-lintas yang melewati jembatan tersebut, terdiri dari tantai jembatan, gelagar pengaku, kabel penggantung, kabel pemikul dan pagar/sandaran pengaman. Bangunan bawah jembatan adalah bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas serta melimpahkan seluruh beban dan gaya- gaya yang bekerja ke pondasi jembatan. Ruang lingkup standarisasi ini meliputi dasar-dasar perencanaan dan pelaksanaan, persyaratan material serta persyaratan pelaksanaan, Jembatan gantung ini direncanakan untuk lalu lintas kelas - B dengan panjang dan lebar jembatan sebagai berikut : Panjang bentang 30 m 60m 90 m 120m * Lebar lantai kenderaan : 600m * Lebar trotoar : 0.50 m + 0.50m * — Sandaran 2 025m + 0.25m Total lebar jembatan : 7.50 m ONVPNVNAN NVYONOLOd NV XVdNVL YBHONY yoTE — MAVON3d NOTE VYAVIN 13@v>1 Nyuvanvs —— SNNINYDONSd ———! vavna ————— Bunqueg ueyequier edhioioig sequieg za ONVANIN, avors— | oNIovas — Se 1 — | || als wp | E 1 LE gente | te Lf 3 uayony Jd POTONGAN MELINTANG MENARA PENGGANTUNG: LANTAL JEMBATAN |__ BALOK PENGAKU GELAGAR MELINTANG PONDAS! MENARA 1.2. KRITERIA PERENCANAAN Pembebanan : Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya. SKBI - 1.3.28.1987 UDC : 624.042 : 624.21 Lalu lintas : Kelas - B, 100% beban D (beban garis ditambah beban kejut) dan 100% beban T Sandaran 100 kg/m Angin 150 kg/m? () kabel utama 0.10 () gelagar memanjamg : 0.01 1.3. DASAR-DASAR PERENCANAAN 1.3.1. Analisis Pembebanan Pada Perencanaan bangunan atas, pembebanan diperhitungkan akibat : > Beban Primer - Beban Sekunder Beban Primer terdiri dari * Beban Mati * — Beban Hidup Beban Sekunder terdiri dari : Beban Angin Beban Gempa Beban akibat susut dan rangkak Beban akibat Perubahan Temperatur Beban Rem Beban Gesek pada Tumpuan Beban selama Pelaksanaan Pada perencanaan kabel utama, beban hidup merata penuh dipikul kabel sepanjang bentang. 1.3.2. Analisis Kekuatan Struktur dan komponen-komponen serta_ hubungan-hubungan direncanakan untuk kekuatan dengan menggunakan cara rencana keadaan batas. Kekuatan dan tegangan yang digunakan tidak boleh melebihi nilai-nilai yang diberikan pada pasal-pasal BMS 1.3.3. Perencanaan Kabel Analisis tegangan pada jembatan gantung, diasumsikan bahwa kekakuan balok gelagar begitu besar sehingga deformasi kabel pada jembatan gantung akiBat beban hidup dapat diabaikan, namun apabila kekakuan gelagar tidak mencukupi dan mempunyai bentang besar, deformasi tersebut tidak dapat diabaikan. Penggunaan analisis diatas untuk jembatan gantung, berpijak pada teori elastisitas. Teor’ elastisitas tersebut berdasarkan asumsi-asumsi berikut : (1) Kabel sangat fleksibel (2) Gelagar yang diperkaku (pelat-gelagar atau rangka)adalah lurus dan mendatar dengan momen inersia yang konstan pada arah memanjang, disamping menganggap gelagar yang diperkaku sebagai satu balok yang dihubungkan dengan kabel (3) Beban mati pada gelagar pengaku dan kabel dianggap sebagai beban terdistribusi merata, demikian kondisi kabel adalah parabola (4) Bentuk dan kelengkungan kabel diperhitungkan tanpa kecuali untuk pembebanan dan kelengkungan tersebut tidak berubah ordinat-ordinatnya akibat muatan-muatan lainnya. (8) Seluruh beban mati dipikul kabel dan tidak ada tegangan yang ditimbulkan pada gelagar yang diperkaku. Tegangan tersebut hanya timbul akibat beban hidup dan perubahan temperatur. 