Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN

ALKALINITAS

Disusun oleh :
Kelompok 4

Muhammad Luthfi (1606831363)


Nadira Erfira Y (1606879142)
Yulia Maulida (1606834150)
Asisten Praktikum : Haryadi Wijaya
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asisten :
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK

I. Tujuan
Untuk mengetahui cara pengukuran keasamaan dan kebasaan serta
mengetahui konsentrasi alkalinitas sampel air. Tujuan pengukuran adalah
untuk mengetahui kadar alkalinitas dalam air.
II. Dasar Teori[

1. Definisi
Alkalinitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen.
Alkalinitas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap
pertumbuhan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai
besaran yang menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan
sampai tahap tertentu terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air.
Semakin tinggi alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih
tinggi sehingga fluktuasi pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya
dinyatakan dalam satuan ppm (mg/l) kalsium karbonat. Commented [h1]: Sumber??

2. Pengebab alkalinitas
3. Metode Analisa alkalinitas Commented [h2]: Metode Volumetric
Metode Potensiometri
4. Alasan alkalinitas sebagai parameter
Alkalinitas merupakan kuantitas anion dalam perairan yang dapat
menetralkan kation hidrogen sehingga tingkat keasaman suatu perairan
dapat dinetralisir. Alkalinitas selain berhubungan dengan pH air tentunya
sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas perairan.
Oleh karena itu, alkalinitas sangat penting digunakan sebagai
parameter air, karena alkalinitas dapat menunjukkan dan mempengaruhi
kualitas dan keadaan perairan yang digunakan oleh parameter air. Pada Commented [h3]: Cari hubungan dnegan korosi

industri juga sifat alkalinitas sangat penting. Contohnya dalam perpipaan


industri, apabila kondisi larutan asam korosif, maka akan merusak pipa.
Jika kondisi larutan saat melewati pipa alkalinitas tinggi, maka akan
menyebabkan pipa mampet karena muncul kerak. (Taufiqullah, 2018)

5. Faktor -faktor yang mempengaruhi alkalinitas


Tinggi atau rendahnya nilai pH air tergantung pada beberapa faktor yang
dapat dibedakan menjadi faktor parameter perubahan fisika dan kimia, dan
juga parameter perubahan biologis. Dibawah ini adalahn faktor-faktor yang
mempengaruhi alkalinitas dari parameter perubahan fisika dan kimia :

1. pH (penambahan bahan bersifat asam atau basa)


Pengaruh pH :
Nilai pH dibawah 7,4 merupakan zone korosi / acidosis yang dapat
merugikan ikan/udang karena terjadi acidosis (seperti fenomena shoft shell
syndrome pada udang). Nilai pH 7,4 – 7,7 merupakan pH ideal untuk
alkalinitas 100 ppm sebagai CaCO3. Nilai pH di atas 7,7 merupakan zone
karbonat / kalsifikasi dimana nilai alkalinitas akan jatuh dan terbentuk
presipitasi CaCO3. Commented [h4]: sumber

(Taufiqullah, tneutron, 2017)

2. CO2
Pengaruh CO2 :
• CO2 melarutkan CaCO3 :
CO2 + H2O + CaCO3 ↔ Ca2+ + 2 HCO3-
CaCO3 ↔ Ca2+ + CO32-
• CO2 membentuk asam lemah H2CO3 yang dapat terdisosiasi dengan
melepaskan 1 H+ hingga 2 H+ yang dapat menurunkan pH dan membawa
sistem ke zone korosi/ acidosis jika jumlah CO2 terlarut dalam air tinggi.
• Dalam jumlah yang cukup, CO2 dapat menurunkan pH sehingga
berpengaruh terhadap alkalinitas.

3. Aerasi / pengadukan
Aerasi tambahan pada sistem air laut/payau yang terdapat banyak CO2 baik
berasal dari sedimen, aktifitas oksidasi bakteri organotroph, respirasi
plankton dan biota budidaya (ikan/udang) akan menyebabkan pH naik
tanpa merubah nilai alkalinitas dengan mekanisme pelepasan ekses CO2
ke atmosfir dan menggantikannya dengan lebih banyak gas nitrogen dan
oksigen terlarut dalam air.

