Catur Sasongko
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak
Laporan ini membahas mengenai proses due diligence pada PT PQR yang difokuskan pada
laporan keuangan perusahaan. Proses ini dilakukan dalam rangka akuisisi oleh PT TUV Tbk
dengan tujuan untuk memeriksa dan memverifikasi bahwa fakta-fakta yang diberikan oleh
Perusahaan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode yang digunakan dalam
proses financial due diligence adalah agreed upon procedure. Proses yang dilakukan telah
mengikuti standar yang berlaku dan hasilnya menyimpulkan PT PQR telah menjalankan
proses pencatatannya dengan baik, namun ada beberapa hal yang kurang sesuai.
Kata kunci : Financial Due Diligence
Abstract
This internship report discusses the due diligence process that mainly focus on company’s
financial statement. This process is conducted based on the acquisition planning of PT PQR
by PT TUV Tbk with purpose to check and verify that all data provided by the company is true
and reliable. In doing financial due diligence process, the consultant used agreed upon
procedure as a method. The process that have been done by KAP AAJ has met the standard
and conclude that PT PQR’s reporting is good; however there are several practices that have
not met standard.
Keyword : Financial Due Diligence
Penulis melakukan program magang di Kantor Akuntan Publik Aryanto, Amir Jusuf, Mawar
& Saptoto yang berafiliasi dengan firma internasional dari KAP Global yaitu RSM
Internasional (biasa disebut RSM AAJ Associates). Kegiatan magang ini dilaksanakan selama
jangka waktu 4 bulan, terhitung sejak tanggal 11 Juni 2012 hingga 12 Oktober 2012. Penulis
ditempatkan di divisi Orange (Corporate Finance and Transcation Support) sebagai junior
konsultan.
2. Tinjauan Teoritis
Persaingan bisnis yang semakin meningkat dan menuntut perusahaan untuk melakukan
berbagai upaya agar bisa survive mulai memunculkan ekspansi perusahaan dengan cara
merger, akuisisi, dan joint venture. Untuk melakukan berbagai jenis ekspansi tersebut, pihak
yang berkepentingan membutuhkan kepastian mengenai prospek, kekuatan, dan kelemahan
perusahaan yang akan bergabung. Maka muncullah jenis audit yang dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khusus itu yaitu due diligence.
Kantor Akuntan Publik (KAP) menyediakan jasa audit serta jasa atestasi dan assurance
lainnya. KAP juga memberikan jasa tertentu yang memungkinkan kliennya mengoperasikan
Istilah “Akuisisi” berasal dari bahasa inggris, yaitu acquisition, dan sering juga disebut
dengan istilah takeover. Dalam Pasal 1 ayat 11 UU No 40 didefinisikan akuisisi atau yang
disebut sebagai “Pengambilalihan” merupakaan perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan
hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan
beralihnya pengendalian atas Perseroan tersebut. Pengambilalihan dapat dilakukan dengan
cara pengambilalihan saham yang telah dikeluarkan dan/atau akan dikeluarkan oleh Perseroan
melalui Direksi Perseroan atau langsung dari pemegang saham.
Terdapat empat jenis akuisisi jika dilihat dari segi jenis usaha perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam transaksi (Fuady 2001), yaitu akuisisi horizontal, akuisisi vertikal, akusisi
pemusatan (concentric), dan akuisisi konglomerat. Apabila dilihat dari objek transaksi,
akuisisi dapat diklasifikasikan sebagai (Fuady 2001): akusisi saham, akuisisi asset, akuisisi
kombinasi, dan akuisisi kegiatan usaha.
Dalam buku teks auditing, hanya sedikit yang membahas mengenai jenis pekerjaan atau jasa
akuntan publik dengan sebutan due diligence. Menurut Theodorus M. Tuannakota (2000), jika
di cari padanannya dalam auditing, due diligence ini sebenarnya merupakan agreed-upon
procedures atau prosedur yang disepakati (salah satu bentuk attestation service) yang
diterapkan dengan penekanan pada hal-hal tertentu. Tidak terdapat kewajiban atas sebuah
perusahaan untuk melaksanakan due diligence dalam rangka penggabungan usaha. Prosedur
ini dilakukan sukarela atas perusahaan yang membutuhkan jasa konsultasi.
a. Suatu upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan ataupun terlibat dalam
financial transaction berupa penjualan atau pembelian bisnis untuk menghindari
terjadinya kerugian terhadap pihak lain.
b. Due diligence merupakan proses riset dan analisis yang dilakukan sebagai tahap awal dari
financial transaction seperti investasi, takeover dan business partnership.