1.4. DASAR-DASAR PELAKSANAAN Jembatan gantung ini dirancang untuk dapat dirakit dilapangan dengan menggunakan metoda yang sederhana sehingga memungkinkan pelaksanaan pekerjaan dilakukan ditempat-tempat jauh dan terpencil BAB II BAGIAN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG 2.1. 24.4, 21.2. 21.3. BANGUNAN ATAS JEMBATAN Bangunan atas jembatan seperti dijelaskan diatas memikul langsung beban lalu lintas yang melewati jembatan tersebut, terdiri dari berbagai komponen yang akan dijelaskan berikut ini. Lantai Jembatan Berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati jembatan serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang melalui gelagar-gelagar melintang, Pelat lantai ini dapat terdiri dari pelat panel - pelat panel yang dipasang diantara gelagar memanjang ataupun cor setempat. Panel ini berfungsi sebagai bekisting pada pengecoran pelat lantai. Pelat lantal dari beton ini mempunyai ketebalan total 20 cm Gelagar Memanjang Berfungsi sebagai pemikul lantai jembatan. Gelagar ini berupa baja profil - | dan dipasang dengan jarak 1.40 meter. Gelagar ini merupakan komposit dengan pelat beton dan disambungkan dengan shear connector jenis paku yang dilas pada gelagarnya. Syarat material profil ini diterangkan pada bab selanjutnya. Gelagar memanjang diperhitungkan sebagai balok menerus yang menumpu diatas tumpuan- tumpuan berupa gelagar-gelagar melintang. Dimensi gelagar memanjang yang digunakan pada semua bentang adalah IWF-300.200.8.12 Gelagar Melintang Berfungsi sebagai pemikul gelagar memanjang. Gelagar ini menumpu diatas gelagar pengaku atau langsung dipikul oleh batang penggantung, Gelagar melintang ini berupa rangka baja _ dengan jarak satu dan lainnya adalah 2 meter dan diperhitungkan sebagai balok sederhana yang menumpu diatas 2 (dua) tumpuan. Untuk semua bentang, dimensi gelagar melintang yang dipakai adalah: Batang atas 2L-100.100.10 Batang Diagonal 2L-120.120.20 Batang Bawah 2L-150.150.18 Batang Tegak 2L-100.100.20 |. Gelagar Pengaku Pengaku ini dipasang pada tepi luar gelagar memanjang berfungsi sebagai pengaku dan menahan gaya angin. Gelagar ini berbentuk rangka dengan dimensi sebagai berikut : Bentang | Batang Atas dan Bawah | Batang tegak | Batang Diagonal 30m 2C-300.100.10.16 2L-70.70.7 2L-50.50.5 60m 2C-300.100.10.16 2L-70.70.7 2L-60.60.6 90m 2C-300.100.10.16 2L-80.80.10 21-60.60.6 120m 2C-380.102.13,5.16 | 2L-100.100.12 2L-80.80.8 . Batang Penggantung (Hanger) Berfungsi sebagai pemikul gelagar utama dan pelat lantai serta melimpahkan beban-beban dan gaya-gaya yang bekerja pada kabel utama Batang penggantung ini berupa strand rope 64 0 (7x37) sedang untuk sambungan antara Batang Penggantung dengan kabel utama digunakan klemp penggantung (hanger clamp) . Kabel Utama Berfungsi memikul bangunan atas melalui batang-batang penggantung serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke tiang/pylon pemikul dan blok angker. Kabel utama berupa strand rope dengan diameter : bentang 30m diameter 6x44 mm (7 x 19) kelas A bentang 60m diameter 6x60 mm (7 x 87) kelas A bentang 90m diameter 7x70 mm (7 x 37) kelas A bentang 120m diameter 10x70 mm (7 x 37) kelas A Syarat material strand rope diterangkan pada bab selanjutnya. Kabel angin (Storm Rope) Berfungsi memikul gaya angin yang bekerja pada bangunan atas. Biasanya kita menggunakan strand ropes untuk kabel angin ini Pada kabel engin ini digunakan strand rope dengan dimensi untuk setiap bentang sebagai berikut 21.8. 21.9. 2.2. 