Anda di halaman 1dari 5

Definisi Dialisis

Dialisis adalah proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme dan kelebihan cairan


dari darah melalui membran semipermeabel. Ada dua jenis Dialysa yaitu :
1. Hemodialysis (cuci darah melalui mesin dialysis)
2. Peritoneal Dialysis (cuci darah melalui perut)

Peritoneal Dialysis
Peritoneal dialysis merupakan suatu proses dialisis di dalam rongga perut yang
bekerja sebagai penampung cairan dialisis dan peritoneum sebagai membran
semipermeabel yang berfungsi sebagai tempat yang dilewati cairan tubuh yang
berlebihan dan solute yang berisi racun ureum yang akan dibuang. Dilakukan selama 24 jam
dengan penggantian cairan setiap 4 jam sekali. Lama nya 20-30 mnit

Klasifikasi

Dialisis Peritoneal terdiri atas 2 jenis:

1. Automated Peritoneal Dialysis (APD)


Metode APD dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur dengan
menggunakan mesin khusus yang sudah diprogram terlebih dahulu. 7-10 jam bisa
dilakukan saat tidur
2. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
CAPD tidak membutuhkan mesin khusus seperti pada APD. Penggantian cairan dilakukan
sebanyak 4 kali perhari

1. APD (Automated Peritoneal Dialysis) / Dialysis Peritoneal Otomatis. Merupakan


bentuk terapi dialysis peritoneal yang baru dan dapat dilakukan di rumah, pada malam
hari sewaktu tidur dengan menggunakan mesin khusus yang sudah diprogram terlebih
dahulu. Mesin khusus ini dapat dibawa ke mana saja, dikarenakan mesin ini tidak
bekerja dengan daya gravitasi maka keharusan untuk menimbang dan menggantung
kantung cairan.
2. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis) / Dialysis Peritoneal Mandiri
Berkesinambungan. Bedanya tidak menggunakan mesin khusus seperti APD. Dialysis
peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialysis)
ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Yang
dimaksud dengan kateter adalah selang plastik kecil (silikon) yang dimasukan ke
dalam rongga peritoneal melalui pembedahan sederhana, kateter ini berfungsi untuk
mengalirkan cairan dialysis peritoneal keluar dan masuk rongga peritoneum anda.
Ketika dialisat berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam darah akan
dibersihkan dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.

Indikasi

Indikasi dilakukannya CAPD pada penderita gagal ginjal stadium terminal antara lain karena telah
terjadi:
1. Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)
2. Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misal: asidosis metabolik, hiperkalemia dan
hipercalsemia
3. Kelebihan cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga menimbulkan sesak nafas
berat
4. Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)

Kontra Indikasi

Hilangnya fungsi membran peritoneum

Operasi berulang pada abdomen, kolostomi,

Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat tidak tercapai)

Identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD dimulai

– Apakah pasien perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental)

– Adakah hernia

– Penglihatan kurang

Malnutrisi yang berat

Prosedur Peritoneal Dialysis

Pada pedoman pelayanan yang dikeluarkan oleh Depkes RI 2008 disebutkan sbb :

1. Pemasangan kateter tenckhoff (intra peritoneal)


dibuat akses sebagai tempat keluar masuknya cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis)
dari dan ke dalam rongga perut (peritoneum). Akses ini berupa kateter yang “ditanam” di
dalam rongga perut dengan pembedahan. Posisi kateter yaitu sedikit di bawah
pusar. Lokasi dimana sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut “exit site”.
2. Penggantian cairan CAPD
dilakukan 3 – 4 kali sehari atau sesuai dengan berat badan, tidak menimbulkan rasa sakit dan
hanya sekitar 30 menit.

Langkah ke-1.Pengeluaran cairan


Cairan dialisat yang sudah mengandung zat-zat racun dan
kelebihan air akan dikeluarkan dari rongga perut dan diganti
dengan cairan dialisis yang baru. Proses pengeluaran cairan ini
berlangsung sekitar 20 menit.
Langkah ke-2.Memasukkan cairan
Cairan dialisat dialirkan ke dalam rongga perut melalui kateter.
Proses ini hanya berlangsung selama 10 menit.

Langkah ke-3.Waktu tinggal


Sesudah dimasukkan, cairan dialisat dibiarkan ke dalam rongga
perut selama 4-6 jam, tergantung dari anjuran dokter.

Proses penggantian cairan di atas umumnya diulang setiap 4 atau 6 jam (4 kali sehari), 7 hari
dalam seminggu.

3. Memperhatikan kateter exit-cite, merawat dan mencegah infeksi


 Mandi setiap hari untuk menjaga kebersihan kulit, khususnya di sekitar exit site.
Jangan mandi berendam.
 Ganti pakaian dalam maupun pakaian luar setiap hari
 Jangan gunakan bahan kimia, misalnya alkohol dan bahan yang mengandung klorida
untuk membersihkan exit site atau kateter. Anda hanya boleh menggunakan sabun
dan air untuk membersihkan exit site dan keteter
 Jangan gunakan krim, salep, atau bedak tabur di sekitar exit site
 Jaga posisi keteter krim agar tetap berada pada tempatnya (tidak tertarik, tertekuk,
terputar, atau tersangkut) dengan menempelkannya pada kulit dengan bantuan
plester.

