Anda di halaman 1dari 12

JARAK TANAMAN SAWIT YANG IDEAL

Mar 31, 2016 admin No Comments

Menanam sawit tidak seperti menanam tumbuhan pada umumnya. Untuk memperoleh hasil
maksimal dari tanaman palem ini dibutuhkan jarak yang disesuaikan dengan luas lahan yang
digunakan. Sawit adalah salah satu tumbuhan yang paling banyak menyerap air. Diperlukan jarak
dari satu tumbuhan ke tumbuhan lainnya agar akar tanaman tidak saling berebut unsur hara.

Menentukan kerapatan tanam sawit dianjurkan untuk meninjau ulang kondisi areal tempat
budidaya. Jarak tanam dilakukan dengan dua cara. Pertama, jika penanaman dilakukan pada
lahan gambut, maka jarak antar pohon ialah 8.50m x 7.36m dengan kerapatan pohon 160
pohon/ha. Kedua, jika sawit ditanam pada lahan mineral maka yang perlu diperhatikan lagi
adalah tipe tanah. Apakah tanah mineral tersebut merupakan tanah datar atau tanah berbukit.
Pada tanah datar, kerapatan tanaman yang baik adalah 142 pohon/ha dengan jarak 9.02m x
7.81m. Sedangkan pada tanah berbukit, kerapatan pohon yang dianjurkan adalah 132-150
pohon/ha dan tergantung pada tingkat kecuraman lahan. Jarak pohon akan bertambah apabila
lahan semakin curam. Pada lahan yang sangat curam, maka jarak antara teras menjadi 7,60m
dengan jarak antara tanaman ialah 8.77m.

Penentuan kerapatan tanaman juga harus memperhatikan faktor alam seperti intensitas matahari.
Kadar cahaya matahari yang dibutuhkan disesuaikan pada jenis tanaman sawit yang
dibudidayakan. Intensitas, kualitas serta lamanya penyinaran akan mempengaruhi pertumbuhan
akar, batang dan daun. Jika tidak diperhitungkan dengan serius, hal ini akan menyebabkan
beberapa pohon terkena sinar matahari berlebih dan juga sebaliknya sehingga mengurangi
produksi.

Pada perkebunan sawit, spasi digunakan untuk mengatur jumlah pohon yang ditanam setiap
meternya. Jumlah tanaman yang terlalu padat akan menjadi penyebab turunnya produktifitas
karena ketidakmampuan tanaman melakukan proses fotosintesis dengan baik akibat tumpang
tindih antara satu pelepah dengan pelepah lainnya. Di sisi lain karena minimnya jarak, terjadi
persaingan antara satu akar dengan akar lainnya bersaing untuk merebutkan nutrisi serta unsur
hara dari tanah. Kepadatan ini juga menjadikan tingkat kelembapan lingkungan di bawahnya
semakin bertambah sehingga memicu perkembangan penyakit dan hama.

Dengan menentukan rentang dan arah baris, kita bisa meminimalisir masalah-masalah terkait
dengan intensitas cahaya. Selain itu, dianjurkan untuk membentuk pola segitiga sama sisi pada
proses penanaman sawit agar proses pemantauan mudah dilakukan. Arah baris tanam dari utara
ke selatan dianjurkan agar sinar matahari yang datang dari arah timur dan tenggelam di barat
dapat menyebar maksimal untuk setiap tanaman. Selain itu, ketika memasuki musim panen, hal
ini juga mempermudah dalam proses pengambilan dan pengangkutan buah.

Penanaman sawit sendiri tergolong tidak mudah. Jika salah menentukan kerapatan, maka areal
perkebunan menjadi tidak rapi, serta dibalik itu terjadi kerusakan akar karena perebutan unsur
hara. Untuk itu diperlukan pengukuran yang tepat agar kerapatan antar pepohonan teratur dan
ideal.

Cara Menanam Kecambah Kelapa Sawit yang Benar


Zaenal Abidin Kamis, 31 Desember 2015 Budidaya

Yang benar, penanaman kecambah kelapa sawit dilakukan terlebih dahulu di polybag. Namun
sebelumnya kecambah tersebut perlu diseleksi kualitasnya dengan memilih benih yang
berukuran 10-15 mm serta telah memiliki plumule dan radicle. Kemudian rendam kecambah ini
ke dalam larutan fungisida berkonsentrasi 0,2 persen. Barulah kecambah siap ditanam di polybag
yang berisi media tanam.