221. - Bentang 30m — diameter 18 mm ( 7x7) kelas A = Bentang 60m — diameter 28 mm ( 7x7) kelas A - Bentang 90m — diameter 30 mm ( 7x7) kelas A - Bentang 120m diameter. 32 mm (7x7) kelas A ‘Tambatan Angin (Bracing) Berfungsi sebagai pengaku dan pada jembatan gantung ini menggunakan profil siku. Berikut ini diberikan dimensi bracing untuk setiap bentang, = Bentang 30m 2L - 50.50.5 = Bentang 60m 2L - 80.80.10 = Bentang 90m 2L - 100,100.10 = Bentang 120m 2L - 100,100.10 Sandaran Berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki. Direncanakan menahan gaya 100 kg/m setinggi 90 cm dari lantai trotoar dengan jarak tiang sandaran 200 cm. Tiang sandaran dengan trotoar terbuat dari beton bertulang dan untuk sandarannya dari pipa besi dengan diameter 2.5", serta parapet dari pelat bes. BANGUNAN BAWAH JEMBATAN Merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas serta melimpahkan seluruh beban dan gaya-gaya yang bekerja ke pondasi jembatan. Bangunan bawah jembatan terdiri dari komponen-komponen berikut : Menara / pylon Berfungsi sebagai penumpu kabel utama dan gelagar utama, serta melimpahkan beban dan gaya-gaya yang bekerja melalui struktur pilar atau ke pondasi, * Menara ini berbentuk rangka portal dengan kolom berupa profil heavy coloum baja dan balok portal berupa rangka baja profil Tinggi menara tergantung dari bentang jembatan. Menara bertumpu pada pondasi menara yuang terbuat dari beton. Menara bersama-sama pondasi harus mampu memikul beban vertikal, horisontal dan momen yang maksimum. Berikut diberikan dimensi kolom dan portal yang digunakan pada jembatan gantung ini 2.2.3. 22.2. 22.4, Bentang Tiang Menara Portal Menara 30 m H-25 C-300.300.11.17 60m H-70 C-300.300.11.17 90 m H-70 C-300,300.11.17 120m H-70 C-300.300.11.17 Kwadrant Berfungsi menahan gaya tarik kabel utama. Kwadrant ini terbuat dari baja profil dan pelat_yang dirangkai berbentuk 1/4 lingkaran dengan bidang kontaknya memenuhi 3/4 luasannya. Kwadrant ini ditahan oleh sengi dan kabel diangkur dengan arah tegak Iurus permukaan horisontal tanah. Dimensi kwadrant ini ditentukan berdasarkan keamanan terhadap geser, guling dan gaya angkat (uplift) maksimum yang bekerja pada kabel. Berikut diberikan dimensi jarijari kwadrant yang dipakai. 30 m IWF - 200.100.5,5.8 60 m IWF - 250.125.6.9 90m IWF - 244.175.7.11 120 m IWF - 298.201.9.14 Blok Angker Angker pada kabel utama ini sangatlah penting karena berfungsi sebagai penahan ujung-ujung kabel utama dari kwadrant serta melimpahkan gaya-gaya yang dipikulnya ke pondasi blok angker. Pondasi Pondasi disini yaitu pondasi menara dan pondasi blok angker yang berfungsi memikul menara dan blok angker serta melimpahkan beban dan gaya-gaya yang bekerja ke lapisan tanah pendukung 10 BAB III PERSYARATAN MATERIAL BAJA KONSTRUKSI Baja Konstruksi yang dipergunakan untuk seluruh komponen jembatan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam persyaratan umum untuk bahan bangunan di Indonesia serta sesuai AASHTO M-183 mengenai persyaratan Baja Konstruksi. Baja konstruksi pada komponen jembatan khususnya pada balok gelagar memanjang dan balok gelagar melintang yaitu baja profil dengan mutu Bj 41 dan tegangen leleh (Fy) = 250 MPa serta tegangan tarik (Fu) = 400 MPa sesuai dengan standar ASTM A709. Semua komponen baja yang akan disuplai telah: digalvanis sesuai spesifikasi AS 1650. Penyimpangan komponen-komponen jembatan harus dilaksanakan dengan