Anda di halaman 1dari 16

“Agar Buahnya Besar-besar dan Pohonnya Tinggi, Tanaman

Cabe Harus Dirempel…” Benarkah??


taniorganik.com/agar-buahnya-besar-besar-dan-pohonnya-tinggi-tanaman-cabe-harus-dirempel-benarkah/

share

“Agar Buahnya Besar-besar dan Pohonnya Tinggi, Tanaman Cabe Harus Dirempel…” Benarkah??

Dulu, sewaktu saya masih muda perjaka, saat pertama belajar budidaya cabai, ada sepenggal nasihat yang seolah
masih terngiang di telinga saya sampai sekarang — seorang pak Petani cabai (yang kebunnya tidak jauh dari kebun
cabai saya) memberi “wejangan” kepada saya (dalam bhs. Sunda) yang bunyinya seperti ini:

“Cep, upami cabena hoyong leubeut sareng tangkalna jangkung mah, cobi dikepel tah sirung-sirung liar nu
dihandapna…“

Begitulah ucap si Bapak dengan penuh bimbingan kepada saya. Saya waktu itu manggut-manggut saja… “ Oh
muhun kitu pak?” sahut saya meyakinkan. “ Leres, Cep…” jawab si Bapak. “ Inilah sebuah ilmu“, pikir saya waktu itu.
Tanpa banyak komentar, saya pun melakukan apa yang dinasehatkan si Bapak.

Bila kita translate wejangan atau petuah si Bapak ke


bahasa Indonesia, bunyinya kurang lebih begini:
“Nak, kalau tanaman cabenya ingin berbuah lebat Gambar 1. Tanaman cabai kami umur satu bulan lebih seminggu, tingginya
dan pohonnya tinggi, coba dirempel tunas-tunas liar sudah mencapai 60-65 cm, bahkan sepertinya ada yang mencapai 80 cm.
Menakjubkan..!
yang ada di bagian bawahnya“.

Gambar 2. Tidak ada “trik khusus” yang kami terapkan untuk melejitkan pertumbuhan tanaman sebongsor ini,
tidak ada perempelan dan tidak ada resep rahasia untuk pupuk kocornya, namun kami rutin menerapkan POC
BMW yang di dalamnya mengandung “suplemen khusus” untuk menggenjot pertumbuhan tanaman.

Perempelan pada tanaman cabai tidak lain adalah membuang/memangkas tunas-tunas muda yang muncul di
bawah percabangan utama tanaman. Praktik ini bukan hal yang asing bagi masyarakat petani cabai, bahkan
mungkin sudah dianggap “tradisi wajib” lintas generasi yang mana jika tidak dilakukan akan dianggap “aneh”. Istilah
“rempel” dikenal juga dengan “wiwil”, dan di berbagai daerah memiliki istilahnya masing-masing. Di Sunda sendiri
dipanggilnya “kepel”.

Seolah semua sepakat, tujuan utama dari perempelan atau pewiwilan sejatinya adalah untuk memaksimalkan
perkembangan buah, dan mendorong tanaman untuk tumbuh lebih tinggi. Secara teori, membuang tunas-tunas liar
artinya memang menghemat atau mengefisienkan konsumsi hara oleh tanaman dari “sektor-sektor” yang dianggap
pemborosan atau kurang produktif. Dengan demikian, penyaluran dan penggunaan hara akan terfokus ke sektor-
sektor lain yang lebih vital, terutama pada buah. Dampak dari pemangkasan tunas-tunas samping/lateral ini pun
akan memacu peran hormon apikal, sehingga mendorong pertumbuhan tanaman ke atas alias tanaman menjadi
1/16
lebih tinggi.

Seberapa Efektif Perempelan Itu?