4. Kesadahan (Ca dan Mg)


Pengaruh kesadahan (Ca dan Mg) :
Kalsium (Ca2+) dalam konsentrasi tinggi akan menurunkan alkalinitas air
laut/payau dengan jalan melangsungkan proses kalsifikasi :
OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O
Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓
Terlihat pada persamaan reaksi di atas, bahwa kalsifikasi akan
mengakibatkan efek ganda berupa turunnya alkalinitas (HCO3-) dan
kesadahan (Ca2+). Magnesium menghambat proses kalsifikasi yang
dilangsungkan oleh kalsium dengan proses pengikatan OH- menjadi
Mg(OH)2 pada pH > 9.

5. Tekanan gas / udara dan temperatur


Pengaruh suhu dan tekanan gas/udara :
Mekanisme fisis yang sama berlangsung dengan menaikkan temperatur
yang akan mengurangi tekanan gas CO2 (pCO2)dalam air, hingga
kelarutannya berkurang.
Selain itu terdapat dampak biologi berupa :
1. Fotosintesis
Pengaruh fotosintesis :
Fotosintesis mengambil CO2 dari badan air berupa gas CO2 terlarut
(available) dan mengubahnya menjadi sel plankton dan cairan sel berupa
karbohidrat, lemak dan protein beserta pelepasan oksigen di siang hari saat
terdapat cukup cahaya matahari.
Pelepasan gas O2 lebih lanjut dapat mendesak kelarutan gas CO2 untuk
terdifusi ke udara keluar dari badan air. Ini menjelaskan bagaimana proses
fotosintesi dapat menyebabkan fluktuasi pH harian yang lebar. Untuk
antisipasi pembatasan fluktuasi yang terlalu lebar perlu penambahan
available CO2 dan HCO3- yang cukup pada kisaran pH ideal (7,5 – 8,0).
Yang menarik dari aktifitas plankton yang mempengaruhi alkalinitas
adalah saat plankton mensintesis protein di dalam selnya. Ketika
memanfaatkan ion ammonium sebagai sumber nitrogen (N) plankton akan
mengkonsumsi alkalinitas hingga alkalinitas turun. Namun jika
menggunakan ion nitrat sebagai sumber nitrogennya, plankton
berkontribusi menaikkan alkalinitas. Commented [h5]: rapikan penulisan

2. Aktifitas bakteri kimia


Pengaruh aktifitas bakteri kimia :
Bakteri kimia (chemothroph) yang paling kuat dalam dalam menurunkan
alkalinitas adalah bakteri Nitrifikasi karena memproduksi asam kuat
berupa HNO2 dan HNO3 dan berperan serta pula dalam menurunkan pH.
Pada pemupukan air kolam dengan pupuk ammonium, terjadi triple impact
penurunan alkalinitas dari air kolam dimana pupuk tersebut menstimulasi
pertumbuhbiakan bakteri Nitosomonas dan Nitrobacter yang akan
menurunkan alkalinitas. Plankton juga mengkonsumsi sebagian pupuk
ammonium dan menurunkan alkalinitas air kolam ditambah reaksi
hidrolisis pupuk ammonium yang juga melepaskan asam (H+) yang
otomatis menurunkan pH dan alkalinitas.
3. Aktifitas organisme pembentuk cangkang kalsium karbonat
Pengaruh organisme pembentuk cangkang/CaCO3 :
OH- + HCO3- -----> CO32- + H2O
Ca2+ + CO32- -----> CaCO3 (solid) ↓
Gologan organisme pembentuk cangkang kasium karbonat mengkombinasi
kesadahan (Ca) dan alkalinitas (HCO3-) untuk berpresipitasi membentuk
hablur halus CaCO3 yang dibinder dengan silikat dan Borat dari air kolam
membentuk cangkang yang keras.
Organisme terlibat diantaranya bernacle (tritip), siput (trisipan), kerang
hijau, koral dan dari golongan bakteri seperti bakteri fotosintesis dan
golongan viral (virus white spot).
(Taufiqullah, tneutron, 2017)