baik sehingga terhindar dari kerusakan akibat tekanan yang berlebihan atau rusaknya lapisan permukaan. Komponen-komponen yang akan ditumpuk di lokasi, ditempatkan di atas balok-balok kayu yang rata dan tidak langsung di atas tanah. Setiap kerusakan atau kehilangan yang terjadi setelah komponen baja diterima oleh Kontraktor harus dilakukan pembuatan komponen yang hilang tersebut atau harus dilakukan penggantian dibawah pengawasan supervisor dengan biaya ditanggung kontraktor. BES! TULANGAN Kuat leleh tulangan fsy untuk baja polos dan ulir dari kelas Bj-24 dan Bj- 32 dengan fsy = 240 MPa dan 320 MPa Modulus elastisitas Es = 2 x 10°MPa Penulangan anyamen baja harus mengikuti AASHTO M55 KABEL Jenis kabel yang umumnya digunakan adalah : * Strand ropes * Spiral ropes ‘Ada jenis lain yang terdapat dipasaran tetapi dalam hal ini yang penting harus diperhatikan bahwa modulus elastisitas tidak kecil, penampang padat, dan penanganan mudah, Dalam hal ini kabel yang dimaksud terbuat dari baja (steel wire). Strand ropes terbuat dari untaian strand yang terbuat dari untaian kawat baja dan digunakan untuk jembatan gantung karena mudah dalam penanganan dan mudah pula mendapatkannya, Spiral ropes terdiri dari 2 macam, yang satu terbuat dari untaian kawat yang dilingkarkan sedang yang lainnya dikenal dengan sebagai LCR (Locked Coil Rope) yang terbuat dari untaian-untaian kawat baja diatas spiral rope. Dibawah ini digambarkan potongan melintang strand rope dan spiral rope. Gambar 1.a. Penampang Strand Rope ami constitution) 1x19 | 1x37 1x61 Gambar 1.b. Penampang Spiral Rope 12 BAUT Seluruh baut yang dipergunaken untuk sambungan konstruksi baja ini adalah baut tegangan tinggi dan direncanakan dengan kekuatan geser menurut AASHTO Standard Specification for Highways Bridges dan harus dikencangkan secara penuh. Type baut yang digunakan antara lain M12, M16, M20 dan M24, Jumiah baut yang dipersiapkan adalah kebutuhan baut untuk setiap jembatan ditambah 5% cadangan (untuk setiap) yang disiapkan sebagai pengganti baut yang hilang atau rusak selama pemasangan. Setiap penggantian baut termasuk mur dan ring harus dari standar mutu yang setara/ekivalen Baut, mur dan ring disuplai dalam keadaan telah digalvanis. Meskipun demikian baut-baut tersebut harus disimpan di lokasi yang tertutup dan tidak langsung diatas permukaan tanab. Hal yang perlu diperhatikan pada pengencangan baut, pertama-tama baut dikencangkan dengan menggunakan kunci pas atau kunci sejenis. Pengencangan akhir tidak boleh dilakukan sampai seluruh sambungan terpasang dengan baik dan sesuai yang ditentukan Pengencangen akhir baut dilakukan dengan menggunakan kunci pas spesial yang disediakan atau peralatan lain yang disetujui pengawas. Dalam melakukan pengencangan herus dilakukan dengan memutar mur (bukan kepala baut) dengan menggunakan kunci sok yang ukurannya sesuai. Setiap baut harus dikencangkan sampai lebar celah pada ring penunjuk beban berkisar 0.15 mm sampai 0.25 mm. EXPANSION JOINT Terdapat 2 alternatif penggunaan Expansion Joint yaitu : Jenis | : Expansion Joint Terbuka Menggunakan baja siku ukuran 90 x 90 6 diameter angker 1" dan diberi spasi maksimum sebesar 3 cm dengan bahan baja kelas A sesuai AASHTO M 120 Jenis It: Expansion Joint Tertutup Menggunakan asphaltic plug dengan daerah muai sekitar 30 - 50 mm Material : Bahan Pengikat (binder) BJ 200 (Polymer modified bituminious material) dengan