Anda di halaman 1dari 12

1.

1 Latar Belakang
Batubara merupakan bahan bakar fosil berupa mineral organik yang dapat
terbakar, yang terbentuk dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya
berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Abad 13, tepatnya thn 1271 Marco Polo menapakkan kakinya di Cina selama 25
tahun. pengalaman mengenai Black Stone.
Black Stone telah dimanfaatkan oleh orang2 cina sebagai bahan bakar sejak
retusan tahun yang lampau. Awalnya pemenfaatan batubara hanya terbatas sebagai
bahan bakar untuk rumah tangga dan pemanas ruangan pada musim dingin
Pada saat ini, penggunaan batubara sebagai alternatif sumber energi primer
sedang naik pamor, dibandingkan penggunaan minyak dan gas yang harganya relatif
lebih mahal. Selain didasari juga oleh beberapa faktor lain, seperti tersedianya
cadangan batubara yang sangat banyak dan tersebar luas, sekitar lebih dari 984 milyar
ton tersebar di seluruh dunia.
1.2 Tujuan
Memaparkan serta mempelajari perkembangan teknologi untuk proses desulfurisasi
batubara secara kimia, fisika, dan biologi.
Meningkatkan pengetahuan Mahasiswa khususnya Mahasiswa Teknik Pertambangan
dan Umumnya untuk masyarakat umumnya. Selain itu pembuatan makalah ini bertujuan
memenuhi tugas mata kulian Batubara semester VII.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian BatuBara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat
volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent
moisture. Bahan organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon,
daun, akar, struktur kayu, spora, polen, damar, dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik
tersebut mengalami berbagai tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan
perubahan sifat-sifat fisik maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh
endapan lainnya.
2.2 Peroses Pembentukan BatuBara
Pembentukan batubara pada umumnya dijelaskan dengan asumsi bahwa material
tanaman terkumpul dalam suatu periode waktu yang lama, mengalami peluruhan sebagian
kemudian hasilnya teralterasi oleh berbagai macam proses kimia dan fisika. Selain itu juga,
dinyatakan bahwa proses pembentukan batubara harus ditandai dengan terbentuknya peat
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
a. Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang
terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 – 10 meter.
Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa
CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan
fungi diubah menjadi gambut
b. Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan
fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya,
temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach,
1982, op cit Susilawati 1992).
Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan
oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan
menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya
mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta
antrasit.
2.3 Syarat Terbentuknya BatuBara
Syarat terbentuknya batubata mempunyai unsure – unsure sebagai berikut:
1. Tumbuhan sebagai material ( bahan pembentuk lapisan batubara ) dimana adanya
tumbuhan yang disertai adanya bakteri, jamur, proses oksidasi, dan air.
2. Tektonik ( Penurunan ) yaitu adanya gaya tektonik menyebabkan keadaan tempat
pengendapan batubara menjadi labil, dan bergerak turun. Keadaan ini akan
memungkinkan terbentuknya lapisan batubara tebal dan terbentuknya pencabangan
batubara dengan ketebalan yang berbeda.
3. Evolusi tumbuh – tumbuhan, dimana proses ini ada hubungannya dengan unsure
geologi dari tumbuhan asal, pada daerah sungai banyak meander ( stadium 2 ),
banyak dijumpai endapan delta.
2.4 Kelas Sumber Daya BatuBara
1. Sumber Daya Batubara Hipotetik (Hypothetical Coal Resource)
Sumber daya batu bara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian
dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.
Sejumlah kelas sumber daya yang belum ditemukan yang sama dengan cadangan
batubara yg diharapkan mungkin ada di daerah atau wilayah batubara yang sama dibawah
kondisi geologi atau perluasan dari sumberdaya batubara tereka. Pada umumnya, sumberdaya
berada pada daerah dimana titik-titik sampling dan pengukuran serat bukti untuk ketebalan
dan keberadaan batubara diambil dari distant outcrops, pertambangan, lubang-lubang galian,
serta sumur-sumur.
Jika eksplorasi menyatakan bahwa kebenaran dari hipotesis sumberdaya dan
mengungkapkan informasi yg cukup tentang kualitasnya, jumlah serta rank, maka mereka
akan di klasifikasikan kembali sebagai sumber daya teridentifikasi (identified resources).
2. Sumber Daya Batubara Tereka (inferred Coal Resource)
Sumber daya batu bara tereka adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.
Titik pengamatan mempunyai jarak yang cukup jauh sehingga penilaian dari sumber
daya tidak dapat diandalkan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan
tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti
geologi dalam daerah antara 1,2 km – 4,8 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan
ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan
ketebalan 150 cm atau lebih.
3. Sumber Daya Batubara Tertunjuk (Indicated Coal Resource)
Sumber daya batu bara tertunjuk adalah jumlah batu bara di daerah penyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-
syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.
Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk melakukan penafsiran secara
relistik dari ketebalan, kualitas, kedalaman, dan jumlah insitu batubara dan dengan alasan
sumber daya yang ditafsir tidak akan mempunyai variasi yang cukup besar jika eksplorasi
yang lebih detail dilakukan. Daerah sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan
tanah penutup, rank, dan kualitas data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti
gteologi dalam daerah antara 0,4 km – 1,2 km. termasuk antrasit dan bituminus dengan
ketebalan 35 cm atau lebih, sib bituminus dengan ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan
ketebalan 150 cm.
4. Sumber Daya Batubara Terukur (Measured Coal Resourced)
Sumber daya batu bara terukur adalah jumlah batu bara di daerah peyelidikan atau
bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat–
syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.
Densitas dan kualitas titik pengamatan cukup untuk diandalkan untuk melakukan
penafsiran ketebalan batubara, kualitas, kedalaman, dan jumlah batubara insitu. Daerah
sumber daya ini ditentukan dari proyeksi ketebalan dan tanah penutup, rank, dan kualitas
data dari titik pengukuran dan sampling berdasarkan bukti geologi dalam radius 0,4 km.
Termasuk antrasit dan bituminus dengan ketebalan 35 cm atau lebih, sub bituminus dengan
ketebalan 75 cm atau lebih, lignit dengan ketebalan 150 cm.
2.5 Pengolahan Dan Pemanfaatan BatuBara
Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara yang meliputi teknologi
pengolahan, teknologi konversi dan teknologi pembakaran yang diaplikasikan, diantaranya :
A. 1. Teknologi Pengolahan
 Peningkatan kualitas batubara peringkat rendah dengan proses Upgraded Brown Coal
(UBC).
 Percobaan penerapan teknologi coal water fuel sebagai bahan bakar boiler pada
industri tekstil.
 Pengembangan metode penurunan kadar natrium batubara Lati, Berau, Kalimantan
Timur.

