Anda di halaman 1dari 11

PERITONEAL DIALYSIS

Apa Itu Peritoneal Dialysis?

Peritoneal Dialysis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang fungsinya sama dengan
hemodialisa, tetapi dengan metode yang berbeda. Peritoneal dyalisis adalah metode cuci darah dengan
bantuan membran peritoneum (selaput rongga perut), jadi darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk
dibersihkan dan disaring oleh mesin dialysis.

Proses Peritoneal Dialysis

Dalam peritoneal dialysis dilakukan pergantian cairan setiap hari tanpa menimbulkan rasa sakit. Proses
mengeluarkan cairan tersebut dalam jangka waktu tertentu dan kemudian menggantikannya dengan cairan
baru. Proses ini terdiri dalam 3 langkah:

1. Mengeluarkan cairan, proses pengeluaran cairan dari rongga peritoneal berlangsung dengan
bantuan gaya gravitasi dan memerlukan waktu sekitar 20 menit.

2. Memasukan cairan, cairan dialysis ke dalam rongga peritoneal melalui kateter dan memerlukan
proses 10 menit.

3. Waktu tinggal, tahap cairan disimpan di dalam rongga peritoneal selama 4 samapi 6 jam
(tergantung anjuran dari dokter). Pergantian cairan diulang setiap 4 atau 6 jam, dengan maksud
minimal 4 kali sehari, 7 hari dalam seminggu. Anda dapat melakukan pergantian di mana saja
seperti di rumah, tempat bekerja, atau di tempat lainnya yang anda kunjungi, namun tempat-
tempat tersebut harus memenuhi syarat agar terhindar infeksi.

Pemilihan tempat yang baik untuk pergantian cairan memiliki beberapa kriteria :

1. Pastikan tempat tersebut : bersih, tidak ada hembusan agin (kipas angin, pintu / jendela terbuka),
dan memiliki penerangan yang baik.

2. Tidak diperkenankan adanya binatang disekitar saat pergantian cairan dan di tempat penyimpanan
peralatan anda.

3. Bebas gangguan dari luar.

Jenis Peritoneal Dialysis

1. APD (Automated Peritoneal Dialysis) / Dialysis Peritoneal Otomatis. Merupakan bentuk terapi
dialysis peritoneal yang baru dan dapat dilakukan di rumah, pada malam hari sewaktu tidur
dengan menggunakan mesin khusus yang sudah diprogram terlebih dahulu. Mesin khusus ini
dapat dibawa ke mana saja, dikarenakan mesin ini tidak bekerja dengan daya gravitasi maka
keharusan untuk menimbang dan menggantung kantung cairan.

2. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis) / Dialysis Peritoneal Mandiri


Berkesinambungan. Bedanya tidak menggunakan mesin khusus seperti APD. Dialysis peritoneal
diawali dengan memasukkan cairan dialisat (cairan khusus untuk dialysis) ke dalam rongga perut
melalui selang kateter, lalu dibiarkan selama 4-6 jam. Yang dimaksud dengan kateter adalah
selang plastik kecil (silikon) yang dimasukan ke dalam rongga peritoneal melalui pembedahan
sederhana, kateter ini berfungsi untuk mengalirkan cairan dialysis peritoneal keluar dan masuk
rongga peritoneum anda. Ketika dialisat berada di dalam rongga perut, zat-zat racun dari dalam
darah akan dibersihkan dan kelebihan cairan tubuh akan ditarik ke dalam cairan dialisat.

Peralatan Peritoneal Dialysis

1. Ultrabag / twinbag sistem : Kateter, Konektor titanium, Short transfer set, Cairan dialysis (ultra
bag / twin bag system), Minicap, Outlet port clamps (untuk twin bag system).

2. Sistem Ultraset / Easi-Y_system : Kateter, Konektor titanium, Short transfer set, Cairan
dialysis, Minicap, Outlet port Clamps (untuk sistem kantung kembar), Ultra set / Easi-Y
set, Kantong drainase untuk Easi-Y system.

Fungsi Setiap Alat Peritoneal Dialysis

Kantung cairan dialysis


Kantung yang berisi cairan ini dimasukan ke dalam peritoneum dan akan membuang produk sisa cairan
yang berlebihan dari darah. Bagian depan kantung ini tertera informasi yang sebaiknya dibaca terlebih
dahulu sebelum digunakan, antara lain :

Pastikan konsentrat cairan dialysis yang digunakan sudah sesuai dengan ketentuan (1.5%, 2.5%
dan 4.25%).