spesifikasi sebagai berikut Softening pont - > 65°C 13 Flow resistance - < 5 % (BS 2499) Cone penetration - < 40 dmm (pada 25 °C, 150 g, 5 sec-ASTM D 217) Extension test - Pass 3 cycle of extension to 50%, rate 3.2mm/h, - 5°C (ASTM D 1190/BS 2499) Agregat, untuk ini disyaratkan bahwa agregat yang dipakai harus single size 20 mm. Jenis agregat ini harus merupakan bahan pilihan dari basalt, gabro atau granit dan termasuk dalam daftar BS 821 dan mempunyai karakteristik sebagai berikut : - Aggregate Impact Value <15 - Aggregate Crush Value < 20 - Aggregate Abrasion Value <8 - Polished Stone Value > 55 - Flakiness Index > 25 - Shape and Size Index per BS 594 < 60 BETON Berdasarkan kuat tekan karakteristik beton pada umur 28 hari, fc’ telah mencapai 25 MPa. - Density (kepadatan) beton sebesar 2500 kg/m® - Poison Ratio : 0.2 Semua material yang dipakai dalam campuran agar menghasilkan kekuatan seperti yang disyaratkan yaitu Semen - sesuai ketentuan dan syarat yang ditentukan dalam NI-8 Agregat halus (pasir) - harus berupa butiran halus yang tajam dan keras serta tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca. Agregat halus tersebut tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering) dan bahan-bahan orgaris. Agregat kasar (kerikil dan batu pecah) - harus berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu. Agregat kasar ini harus bersifat keras dan tidak berpori serta tidak mudah pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Air- tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau baja tulangan. Bahan Pembantu - untuk memperbaiki mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan ataupun untuk maksud-maksud lain, dapat dipakai bahan-bahan pembantu, Jenis dan jumlah bahan pembantu yang dipakal harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi BAB IV PERSYARATAN PELAKSANAAN PERSIAPAN BANGUNAN BAWAH Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan berkeitan dengan kondisi lapangan yaitu Arah jembatan diusahakan melintang sungai atau tebing dengan arah 90° atau diambil jarak terpendek. Tempatkan pondasi tiang pada bagian tanah yang sudah stabil dan aman terhadap erosi. PEMASANGAN KWADRANT Kwadrant dipasang diujung side span berfungsi menyalurkan gaya tarik kabel. Perletakan kwadrant berupa sendi dan kabel yang ditahan diatasnya selanjutnya ditahan oleh angkur yang dipasang pada blok angkur. Blok angkur ini dipasang tidak ditanam mati tetapi dapat tetap dilakukan pemelinaraan. Ujung kabel yang telah melewati kwadrant ditarik secara tegak lurus oleh angkur sehingga blok angkur yang diperlukan harus dapat menahan gaya angkat (uplift) PEMASANGAN MENARA Pada pemasangan menara yang harus diperhatikan antara lain : - Pondasi menara diperhitungkan mampu menahan gaya vertikal maksimal sesuai dengan bentang, serta dipersiapkan angker pondasi. Portal menara dirangkai dibawah dengan memperhatikan sambungan- sambungan antara kolom, balok serta sambungan momen pada balok. PEMASANGAN KABEL UTAMA Pada pemasangan kabel utama melalui tahap-tahap sebagai berikut : - — Rangkaian kabel utama - Pada ujung kabel utama dipasang ikatan spancrew dan harus melewati kwadrant. 45. 