Pengeluaran dan biaya yang tidak berkaitan baik langsung maupun tidak
langsung dengan kegiatan mendapatkan, memelihara, dan menagih
penghasilan yang merupakan objek Pajak Penghasilan maka tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Dasar Hukum:
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (1) Huruf k
Aplikasi:
e-SPT Tahunan PPh WP Badan ( 1771 atau 1771/$ )
Formulir:
Formulir SPT Tahunan PPh Badan 1771 atau Formulir SPT Tahunan PPh
Badan 1771/$
Segmentasi:
Badan
Proses:
Penghitungan
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri
PENGERTIAN
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain
yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang
yang meliputi:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk:
1. bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional
2. bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah
3. bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional
4. bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah
2. cadangan piutang tak tertagih untuk badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, yaitu badan usaha selain bank umum dan
bank perkreditan rakyat yang menyalurkan kredit kepada
masyarakat, yang meliputi:
1. Koperasi simpan pinjam
2. PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
3. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia
4. Perusahaan pembiayaan infrastruktur yang melakukan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek
infrastruktur.
5. PT. Perusahaan Pengelola Aset
3. cadangan piutang tak tertagih untuk sewa guna usaha dengan
hak opsi yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk kegiatan
pembiayaan dengan menyediakan barang modal untuk digunakan
oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara angsuran dengan hak opsi
(Finance Lease)
4. cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan pembiayaan
konsumen yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan
yang melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara
angsuran.
5. cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan anjak piutang
yaitu cadangan piutang tak tertagih untuk perusahaan yang
melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut.
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial meliputi
1. cadangan premi tanggungan sendiri dan klaim tanggungan
sendiri untuk perusahaan asuransi kerugian
2. cadangan premi untuk perusahaan asuransi jiwa
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan, yaitu
cadangan penjaminan untuk lembaga yang berfungsi menjamin
simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara
stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya.
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yaitu cadangan
biaya untuk kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha
pertambangan agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai
peruntukannya.
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan yaitu
cadangan biaya penanaman kembali bagi perusahaan yang diwajibkan
melakukan penanaman kembali atas hutan yang telah diekploitasi
untuk usaha yang terkait dengan sistem pengurusan yang bersangkut
paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang
diselenggarakan secara terpadu.
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industr yaitu cadangan
biaya penutupan dan pemeliharaan bagi perusahaan yang mengolah
limbah industri yang mencakup kegiatan penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan limbah industri dan
penimbunan hasil pengolahan limbah industri.
KETENTUAN TAMBAHAN
Dalam hal Wajib Pajak secara bersamaan melakukan kegiatan usaha sewa
guna usaha dengan hak opsi, pembiayaan konsumen, dan/atau anjak
piutang, besarnya cadangan piutang tak tertagih yang dapat dibiayakan
dihitung berdasarkan besarnya piutang untuk masing-masing usaha
POKOK PINJAMAN
yang diberikan oleh bank umum, bank perkreditan rakyat, koperasi simpan
pinjam, PT Permodalan Nasional Madani (Persero), Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia, perusahaan pembiayaan infrastruktur, atau PT.
Perusahaan Pengelola Aset.
Kerugian yang berasal dari piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih
Dasar Hukum:
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (1) Huruf c
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219 Tahun 2012
Aplikasi:
e-SPT Tahunan PPh WP Badan ( 1771 atau 1771/$ )
Formulir:
Formulir SPT Tahunan PPh Badan 1771 atau Formulir SPT Tahunan PPh
Badan 1771/$
Segmentasi:
Badan
Proses:
Penghitungan
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura seperti beras, gula, dan
sebagainya, dan imbalan dalam bentuk kenikmatan, seperti penggunaan
mobil, rumah, dan fasilitas pengobatan.
Dasar Hukum:
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (1) Huruf e
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83 Tahun 2009 Pasal 3 dan Pasal 4
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 51 Tahun 2009 Pasal 2 dan Pasal
10
Aplikasi:
e-SPT Tahunan PPh WP Badan (1771 atau 1771/$)
Formulir:
Formulir SPT Tahunan PPh Badan 1771 atau Formulir SPT Tahunan PPh
Badan 1771/$
Segmentasi:
Badan
Proses:
Penghitungan
Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan oleh tenaga ahli lain yang
setara hanya dibayar sebesar Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah),
jumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) tidak boleh
dibebankan sebagai biaya.
