Prinsip Kerja Obat PDF
Prinsip Kerja Obat PDF
B. LEVEL AKSIOBAT
Untuk mempelajari aksi suatu obat, periu mempertimbangkan efek yang
dihasilkan pada sistem biologis dalam level atau tingkatan bagian dari organisme
yang berbeda-beda. Tingkatan utama dari yang sederhana menuju yang
komplek adalah sebagai berikut molekuler btologi, subseluler, sel, organ atau
jaringan, organisme utuh, dan interaksi antar organisme.
Aksi obat pada tingkat molekuler
Obat mempunyai target pada sistem makromolekuler atau molekul seperti
reseptor, enzim (sistem enzim), sistem transport atau komponen genetik.
Sebagai contoh pada reseptor, obat berinteraksi dengan komponen biologis
pada membran sel yartu reseptor yang akhirnya menghasilkan suatu komponen
molekuler antara lain cAMP, inositol trifosfat (IP3) dan diasilgliserol. Reseptor
dalam hal ini merupakan suatu glikoprotein dalam membran sel, sedangkan
ketiga senyawa tersebut merupakan komponen tingkat molekuler akibat interaksi
obat dan reseptor. Di samping itu terdapat beberapa obat yang beraksi pada
komponen genetik misalnya DNA atau RNA, misalnya faktor pertumbuhan
(growth factor). Aksi sennyawa tersebut dengan DNA atau RNA merupakan aksi
pada tingkat mlekuler.
Aksi obat pada struktur subseluler
Aksi ini memiliki target pada komponen subseluler seperti mitokondria,
mikrotubulus, lisosom, granul sitoplasma. Granul atau vesikel sitoplasma juga
termasuk dalam aksi obat pada struktur subseluler seperti vesikel saraf
kolinergik atau adrenergik, granul sel mast dan sel kromafin.
Surfaktan
Kelompok utama obat-obat surfaktan meliputi sabun, yang digunakan
sebagai senyawa pembersih kulit, antiseptik dan desinfektan. Aktivitas
antimikroba disebabkan oleh gangguan membran plasma dari mikroorganisme
tersebut. Surfaktan juga digunakan untuk pengobatan flatulen, untuk membantu
laksatif.
Senyawa pengkelat
Beberapa obat aksinya berdasarkan pembentukan kelat adalah EDTA
(etilen diamin tetra asetat) dan dimerkaprol yang dapat membentuk komplek
kelat dengan logam-logam seperti timbal atau tembaga sehingga logam tersebut
dapat dikeluarkan dari tubuh.
Tabel I beberapa contoh enzim sebagai target aksi obat (Rang et a/., 1999)
Kanel ion
Obat yang mempunyai target aksi kanel ion disajikan pada tabel II.
Berdasarkan mekanismenya dibedakan menjadi 2 yaitu (gambar 1):
• Pengeblok kanel
• Modulator kanel
Aksi obat yang dapat berhubungan dengan kanel (pengeblok kanel)
adalah mengeblok secara fisik kanel ion. Contohnya adalah anastesi lokal pada
kanel natrium yang tergantung voltase atau diuretik amirolid yang mengeblok
pemasukan natrium pada sel tubuler ginjal. Sedangkan beberapa obat yang
beraksi pada reseptor GABA yartu benzodiazepin dan barbiturat merupakan
suatu modulator kanel klorida yang mempunyai sisi aktif pada bagian yang lain
dari kanel. Interaksi senyawa tersebut pada sisi aktif tersebut dapat memodulasi
terbukanya kanel klorida.