Di bawah ini panduan langkah-langkah menanam kecambah kelapa sawit!

1. Persiapan Media Tanam

Agar proses penanaman bibit kelapa sawit lebih mudah, siram media tanam di polybag memakai
air biasa sampai kondisinya menjadi jenuh. Setelah itu, buka kantong plastik kecambah dan
pindahkan kecambah-kecambah tersebut ke baki yang sudah diberi alas karung goni.
Sebelumnya karung goni ini direndam dalam larutan fungisida Thiram berkonsentrasi 0,2 persen
untuk membunuh jamur dan mencegahnya tumbuh kembali.

2. Penyeleksian Kecambah Kelapa Sawit

Kecambah kelapa sawit dikatakan normal apabila calon akar dan batangnya terlihat jelas.
Panjang kecambah berkisar antara 10-12 mm. Bagian radicule memiliki ujung yang tumpul dan
agak kasar, sedangkan bagian plumule mempunyai ujung tajam layaknya tombak.

Kebalikannya, ciri-ciri kecambah sawit yang tidak normal yaitu mempunyai calon akar dan
batang yang berwarna coklat, kondisinya patah, atau ukurannya terlalu panjang. Kecambah yang
sudah terserang cendawan juga tidak layak untuk dipelihara. Dalam proses penyeleksian ini,
perhatikan ruangan memiliki aliran udara yang lancar dan terhindar dari sinar matahari langsung.

3. Penanaman Kecambah Kelapa Sawit

Mulailah dengan membuat lubang penanaman di tengah-tengah polybag dengan kedalaman 2-3
cm. Posisikan bagian radikula mengarah ke bawah dan plumula menghadap ke atas. Tanamkan
kecambah ke dasar lubang dengan posisi radikula di bawah dan tertutup tanah maksimal 1 cm.
Selanjutnya berikan lapisan mulch seperti pecahan cangkang atau fiber dari pabrik pada polybag
tersebut, lalu siram sedikit agar kondisinya lebih jenuh.

Kadangkala sebuah kecambah memiliki dua atau tiga titik tumbuh. Kondisi ini biasanya disebut
doubleton. Kecambah doubleton harus ditanam di polybag kecil dan baru bisa dipisahkan saat
akan dipindahkan ke polybag yang berukuran besar.

Setiap polybag yang sudah diisi kelapa sawit perlu diberikan tanda memakai plang yang
dipasang di kedua ujungnya. Pada plang tersebut, memuat nomor seri boks, tanggal penanaman,
kode identitas kecambah, dan jumlah bibit yang ditanam.
Cara Menanam Kecambah Sawit yang Benar
Zaenal Abidin Rabu, 27 Januari 2016 Budidaya

Pada prinsipnya, mudah saja untuk menanam kecambah sawit. Kita tinggal menyediakan
kecambah tersebut lalu ditanamkan ke lahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Namun agar
hasilnya memuaskan, Anda perlu mempelajari langkah-langkah penanaman yang benar.

Kecambah merupakan cikal bakal tanaman kelapa sawit. Kecambah dibuat melalui proses
pengecambahan buah kelapa sawit yang dilakukan sedemikian rupa seperti yang pernah kami
bahas di sini. Tujuannya supaya buah sawit lebih siap untuk dibesarkan menjadi bibit kelapa
sawit unggulan.

Di bawah ini langkah-langkah yang harus Anda perhatikan selama pekerjaan penanaman
kecambah sawit berlangsung!

Langkah 1 : Persiapan Media Penanaman

Paling tidak seminggu sebelum kecambah sawit tiba di lokasi pembibitan, area tersebut harus
sudah dipersiapkan. Bedengan untuk pembibitan dibuat dengan ukuran 1,2 x 8 m dan bagian
dasarnya dibentuk lebih tinggi daripada permukaan. Setiap bedengan mampu menampung sekitar
1000 kecambah.

Selanjutnya bedengan-bedengan tadi diberi naungan yang berfungsi untuk menghalangi terik
matahari langsung dan perusakan oleh curah hujan tinggi. Jangan lupa media pembibitan ini
harus disiram setiap hari supaya tekstur di dalamnya tetap solid dan tidak terlalu padat. Jika
ketinggian media tanam tersebut menyusut, disarankan untuk memperbaikinya lagi seperti
semula.