Tanggal kadaluarsa, volume kantong.

Tidak mengalami kebocoran pada kantung.

Nomor kode produk.

Pastikan bagian ujung kantong masih dalam kondisi tetutup.

Pastikan cairan dalam kontong berwarna jernih.

Anda dapat menghangatkan kantung cairan dengan cara pemanasan kering, seperti : bantal panas atau
lampu pemanas. Hindari dengan pemanasan basah (merebus dengan air), dikarenakan dapat menimbulkan
pertumbuhan kuman.

Cara membuang cairan bekas pakai dapat dibuang di toilet dan kantungnya dapat dibuang di tempat
sampah, pastikan anda mencuci tangan dengan bersih setelah mebuangnya.

Outlet port clamps


Klem yang terbuat dari plastik ini berwarna merah dan berfungsi untuk mencegah aliran cairan pada
setiap tahap yang berbeda pada waktu pertukaran cairan. Klem ini tidak bersifat steril, pastikan dengan
mencuci menggunakan air dan sabun, dan mengeringkan dengan bersih dan disimpan dalam posisi
terbuka.

Short transfer set


Sistem PD produksi baxter merupakan sistem tertutup yang bertujuan melindungi rongga peritoneal.

Mini Cap disconnect cap


Penutup ini berfungsi melindungi ujung short transfer line dan memberikan keamanan dan kemudahan
bagi pasien. Sehingga patients line tetap tertutup dengan baik, dan sistem tidak terkontaminasi. Mini
cap ini bersifat steril dan di dalamnya terdapat busa yang dibasahi povidone iodine.
Titanium connector
Berfungsi menghubungkan kateter dengan transfer line konektor ini terbuat dari bahan yang ringan,
kuat dan anti infeksi.

Kateter
Kateter dipasang bedasarkan keputusan anda dan dokter anda. Lebih baik dijadwalkan waktu yang
memadai untuk proses penyembuhan luka perut karena operasi pemasangan kateter. Pemasangan kateter
direkomendasikan untuk dikakukan pada saat klirens kreatinin antara 5-10 ml/menit.
Kateter terletak di dalam lobang peritoneum sebagian besar berlubang. Lubang-lubang ini berfungsi untuk
mengalirkan cairan masuk ke dalam maupun keluar dari rongga peritoneum. Biasanya kateter dilengkapi
dengan manset fiksasi putih yang berfungsi mempertahankan posisi kateter tetap berada di otot di antara
kulit dan rongga selaput perut (peritoneal). Tempat an,sebagian kateter muncul dari dalam perut disebut
exit site. Sesudah pemasangan, jika ditemukan sejumlah kecil cairan bening dan darah disekitar exit site
merupakan hal yang normal. Cairan tersebut akan hilang dengan sendirinya dalam satu atau dua minggu
seiring dengan sembuhnya exit site. Konektor titanium adalah sejenis logam yang berfungsi sebagai
penghubung antara kateter dengan transfer set.

Metode Pemasangan Kateter

1. Metode PERCUTANEUS, dilakukan oleh dokter spesialis ginjal, pada tempat baring pasien
dilakukan pembiusan lokal, kateter diarahkan ke dalam dan ditempatkan di dalam rongga perut
dengan menggunakan pemadu. Untuk metode ini pasien tidak memerlukan rawat inap.

2. Metode BEDAH, dilakukan di ruangan operasi, pasien diharuskan menjalani rawat inap, dapat
dilakukan bius lokal maupun umum.

Perawatan kateter ditujukan agar tidak terjadi infeksi dalam waktu panjang dan diperlukan perawatan
pasca operasi yang sifatnya mencegah pertumbuhan bakteri pada luka operasi maupun exit site.
Perawatan ini berupa:

1. Mandi setiap hari tanpa membahasahi exit site maupun luka operasi yang belum sembuh.

2. Melakukan pergantian cairan ditempat yang memenuhi syarat seperti yang dijelaskan diatas.

3. Mempertahankan posisi kateter, dan tidak diperkenankan untuk menarik atau memutar kateter,
karena akan melukai exit site dan sering menyebabkan timbulnya infeksi.

4. Menjaga exit site dan luka operasi anda tetap kering. Keduanya harus tetap kering paling tidak 10
hari setelah pemasangan.

5. Menggunakan masker pada saat pergantian cairan, hal ini dimaksudkan agar mencegah kuman
dari hidung dan mulut anda masuk ke dalam kateter.