6. Dampak alkalinitas Commented [h6]: dampak pada kesehatan dan lingkungan,


buat per poin
Air yang baik digunakan dalam suatu budidaya sebaiknya air yang
bersifat alkalis, sebab jika air yang bersifat alkalis dapat memungkinkan
terjadinya proses perombakan bahan-bahan organik menjadi garam
mineral yang dapat berlangsung dengan cepat (Effendi, 2003).
Alkalinitas merupakan faktor kapasitas yang dapat menentukan
kemasaman. pH Sehingga untuk mencegah penanggulangan terjadinya
kemasaman tersebut, maka di netralkan dengan ion-ion bikarbonat yang
memegang peranan penting dalam menentukan alkalinitas perairan
(Rompas, 1998).
Alkalinitas dapat berdampak pada kesehatan dan lingkungan, tergantung
dari nilai alkalinitas larutan di lingkungannya.
 Pada kesehatan tubuh, dampak alkalinitas adalah :
1. Keseimbangan keasaman dan alkalinitas tubuh
Ketidakseimbangan asam dan basa/alkalin dalam tubuh menyebabkan
bakteri dan organisme pembawa penyakit berkembang di dalam jaringan
tubuh dan merusak organ tubuh, sehingga dapat mempengaruhi sistem
kekebalan tubuh.
2. Mempertahankan tingkat elektrolit
Organ tubuh yang berhubungan erat dengan air adalah ginjal. Ginjal kita
bertanggung jawab untuk menjaga tingkat elektrolit kalsium, kalium,
magnesium dan natrium dalam tubuh dengan cara menyaring darah dan
membuang limbah serta kelebihan nutrisi dalam tubuh. Elektrolit
membantu mengurangi tingkat keasaman dalam tubuh.

Jika air yang Anda konsumsi tidak seimbang atau netral, dan darah
memiliki kadar keasaman yang tinggi, dapat menyebabkan hilangnya
mineral dari tulang, organ, sel dan jaringan. Bahkan juga berdampak dalam
penyerapan vitamin serta akumulasi limbah dan racun dalam tubuh.

3. Menjaga kadar pH darah dan aliran oksigen


Darah ternyata juga memiliki muatan negatif dan positif untuk mengangkut
oksigen dan bisa mengalir lancar di dalam pembuluh darah. Nah, jika air
memiliki pH yang tidak seimbang, ini juga secara otomatis mengacaukan
keseimbangan muatan negatif dna positif dalam darah.

 Dampak alkalinitas pada lingkungan


Dalam Lingkungan, Pada umumnya lingkungan yang baik bagi
kehidupan ikan adalah dengan nilai alkalinitas diatas 20 ppm. Apabila
alkalinitas tinggi pada lingkungan, maka lingkungan dalam kondisi basa
dan makhluk hidup juga tidak akan bisa hidup di lingkungan yang
kondisinya terlalu basa, karena dapat merusak kesehatan lingkungannya
dan menciptakan kerak.
Dalam kondisi terlalu asam, maka makhluk hidup juga tidak akan bisa
hidup, karena larutan asam bersifat korosif dan merusak organ dalam
makhluk hidup.
(feb, 2014)
7. Standar baku mutu Indonesia
Pada standar baku mutu, untuk mengetahui standar kadar alkalinitas
digunakan standar baku mutu untuk kesadaan. Baku mutu kesadahan
termasuk kedalam parameter wajib yang mana dilihat dari aspek kimiawi.
Berikut baku mutu kesadaha :
Table 1. standar baku mutu kesadahan

Parameter unit Standar Baku Mutu


Kesadahan Mg/l 500
Sumber : permenkes Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010
8. Aplikasi data alkalinitas dalam Teknik lingkungan
ari limbah untuk membentuk presipitasi hidroksida. alkalinitas juga bereaksi
terhadap buffer pada ph dimana koagulan bekerja secara efektif.
water softening
alkalinitas sebagai parameter yang cukup penting dalam perhitungan kadar batu
nkapur dan soda yang dibuthkan dalam melunakan air dengan metode presipitasi.
sebagai parameter peting dalam kontrol korosi
sebagai evaluasi kapasitas buffer dari suatu air limba dan juga sebagai penanda
resistensi air terhadap efek hujan asam
faktor penting dalam mengetahui keamaanan suatu air limbah untuk di lanjutkan
ke pengolahan secara biologi. Commented [h7]: rapikan penulisan dan buat per poin

9. Treatment untuk menghilangkan alkalinitas

III. Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
1. pH meter 1. larutan sampel
2. Buret 25 ml 2. Larutan A,B,C
3. Gelas ukur 100 ml 3. H2SO4
4. Pipet ukur 10 ml 4. Indikator phenolphtalein
5. Pipet volume 25 ml 5. Indikator methyl orange
6. Pipet tetes
7. Labu erlenmeyer
8. spatula

IV. Cara Kerja


Tabel 1. Cara kerja

No Cara Kerja No Cara Kerja


1. 2.