 Pengembangan metode pencampuran batubara (coal blending) Kalimantan Tengah


untuk pembuatan kokas metalurgi.
 Pencucian batubara.
 Desulfurisasi limbah batubara dengan flotasi kolom.
2. Teknologi Konversi
 Pengembangan briket kokas dari batubara dan green coke.
 Proyek pencairan batubara 2002 : uji tuntas (due diligence) pre-FS Batu Bara Banko.
 Pengembangan briket bio coal Palimanan.
 Pemanfaatan produk gasifikasi batubara untuk pengeringan teh di Gambung
Ciwidey, Jawa Barat.
 Briket kokas untuk pengecoran logam.
3. Teknologi Pemanfaatan Batubara
a. Bahan Bakar Langsung
 Penyerapan gas SO2 dari hasil pembakaran briket bio batubara dengan unggulan
zeolit.

 Pengembangan model fisik tungku pembakaran briket biocoal untuk industri rumah
tangga, pembakaran bata/genteng, boiler rotan dan pengering bawang.
 Tungku hemat energi untuk industri rumah tangga dengan bahan bakar
batubara/briket bio batubara.
 Pembakaran kapur dalam tungku tegak system terus menerus skala komersial dengan
batubara halus menggunakan pembakar siklon.
 Tungku pembuatan gula merah dengan bahan bakar batubara.
 Pembakaran kapur dalam tungku system berkala dengan kombinasi bahan bakar
batubara kayu.
 Pembakaran bata-genteng dengan batubara.
b. Non Bahan Bakar
 Pengkajian pemanfaatan batubara Kalimantan Selatan untuk pembuatan karbon aktif.
 Daur ulang minyak pelumas bekas dengan menggunakan batubara peringkat rendah
sebagai penyerap.
 Dll.
Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batubara didukung oleh fasilitas :
 Laboratorium penelitian dan penerapan.
 Laboratorium pengujian sifat kimia dan fisika yang telah terakreditasi berdasarkan
ISO 17025.