Bagi tenaga ahli yang juga sebagai pemegang saham tersebut jumlah
sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dimaksud dianggap
sebagai dividen.
Dasar Hukum:
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 9 Ayat (1) Huruf f
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 18 ayat (4)
Aplikasi:
e-SPT Tahunan PPh WP Badan ( 1771 atau 1771/$ )
Formulir:
Formulir SPT Tahunan PPh Badan 1771 atau Formulir SPT Tahunan PPh
Badan 1771/$
Segmentasi:
Badan
Proses:
Penghitungan
BIAYA YANG BOLEH DAN TIDAK BOLEH DALAM
PENGHITUNGAN SPT PPH BADAN
BIAYA-BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN
DAN YANG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN
Apa Saja Yang Perlu Dilaporkan Pada SPT Masa PPh 21 Nihil?
(1) SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk formulir kertas
(hard copy) tidak perlu dilampiri dengan:
1. Formulir 1721-I dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 bagi
Pegawai Tetap, Penerima Pensiun, Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua
Berkala serta bagi Pegawai Negeri Sipil, Anggota Tentara Nasional
Indonesia, Anggota Polisi Republik Indonesia, Pejabat Negara dan
Pensiunannya;
2. Formulir 1721-II dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak
Final) dan Pasal 26 dengan menggunakan Formulir 1721-VI;
3. Formulir 1721-III dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Final)
dengan menggunakan Formulir 1721-VII;
4. Formulir 1721-IV dalam hal tidak ada penyetoran dan pemindahbukuan
PPh Pasal 21 dan Pasal 26 dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk;
5. Formulir 1721-V dalam hal Pemotong wajib menyampaikan SPT Tahunan;
6. Formulir 1721-VI;
7. Formulir 1721-VII;
8. Formulir 1721-A1;
9. Formulir 1721-A2;
Jika dirunut dari syarat diatas maka poin 6 & 7 bukti potong memang tidak
perlu dilaporkan, sedangkan poin 8 & 9 dibuat tetapi setelah tutup tahun
dan diberikan kepada masing-masing pegawai tetap. Sedangkan formulir
lainnya dilaporkan jika ada pemotongan, karena pada kasus ini tidak ada
pemotongan PPh 21 maka hanya form induk SPT saja yang dilaporkan.
Kemudian karena jumlah bukti pemotongan/karyawan masih dibawah 20
tiap bulannya maka tidak wajib lapor nihil dengan menggunakan e-SPT PPh
21.
Hitungan PPh 21 Pada Kertas Kerja
Dari tabel diatas terlihat tidak ada pemotongan PPh 21. Disebut ada
pemotongan adalah jika ada pajak atas penghasilan yang dipotong oleh
pemberi kerja, sementara pemotongan bisa terjadi jika ada penghasilan
yang melebihi PTKP. Kertas kerja ini tidak perlu dilaporkan, cukup sebagai
arsip dasar perhitungan.
Dan pada kesempatan ini akan dibahas mengenai metode Garis Lurus (GL).
Sehingga aset tetap akan mengalami tingkat penurunan fungsi yang sama
dari periode ke periode hingga aset tetap ditarik dari penggunaannya dalam
operasional perusahaan.
Contoh:
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin
tersebut sebesar Rp 13,000,000
Dan apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik
penggunaannya, diperkirakan mesin tersebut masih bisa ditimbang kiloan
(spesialisasi orang madura nih, hehe becanda) besi tuanya dapat dijual
seharga Rp 1.000,000.