46. - _ Ujung kabel utama ditarik dengan katro! sampai ke seberang, - Memasukkan angker baut dan pasang ke angker yang telah tertanam di beton angker kedalam spancrew di kedua belah ujungnya. e Mengangkat kabel utama dengan katrol sehingga terletak pada dudukan kabel (saddle) diatas tiang menara. - Setel spancrew sehingga lengkungan kabel sesuai kedudukan lengkungannya. Untuk menentukan kedudukan lengkungan kabel utama (dinaikkan 20 om) dengan cara sebagai berikut : a. _Ukur dari sepatu kolom keatas setinggi 1.15 meter dikedua tiang menara dan diberi mistar, waterpass ditembakkan ke tiang penyangga satunya, menjadi gars visir sekaligus garis arah nivo. b. —_ Kedudukan lengkungan kabelterbawah harus menyinggung garis, visir tersebut. PEMASANGAN PENGGANTUNG Penggantung dipasang pada kabel utama dengan terlebih dahulu memasang pelat penyambung antara kabel utama dengan penggantung. Masukkan ujung penggantung (terlebih dahulu pasang mur dan ring) pada lubang pelat penggantung kemudian dipasang mur. Penggantung dipasang dengan jarak antara sejauh 4 meter. Ujung penggantung ini dinubungkan dengan gelagar pengaku, Pada gambar detail akan terlihat hubungan antara penggantung ini dengan batang atas dan batang tegak rangka gelagar pengaku. PEMASANGAN GELAGAR PENGAKU DAN GELAGAR MELINTANG Gelager pengaku ini dapat dipasang dengan menggunakan perancah atau secara kantilever. Pemasangan dengan menggunaken perancah dapat dilakukan pada kondisi : * — Kondisi profil sungai datar atau tidak dalam * —_Arus tidak besar jika banjir (tidak membahayakan) * — Biaya pembuatan perancah relatif lebih murah. Tidak tersedianya tenaga terlatih, Pemasangan secara kantilever dlakukan pada koncisi Keadaan aliran sungai buruk dan berbahaya jika dipasang perancah ditengah sungai (sering banjir) * Profil sungai dalam * Mempunyai bentang jembatan pemberat lebih besar atau sama dengan jembatan yang dipasang 16 47. 4.8. * Jalan penghubung (oprit) yang tersedia cukup untuk menempatkan jembatan pemberat dan timbunan / galian tanah dibelakang kepala jembatan (gelagar pengaku) memungkinkan untuk konstruksi jembatan pemberat * — Tersedianya tenaga-tenaga terlatih Dapat pula dilakukan secara semi kantilever yaitu kombinasi pemasangan dengan perancah dan kantilever. Hal ini dapat dilakukan pada kondisi : * Jembatan (gelagar pengaku) terdiri dari satu bentang dan kesulitan peminjaman jembatan pemberat * — Sebagian profil sungai masih dimungkinkan untuk pemasangan perancah (dangkal) * Tempat untuk jembatan pemberat pada oprit terlalu pendek karena trase jalan penghubung dekat jembatan membelok tajam atau terjal. Pada pemasangan gelagar pengaku ini bersamaan pula dengan pemasangan gelagar melintang pada setiap jarak 4 meter. Seperti disebutkan diatas, ujung penggantung dipasang pada gelagar pengaku dimana pada gelagar pengaku tersebut terpasang pula gelagar melintang. Pada pemasangan ini, dapat sekalian dipasang juga rangkaian tambatan angin. PEMASANGAN GELAGAR MEMANJANG (STRINGER) Setelah pemasangan gelagar melintang selesai selanjutnya dilakukan pemasangan gelagar memanjang (stringer). Pemasangan gelagar memanjang ini dengan menagunakan stud dan jarak antara gelagar adalah 1.40 meter. Diatas profil stringer ini disiapkan voute setinggi +4 cm untuk perkuatan hubungan pada pemasangan lantai kendaraan. PEMASANGAN KABEL ANGIN (STORM ROPE) - _ Dipasang kabel angin pada kedua ujung balok melintang sejarak 1/4 panjang bentang dari kedua ujung jembatan, Pada ujung kabel angin tersebut dipasang spancrew yang selanjutnya disambungkan pada angker telah tertanam dalam blok angker kabel angin. Stel kabel angin tersebut dengan cera memutar spancrew sehingga keduduken balok melintang simetris dan kabel angin telah kencang. 