 51 orang tenaga fungsional terdiri dari peneliti, perekayasa dan teknisi dari berbagai
keahlian berdasarkan disiplin ilmu, yang berbeda-beda antara lain : kimia dan fisika
batubara, pengolahan batu bara dan teknologi pemanfaatan batu bara.
B. Pemanfaatan Batubara
Batubara merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk,
tidak mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke
bentuk lain perlu dilakukan.
Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit
Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak tanah)
biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya
industri
genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai bahan dasar
sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun beton untuk jalan
dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery magnetit, cenosphere, dan
karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori; bahan penggosok (polisher);
filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku semen; aditif dalam pengolahan
limbah (waste stabilization).
2.6 Kualitas Batubara
Batubara yang diperoleh dari hasil penambangan mengandung bahan pengotor
(impurities). Hal ini bisa terjadi ketika proses coalification ataupun pada proses
penambangan yang dalam hal ini menggunakan alat-alat berat yang selalu bergelimang
dengan tanah. Ada dua jenis pengotor yaitu:
a. Inherent impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang sudah
dibakar memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama pada
proses
pembentukan batubara. Pengotor tersebut dapat berupa gybsum (CaSO
4
2H
2
O), anhidrit
(CaSO
4
), pirit (FeS
2
), silica (SiO
2
). Pengotor ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali,
tetapi dapat dikurangi dengan melakukan pembersihan.
b. Eksternal impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari uar, timbul pada saat proses penambangan
antara lain terbawanya tanah yang berasal dari lapisan penutup.
Sebagai bahan baku pembangkit energi yang dimanfaatkan industri, mutu batubara
mempunyai peranan sangat penting dalam memilih peralatan yang akan dipergunakan dan
pemeliharaan alat. Dalam menentukan kualitas batubara perlu diperhatikan beberapa hal,
antara lain:
a. Heating Value (HV) (calorific value/Nilai kalori)
Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat dinyatakan
dalam kkal/kg. semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara yang diumpankan sebagai
bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan batubara perlu diperhatikan. Hal ini
perlu diperhatikan agar panas yang ditimbulkan tidak melebihi panas yang diperlukan dalam
proses industri.
b. Moisture Content (kandungan lengas).
Lengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam batubara.
Kandungan air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air senyawa/unsur), yaitu air
yang terikat secara kimiawi.
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil ukuran
butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang menempel pada
permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik yaitu ketika batubara
dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air, sehingga tidak akan menambah
jumlah air internal.
c. Ash content (kandungan abu)
Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik dan senyawa
anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di sekitarnya, bercampur selama
proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran
batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini merupakan kumpulan dari bahan-
bahan pembentuk batubara yang tidak dapat terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen.
Bahan sisa dalam bentuk padatan ini antara lain senyawa SiO
2
, Al
2
O
3
, TiO
3
, Mn
3
O
4
, CaO,
Fe
2
O
3
, MgO, K
2
O, Na
2
O, P
2
O, SO
3
, dan oksida unsur lain.
d. Sulfur Content (Kandungan Sulfur)
Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk
senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat dijumpai dalam
bentuk pirit (FeS
2
), markasit (FeS
2
), atau dalam bentuk sulfat. Mineral pirit dan makasit
sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa (reduktif). Belerang organik terbentuk
selama terjadinya proses coalification. Adanya kandungan sulfur, baik dalam bentuk organik
maupun anorganik di atmosfer dipicu oleh keberadaan air hujan, mengakibatkan terbentuk air
asam. Air asam ini dapat merusak bangunan, tumbuhan dan biota lainnya.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat karunia-Nya penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun secara khusus untuk memenuhi mata kuliah teknologi
pemanfaatan batubara dengan judul teknologi batubara bersih, yang merupakan tugas akhir
semester ganjil serta disusun sedemikian rupa dengan maksud agar mempermudah dalam
pemahaman makalah ini.
Adapun harapan penyusun yaitu materi dalam makalah ini dapat berguna dan
