Definisi Dialisis
Definisi Dialisis
Peritoneal Dialysis
Peritoneal dialysis merupakan suatu proses dialisis di dalam rongga perut yang
bekerja sebagai penampung cairan dialisis dan peritoneum sebagai membran
semipermeabel yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang
berlebihan dan solute yang berisi racun ureum yang akan dibuang. Dilakukan selama 24 jam
dengan penggantian cairan setiap 4 jam sekali. Lama nya 20-30 mnit
Klasifikasi
Indikasi
Indikasi dilakukannya CAPD pada penderita gagal ginjal stadium terminal antara lain karena telah
terjadi:
1. Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)
2. Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misal: asidosis metabolik, hiperkalemia dan
hipercalsemia
3. Kelebihan cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga menimbulkan sesak nafas
berat
4. Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)
Kontra Indikasi
Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat tidak tercapai)
– Adakah hernia
– Penglihatan kurang
Pada pedoman pelayanan yang dikeluarkan oleh Depkes RI 2008 disebutkan sbb :
Proses penggantian cairan di atas umumnya diulang setiap 4 atau 6 jam (4 kali sehari), 7 hari
dalam seminggu.
Dialisis Peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis)
ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat
berada di dalam rongga perut, terjadi proses difusi dan ultrafiltrasi.
1. Difusi
Difusi merupakan mekanisme utama untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme pada dialisis
peritoneal. Pada proses difusi terjadi pertukaran solut dari dua larutan yang dipisahkan oleh
membran semipermeabel, yaitu pertukaran solut yang berada dalam darah kapiler pada
peritoneum dan cairan dialisat dalam rongga peritoneum. Zat-zat racun yang terlarut di
dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui selaput rongga perut
(membran peritoneum) yang berfungsi sebagai “alat penyaring.
Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke rongga peritoneum dan
sebaliknya melalui difusi.
Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah
yang berkonsentrasi rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.
Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena cairan plasma banyak
mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari plasma ke cairan CAPD.
2. Ultrafiltrasi
yaitu terjadinya pergerakan zat terlarut dan pelarut melalui membran semipermeabel yang
terjadi akibat adanya perbedaan tekanan osmotik atau tekanan hidrostatik. Jika molekul air
lebih sedikit dari molekul solut, maka air akan bergerak dari konsentrasi larutan rendah ke
konsentrasi larutan tinggi. Dalam pergerakannya molekul air akan menarik solut kecil melalui
membran sehingga akhirnya tercapai keseimbangan. Cairan dialisat mengandung dekstrosa
(gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan air ke
dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi.
Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable dari daerah solute yang
berkonsentrasi rendah (kadar air tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi (kadar air
rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara darah dan
cairan dialisat.
Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD menyebabkan tekanan
osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding plasma, sehingga air akan berpindah
dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat (ultrafiltrasi)
Komplikasi
1. Peritonitis
kejadian peritonitis berbanding langsung dengan lamanya dialisis.
2. Perdarahan intraperitoneal
Terjadi pada waktu pemasangan kateter
3. perforasi alat visceral abdomen
keadaan ini diduga bula tidak ada outflow dialisat atau cairan dialisat yang keluar berbau
feses. Keadaan ini dapat dicegah dengan pengosongan kandung kemih dan rectum sebelum
pemasangan kateter atau dengan melakukan priming.
4. Nyeri perut
saat cairan dialisat masuk mungkin disebabkan karena terlalu dinginnya atau terlalu panasnya
atau inflow yang terlalu cepat.
Sedangkan nyeri perut pada saat cairan keluar, salah satu penyebabnya adalah tertutupnya
lumen kateter oleh bekuan darah/fibrin atau letak kateter yang salah
5. Komplikasi pada system kardiovaskuler berupa hipovolemia akibat penarikan air
dan natrium karena pemakaian cairan dialisat yang hipertonik
6. Payah jantung, edema paru
terjadi karena balance positif pada penderita dengan kelebihan cairan.
7. Disequilibrium syndrome
sindroma ini terjadi karena penurunan ureum darah yang terlalu cepat
8. Hiperglikemia, hipernatremia terjadi karena pemakaian cairan dialisa yang hipertonik.
1. Mencegah, mengendalikan dan mengatasi komplikasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan mencegah perburukan
2. Mengevaluasi dan mengingatkan kembali pemahaman pasien terhadap terapi yang dipilih
meliputi kelebihan dan keterbatasannya, metode dll
3. Memberikan pendidikan tentang perawatan PD
4. Memberikan support system pada pasien
5. Perhatikan nutrisi pasien
Pengguna terapi peritoneal dialysis memerlukan makanan berprotein tinggi guna melawan
infeksi. Dikarenakan sejumlah protein terbawa cairan dialisis pada saat cairan tersebut
dikeluarkan. Sehingga diperlukan protein lebih banyak guna menggantikan protein yang hilang
terbawa cairan dialysis