Pada prinsipnya, due diligence dilakukan untuk memeriksa dan memverifikasi bahwa fakta-
fakta yang diberikan oleh Perusahaan adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Drs. Theo Tuannakota (Tuannakota, 2000, pp 4-5), unsur yang melandasi due
diligence adalah prinsip kehati-hatian (prudence), yaitu melihat apakah ada hal-hal yang dapat
menimbulkan kerugian bagi investasi klien, perhatian penuh atau yang biasa disebut ketelitian
dan juga persisten, serta judgement yang kontekstual.
Bruner menambahkan bahwa prinsip lain yang harus dianut seorang pelaku due diligence
adalah (Safiera 2011):
a. “to think like an investor”, tidak hanya memperhitungkan risiko namun juga tingkat
pengembalian pasca merger dan akuisisi.
b. “due diligence as risk management device”
c. “risk bearing is always costly”, yang menunjukkan bahwa dengan melakukan due
diligence, perusahaan membayar lebih mahal pada tahap awal, namun hal itu merupakan
pembagian risiko atau sebuah asuransi terhadap perusahaan target di masa depan.
Suatu penugasan due diligence biasanya melibatkan pihak-pihak berikut ini (Azhar 2009):
Klien, yaitu pihak pemberi tugas yang memiliki otoritas terhadap target; Auditor, yaitu pihak
yang dikontrak untuk melaksanakan due diligence; dan Target, yaitu entitas yang menjadi
objek due diligence.
Spedding (Spedding et al, 2009, pp 7) menjabarkan mengenai cakupan dari proses due
diligence secara umum. Aspek penting dalam cakupan due diligence tersebut adalah: asset,
kontrak, pelanggan, perjanjian kepegawaian, tunjangan karyawan, isu lingkungan hidup,
fasilitas, pabrik, dan peralatan, kondisi keuangan, operasi dan aktivitas di luar negeri, faktor
hukum, isu produk, isu pemasok, dan isu perpajakan.
Berdasarkan gambar 2.1, ada empat kegiatan utama dalam due diligence yang mengandung
delapan unit kegiatan yang dilakukan oleh auditor dalam suatu penugasan, yaitu:
1. Preliminary actions, yaitu kegiatan pendahuluan sebelum due diligence dilakukan, yang
terdiri atas:
a. Terms of reference/engagement letter, kegiatan ini merupakan langkah awal
dimulainya suatu penugasan due diligence sebagai tanda diterimanya penugasan
tersebut. Isi engagement letter antara lain meliputi (Azhar 2009):
o Identitas klien
o Maksud dan tujuan dari penugasan
o Pertimbangan konfidensial khusus, jika ada
o Prosedur-prosedur yang diminta oleh klien dengan mendefinisikan lingkup
penugasan.
o Pembatasan yang diberikan bagi auditor, jika ada.
o Akses terhadap informasi
o Kerjasama dari personel target
o Nama-nama dan kualifikasi pihak-pihak yang diharapkan berpartisipasi dalam
penugasan, termasuk ahli-ahli yang diperlukan.
o Bentuk laporan yang diharapkan dan pendistribusiannya
o Perkiraan jadwal penyelesaian dan pengkoordinasian pekerjaan
o Pengaturan fee
b. Preliminary analysis, yaitu analisis pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal
mengenai target. Kegiatan ini sebenarnya sudah memasuki wilayah posedur audit.
Prosedur audit dalam due diligence sangat bervariasi tergantung dari penugasan dan tujuan
due diligence itu sendiri. Yang menjadi acuan atau patokan bagi auditor dalam hal ini adalah
prosedur yang disepakatinya dengan klien.
Hasil dari proses due diligence harus didokumentasikan oleh auditor/konsultan sebagai bahan
bukti yang dapat di pertanggungjawabkan jika terjadi permasalahan pasca integrasi. Bruner
mengatakan bahwa merger dan akuisisi memiliki bentuk-bentuk dokumentasi di bawah ini
(Safiera 2011):
Grup G mendiversifikasi usahanya ke sektor lain seperti semen, pembangkit listrik, dan bio-
energi dan pengolahannya. Salah satu anak perusahaan PT GHI adalah perusahaan target yang
penulis tangani, yaitu PT PQR.