mamberikan manfaat ilmu pengetahuan bagi para pembaca sehingga peranan makalah ini
menjadi kuat di mata masyarakat.
Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”, tentu makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan sehingga segala kritik dan saran akan kami terima dengan hati
terbuka demi kesempurnaan makalah ini.
Dan akhirnya tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih pada Dosen teknologi
pemanfaatan batubara yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, serta
semua pihak yang telah terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga Alllah SWT
memberikan rahmatnya kepada kita semua.
Kolaka,12 November 2010
Penulis
Andi Agustina Rahayu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengklasifikasian batubara didasarkan pada derajat dan kualitas dari batubara tersebut
yaitu:
a) Gambut (peat), Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai
kalori yang paling rendah. Merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara.
b) Lignite (Batubara Cokelat, ”Brown Coal”), Golongan ini sudah memperlihatkan
proses selanjutnya berupa struktur kekar dan gejala pelapisan. Lignit atau batu bara
coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari
beratnya. . Batu bara ini berwarna hitam, sangat rapuh, nilai kalor rendah dengan
kandungan karbon yang sangat sedikit, kandungan abu dan sulfur yang banyak. Batu
bara jenis ini dijual secara eksklusif sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik
tenaga uap (PLTU).
c) Sub-Bituminous (Bitumen Menengah), Golongan ini memperlihatkan ciri-ciri
tertentu yaitu warna yang kehitam-hitaman dan sudah mengandung lilin. Sub-
bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air.
d) Bituminous, Golongan ini dicirikan dengan sifat-sifat yang padat, hitam, rapuh
(brittle) dengan membentuk bongkah-bongkah prismatik. Berlapis dan tidak
mengeluarkan gas dan air bila dikeringkan.
e) Anthracite, Golongan ini berwarna hitam, keras, kilap tinggi, dan pecahannya
memperlihatkan pecahan chocoidal. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan
warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon
(C) dengan kadar air kurang dari 8%, terbakar lambat, dengan batasan nyala api biru
(pale blue flame) dengan sedikit sekali asap.
- Rank yaitu peringkat dan derajad batubara berdasarkan proses pengubahan atau
genesa batubara.peringkat batubara adalah dasar klasifikasi dari lignit ke antrasit. Peringkat
batubara naik pada proses pembentukan batubara, metamorfosis menyebabkan kandungan sat
terbang menurun.
Peringkat batubara yang tertinggi menunjukkan metamorfosis yang lebih besar.
Peringkat batubara secara umum adalah lignit, batubara sub-bitumen, batubara bitumen dan
antrasit (urutan peringkat rendah keperingkat tertinggi).
Rank variety : jenis-jenis batubara berdasarkan urutan metamorfosis. Penentuan jenis-
jenis batubara secara umum adalah merupakan hasil pemikiran para pakar tetapi juga dengan
pertimbangan sifat-sifat kimia dan fisika.
- Derajat batubara adalah posisi batubara pada seri kualifikasi mulai dari gambut
sampai antrasit. Perkembangannya sangat dipengaruhi oleh temperatur, tekanan dan waktu
(Lopatin, 1971; Bostick, 1973). Banyak parameter yang telah dipergunakan untuk penentuan
derajat batubara (cook, 1982), salah satu diantaranya adalah refleksi vitrinit. Cara ini belum
dikenal di Indonesia, tetapi telah berkembang pesat di Amerika, JErman, Australia dan lain-
lain, terutama perusahaan-perusahaan yang berkecimpung di dalam eksplorasi minyak dan
gas.
3.2 Saran
Mengingat BatuBara memiliki bentuk lapisan yang berbeda – beda, akibat adanya
tekanan dan panas dan juga pengaruh geologi sehingga terbentuk lapisan BatuBara dari peat.
Maka dalam hal penambangan Batubara harus diketahui pasti Struktur perlapisan BatuBara
itu sendiri.
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB.I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Maksud Dan Tujuan...............................................................................1
BAB.II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian BatuBara..............................................................................2
2.2 Proses Pembentukan BatuBara………………………………………...2
2.3 Syarat Terbentuknya BatuBara.............................................................3
2.4 Kelas Sumber Daya BatuBara...............................................................3
2.5 Pengolahan dan Pemanfaatan BatuBara................................................5

2.6 Kualitas BatuBara.................................................................................7


BAB.III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................11
3.2 Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..12

DAFTAR PUSTAKA
_______http://www.tekmira.esdm.go.id/
______http://www.teknologi pemanfaatan BatuBara.com

Anda mungkin juga menyukai