4. mencatat dalam buku catatan


 tanda-tanda vital pada akhir setiap siklus sampai keadaan stabil
 jumlah cairan masuk dan keluar
 memperhatikan cairan yang keluar dalam hal kejernihan, kelainan pada cairan dialisat serta
tanda – tanda infeksi
 Pengukuran berat badan selama dialisa dilakukan 2-3 kali dalam sehari
5. Setiap 1 – 2 bulan konsultasi dengan dokter
6. Setiap 6 bulan dilakukan penggantian transfer set
Cara Kerja Peritoneal Dialysis

Dialisis Peritoneal diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialisis)
ke dalam rongga perut melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Ketika dialisat
berada di dalam rongga perut, terjadi proses difusi dan ultrafiltrasi.
1. Difusi
Difusi merupakan mekanisme utama untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme pada dialisis
peritoneal. Pada proses difusi terjadi pertukaran solut dari dua larutan yang dipisahkan oleh
membran semipermeabel, yaitu pertukaran solut yang berada dalam darah kapiler pada
peritoneum dan cairan dialisat dalam rongga peritoneum. Zat-zat racun yang terlarut di
dalam darah akan pindah ke dalam cairan dialisat melalui selaput rongga perut
(membran peritoneum) yang berfungsi sebagai “alat penyaring.
Membrane peritoneum menyaring solute dan air dari darah ke rongga peritoneum dan
sebaliknya melalui difusi.

Difusi adalah proses perpindahan solute dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah
yang berkonsentrasi rendah, dimana proses ini berlangsung ketika cairan dialisat
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum.

Konsentrasi cairan CAPD lebih rendah dari plasma darah, karena cairan plasma banyak
mengandung toksin uremik. Toksin uremik berpindah dari plasma ke cairan CAPD.

2. Ultrafiltrasi
yaitu terjadinya pergerakan zat terlarut dan pelarut melalui membran semipermeabel yang
terjadi akibat adanya perbedaan tekanan osmotik atau tekanan hidrostatik. Jika molekul air
lebih sedikit dari molekul solut, maka air akan bergerak dari konsentrasi larutan rendah ke
konsentrasi larutan tinggi. Dalam pergerakannya molekul air akan menarik solut kecil melalui
membran sehingga akhirnya tercapai keseimbangan. Cairan dialisat mengandung dekstrosa
(gula) yang memiliki kemampuan untuk menarik kelebihan air, proses penarikan air ke
dalam cairan dialisat ini disebut Ultrafiltrasi.
Adalah perpindahan air melewati membrane semi permeable dari daerah solute yang
berkonsentrasi rendah (kadar air tinggi) ke daerah solute berkonsentrasi tinggi (kadar air
rendah). Osmosis dipengaruhi oleh tekanan osmotic dan hidrostatik antara darah dan
cairan dialisat.

Osmosis pada peritoneum terjadi karena glukosa pada cairan CAPD menyebabkan tekanan
osmotic cairan CAPD lebih tinggi (hipertonik) dibanding plasma, sehingga air akan berpindah
dari kapiler pembuluh darah ke cairan dialisat (ultrafiltrasi)

Keuntungan Dialisis Peritoneal:


1. Fungsi ginjal yang masih tersisa dapat dipertahankan.
2. Dapat dilakukan sendiri di rumah atau di tempat kerja.
3. Tidak tergantung pada bantuan orang lain.
4. Tekanan darah pasien lebih terkendali.
5. Kebutuhan akan suplemen zat besi dan eritropoietin (EPO) jauh lebih sedikit.
6. Lebih bebas mengonsumsi berbagai jenis makanan dan minuman.
7. Kadar kalium darah lebih terkontrol.
Kerugian Dialisis Peritoneal:
1. Risiko terjadinya peritonitis (infeksi peritoneum).
2. Lebih banyak protein yang hilang dari tubuh selama berlangsungnya proses dialisis
peritoneal.

Komplikasi

1. Peritonitis
kejadian peritonitis berbanding langsung dengan lamanya dialisis.
2. Perdarahan intraperitoneal
Terjadi pada waktu pemasangan kateter
3. perforasi alat visceral abdomen
keadaan ini diduga bula tidak ada outflow dialisat atau cairan dialisat yang keluar berbau
feses. Keadaan ini dapat dicegah dengan pengosongan kandung kemih dan rectum sebelum
pemasangan kateter atau dengan melakukan priming.
4. Nyeri perut
saat cairan dialisat masuk mungkin disebabkan karena terlalu dinginnya atau terlalu panasnya
atau inflow yang terlalu cepat.
Sedangkan nyeri perut pada saat cairan keluar, salah satu penyebabnya adalah tertutupnya
lumen kateter oleh bekuan darah/fibrin atau letak kateter yang salah
5. Komplikasi pada system kardiovaskuler berupa hipovolemia akibat penarikan air
dan natrium karena pemakaian cairan dialisat yang hipertonik
6. Payah jantung, edema paru
terjadi karena balance positif pada penderita dengan kelebihan cairan.
7. Disequilibrium syndrome
sindroma ini terjadi karena penurunan ureum darah yang terlalu cepat
8. Hiperglikemia, hipernatremia terjadi karena pemakaian cairan dialisa yang hipertonik.

Peran perawat selama PD

1. Mencegah, mengendalikan dan mengatasi komplikasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan mencegah perburukan
2. Mengevaluasi dan mengingatkan kembali pemahaman pasien terhadap terapi yang dipilih
meliputi kelebihan dan keterbatasannya, metode dll
3. Memberikan pendidikan tentang perawatan PD
4. Memberikan support system pada pasien
5. Perhatikan nutrisi pasien
Pengguna terapi peritoneal dialysis memerlukan makanan berprotein tinggi guna melawan
infeksi. Dikarenakan sejumlah protein terbawa cairan dialisis pada saat cairan tersebut
dikeluarkan. Sehingga diperlukan protein lebih banyak guna menggantikan protein yang hilang
terbawa cairan dialysis

Anda mungkin juga menyukai