PT PQR didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 2004 oleh Akta Notaris No 1
dari Notaris Musa D, SH., Notaris di Samarinda. Perusahaan saat ini sedang dalam proses
pembangunan perkebunan di Samarinda. Perusahaan berlokasi di Samarinda.
Ruang lingkup kegiatan usaha PT PQR adalah sebagai berikut:
Tujuan dilakukannya akuisisi ini yaitu PT TUV Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang batu
bara, ingin mengembangkan usaha dan menghasilkan produk lain selain dari produk yang
sudah ada saat ini. Dengan kata lain, ia ingin menambah portofolio produknya ke bidang
pertanian, yaitu kelapa sawit. Hal ini bisa berguna bagi PT TUV Tbk untuk mendapatkan
pasar yang baru sehingga pada akhirnya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Selain
dapat meningkatkan pendapatan perusahaan, akuisisi ini juga diharapkan dapat meningkatkan
harga saham PT TUV Tbk.
Dalam suatu transaksi keuangan berupa jual beli bisnis, maka proses yang terjadi adalah pihak
pembeli dan pihak penjual akan mencari/menjual bisnis yang diperkirakan sesuai dengan
strategi perusahaannya masing-masing dalam mengembangkan bisnis. Untuk membantu
kedua belah pihak dalam bertransaksi harus ada pihak independen yang dapat meyakinkan
bahwa transaksi yang akan terjadi tidak akan merugikan kedua belah pihak. Yang berperan
sebagai pihak independen adalah Financial Advisor, yaitu pihak yang berperan dalam
menjalankan due diligence yang umumnya merupakan investment bank, big 4 corporate
finance, dan strategic consultant.
Untuk rencana akuisisi yang akan dilakukan, PT TUV Tbk (perusahaan buyer) membutuhkan
kepastian mengenai prospek, kekuatan, dan kelemahan perusahaan yang akan dibeli, yaitu PT
PQR (perusahaan target). Oleh sebab itu, PT TUV Tbk menunjuk beberapa pihak independen
untuk mengevaluasi kinerja dan juga memverifikasi data-data yang dimiliki oleh PT PQR.
Proses financial due diligence atas PT PQR dilakukan melalui beberapa tahap berikut ini:
1. Pengisian client acceptance check list
Ketika PT TUV Tbk selaku klien mengontak KAP AAJ untuk melakukan jasa financial
due diligence, maka seorang partner in charge atau project manager wajib mengisi
formulir client acceptance check list sebelum menerima penugasan tersebut. Formulir ini
berisi informasi mengenai tugas yang akan dilaksanakan. Dalam formulir tersebut
diuraikan mengenai nama klien, bidang usaha, jenis penugasan, latar belakang penugasan
(client background), fee yang akan diterima, cara mendapatkan penugasan tersebut,
pengecekan terhadap benturan kepentingan (conflict of interest) dan penilaian resiko (risk
assessment).
2. Pembuatan engagement letter
Engagement Letter (EL) ini berisi mengenai:
• Preliminary Understanding, mencakup latar belakang dan juga tujuan dari penugasan
tersebut, dimana PT TUV Tbk berencana ingin mengakuisisi PT PQR untuk
menambah portofolio usahanya.
• Scope of work, yaitu ruang lingkup penugasan, meliputi identifikasi akun atau pos
tertentu pada laporan keuangan yang akan menjadi fokus penugasan dan metode yang
digunakan.
• Limitation of scope of work, menguraikan batasan atas ruang lingkup dan prosedur
yang akan dilaksanakan, bergantung pada data yang diberikan oleh PT PQR, baik atas
penunjukan PT PQR ataupun PT TUV Tbk. Deliverables, yaitu output dari penugasan
Jika di bandingkan dengan teori, maka komponen dari engagement letter ini sudah
lengkap dan sudah membahas seluruh hal yang penting untuk disepakati. Setelah EL
disusun, maka di review dan ditandatangani oleh partner in charge, lalu dikirimkan
kepada klien untuk mendapatkan persetujuannya. Setelah klien menyetujuinya, maka
proyek financial due diligence PT PQR dapat dimulai.