Menyiapkan larutan ABCD Memipet 25 ml setiap larutan


dengan beaker glass ke erlenmeyer
3.

Mengukur pH larutan

1. Larutan A
Tabel 2. Cara kerja untuk larutan A

No Cara Kerja No Cara Kerja


1. 2.

Menambahkan PP hingga Mentitrasi hingga larutan


larutan menjadi pink menjadi pink seulas
3.

Mencatat volime H2SO4 yang


digunakan

2. Larutan B

Tabel 3. Cara kerja larutan B

No Cara Kerja No Cara Kerja


1. 2.

Menambahkan PP hingga Mentitrsi larutan menjadi pink


larutan menjadi pink sulas
3. 4.

Mencatat volume H2SO4 yang Membubuhkan MO hingga


digunakan larutan menjadi kuning
5 6.

Mentitrasi sampai lautan Mencatat volume H2SO4 yang


berubah menjadi orange digunakan
3. Larutan C
Tabel 4. Cara kerja larutan C

No Cara Kerja No Cara Kerja


1. 2.

Menambahkan MO hingga Mentitrasi hingga larutan


larutan menjadi kuning menjadi orange
3.

Mencatat volime H2SO4 yang


digunakan

V. Data Pengamatan
Larutan PH V1 V2 ∆𝑉
A 9 14,1 15,3 1,2
B1 9 15,3 16,7 1,4
B2 9 16,7 21,3 4,6
C 7 21,3 24,3 3
D 6 24,3 27 2,7

VI. Pengolahan Data


Alkalinitas Fenolftalein
a. Larutan A
Alkalinitas fenolftalein (mg/L CaCO3)
A  B  1000  50
Alkalinitas fenoltalin =
C
1,2 𝑥 0,02 𝑥 1000𝑥 50
=
25

= 48 mg/L CaCO3
dengan penjelasan:
A = banyaknya mL larutan baku asam yang digunakan sampai 8,3;
B = kenormalan larutan baku asam
C = volume contoh / sample dalam mL
Alkalinitas Karbonat
apabila alkalinitas fenolftalin lebih kecil atau sama dengan ½ alkalinitas total,
alkalinitas karbonat dalam mg/L CO3=;
30
alkalinitas karbonat = 2 P 
50
30
= 2(48) x = 57,6 mg/L
50

b. Larutan B
A  B  1000  50
Alkalinitas fenoltalin =
C
1,4 𝑥 0,02 𝑥 1000 𝑥 50
= 25

= 56 mg/L CaCO3

Alkalinitas metil jingga (mg/L CaCO3)

Alkalinitas metil jingga =


T  P   B  1000  50
C
4,6 x 0,02 x1000 x 50
=
25

= 184 mg/L CaCO3


Alkalinitas total (mg/L CaCO3)
A  B  1000  50
Kelindian total =
C
6 x 0,02 x1000 x 50
= 25

= 240 mg/L CaCO3


30
Alkalinitas karbonat = 2 P 
50
30
= 2(56) x = 67,2 mg/L
50

dengan penjelasan:
A = banyaknya mL larutan baku asam yang digunakan pada pH 4,5-4,9;
B = kenormalan larutan baku asam;
C = volume contoh / sample dalam mL.
T = banyaknya mL larutan baku asam yang digunkan sampai pH 4,3 - 4,9;
P = banyaknya mL larutan baku asam yang digunakan sampai pH 8,3;
B = kenormalan larutan baku asam;
C = volume contoh / sample dalam mL.

c. Larutan C
Alkalinitas metil jingga (mg/L CaCO3)