6. Cuci tangan sebaik mungkin menggunakan sabun dan keringkan dengan lap atau handuk yang
bersih. Mintalah cara mencuci tangan oleh perawat anda.

Cara Mengatasi Masalah Yang Kemungkinan Terjadi Di Rumah

1. Jika keluar cairan yang berwarna merah :


- karena menstruasi --> akan hilang dengan sendirinya
- karena mengangkat beban --> hindari mengangkat beban dan kunjungi unit dialysis anda
2. Jika cairan keluar berwarna kuning tua tetapi tidak keruh :
cairan berada di dalam rongga peritoneum selama beberapa jam, contoh pergantian di pagi hari
--> tidak perlu khawatir (jika berlanjut, kunjungi tempat dialysis).
Pola Makan Pengguna Terapi Peritoneal Dialysis

Pengguna terapi peritoneal dialysis memerlukan makanan berprotein tinggi guna melawan infeksi.
Dikarenakan sejumlah protein terbawa cairan dialisis pada saat cairan tersebut dikeluarkan. Sehingga
diperlukan protein lebih banyak guna menggantikan protein yang hilang terbawa cairan dialysis. Ada
beberapa hal yang dapat menyebabkan protein tidak terserap oleh tubuh:

Semakin besar kandungan dextrose pada cairan dialysis (4,25%) semakin banyak protein yang
hilang.

Jika terjadi infeksi dapat menyebabkan kehilangan protein juga.

Selain memerlukan protein tinggi ada beberapa kandungan zat yang perlu di batasi, dikarenakan ada
sejumlah produk sisa di dalam darah yang tidak dapat terbuang dengan sempurna selama dialysis
peritoneal. Produk sisa tersebut adalah:

Fosfor
Ketika ginjal tidak dapat mengeluarkan kelebihan fosfor, maka fosfor akan menumpuk pada tubuh anda.
Dalam jangka waktu yang lama fosfor akan menyebabkan tulang lebih rapuh dan mudah patah, fosfor
banyak terdapat pada kacang-kacangan, ikan, dan produk susu.

Kalium
Merupakan elektrolit yang dibutuhkan untuk fungsi syaraf dan otot yang baik. Ginjal yang tidak berfungsi
dengan baik akan sulit untuk membuang kelebihan kalium. Kelebihan dan kekurangan dalam kalium
dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan sering kram. Dan kadar kalium yang tinggi dapat
membahayakan jantung. Perlu diperhatikan dalam mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran hijau yang
mengandung kalium tinggi seperti pisang, jambu biji, pepaya, tomat, kentang dan kacang-kacangan.
Sebaiknya hindari garam diet dikarenakan mengandung kalium tinggi.

Natrium
Adalah elektrolit yang berperan dalam mengontrol cairan dan tekanan darah di dalam tubuh. Saat ginjal
tidak berfungsi, ginjal tidak dapat mengeluarkan natrium yang berlebih sehingga tetap berada dalam
jaringan bersama dengan air. Asupan natrium dan garam yang tinggi menyebabkan tubuh menahan air dan
tekanan darah menjadi tinggi. Dapat diperhatikan jika mengkonsumsi makanan yang mengandung
natrium (garam) akan menimbulkan rasa haus sehingga akan sulit mengontrol jumah cairan yang
diminum. Makanan yang mengandung natrium tinggi sangat perlu dihindari, makanan ini berupa
makanan kaleng, fast food, kudapan yang asin, bumbu penyedap, kecap, dan keju. Untuk menggantikan
natrium dapat menggunakan bawang putih, bawang, lada, jeruk limau, dan bumbu rempah lainnya.
Hindari menggunakan garam diet / pengganti.

Kabohidrat
Pada saat menjalani terapi Dialysis peritoneal, tubuh menerima kalori secara normal dari makanan yang
dikonsumsi, ditambah dari cairan dialysis yang masuk ke dalam rongga peritoneal mengandung glukosa
sejenis gula. Jumlah kalori yang diserap setiap 2 liter cairan berbeda pada setiap pasien, kurang lebihnya
sebagai berikut:

kantung 1,5% mengandung 80 kalori.

kantung 2,5% mengandung 14% kalori.

kantung 4,25% mengandung 230 kalori.

Nilai tersebut tergantung karateristik peritoneal, dan jumlah yang diresepkan oleh dokter.