Perhitungan Penyusutan :
Dan untuk tahun 2015, maka beban penyusutannya selama 12 bulan full jadi
menggunakan 12/12
31 Desember 2014
Pada akhir periode, penyusutan ini juga harus dilakukan jurnal penyesuaian
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan Rp 287.500
(5% x Rp 5.750.000) Rp 200.000
2. Iuran Pensiun
Rp 63.150.000
Penghasilan Neto Setahun
(12 x Rp 5.262.500)
Rp 58.500.000
PTKP Setahun
– Untuk Wajib Pajak Sendiri Rp 54.000.000
Rp 4.650.000
Penghasilan Kena Pajak Setahun
PPh Pasal 21 Terutang Rp 232.500
(5% x Rp 4.650.000)
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Penghasilan Neto setahun: Rp. 116.088.000
PTKP K/1: Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 53.088.000
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 53.088.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 53.088.753
maka Pembulatan = Rp. 53.088.000. Contoh kasus pada artikel ini hanya
kebetulan memiliki PKP dan Pembulatan yang sama)
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 50.000.000 = Rp. 2.500.000
15% x Rp. 3.088.000 = Rp. 463.200
PPh 21 Setahun = Rp. 2.963.200
PPh 21 Sebulan = Rp. 2.963.200 : 12 = Rp. 246.933
Jadi sampai bulan Agustus 2017, gaji Abdul yang telah dipotong PPH 21
sebesar:
Rp. 246.933 x 8 = Rp. 1.975.467
b. PPh 21 dari Penghasilan Sebenarnya sampai bulan Agustus 2017:
Gaji Pokok: Rp. 10.000.000 x 8 = Rp. 80.000.000
BPJS TK:
JKK: (0,24% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 192.000
JKM: (0,30% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 240.000
BPJS KES: (4% x Rp. 8.000.000) x 8 = Rp. 2.560.000
(Karena basis pengali untuk BPJS Kesehatan lebih dari Rp. 8.000.000
maka pengali untuk BPJS Kesehatan menggunakan Rp. 8.000.000)
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 82.992.000
(hasil penjumlahan Gaji Pokok, BPJS TK, dan BPJS Kesehatan)
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 82.992.000 = Rp. 4.149.600
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 10.000.000) x 8 = Rp. 1.600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 77.242.400
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP K/1
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Status Menikah: Rp. 4.500.000
Tanggungan (1): Rp. 4.500.000
PTKP K/1 = Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Penghasilan Neto setahun: Rp. 77.242.400
PTKP K/1: Rp. 63.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 14.242.000
(hasil dari pengurangan Penghasilan Neto Setahun dengan PTKP K/1)
Pembulatan = Rp. 14.242.000
(hasil PKP dilakukan pembulatan ke bawah, misalnya: PKP = Rp. 15.088.753
maka Pembulatan = Rp. 15.088.000. Contoh kasus pada artikel ini hanya
kebetulan memiliki PKP dan Pembulatan yang sama)
Perhitungan PPh 21
5% x Rp. 14.242.000 = Rp. 712.100
PPh 21 sebenarnya sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 712.100
PPh 21 yang sudah dipotong sampai bulan Agustus 2017 = Rp. 1.957.467
Jadi Abdul lebih bayar sebesar:
Rp. 1.957.467 – Rp. 712.100 = Rp. 1.245.367
(pajak lebih bayar ini diberikan kepada Abdul beserta pemberian bukti
pemotongan PPh 21 (A1) dan PT Karya Abadi membuat pembetulan)
Perhitungan PPh 21 untuk Karyawan masuk Tengah Tahun
Pada bulan September 201, posisi Abdul diisi oleh Umar. PT Karya Abadi
memberikan gaji setiap bulan sebesar Rp. 7.500.000, mendapat tunjangan
BPJS Ketenagakerjaan JKK, JKM dan JHT sebesar 0,24%, 0,30% dan 3,70%
dari gaji pokok. BPJS Kesehatan sebesar 4% yang ditanggung perusahaan.
Umar membayar JHT sebesar 2% dari gaji pokok dan BPJS Kesehatan
sebesar 1%. Umar belum menikah. Berapa PPh 21 Umar tahun 2017 selama
di PT Karya Abadi?
A. Pajak per bulan selama tahun 2017
Pajak Perbulan selama tahun 2017
Gaji Pokok dari bulan Sept – Des 2017: Rp. 7.500.000 x 4 = Rp. 30.000.000
BPJS TK:
JKK : (0,24% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 72.000
JKM : (0,30% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 90.000
BPJS KES: (4% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 1.200.000
Penghasilan Bruto Setahun = Rp. 31.362.000
Pengurang
Biaya Jabatan: 5%x Rp. 31.362.000 = Rp. 1.568.100
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 4 = Rp. 600.000
Penghasilan Neto Setahun = Rp. 29.193.900
(hasil dari pengurangan Penghasilan Bruto Setahun dengan Pengurang)
PTKP TK/0
Wajib Pajak Sendiri: Rp. 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 0
(tidak dikenakan pajak, karena Penghasilan Neto Setahun lebih kecil dari
PTKP)
B. Pajak per bulan selama tahun 2018
Gaji Pokok: Rp. 7.500.000 x 12 = Rp. 90.000.000
BPJS TK:
JKK : (0,24% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 216.000
JKM : (0,30% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 270.000
Pengurang
Biaya Jabatan: 5% x Rp. 94.086.000 = Rp. 4.704.300
BPJS TK:
JHT: (2% x Rp. 7.500.000) x 12 = Rp. 1.800.000