Secara keseluruhan, proses financial due diligence yang telah dilakukan oleh KAP AAJ
terhadap PT PQR sesuai dengan teori yang ada. Prosedur yang disepakati dengan klien juga
telah disetujui, prosedur inilah yang penting dan selanjutnya menjadi acuan. Proses yang
dilakukan sudah mampu memenuhi tujuan dari FDD, yaitu untuk memastikan bahwa semua
data yang diberikan PT PQR adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
b. Fixed Assets
1. Obtain the detail schedule of fixed assets;
2. Inquire to management about significant additions and disposals of fixed assets;
3. Review the cost capitalization;
4. Review evidence of ownership;
5. Review the consistency of the depreciation method and the reasonableness of the
depreciation rate, the estimated residual value and the period of depreciation.
6. Determine whether events or changes in circumstances indicate there is potential
impairment (i.e. due to a change in how used or physical condition, etc).
e. Equity
1. Inquire to management about any significant changes in the entity’s capital from the
previous years;
2. Obtain and check shareholders meeting.
5. Saran
Saran bagi PT PQR adalah:
a. Lebih memperhatikan cara-cara menilai dan mengamortisasi asetnya, misalnya saja
dengan melakukan evaluasi terhadap jumlah tercatat asset tetap untuk mengetahui adanya
indikasi penurunan nilai asset atau yang biasa disebut dengan impairment.
b. Perusahaan harus mematuhi perjanjian pinjaman yang telah dibuatnya dengan pihak Bank,
karena jika hal ini dilanggar di khawatirkan akan terjadi credit default, yang nantinya
a. Meningkatkan kualitas laporan due diligence, baik dari segi packaging maupun konten.
Dari segi packaging, laporan sebaiknya memakai cover yang lebih modern, layout yang
lebih menarik, serta grafik dan gambar yang lebih banyak. Dari segi konten, sebaiknya
KAP AAJ berlangganan database industry dari internet agar mudah dalam mencari data
yang dibutuhkan, karena proyek yang biasanya dilakukan di divisi Orange ini
membutuhkan banyak data sebagai benchmark, misalnya saja data makroekonomi,
industri, maupun perusahaan. Hal ini akan berguna untuk menghemat waktu, dan data
yang diperoleh nantinya juga akan lebih reliable. Selain itu, dalam melakukan penugasan,
sebaiknya pembahasan digali lagi lebih mendalam, tidak hanya deskriptif tetapi juga
memberikan value added lain bagi klien, misalnya saja rekomendasi untuk membeli
perusahaan target atau tidak, serta saran-saran lain terkait pengendalian, manajemen
perusahaan, serta solusi dari hambatan yang dialami klien. Diharapkan biaya yang
dikeluarkan untuk memperbaiki hal-hal ini akan sebanding dengan peningkatan kualitas
laporan, sehingga nantinya akan menambah jumlah klien yang ditangani divisi Orange
KAP AAJ.
b. Meningkatkan supervisi kepada para auditor juniornya.
c. Memberikan training yang memadai kepada personel divisi Orange. Dalam hal ini,
cakupan project pada Divisi Corporate Finance dan Transaction Support sangat luas dan
beragam, oleh sebab itu training sangat diperlukan agar karyawan memiliki pengetahuan
teknis yang lebih baik sehingga due diligence akan berjalan dengan lebih efisien dengan
kontribusi pegawai magang yang lebih besar.
d. Lebih memperhatikan kesejahteraan karyawannya sehingga hal ini bisa meningkatkan
sense of belonging karyawan terhadap perusahaan.
Arens, Alvin, Beasley, Elder, Amir Abadi Jusuf. Auditing and Assurance Services an
Integrated Approach-An Indonesian Adaptation. Prentice Hall, 2009.
Azhar, Al. "Due Diligence : Dalam Peran dan Tanggung Jawab Auditor." Indonesian
Scientific Journal Database. 2009.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=72260&idc=28 (accessed
November 2012).
Fuady, Munir. Hukum tentang Akuisisi, Takeover, dan LBO. Bandung: Citra Aditya Bakti,
2001.
Pustika, Tiara. "Kompetensi yang Dibutuhkan dalam Bidang Corporate Finance." Depok:
RLC FEUI, Mei 2006.
Safiera, Donna Frida. "Analisis Due Diligence atas Kredit pada Bank Target." Depok: RLC
FEUI, Januari 2011.