Seiring berjalannya waktu, berahun-tahun saya menghabiskan waktu mempelajari budidaya cabai. Puluhan kali
menanam cabai di berbagai wilayah, tak lupa belajar kesana-kemari menyatroni pelosok-pelosok sentra budidaya
cabai. Jauhnya jarak yang ditempuh dan ekstrimnya cuaca tidak menjadi kendala bagi saya. Berbagai pengalaman
berharga saya dapatkan. Alhamdulillah, semakin hari “ilmu budidaya cabai” pun saya rasakan banyak peningkatan,
jauh lebih matang dibandingkan pertama saya belajar.

Berbekal itulah, saya banyak menelaah mengapa tanaman cabai yang dibudidayakan para petani di berbagai
daerah saat ini rata-rata memiliki pertumbuhan yang sangat miris. Meskipun “ritual” rempel selalu ditunaikan, namun
pertumbuhan tanaman tetap saja unyil alias kerdil, selain buahnya tidak berkualitas.

Gambar 3. Perempelan tiadalah banyak membantu pada pertanian kimia murni, di mana pestisida kimia (baik
insektisida maupun fungisida) diterapkan secara konsisten, yang membuat pertumbuhan tanaman menjadi kerdil
dan “unyil”…

Gambar 3 di atas adalah lahan cabenya Pak Aan di Tasikmalaya, Jabar. Saat kami mencoba menemuinya,
pak Aan yang konon sudah hampir 20 tahun bergelut dengan cabai, mengeluh bahwa semakin hari kualitas
budidaya cabainya terus merosot. Selain tanamannya rentan sekali terhadap hama dan penyakit, tinggi
pohonnya pun bikin nggak pede, padahal perempelan selalu dipaktekkan. Tengok saja, pada usia 2,5 bulan,
tinggi tanaman pak Aan hanya mencapai 60-70 cm, dan itu kecil sekali kemungkinannya untuk naik lagi
pada bulan-bulan berikutnya. Untuk mencapai tinggi 1 m saja pada akhir musim, sulitnya minta ampun. Ada
apa ini??

Sahabat Organik, ada satu hal yang penting disadari oleh Sahabat semua mengenai besarnya pengaruh pestisida
kimia terhadap pertumbuhan tanaman, khususnya tanaman cabai. Dari kajian intensif dan pengalaman kami yang
diperoleh di lapangan, penggunaan pestisida kimia pada tanaman secara terus menerus apalagi dengan dosis
tinggi, memberi efek negatif pada tanaman itu sendiri. Dampak langsung yang bisa terlihat adalah mandeknya
pertumbuhan tanaman pada usia muda, di mana tanaman kesulitan untuk tumbuh lebih besar dan tinggi, daun
menjadi mengkerut, menebal namun kaku, ukuran daun kecil-kecil dan warnanya hijau gelap, minimnya tunas baru,
menurunnya produktivitas bunga dan buah, dan pendeknya umur tanaman. Dampak berikutnya, tanaman juga
mudah sakit-sakitan, hal ini karena daya tahan tanaman terhadap hama dan penyakit menjadi rendah.

Gambar 4 berikut ini adalah tanaman cabai pak Aan yang sudah KO terserang busuk batang. Di lahan
sekitar 1/2 ha ini, sekitar 30% populasi sudah terkena busuk batang. Pak Aan sudah mengupayakan dengan
berbagai macam obat kimia “super mahal” sejak awal tanam untuk “melindungi” tanamannya, namun
hasilnya bagaikan mimpi. Terlihat oleh Sahabat bagaimana belangnya plastik mulsa bedengan pak Aan
dengan tetesan-tetesan pestisida kimia dosis tinggi, belum lagi baunya yang sangat menusuk…

Gambar 4. Pestisida kimia bukan hanya beracun bagi manusia dan mahluk hidup lainnya, namun juga membuat
tanaman tumbuh merana dan sakit-sakitan.