Langkah 2 : Waktu Penanaman yang Ideal


Kecambah kelapa sawit yang sudah diterima sebaiknya lekas ditanam segera. Jika tidak
dikhawatirkan ukuran plumula dan radikula-nya semakin bertambah panjang sehingga akan
menyulitkan proses penanaman. Kecambah-kecambah yang kondisinya tidak normal, mati,
kering, atau berjamur sebaiknya dimusnahkan karena kurang menguntungkan. Penanaman paling
ideal dilakukan maksimal 5 hari sejak penerimaan kecambah tersebut.

Sebelum proses penanaman dimulai, disarankan pula untuk mencocokkan kembali identitas yang
terlampir di kemasan dengan daftar persilangannya. Hal ini dimaksudkan guna mengidentifikasi
kecambah tersebut benar-benar legal. Jangan sia-siakan uang Anda untuk berinvestasi memakai
benih yang kualitasnya tidak pasti!

Langkah 3 : Pembagian Tim Menurut Tugasnya

Supaya jalannya penanaman benih kelapa sawit lebih efektif dan efisien, sebaiknya pekerjaan ini
dilakukan secara beregu. Tim pertama bertugas mengisi kantong yang telah dibuka memakai
fungisida. Tim kedua bertanggungjawab menyortir kecambah dan tim ketiga akan mencatatnya.

Tim keempat adalah tim pelangsir yang mendistribusikan kecambah ke tempat pembibitan.
Sedangkan tim kelima bertugas untuk menanam kecambah sawit tersebut dengan prosedur yang
benar. Oleh karena itu, orang-orang yang berada di tim kelima harus mempunyai keterampilan,
keahlian, dan pengalaman sebab berpengaruh besar terhadap keberhasilan usaha ini.

Langkah 4 : Pelaksanaan Penanaman Kecambah Sawit

Mulailah dengan membuka kantong kemasan kecambah sawit secara hati-hati. Selanjutnya
tanamkan kecambah tersebut dengan metode yang tepat. Bagian radikula (bakal akar) harus
menghadap ke bawah, sementara bagian plumula (bakal tunas) wajib mengarah ke atas dan
tertutup lapisan tanah. Ingat, jangan sekali-kali memadatkan tanah di atas kecambah karena bisa
merusaknya.

Setelah proses penanaman kecambah telah rampung dikerjakan, siram area bedengan tersebut
menggunakan air secukupnya. Sedangkan untuk mempermudah dalam mengawasi pertumbuhan
kelapa sawit, pasang patok kayu yang memuat data tentang nomor registrasi, jenis bibit, varietas,
jumlah bibit, dan tanggal penanaman.
Pancang Tanam Kelapa Sawit Pada Area Datar
Written By Taufik Irawan on Selasa, 09 September 2014 | 06.21
Untuk mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur terlebih dahulu diadakan pemancangan
areal. Pemancangan pada areal yang rata jarak antara barisan dan dalam barisan sesuai dengan jarak
yang sebenarnya. sedangkan untuk areal yang berbukit dan berkontur arah barisan mengikuti arah
kontur yang ada dan jarak antara barisan adalah proyeksi jarak antar barisan.

Mempersiapkan keperluan memancang


• Pemancangan dilakukan setelah selesai pembukaan lahan
• Norma kebutuhan tenaga : 6 HK/ha
• Pedoman arah barisan adalah U- S
• Pemancangan dilakukan sesuai dengan jarak tanamnya (sistim segi tiga sama sisi) . Jarak antar barisan
tanaman dan jumlah populasi per ha dilihat
Jarak antar barisan tanaman dan jumlah populasi per ha dilihat. Lebih detail di pembahasan
tentang Menentukan Jarak dan Kerapatan Tanam Kelapa Sawit

Tabel Jarak Antar Barisan Dan Populasi


• Jarak antar barisan = 0,86 x jarak tanam.

Cara memancang Pada Areal Datar

 Dimulai dari luasan 1 ha terlebih dahulu ( pancang hektaran ) ukuran 100 x 100 m. Contoh : Jarak
tanam 9,0 segitiga samasisi ( 9 x 7,80 m )
 Tentukan titik awal A berjarak 1.95 M (1/4 X7.80 M ) dan 2.25 m (1/4 x9.0 m ) dari pinggir areal
dengan pancang kepala. Titik A sebagai awal pancang hidup.

 Kawat I ; direntangkan U – S secara lurus dari titik A. Pada tiap titik 9 m ditancapkan pancang
kepala. Perentangan dibantu dengan kompas.

