mAKALAH Yayasan3 PDF
mAKALAH Yayasan3 PDF
tadzimussunnah.wordpress.com
I. PENDAHULUAN
Badan hukum adalah segala sesuatu yang dapat mempunyai hak dan kewajiban,
dapat melakukan perbuatan hukum, dapat menjadi subyek hukum, dapat
dipertanggungjawabkan seperti halnya manusia.
Salah satu badan hukum yang ada adalah Yayasan. Yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan
tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Pada masa lalu pendirian Yayasan hanya berdasarkan kebiasaan masyarakat dan
yurisprudensi. Ketiadaan Undang-Undang yang mengatur mengenai Yayasan telah
menimbulkan sengketa sesama organ Yayasan ataupun Yayasan dalam tugasnya tidak
sesuai lagi dengan wewenangnya sebagaimana mestinya, sehingga terjadi tindakan-
tindakan yang dapat melawan hukum. 2
1
http://www.jurnalhukum.com, Selasa, 28 Agustus 2012.
2
http://annekasaldianmardhiah.blogspot.com, Kamis, 31 Mei 2012.
II. PERMASALAHAN
III. PEMBAHASAN
Organ Yayasan sebagai badan hukum terdiri dari Pembina, Pengurus dan
Pengawas. Dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004,
maka berbagai ketentuan diatur di dalamnya mengenai kewenangan Organ Yayasan
yaitu Pembina, Pengurus, dan Pengawas. Kewenangan maupun hak dan kewajiban
Organ Yayasan ini juga harus dimuat dalam Anggaran Dasar Yayasan.
a. Pembina
b. Pengurus
3
Pasal 28 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
4
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
5
Pasal 30 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
6
Pasal 31 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
7
Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
8
Pasal 31 ayat (3) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
9
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan.
10
Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan.
11
Pasal 32 ayat (5) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2001 tentang Yayasan.
c. Pengawas
Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengawas dalam
melakukan tugas pengawasan dan kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutup
kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Pengawas secara tanggung
renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut 17.
Dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, Yayasan wajib membayar segala biaya atau ongkos yang dikeluarkan
oleh Organ Yayasan 18.
12
Pasal 35 ayat (3) dan (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
13
Pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
14
Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
15
Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
16
Pasal 40 ayat (1), (2) dan (4) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
17
Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
18
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
- Pasal 7 :
(1) Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan
maksud dan tujuan Yayasan.
(2) Yayasan dapat melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk usaha yang
bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling
banyak 25% (dua puluh lima persen) dari seluruh nilai kekayaan Yayasan.
(3) Anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap
sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau
Pengawas dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2).
- Pasal 8 menyebutkan bahwa kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan
Yayasan serta tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sebagaimana telah disebutkan diatas dalam Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa anggota Pembina, Pengurus, dan
Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota Direksi atau Pengurus dan
19
Pasal 26 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
20
Pasal 27 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Terkait hal tersebut, marak terjadi bahwa Organ Yayasan (Pembina, Pengurus
ataupun Pengawas) tidak menjabat sebagai Direksi/Pengurus/Dewan
Komisaris/Pengawas dari badan usaha milik Yayasan yang bersangkutan, melainkan
menjadi pemegang saham maupun karyawan pada badan usaha tersebut. Terhadap
hal tersebut, apakah diperkenankan?
Berbicara mengenai pemegang saham, maka badan usaha yang didirikan Yayasan
tersebut adalah Perseoran Terbatas (PT) sebagaimana diatur dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, karena hanya dalam PT dikenal
adanya ‘pemegang saham’. Di dalam ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2004, hanya disebutkan bahwa “Anggota Pembina,
Pengurus, dan Pengawas Yayasan dilarang merangkap sebagai Anggota Direksi atau
Pengurus dan Anggota Dewan Komisaris atau Pengawas dari badan usaha”, dan tidak
disebutkan dilarang untuk menjadi Pemegang Saham.
Kemudian, mengenai larangan untuk menjadi karyawan bagi Pengurus, Pembina, dan
Pengawas Yayasan dalam PT yang didirikan oleh Yayasan, dapat dijelaskan bahwa
intinya Direksi PT bukanlah termasuk karyawan PT. Walaupun karyawan dan anggota
Direksi semuanya (sama-sama) merupakan tenaga kerja jika mengacu pengertian
tenaga kerja berdasarkan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
Oleh karena itu, karena karyawan bukanlah Direksi, maka menjadi karyawan PT bagi
Pembina, Pengurus, atau Pengawas Yayasan yang mendirikan PT adalah tidak
dilarang.
IV. PENUTUP
21
Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan.
Namun demikian, berdasarkan bunyi ketentuan Pasal 7 ayat (3) tersebut di atas
secara eksplisit hanya melarang Organ Yayasan merangkap sebagai
Direksi/Pengurus/Dewan Komisaris/Pengawas dari badan usaha milik Yayasan, dan tidak
diatur mengenai larangan bagi anggota Pembina, Pengurus, dan Pengawas Yayasan
untuk menjadi pemegang saham maupun karyawan dari badan usaha yang dibentuk. Hal
tersebut disebabkan adanya perbedaan hubungan hukum antara Direksi/Pengurus/Dewan
Komisaris/Pengawas, Pemegang Saham dan Karyawan. Dengan demikian, secara
eksplisit dapat ditafsirkan bahwa Organ Yayasan dapat menjadi pemegang saham
maupun menjadi karyawan dari badan usaha yang dibentuk Yayasan.
- Pertama, sulit untuk menentukan secara sederhana apa yang dipahami sebagai
kegiatan sosial benar-benar merupakan kegiatan sosial yang sama sekali terhindar
dari aspek komersial. Sebagai contoh, apakah pendidikan termasuk dalam definisi
kegiatan sosial? Sepintas lalu mungkin. Namun dalam kenyataan banyak institusi
pendidikan yang mengejar keuntungan, bahkan sering dikatakan bahwa untuk
mendapatkan pendidikan yang baik seseorang harus membayarnya dengan mahal.
22
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan.
23
http://pascasarjana.esaunggul.ac.id.
Daftar Pustaka:
Peraturan PerUndang-Undangan
Internet
1. http://www.jurnalhukum.com, Selasa, 28 Agustus 2012.
2. http://annekasaldianmardhiah.blogspot.com, Kamis, 31 Mei 2012.
3. http://pascasarjana.esaunggul.ac.id.