Sekarang mari tengoklah pada mulsa kami dan juga penampakan daun tanaman kami pada Gambar 5 di
bawah ini, nampak bersih dan mulus bukan? Kami memang TIDAK MELIBATKAN SATU TETES PUN
PESTISIDA KIMIA, baik insektisida maupun fungisidanya, karena kami hanya menggunakan produk-produk
berbasis organik yang tidak lebih dari 2 macam saja. Dan jika Sahabat organik berkunjung ke kebun kami,

2/16
kami jamin Sahabat tidak akan menutup hidung karena tidak ada aroma menyengat seperti pestisida kimia.
Kebun kami begitu segar dan terbebas dari polusi udara yang bikin pengap dan menusuk jantung dan paru-
paru itu…

Gambar 5. Tanaman kami (usia 27 hari) dengan pertumbuhan cabang yang banyak dan prima, aduhai sayang
kalau harus kami rempel, karena dari sana pun insya allah akan melahirkan bulir-bulir emas yang berharga.
Perhatikan juga, tanaman kami dan mulsa kami begitu bersih dari noda-noda kimia…

Seperti yang diutarakan di atas, tidak ada “trik khusus” yang kami terapkan untuk melejitkan pertumbuhan tanaman
kami ini. Tidak ada perlakuan rempel dan tidak ada resep rahasia untuk pupuk kocornya, namun kami rutin
menerapkan POC BMW (disemprot dan dikocorkan) yang di dalamnya mengandung “suplemen khusus” untuk
menggenjot pertumbuhan tanaman. Itulah yang membedakan.

Jadi, Apakah Tanaman Saya Harus Dirempel atau Dibiarkan Gondrong..?

3/16
Sebetulnya tidak ada yang melarang tanaman Sahabat mau dirempel atau tidak. Itu hak prerogatif Anda… hehehe.
Hanya saja Sahabat harus faham bahwa perempelan memang membantu meningkatkan kualitas buah dan
membantu meninggikan tanaman, tetapi itu untuk tanaman yang memang “kurang gizi” alias pasokan nutrisinya
tidak berkualitas atau bermasalah. Namun bila pasokan nutrisinya amat bergizi, mencukupi dan terserap dengan
baik oleh tanaman, sepertinya perempelan – menurut kami – justru suatu tindakan yang “aneh”…

Nah, dalam kasus pertumbuhan tanaman cabe kami yang pesat seperti terlihat pada gambar, praktik perempelan
amat tidak diperkenankan, karena artinya membuang peluang produksi tambahan. Toh, cabang-cabang yang
tumbuh subur akan menghasilkan buah-buah berkualitas juga… insya Alloh…

Gambar 6. Pada usia 38 hari, pertumbuhan tanaman tampak bongsor, tegap dan kompak. Masing-masing
memiliki cabang sekunder antara 3-5 buah dengan diameter yang nyaris sama dengan batang induk. Dengan
asupan nutrisi yang “bergizi”, pertumbuhan tanaman tetap tinggi meskipun bercabang banyak.

Pada artikel sebelumnya (Pupuk Kimianya Tiga Sendok Saja per Drum, Kok Tanaman Cabenya Montok??)
kami telah sampaikan bahwa pemupukan kimia untuk lahan cabe ini hanya 3 sendok makan saja per 1 drum
(100 liter air). Memang seperti main-main karena irit sekali, tapi alhamdulillah pertumbuhan tanaman
berbicara lain…

Perlu diketahui juga bahwa untuk penanggulangan hama dan penyakitnya, kami hanya mengandalkan dua macam
produk organik saja yakni ANTILAT (insektisida organik) dan NOPATEK (fungisida organik).

Bila pembaca ada yang ingin ditanyakan, sikalan kontak saya di:

Telp/SMS: 0812-1456-296

WhatsApp: 0896-3416-0281

Email: r_r4f@yahoo.com

SILAKAN KEBET ARTIKEL LAINNYA DARI SERI INI:

1. Fantastis. Baru Umur Sebulan, Pertumbuhan Tanaman Cabe Seperti Sudah Berumur 2 Bulan !
2. Pupuk Kimianya Tiga Sendok Saja per Drum, Kok Tanaman Cabenya Montok??
3. Perkembangan Budidaya Cabai Keriting Mas Zainik (Depok, Jabar)
4. Belajar Bertani Cabe Keriting, Usaha Sambilan Orang Kantoran – Depok, Jawa Barat

***

Terimakasih sahabat Tani Organik atas kunjungannya. Kalau artikel kami ini bermanfaat untuk sahabat jangan pelit
ya untuk men-share di Facebook atau Twitter. Ditunggu pula partisipasi sobat semua untuk mengisi komentar di
bawah.