Sumber : ygdi.org
HEMODIALISA

Hemodialisa adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih oleh para penderita
Gagal Ginjal Kronik. Pada prinsipnya terapi hemodialisa adalah untuk menggantikan kerja dari ginjal
yaitu menyaring dan membuang sisa sisa metabolisme dan kelebihan cairan, membantu
menyeimbangkan unsur kimiawi dalam tubuh serta membantu menjaga tekanan darah.

Kapan seseorang harus menjalani terapi hemodialisa ?

Terapi dibutuhkan apabila fungsi ginjal seseorang telah mencapai tingkatan terakhir (stage 5) dari gagal
ginjal kronik. Dokter akan menentukan tingkatan fungsi ginjal seseorang berdasarkan perhitungan GFR
atau Glomerular Filtration Rate, dimana pada tingkatan GFR dibawah 15, ginjal seseorang dinyatakan
masuk dalam kategori gagal ginjal terminal (End Stage Renal Disease).

Bagaimana Hemodialisis dilakukan?

Pada proses hemodialisa, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan (dialyzer).
Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh. Rata rata manusia mempunyai
sekitar 5,6 s/d 6,8 liter darah, dan selama proses hemodialisa hanya sekitar 0,5 liter yang berada di luar
tubuh.

Untuk proses hemodialisa dibutuhkan pintu masuk atau akses agar darah dari tubuh dapat keluar dan
disaring oleh dialyzer kemudian kembali ke dalam tubuh. Terdapat 3 jenis akses, yaitu : arteriovenous
(AV) fistula, AV graft, dan central venous catheter. AV fistula adalah akses vaskular yang paling
direkomendasikan karena cenderung lebih aman dan juga nyaman untuk pasien.

Sebelum melakukan proses hemodialisa (HD), perawat akan memeriksa tanda tanda vital pasien untuk
memastikan apakah pasien layak untuk menjalani Hemodialysis. Selain itu pasien melakukan timbang
badan untuk menentukan jumlah cairan di dalam tubuh yang harus dibuang pada saat terapi. Langkah
berikutnya adalah menghubungkan pasien ke mesin cuci darah dengan memasang blod line (selang darah)
dan jarum ke akses vaskular pasien, yaitu akses untuk jalan keluar darah ke dialyzer dan akses untuk jalan
masuk darah ke dalam tubuh. Setelah semua terpasang maka proses terapi hemodialisa dapat dimulai.

Pada proses hemodialisa, darah sebenernya tidak mengalir melalui mesin HD, melainkan hanya melalui
selang darah dan dialyzer. Mesin HD sendiri merupakan perpaduan dari komputer dan pompa, dimana
mesin HD mempunyai fungsi untuk mengatur dan memonitor aliran darah, tekanan darah, dan
memberikan informasi jumlah cairan yang dikeluarkan serta informasi vital lainnya. Mesin HD juga
mengatur cairan dialisat yang masuk ke dialyzer, dimana cairan tersebut membantu mengumpulkan racun
racun dari darah. Pompa yang ada dalam mesin Hd berfungsi untuk mengalirkan darah dari tubuh ke
dialyzer dan mengembalikan kembali ke dalam tubuh.

Apa fungsi dari ginjal buatan (dialyzer) ?

Dialyzer merupakan kunci utama dalam proses hemodialisa. Disebut sebagai ginjal buatan (artificial
kidney) karena yang dilakukan oleh dialyzer sebagian besar dikerjakan oleh ginjal kita yang normal.
Dialyzer berbentuk silinder dengan panjang rata rata 30 cm dan diameter 7 cm dan di dalamnya terdapat
ribuan filter yang sangat kecil.

Dialyzer terdiri dari 2 kompartemen masing masing untuk cairan dialysate dan darah. Kedua
kompartemen tersebut dipisahkan oleh membran semipermiabel yang mencegah cairan dialysate dan
darah bercampur jadi satu. Membran semipermiabel mempunyai lubang lubang sangat kecil yang hanya
dapat dilihat melalui mikroskop sehingga hanya substansi tertentu seperti racun dan kelebihan cairan
dalam yang dapat lewat. Sedangkan sel sel darah tetap berada dalam darah.

Apa itu cairan dialysate dan bicarbonate ?