17 4.9. PEMASANGAN LANTAI KENDARAAN Tebal lantai kendaraan adalah 20 cm terbuat dari pelat beton. ‘Terdapat 3 (tiga) hal penting pada penggunaan lantai kendaraan pelat beton yaitu : a. Mengadakan pemeriksaan bahan-bahan konstruksi beton (agregat, semen, bahan tambahan/adcitive, besi bertulang) b. Mengadakan pemeriksaan Benda uji sampai mendapatkan angka kekuatan tekan beton karakteristik untuk setiap tahap pekerjaan. ©. Cara pelaksanaan dan peralatan yang dipakai selama proses pengecoran beton, Metoda pengecoran dianjurkan dalam dua arah dari tempat perletakan. Pengecoran dapat dimulai dari dua arah ujung bentang jembatan dan berhenti di tengan bentang atau sebaliknya, Metoda ini mungkin lebih baik dibandingkan degan cara pengecoran satu arah karena tegangan-tegangan yang timbul pada konstruksi jembatan waktu pengecoran lantai beton akan terjadi bersamaan yaitu akan diterima oleh gaya lintang terbesar bila dimulai dari dua ujung bentang jembatan. BAB V PEMELIHARAAN Pemelinaraan yang bersifat pencegahan adalah dengan tidak membebani jembatan diluar batas kapasitas yang dijinkan. Pemelinaraan rutin yang dianjurkan untuk mencegah hal-hal dibawah ini a. Pencegahan terhadap kerusakan karena karat Periksa secara rutin spanscrew dan lumasi baut-bautnya dengan gemuk/grease agar tidak terjadi karat. Pengecatan kembali secara periodik terhadap semua komponen yang perlu dicat jangan sampai ada permukaan Komponen yang tidak tertutup cat. Pencegahan terlepasnya mur-mur penting Mur baut perlu diperiksa secara rutin dan kencangkan bila ada yang kendor. Baut yang paling penting antara lain : Baut-baut klem hanger pada balok kabel utama. Baut-baut pengikat rangka lantai pada hanger. Baut-baut pengikat rangka lantai jembatan. Baut-baut pengikat sandaran. Baut-baut lainnya Penggantian komponen karena keausan ‘Segera mengganti papan lantai yang telah rusak, Periksa keadaan semua kabel mulai dari kabel utama dan kabel angin. Kabel yang rusak dimulai dari lepasnya kawat-kawat (strands) dari ikatannya. Pemeriksaan dan pengamatan kabel terutama bagian diatas dudukannya di puncak tiang penyangga, lumasilah bagian ini secara teratur karena bagian ini terjadi gesekan-gesekan. Pemeliharaan tanah dan lingkungan jembatan. Periksa kondisi tanah pada pondasi-pondasi khususnya pondasi angkur block dan tiang penyangga. Perubahan letak pondasi berarti tidak kuatnya tanah dasar. Periksa terhadap kemungkinan tanah longsor yang mengancam pondasi dan setera lakukan tindakan pencegahan bila ada Dibawah ini diterangkan beberapa hal yang menyangkut mengenai perbalkan Baja Konstruksi sehubungan dengan masalah perawatan. 19 Pelat baja yang bengkok sedikit dapat diluruskan dengan menggunakan dongkrak dan penahan serta bantuan palu. Sebelum perakitan, komponen kecil seperti misalnya : ikatan angin dan pipa sandaran yang rusak sewaktu diangkut atau diangkat, boleh diluruskan dengan dipanaskan. Hal ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dibawah pengawasan tenaga ahi, - Besi tidak boleh dipanaskan lebih dari 650° C dimana hal ini ditandai dengan adanya warna merah keabu-abuan pada besi. Pemanasan harus dilakukan secara merata dan setelah besi diluruskan (dengan dipukul atau didongkrak), harus dilakukan pendinginan secara bertahap. Komponen - komponen utama, seperti balok baja dan