Alkalinitas metil jingga =


T  P   B  1000  50
C
3 x 0,02 x1000 x 50
= 25

= 120 mg/L CaCO3


Apabila alkalinitas fenolftalin = 0, alkalinitas bikarbonat dalam mg/L HCO3-;
61
alkalinitas bikarbonat = T 
50
61
= 240 x = 292,8 mg/L
50

Dengan :
T = banyaknya mL larutan baku asam yang digunkan sampai pH 4,3 - 4,9;
P = banyaknya mL larutan baku asam yang digunakan sampai pH 8,3;
B = kenormalan larutan baku asam;
C = volume contoh / sample dalam mL.
d. Larutan D
Alkalinitas metil jingga (mg/L CaCO3)

Alkalinitas metil jingga =


T  P   B  1000  50
C
2,7 x 0,02 x1000 x 50
= 25

= 108 mg/L CaCO3


61
Alkalinitas bikarbonat = T 
50
61
= 240 x = 292,8 mg/L
50

Dengan :
T = banyaknya mL larutan baku asam yang digunkan sampai pH 4,3 - 4,9;
P = banyaknya mL larutan baku asam yang digunakan sampai pH 8,3;
B = kenormalan larutan baku asam;
C = volume contoh / sample dalam mL.

VII. Analisis
 Analisis percobaan
Percobaan asam basa (titrimetri dan potensiometri) adalah percobaan yang
bertujuan untuk mengetahui cara pengukuran keasamaan dan kebasaan serta
mengetahui konsentrasi alkalinitas pada contoh air (air danau) serta
mengetahui kadar alkalinitas dalam air. Percobaan asam basa menggunakan
dua metode. Yaitu metode titrimetri dan metode potensiometri. adalah metode
analisis kimia kuantitatif yang umum digunakan untuk menentukan
konsentrasi dari suatu analit yang telah diketahui. Potensiometri adalah
Mengukur potensial dua elektrode yang tidak terpolarisasi pada kondisi arus
nol merupakan potensiometri yang mengaplikasi secara langsung dari
persamaan Nerst. Dalam praktikum ini, pertama-tama praktikan menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan terlebih dulu yaitu ; pH meter yang
mempunyai kisaran pH 0-14 dengan ketelitian 0,01; buret 25 mL atau alat
titrasi lain dengan skala yang jelas; gelas ukur 100 mL; pipet ukuran 10 mL;
dan labu erlenmeyer 300 dan 500 mL. Untuk bahan yang diperlukan adalah ;
asam sulfat pekat (H2SO4) 0,02 N; larutan natrium karbonat (Na2CO3) 0,02 N;
dan air suling atau air demineralisasi yang mempunyai DHL 0,5-2,0
mhos/cm. Lalu praktikan mempersiapkan larutan sampel A,B,C,D dan
memipet larutan ke 4 buah labu erlenmeyer. Selanjutnya diukur PH tiap
larutan sebagai perbandingan dan juga untuk menentukan langkah berikutnya
untuk setiap larutan.

Selanjutnya, untuk langkah larutan A, praktikan meneteskan PP


(phenolptalein) sebanyak 2-3 tetes sehingga larutan sehingga larutan menjadi Commented [h8]: apa fungsinya??

berwarna merah muda, fungsi larutan PP adalah sebagai indikator dalam titrasi
asam–basa. Untuk aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna dalam
larutan asam menjadi merah muda dalam larutan basa. Lalu praktikan
mentitrasi larutan A dengan larutan H2SO4 0,02 N menggunakan buret
sehingga larutan menjadi berwarna pink seulas yang menunjukkan bahwa Commented [h9]: Apa maksud dari perubahan warna ??

larutan dalam kondisi asam. Lalu jumlah larutan H2SO4 0,02 N yang telah
tertitrasi dicatat oleh praktikan.

Untuk langkah larutan B, praktikan pertama-tama membubuhkan PP


(phenolptalein) hingga larutan menjadi berwarna merah muda, lalu dititrasi
dengan H2SO4 0,02 N menggunakan buret sehingga larutan menjadi berwarna
merah muda seulas dan dicatat jumlah larutan yang dibutuhkan untuk
mentitrasi larutan B hingga menjadi berwarna merah muda seulas. Lalu
dibubuhkan MO (methyl red) hingga larutan berwarna kuning, dan dititrasi
kembali m dengan larutan H2SO4 0,02 N menggunakan buret sehingga larutan
menjadi berwarna jingga dan dicatat volume H2SO4 yang digunakan.
Untuk langkah larutan C, pertama praktikan membubuhkan MO (methyl red)
hingga larutan berwarna kuning, selanjutnya larutan dititrasi hingga berwarna
jingga dengan larutan H2SO4 0,02 N dan dicatat volumenya.