Pada saat proses hemodialisa penderita akan selalu melihat 2 jerigen yang berada di depan mesin HD.
Jerigen tersebut berisi cairan dialysate dan bicarbonate. Cairan dialysate berisi elektrolit dan mineral yang
selain membantu proses pembuangan racun dalam tubuh juga membantu menjaga kadar elektrolit dan
mineral dalam tubuh. Bersama dengan cairan bicarbonat cairan dialysate tersebut dicampur di dalam
mesin dengan bantuan air murni olahan yang menggunakan teknologi reverse osmosis. Baik cairan
dialysate yang telah dicampur dan darah bersama sama (tapi tidak bercampur satu dengan lainnya)
menuju ke dialyzer dimana proses penyaring racun racun dilakukan. Racun tersebut kemudian dibawa
keluar bersama cairan dialysate untuk dibuang lewat salurang pembuangan.

Mengapa sering terdengar bunyi alarm saat proses HD berjalan ?

Mesin HD dibuat dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi. Bunyi alarm yang terdengar pada saat
proses hemodialisa menandakan ada sesuatu hal yang harus di perhatikan dan diperbaiki bila diperlukan.
Beberapa hal seperti masuknya udara dalam blood tubing, temperatur, aliran darah yang tidak sesuai atau
proses pencampuran cairan dialysate yang tidak sesuai dengan komposisi yang ditentukan akan
menyebabkan alarm di mesin menyala. Perawat yang bertugas akan segera mengecek mesin tersebut dan
memastikan proses HD penderita dapat berjalan normal kembali.

Sumber : ygdi.org
HAK & KEWAJIBAN PASIEN DAN TENAGA
KESEHATAN
UUD 1945 yang telah diamandemen, secara jelas dalam pasal 28 H menyebutkan, bahwa setiap warga
negara berhak mendapat pelayanan kesehatan yang layak. Dan terkait hak-hak pasien sendiri sudah diatur
diantaranya dalam UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, sebagian juga diatur dalam UU
Perlindungan Konsumen, UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, dan UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Selain itu hak-hak pasien juga diangkat dalam Surat Edaran Direktorat Jendral Pelayanan Medis Depkes
RI No YM.02.04.3.5.2504 tentang Pedoman Hak dan Kewajiban Pasien, Dokter dan RS; serta Deklarasi
Muktamar IDI mengenai Hak dan Kewajiban pasien dan Dokter. Sementara untuk kewajiban pasien
diatur dalam UU Praktik Kedokteran dan UU Perlindungan Konsumen.

Hak Pasien memang harus diatur dalam rangka melindungi kepentingan pasien yang seringkali tidak
berdaya. Demikian juga hak tenaga medis diperlukan untuk melindungi kemandirian profesi. Sementara
kewajiban tenaga medis diatur untuk mempertahankan keluhuran profesi dan melindungi masyarakat.

Hak dan Kewajiban Pasien Menurut Undang-Undang


Menurut Declaration of Lisbon (1981) : The Rights of the Patient disebutkan beberapa hak pasien,
diantaranya hak memilih dokter, hak dirawat dokter yang bebas, hak menerima atau menolak
pengobatan setelah menerima informasi, hak atas kerahasiaan, hak mati secara bermartabat, hak atas
dukungan moral atau spiritual. Dalam UU No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 menyebutkan
beberapa hak pasien, yakni hak atas Informasi, hak atas second opinion, hak atas kerahasiaan, hak atas
persetujuan tindakan medis, hak atas masalah spiritual, dan hak atas ganti rugi.

Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pada pasal 4-8 disebutkan setiap orang berhak atas
kesehatan, akses atas sumber daya, pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau; menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan, lingkungan yang sehat, info dan edukasi kesehatan yg
seimbang dan bertanggungjawab, dan informasi tentang data kesehatan dirinya.
Hak-hak pasien dalam UU No. 36 tahun 2009 itu diantaranya meliputi:

Hak menerima atau menolak sebagian atau seluruh pertolongan (kecuali tak sadar, penyakit
menular berat, gangguan jiwa berat).

Hak atas rahasia pribadi (kecuali perintah UU, pengadilan, ijin ybs, kepentngan ybs, kepentingan
masyarakat).

Hak tuntut ganti rugi akibat salah atau kelalaian (kecuali tindakan penyelamatan nyawa atau cegah
cacat).

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak
pasien, yang meliputi:

Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam
pasal 45 ayat 3.

Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

Mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

Menolak tindakan medis.

Mendapatkan isi rekam medis.

Terkait rekam medis, Peraturan Menteri kesehatan No.269 pasal 12 menyebutkan:

Berkas rekam medis milik sarana pelayanan kesehatan.

Isi rekam medis merupakan milik pasien.

Isi rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam bentuk ringkasan rekam medis.

Ringkasan rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diberikan, dicatat, atau dicopy
oleh pasien atau orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga pasien
yang berhak untuk itu.