UNTUK KONSULTASI ATAU PEMESANAN PRODUK, SILAKAN MENGONTAK KAMI MELALUI:

4/16
SMS/Telp: 0821-1547-5387
WhatsApp: 0896-6673-9495
BBM: 53551D73
Email: orderbmw2@gmail.com

*****

KESAKSIAN HASIL APLIKASI


Berikut ini kami tampilkan sebagian hasil aplikasi Pupuk Organik Cair POC BMW dari berbagai kota. Nampak
bahwa Pupuk Organik Cair POC BMW memberi pengaruh yang luar biasa pada pertumbuhan tanaman, kuantitas
dan kualitas hasil panen.

Cabe merah berbuah super lebat (Bpk Agus, Banyuwangi). Penyemprotan dengan POC BMW yang
mengandung hormon buah yang tinggi.

5/16
Padi menjadi bernas dan padat setelah penyemprotan dengan POC BMW (bpk Asdar, Kab. Sinjai, SulSel).
Hama wereng dan penyakit kresek/merah tidak menjadi kendala lagi saat POC BMW digabung dengan
ANTILAT.

6/16
Tidak rumit untuk merangsang tanaman buah kita berbuah, cobalah kita pak Yudi, Tasikmalaya. Dalam
melebatkan jambu jamaica-nya, yaitu dengan mengocorkan Kocor BMW dan POC BMW ke sekitar akar.

7/16
Menyulap lahan tandus menjadi gembur, bunga cabai pun bersemi dan buah pun bermunculan.
Alhamdulillah, aplikasi POC BMW tidak sia-sia…

8/16
Panen kacang panjang dan mentimun yang melimpah (kang Agung, Sukabumi). Murni organik,
mengandalkan pupuk kandang yang direndam dan dikasih POC BMW.

9/16
Cabe rawit (pak Rachmad, Parepare, SulSel) menjadi super lebat setelah 2x penyemprotan POC BMW.
Bandingkan dengan kondisi sebelumnya (pojok kiri-atas).

10/16
Pertumbuhan tanaman buncis (pak Oom di Tasikmalaya) yang dahsyat dengan dengan POC BMW seminggu
sekali. Perjuangan kami, semoga diberkahi dan tidak sia-sia…

11/16
Alhamdulillah, panen padi jauh meningkat setelah aplikasi POC BMW dengan cara disemprotkan. (Pak
Dada, Tasikmalaya)

12/16
Bpk Wayan dari Bali, tengah berpose dengan pohon cabe rawitnya yang tinggi dan berbuah lebat. POC BMW
mendorong tanaman untuk tumbuh meninggi dan produktif. Efektif saat disemprotkan dan disiramkan ke
akar.

13/16
Berkebun tomat di pekarangan rumah pun hasilnya jempol, berbuah lebat dan ukuran buahnya super jumbo.
Bayangkan, berat 1 butirnya rata-rata 300gram lebih, jadi 1 kg isinya cuma 3 butir saja. Mantap kan? POC
BMW gitu lho…

14/16
Tanaman cabe rawit (Bpk Supriyono, Kebumen) yang terserang virus kuning/gemini (gambar pojok-kiri),
alhamdulillah pulih kembali setelah disemprot POC BMW dengan dosis tinggi, 2x lipat. Mau coba?

15/16
Penyemprotan dan pengocoran dengan POC BMW, alhamdulillah menghasilkan buah cabe merah yang
berukuran jumbo, padahal varietasnya cabe lokal biasa. (Bpk Ii di Tasikmalaya).

16/16

Anda mungkin juga menyukai