Pengukuran PH di awal akan menentukan langkah yang tepat digunakan untuk


setiap larutan, pada larutan dengan PH >8,3 akan memakai langkah larutan A
sedangkan PH <8,3 akan memakai langkah larutan C.

Langkah-langkah tersebut dilakukan agar praktikan dapat menentukan


langkah larutan mana yang tepat digunakan untuk mencari alkalinitas larutan
masing masing sampel. Pada sampel A, didapatkan nilai alkalinitas
phenolptalein dan alkalinitas karbonat. Pada sampel B akan didapat nilai
alkalinitas phenolptalein, alkalinitas metil jingga, alkalinitas total, dan
alkalinitas karbonat. Pada sampel C akan didapat nilai alkalinitas metil jingga
dan bikarbonat. Dan terakhir, pada sampel D akan didapat nilai alkalinitas
metil jungga dan bikarbonat.

 Analisis Hasil
Pada percobaan yang dilakukan oleh praktikan, didapat hasil untuk analisis
alkalinitas total, karbonat dan bikarbonat sebesar :
Tabel.1 Data Pengamatan
Larutan Alkalinitas Alkalinitas Alkalinitas Alkalinitas Alkalinitas
Fenolftalein Metil Total Karbonat Bikarbonat
(mg/L Jingga (mg/L (mg/L) (mg/L)
CaCO3) (mg/L CaCO3)
CaCO3)
A 48 mg/L 57,6 mg/L
CaCO3
B 56 mg/L 184 mg/L 240 mg/L 67,2 mg/L
CaCO3 CaCO3 CaCO3
C 120 mg/L 292,8 mg/L
CaCO3
D 108 mg/L 292,8 mg/L
CaCO3
Sumber : Data Praktikan

Dari tabel dapat dilihat larutan A hanya memiliki Alkalinitas PP


(phenolptalein) karena menggunakan PP (phenolptalein) dan alkalinitas
karbonat.
Larutan B memiliki alkalinitas PP, metil jingga, total dan karbonat
dikarenakan digunakannya 2 zat campuran yaitu phenolptalein dan MO
sebagai zat pewarna yang berperan sebagai indikator PH.
Larutan C memiliki alkalnitas metil jingga karena menggunakan MO dan juga
memiliki alkalinitas bikarbonat.
Larutan D merupakan larutan sampel air danau ui, memiliki alkalinitas metil
jingga karena menggunakan MO dan juga sama dengan larutan C memiliki
alkalinitas bikarbonat. Hal tersebut menunjukkan alkalinitas danau ui Commented [h10]: Ini larutan sample air danau UI,
mengindikasikan apa?
memiliki PH kurang dari 8,3.

 Analisis kesalahan
Pada percobaan, terdapat beberapa kemungkinan ketidak-akuratan akibat
kesalahan. Kesalahan pada pengukuran untuk kepentingan analisis dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu : kesalahan sistematis, kesalahan
acak dan kesalahan merambat. Kemungkinan terjadi kesalahan acak pada
praktikum ini disebabkan oleh praktikan antara lain :
 Saat melakukan titrasi, posisi tangan praktikan tidak sesuai dengan
aturan yang seharusnya saat memegang keran buret, sehingga kurang
presisi.
 Praktikan tidak mengukur secara baik, yaitu pandangan mata sesuai
dengan tinggi larutan sehingga kemungkinan terdapat data kurang
akurat

VIII. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
 Air danau sebagai sampel dapat dicek tingkat alkalinitasnya
menggunakan larutan phenolptalein (PP) dan zat MO (methyl red)
 Larutan PP menyebabkan sampel berwarna merah, dan zat MO
menyebabkan sampel berwarna kuning/oranye
 Nilai alkalinitas dapat didapat setelah mentitrasi menggunakan H2SO4
0,02 N

IX. Referensi

X. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai