Kelas : 8.6
B.ُُُMendirikanKa’bah
Pada suatu hari NabiُIbrahimُmendapatُperintahُuntukُmendirikanُKa’bahُdiُdekatُtelagaُ
Zamzam. Hal itu diberitahukan kepada anaknya Ismail. Maka keduanya sepakat untuk
membangun rumah Allah yang akan digunakan untuk beribadah.
MerekaُmembangunُKa’bahُtersebutُdenganُtangan-tangan mereka sendiri. Mengangkut
batu dan pasir serta bahan-bahan lainnya dengan tenaga yang ada padanya. Setiap selesai bekerja
NabiُIbrahimُbersamaُanaknya,ُIsmail,ُkeduanyaُberdoa,ُ“YaُTuhan!ُTerimalahُkerjaُkamiُini,ُ
sungguh Engkau maha Mendengar dan MahaMengetahui.”
“YaُTuhan!ُJadikanlahُkamiُdanُketurunanُkamiُumatُyangُmenyerahkanُdiriُkepada-Mu,
dan perlihatkanlah kepada kami, Ibadah kami, dan beri tobatlah kami, sesungguhnya Tuhan Maha
PemberiُTobatُdanُamatُPengasih.”
Pada saat membangun rumah suci itu, Ibrahim dan Ismail meletakkan sebuah Batu Besar
berwarna Hitam mengkilat. Sebelum meletakkan batu itu diciumnya sambil mengelilingi
bangunanُ Ka’bah.ُ Batuُ tersebutُ sampaiُ sekarangُ masihُ ada,ُ itulahُ Hajarُ Aswad.ُ Setelahُ
bangunan itu selesai, Allah mengajarkan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail tata cara beribadah
menyembah Allah.
Tata cara beribadah yang diajarkan kepada Nabi Ibrahim dan Ismail inilah yang juga
diajarkan kepada Nabi-nabi dan Rasul yang sesudahnya hingga kepada Nabi Muhammad SAW.
“Yaُ Tuhan, bangkitkanlah seorang utusan dari mereka itu yang mengajarkan ayat dan
kitab serta segala hikmah dan yang akan membersihkan dari dosa-dosa, Engkaulah Tuhan Yang
MahaُMuliaُlagiُPerkasa.”
Allah SWT telah memperingatkan kepada kita bahwa durhaka kepada orang tua merupakan
dosaُbesar,ُbahkanُmengatakanُ“ah”ُsajaُkitaُdilarangُapalagiُdurhakaُkepadanya.
Rasululloh saw bersabda:
س ِم َُع منيرُ بنُ هللا عبدُ حدِّثنا َ بَُ قَال ِإبْراهيم بن الملك عبد و َجريرُ بن َو ْه: بن بكر أَبي بن هللا عبيد عن شعبة حدَّثنا ُِ بن بكر أَ ِبي ُِ
َ
ُ أنَس، ضي أنَس عن ِ قال عنه هللا َر: ي سئِل َُ قَا: «ُاإل ْشراك
ُُّ ِل الكبائِر َعن وسلم عليه هللا صلى النَّب ِ ِلل
ُ با، ُالوالدين و َعقوق،
ُِ ُِ َْوقَت
ل
س ْ
ُ ِ النَّف، ُش َهادَة
َ ور َو ُّ
ُِ »الز
Artinya: Dosa-dosa besar adalah: mempersekutukan Allah swt, durhaka kepada kedua orang tua,
membunuh orang dan sumpah palsu.[6] (HR. Bukhori)
Durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa besar yang sangat dibenci oleh Allah
SWT, sehingga adzabnya disegerakan oleh Allah di dunia ini. Hal itu dinyatakan oleh Rasululloh
saw:
ُي بَ ْك َرُةَ أَ ِبي َو َع ْن
َُ ض ِ للا َر َُّ ُن َع ْنه ُِ ي ِ َع ُِ لَّ ْال ِقيَا َم ُِة يَُ ْو ُِم إلَى شَا َُء َما ِم ْن َها للاَُّ ي َؤ ِ ِّخرُ الذُّنو
َُ قَا: «ُب ك ُّل
ُِّ ل النَّب ُ ْن عقوقَُ إ ْ إن
ُِ ال َوا ِلدَي، َُّ َللاَ ف
َُّ ُي َع ِ ِّجله
احبِ ُِه