 Kawat II ; direntangkan arah Barat – Timur. Pada tiap jarak antar baris 7,8 m ditancapkan pancang
kepala No ganjil pancang hidup, no genap pancangan mati.

 Kemudian kawat I digeser sejauh 7,8 m sejajar dengan barisan ke arah Barat / Timur . Tancapkan
pancang pada 4,5 ( pancang mati ) dari B 1 kemudian tiap 9 meter.

 Kawat I digeser lagi pada posisi B2 pada tanda pancangan hidup 9 meter. Buat seterusnya sampai
10 barisan.

 Pada saat menanamkan pancang harus selalu dilihat lurus kesemua jurusan ( mata lima).

 Bila pemancangan pada areal 1 ha ini sudah selesai maka dapat dilanjutkan untuk memancang
seluruh areal
Tim pemancang ; 1 tim terdiri dari atas 5 orang :
• Peneropong 1 orang
• Penarik tali 2 orang
• Pemancang 1 orang .
• Pembawa pancang 1 orang

Peralatan Pancang
Sebelum dimulai pemancangan terlebih dahulu harus mempersiapkan alat-alat pancang :
~ Kompas atau theodolite untuk menentukan arah
~ Ajir/bambu/kayu panjang 2 meter, 4 pancang/Ha
~ Anak pancang ukuran 1- 1,5 meter dan diikat plastik putih
~ Kawat Sling 100 m yang telah diberi tanda jarak tanam dan jarak antar barisan

Menanam Sawit di Lahan Miring

>> Atep Yulianto I

Menanam sawit di lahan yang datar itu sudah biasa, kegiatan menanam
pun tidak begitu sulit. Namun bagaimana bila lahan yang didapat
berbukit dan didominasi dengan kemiringan tinggi?

Menanam sawit memang tidak begitu sulit, terlebih pohon sawit bisa tumbuh dengan
mudah. Namun bagaimana jika menanam sawit di lahan yang didominasi bukit-bukit
dengan tingkat kecuraman yang tinggi, tentu saja diperlukan teknik yang baik dan
benar, supaya tanaman tidak lekas tumbang akibat terkena erosi.

Sebab bila menanam dengan asal bukannya untung didapat, bisa jadi bakal merugikan
petani, maka itu diperlukan perhitungan matang menanam dilahan sawit dengan
kontur berbukit.

Menurut penuturan Direktur PT Global Mapindo, Eddie Purwanto, yang perlu


diperhatikan dalam menanam ialah keteraturan tanaman dalam posisi maupun
kerapatan tiap hektare untuk memudahlan pengelolaan tanaman, utamanya dikala
pemanenan, pemeliharaan dan perlakuan teknis agronomisnya.

Menurut Eddie, berdasarkan riset yang sudah di lakukan dengan memodifikasi dari
standar yang sudah ada maka untuk kebun seluas 10 ha, dari hasil uji coba itu untuk
areal bergelombang dengan kemiringan rata-rata 30 derajat atau 60%, diperoleh
kerapatan tanaman mencapai 135,4 pohon/ha. “Supaya pemanenan tidak sulit perlu
juga ditentukan sejak dini pembuatan jalan memotong teras maksimal jarak 150 – 200
m,” papar Eddie kepada InfoSAWIT.

Namun demikian kondisi kemiringan dan kontur bukit mengakibatkan jumlah pohon
sawit setiap hektare bisa berbeda-beda setiap kebun, misalnya untuk kemiringan rata-
rata antara 20 derajat atau 36%, dengan mengikuti garis kontur, kerapatan tanaman
bisa mencapai 136 pohon/ha, dengan jarak kontur teras minimum 6 meter dan
maksimum 12 meter. Namun demikian modifikasi bisa saja dilakukan seusia dengan
kondisi dilapangan.

Seandainya bila jumlah kerapatan tanaman hendak diusahakan tetap dengan rata-rata
kerapatan mencapai 136 pohon/ha maka cakupan areal rata-rata dibagi tiap tanaman.
Misalkan luas lahan yang dimiliki seluas 10 ha maka dibagi jumlah tanaman sebanyak
136, maka akan didapat areal tanam seluas 73,5 m2 atau setara dengan jarak tanam 8 m
X 9,2 m pada areal datar.