pelat penyambung yang mengalami rusak berat sebelum dirakit, tidak boleh dipakai dan diganti baru. Seperti diterangkan diatas pengecatan secara periodik dianjurkan sebagai pencegahan terhadap karat. Berikut diberikan prosedur yang harus dilakukan pada saat diberikan pelapisan tambahan yaitu : * — Bersihkan dari oli atau gemuk atau bintik-bintik karat dengan bahan pelarut atau bahan pembersih ‘Ampelas atau sikat seluruh permukaan untuk menghilangkan semua kotoran tetapi lapisan seng dibiarkan tinggal. Cuci seluruh permukaan dengan air bersin dan biarkan kering. Laburkan cat diatas lapisan seng dengan bahan dasar logam yang cocok digunakan pada permukaan bergalvanis. Pengecatan harus dikerjakan secara menyeluruh sampai kesudut pertemuan. pelat sampai sekitar mur dan baut. Permukaan besi harus kering dan bersih dan sebaiknya pengecatan dilakukan dengan penyemprotan atau dengan kuas dalam satu lapis dengan ketebalan yang sama untuk mencegah terjadinya gelombang atau menggelembung. KODE GAMBAR TBI 30GR1/11 TBI 30GR2/11 TBI 30GR3/11 TBI 30GR4/11 TBI 30GR5/11 TBI 30GR6/11 TBI 30GR7/11 TBI 30GR8/11 TBI 30GR9/11 TBI 30GR10/11 TBI 30GR11/11 TBI 60GR1/11 ‘TBI 60GR2/11 TBI 60GR3/11 TBI 60GR4/11 TBI 60GR5/11 TBI 60GR6/11 TBI 60GR7/11 TBI 60GR8/11 TBI 60GR9/11 TBI 6OGR10/11 TBI 60GR11/11 TBI 90GR1/11 TBI S0GR2/11 TBI 90GR3/11 TBI 90GR4/11 TBI 90GR5/11 TBI 90GR6/11 TBI 90GR7/11 TBI 90GR8/11 TBI 90GR9/11 TBI 90GRI10/11 TBI 90GR11/11 TBI 60GR1/11 TBI 60GR2/11 DAFTAR - GAMBAR KETERANGAN Denah Tampak dan Potongan Jembatan Bentang 30 M Denah, Tampak dan Potongan Plat Lantai Kendaraan Bentang 30 M Detail Rangka Melintang Bentang 30 M Detail Rangka Pengaku Bentang 30 M Tambatan Angin Bentang 30 M Detail Penggantung dan Kabel Bentang 30 M Detail Waltermur Bentang 30 M Deatil Tower Bentang 30 M Detail Saddle Bentang 30 M Detail Kwadrant Bentang 30 M Blok Angkur Kabel Utama dan Blok Angkur Kabel Angin Bentang 30 M Denah Tampak dan Potongan Jembatan Bentang 60 M Denah, Tampak dan Potongan Plat Lantai Kendaraan Bentang 60 M Detail Rangka Melintang Bentang 60 M Detail Rangka Pengaku Bentang 60 M Tambatan Angin Bentang 60 M Detail Penggantung dan Kabel Bentang 60 M Detail Waltermur Bentang 60 M Deatil Tower Bentang 60 M Detail Saddle Bentang 60 M Detail Kwadrant Bentang 60 M Blok Angkur Kabel Utama dan Blok Angkur Kabel Angin Bentang 60 M Denah Tampak dan Potongan Jembatan Bentang 90 M Denah, Tampak dan Potongan Plat Lantai Kendaraan Bentang 90 M Detail Rangka Melintang Bentang 90 M Detail Rangka Pengaku Bentang 90 M ‘Tambatan Angin Bentang 90 M Detail Penggantung dan Kabel Bentang 90 M Detail Waltermur Bentang 90 M Deatil Tower Bentang 90 M Detail Saddle Bentang 90 M Detail Kwadrant Bentang 90 M Blok Angkur Kabel Utama dan Blok Angkur Kabel Angin Bentang 90 M Denah Tampak dan Potongan Jembatan Bentang 60 M Denah, Tampak dan Potongan Plat Lantai Kendaraan Bentang 60 M at 36. 37. 38. 39. 40. at 42 43. 44, TBI 60GR3/11 TBI 60GR4/14 TBI 60GRS5/11 TBI 60GR6/11 TBI 60GR7/11 TBI 60GR8/11 TBI 60GR9/11 TBI 60GR10/11 TBI 60GR11/114 Detail Rangka Melintang Bentang 60 M Detail Rangka Pengaku Bentang 60 M ‘Tambatan Angin Bentang 60 M Detail Penggantung dan Kabel Bentang 60 M Detail Waltermur Bentang 60 M Deatil Tower Bentang 60 M Detail Saddle Bentang 60 M Detail Kwadrant Bentang 60 M Blok Angkur Kabel Utama dan Blok Angkur Kabel Angin Bentang 60 M 22

Anda mungkin juga menyukai