Hak Pasien dalam UU No 44 / 2009 tentang Rumah Sakit (Pasal 32 UU 44/2009) menyebutkan bahwa
setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:

Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.

Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional.

Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi;

Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.


Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.

Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion) yang
memiliki Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar rumah sakit.

Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.

Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan
terhadap penyakit yang dideritanya.

Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis,
alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya.

Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.

Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.

Menggugat dan atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit itu diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.

Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, terutama pasal 53 UU, yang meliputi:

Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi.

Mematuhi ketentuan yang berlaku di saryankes.

Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Terkait kewajiban pasien seperti disebut di atas, sebenarnya ada pesan implisit terkait hal itu,
diantaranya:

Masing-masing pihak, dalam hal ini pasien dan tenaga medis, harus selalu memberi informasi
yang tepat dan lengkap, baik sebelum maupun sesudah tindakan
(preventif/diagnostik/terapeutik/rehabilitatif).

Keputusan di tangan pasien, dokter mengadvokasi prosesnya (kecuali keadaan darurat yang tak
bisa ditunda).
Layanan medis harus sesuai kebutuhan medisnya.

Hak dan Kewajiban Tenaga Medis


Di dalam UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada pasal 50 disebutkan adanya hak-hak
dokter, yakni:

Memperoleh perlindungan hukum sepanjang sesuai standar profesi dan SOP.

Memberikan layanan medis menurut standar profesi (SP) dan standar operasional prosedur (SOP).

Memperoleh info yg jujur & lengkap dari pasien atau keluarga pasien.

Menerima imbalan jasa.

Adanya perlindungan hukum bagi dokter ini mengingat bahwa pekerjaan dokter dianggap sah sepanjang
memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Dan bahwa dalam bekerja seorang dokter harus bebas dari
intervensi pihak lain, dan bebas dari kekerasan. Jika pun terdapat dugaan malpraktik harus melalui
proses pembuktian hukum terlebih dahulu, termasuk diantaranya tentu saja seorang dokter bebas
memperoleh pembelaan hukum.

Pada pasal 52 UU yang sama diatur pula mengenai kewajiban dokter, yang meliputi:

Memberi pelayanan medis sesuai SP & SOP, serta kebutuhan medis pasien.

Merujuk pasien bila tak mampu.

Menjamin kerahasiaan pasien.

Pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain yg bertugas dan
mampu.

Menambah / ikuti perkembangan iptek kedokteran.

Selain dokter, rumah sakit juga memiliki kewajiban dalam melayani pasiennya. Kewajiban itu dituangkan
dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Kewajiban rumah sakit itu sudah tentu mengikat juga
pada para tenaga medis. Dalam pasal 29 UU No.44 menyatakan kewajiban rumah sakit, diantaranya:

Informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada masyarakat.

Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, tidak diskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya.

Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan
pelayanannya.

Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin.

Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak
mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban
bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan.
Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai
acuan dalam melayani pasien.

Menyelenggarakan rekam medis.

Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang
tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia.

Melaksanakan sistem rujukan.

Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta peraturan
perundang-undangan.

Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien.

Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

Melaksanakan etika rumah sakit.

Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional.

Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga
kesehatan lainnya.

Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws).

Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas.

Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai kawasan tanpa rokok.

Menurut Kode Etik Rumah Sakit Indonesia terdapat beberapa kewajiban bagi tenaga medis. Kewajiban
itu meliputi kewajiban umum, kewajiban kepada masyarakat dan kewajiban terhadap pasien.

Kewajiban umum rumah sakit terdiri dari menaati Kode Etik Rumah Sakit Indonesia, mengawasi dan
bertanggungjawab terhadap semua kejadian di RS (corporate liability), memberi pelayanan yang baik
(duty of due care), memberi pertolongan darurat tanpa meminta pembayaran uang muka, memelihara
rekam medis pasien, memelihara peralatan dengan baik dan siap pakai, dan merujuk kepada RS lain bila
perlu.

Kewajiban rumah sakit kepada Masyarakat terdiri dari berlaku jujur dan terbuka, peka terhadap saran dan
kritik masyarakat, berusaha menjangkau pasien di luar dinding RS (extramural). Sedangkan Kewajiban
rumah sakit kepada pasien adalah mengindahkan hak-hak asasi pasien, memberikan penjelasan kepada
pasien tentang derita pasien dan tindakan medis atasnya, meminta informed consent, mengindahkan hak
pribadi (privacy), menjaga rahasia pasien.

Anda mungkin juga menyukai