Lantaran areal lahan tidak datar, maka yang digunakan untuk pedoman ialah luas areal,
dengan luas tanam mencapai ± 73,5 m2 sehingga Jarak kontur bervariasi sesuai dengan
kemiringan lereng, begitu pula jarak tanaman yang bervariasi.
Luas cakupan areal untuk tiap tanam kira-kira berbentuk mendekati jajaran genjang
dengan jarak tinggi adalah jarak kontur dan alas jajaran genjang merupakan jarak antar
tanaman dalam kontur.

Menentukan Teras

Setelah menentukan jumlah tanaman, yang tak kalah penting ialah membuat teras
(sengkedan) supaya tanaman tidak roboh, kemudian membuat rorak (lobang
penampung air hujan) dan saluran drainase supaya tidak terjadi longsor (erosi).

Menurut beberapa literatur tingkat kemiringan juga perlu diperhitungkan, lantaran


dengan derajat kemiringan yang tinggi mengakibatkan tidak seluruh curah hujan dapat
berinfiltrasi dan masuk ke dalam tanah. Disamping juga memperhitungkan supaya
tidak terjadi erosi.

Sebab bila terjadi erosi maka lapisan tanah atas yang subur akan hilang dan hanya
tersisa tanah lapisan bawah yang kurang subur, akibatnya bisa berimplikasi pada
rendahnya produktivitas tanaman.

Maka itu perlu dibuat teras guna mengatasi erosi tadi, sebab pembuatan teras ini bakal
mengurangi aliran air (ran off) yang akan mengurangi bahaya erosi. Dengan pembuatan
teras juga bisa meningkatkan daya infiltrasi dan penyimpanan air tanah, tentu saja
pemeliharaan tanaman pun jadi jauh lebih mudah. Terakhir, bisa menjadi tempat
penaburan pupuk.

Sebelum membuat teras, kata Eddie, mesti dilakukan pengukuran dan kemiringan
kontur lahan. Apabila jalur teras atau punggung bukit yang memanjang, sebaiknya

menggunakan sistem teras bersambung dengan menggunakan alat berat. Tetapi

apabila beberapa areal kontur bukit tidak memanjang, bisa di gunakan dengan

sistem tapak kuda dengan mengeruk punggung bukit dan dibuat tatakan tanam

selebar 1,5 hingga 2 m, dengan menggunakan cangkul.


Lantas, setelah pembuatan teras rampung, maka lahan akan bersih dari tanaman
sehingga sangat rawan dari longsor. Maka langkah yang harus dilakukan adalah dengan
mengendalikan gulma, yakni dengan melakukan pengendalian gulma yang tumbuh di
antara terasan, sebab akar gulma dapat mencegah kelongsoran lantaran mampu
mengikat tanah.

Jangan sekali kali melakukan blanket atau penyemprotan total pada terasan sebab
tanam gulma akan mati sehingga longsor bisa terjadi sewaktu-waktu. Apabila
pertumbuhan gulma lambat, maka diperlukan stimulan penanaman tanaman pengganti
misalnya dengan kacangan. Kacangan yang digunakan sebagai penutup tanah pun
harus memenuhi syarat diantaranya, pertama, sifat perakaran tidak menggangu dan
bukan merupakan saingan tanaman utama, kedua, mudah diperbanyak baik vegetatif
maupun generative.

Ketiga, memberikan kandungan bahan organik yang tinggi baik dibawah sinar
matahari atau terlindung, keempat, tahan terhadap hama penyakit atau kekeringan
serta bukan tanaman inang hama penyakit bagi tanaman utama, kelima, mempunyai
potensi menekan pertumbuhan gulma

Jenis kacangan yang memenuhi syarat tersebut dan sering dipakai sebagai tanaman
penutup tanah antara lain Peuraria Javanica (PJ), Centrosema Pubescens (CP),
Calopogonium Mucunoides (CM), Psophocarpus Palustris (PP), Calopogonium
Caeruleum (CC), Mucuna Bracteata (MB)

Tahap Penentuan Teras


1 Ukur kemiringan rata-rata dalam derajat

2 Tarik satu garis lurus dari satu titik tempat tertinggi ke tempat

terendah
3 Pasang pancang teras mengikuti tabel diatas

4 Lanjutkan pemandangan menurut garis kontur dengan dump

level/angkring
5 Teras yang dibuat dengan meratakan tanah di sekitar tanaman
dengan garis tengah 1,5 – 2 m
6 Buat benteng kecil dipinggir teras, dengan lebar 30 cm dan

tinggi 10 cm

Sumber: PT Global Mapindo

Anda mungkin juga menyukai