ِ صَ ل ال َحيَاةُِ فِي ِلْ َُ ت قَ ْب ُِ ال َم َما
Artinya: Semua dosa-dosa di undurkan oleh Allah (adzabnya) sampaiwaktu yang dikehendaki-
Nya kecuali durhaka kepada kedua orang tua, maka sesungguhnya Allah menyegerakan
(adzabnya) untuk pelakunya di waktu hidup di dunia ini sebelum ia meninggal. [7]
Kita perlu membaca dan merenungkan kembali kisah anak-anak yang durhaka kepada
orang tuanya, betapapun ringannya bentuk pendurhakaannya itu, dan betapapun rajinnya dia
beribadah seperti kisahnya Juraij dan Alqamah. Juraij yang menjadi korban fitnah orang-orang
yang iri hati kepadanya karena ia tidak mengindahkan panggilan ibunya, dan Alqamah yang tidak
bisaُ menirukanُ talqinُ kalimatُ suciُ lāُ ilāha illallāhُ menjelangُ ajalnyaُ karenaُ dosanyaُ
mengutamakan istrinya daripada ibu kandungnya sendiri. Dan banyak lagi kisah-kisah lain yang
bisa dijadikan pelajaran berharga, baik kisah-kisah nyata, maupun hanya sekedar legenda seperti
hikayat Si Malin Kundang Anak Durhaka, atau Sampuraga dan lain-lainnya. [8]
Adapun bentuk kedurhakaan terhadap orang tua bermacam-macam dan bertingkat-tingkat,
mulaiُ dariُ mendurhakaُ didalamُ hati,ُ mengomel,ُ mengatakanُ “ah”ُ (uffin),ُ berkataُ kasar,ُ
menghardik, tidak menghiraukan panggilannya, tidak pamit, tidak patuh dan bermacam-macam
tindakan lain yang mengecewakan atau bahkan menyakiti hati orang tua. Di dalam surat Al-Isro’ُ
ayat 23 diungkapkan oleh Allah dua contoh pendurhakaan kepada orang tua, yaitu mengucapkan
kata uffin (semacam keluhan dan ungkapan kekesalan yang tidak mengandung arti bahasa apapun)
dan menghardik (lebih-lebih lagi bila kedua orang tua sudah berusia lanjut):
ُض
ى َ َل َربُّكَُ َوقُ َّ َل تَ ْعبدوا أ ُِ سانا َوبِ ْال َوا ِلدَي
ُ َّ ْن إِيَّاهُ ِإ َُّ َل ِك ََله َما أ َ ُْو أَ َحده َما ْال ِكبَ َُر ِعندَكَُ يَبْلغ
َ َْن إِ َّما ُۚإِح ُ َ َف لَّه َما ت َقل ف ُ َ َوقل ت َ ْن َه ْره َما َو
ُِّ ل أ
ك َِريما قَ ْولُ لَّه َما
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-
kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.[9]
Dengan sadar dan dari lubuk hati yang paling dalam, marilah kita senantiasa menumbuhkan
kembali rasa cinta kita kepada orang tua, senantiasa menjadi anak yang shaleh yang selalu
mentaatinya sesuai dengan tuntunan al-Qur’anُdan Sunnah, maka untuk mendapatkan itu semua
mariُ senantiasaُ kitaُ mendo’akanُ keduaُ orangُ tuaُ kita,ُ supayaُ beliauُ senantiasaُ mendapatُ
maghfiroh dari Allah SWT dan senantiasa berada dalam naungan-Nya:
ِ ي ا ْغ ِف ْر ِلى َر
ُِّب ْ ص ِغيْرا َربََُّيا ِنى َك َما َو
َُّ َ ار َح ْمه َما َو ِل َوا ِلد ِّ
Artinya: Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan dosa-dosa ibu bapakku, dan kasihilah keduanya
sebagaimana mereka mengasihiku di waktu aku masih kecil.