Tabel II beberapa contoh kanel ion
sebagai target aksi obat (Rang et a/., 1999)
Nama kanel ion Pengeblok Modulator
Voltage-gated Na+ channels Analstesi lokal Veratridin
Renal tubule Na+ channels Amirolid Aldosteron
Voltage-gated Ca2+ channels Dihidropiridin
Agonis β-adrenergik
Voltage-gated K+ channels 4-aminopiridin
ATP-sensitive Na+ channels ATP Sulfonilurea
GABA-gated Cl channels Pikrotoksin Benzodiazepin
Barbiturat
Molekul Pembawa
Transport molekul organik kecil dan ion menembus membran sel
biasanya membutuhkan protein pembawa karena molekul tersebut terlalu polar
untuk menembus mebran sel. Terdapat beberapa contoh molekul pembawa
disajikan pada tabel III. Protein pembawa mempunyai sisi aktif terhadap
senyawa yang akan dibawanya dan bersifat spesifik. Sebagai contoh obat yang
bekerja pada molekul pembawa adalah hemikolinium yang dapat menghambat
pembawa klonik pada ujung syaraf autonom (gambar 2). Sebagai ilustrasi
interaksi suatu senyawa terhadap molekul pembawa disajikan pada gambar 1.
Reseptor
Reseptor merupakan suatu molekul target yang jetas dan spesifik
terdapat dalam organisme, tempat molekul obat (agonis) berinteraksi membentuk
suatu komplek yang reversibel sehingga pada akhirnya menimbulkan respon.
Reseptor dengan beberapa agonis misalnya hormon, substansi transmitter,
faktor pertumbuhan dan sitokin dapat membentuk suatu komplek dan pada
akhirnya akan menstimulasi peristiwa-peristiwa biokimia dan pada akhirnya
menimbulkan efek. Suatu senyawa yang dapat mengaktivasi reseptor sehingga
menimbulkan respon adalah agonis. Selain itu, senyawa yang dapat membentuk
komplek dengan reseptor tapi tidak dapat menimbulkan respon dinamakan
antagonis. Sedangkan senyawa yang mempunyai aktivitas diantara dua
kelompok tersebut dinamakan agonis parsial. Pada suatu kejadian dimana tidak
semua reseptor diduduki atau berinteraksi dengan agonis untuk menghasilkan
respon maksimum, sehingga seolah-olah terdapat kelebihan reseptor, kejadian
ini dinamakan reseptor cadangan (spare reseptor). Sebagai ilustrasi interaksi
baik agonis maupun antagonis terhadap reseptor disajikan pada gambar 1.
Contoh dari agonis adalah asetilkolin yang bekerja pada reseptor
asetilkolin nikotinik, sedangkan antagonisnya adalah tubokurarin. Menarik disini
adalah bahwa ternyata terdapat reseptor yang mempunyai beberapa sub-unit
yang dibedakan dari organ reseptor tersebut dan respon yang ditimbulkan
misalnya reseptor histamin yang terdiri reseptor H-1, H-2 dan H-3. Mepiramin
dan ranitidin berturut-turut merupakan antagonis H-1 dan H-2. Beberapa agonis
dan antagonis pada beberapa reseptor disajikan pada tabel IV.
Beberapa reseptor telah dapat diidentifikasi susunan asam aminonya. Empat tipe
utama reseptor adalah sebagai berikut:
1. Agonist (ligand) gated channels. Tersusun dari subunit protein yang
membentuk sebuah pori (celah) central.
2. G-Protein coupled reseptors. Membentuk sebuah familia reseptor dengan
tujuh helik yang merentang membran. Reseptor tersebut terhubung ke
respon fisiologi oleh pembawa pesan kedua.
3. Steroid and thyroid hormones reseptors. Reseptor tersebut terdapat dalam
inti sel dan mengaturtranskripsi dan sintesis protein.
4. Insulin reseptors. Reseptor tersebut secara langsung terhubung pada
tyrosine kinase.
Pertanyaan
1. Bagaimana sifat ikatan antara obat atau agonis dengan target aksinya
2. Sebutkan dan jelaskan ikatan-ikatan yang memperantarai interaksi obat
dengan target aksinya!
3. Mengapa histamin, adrenergik dan asetiikolin mempunyai beberapa sub-tipe,
jelaskan ?