Anda di halaman 1dari 10

ISSN 1978 – 1210

Neritic
Terbitan Berkala Ilmiah (Ilmu Kelautan dan Perikanan)

Volume 6 Nomor 1 (hal 1 – 67) Tahun 2015

Politeknik Perikanan Negeri Tual


(Polikant)
ISSN 1978 – 1210

Neritic
Terbitan Berkala Ilmiah (Ilmu Kelautan dan Perikanan)

DEWAN REDAKSI
Penanggung Jawab
Direktur Politeknik Perikanan Negeri Tual

Penyunting Ahli
Dr.rer.nat. Ir. E.A. Renjaan, M.Sc. (Politeknik Perikanan Negeri Tual)
Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si. (Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB-Bogor)
Dr.Ir. Achmad Fahrudin, M.Si (Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB-Bogor)
Dr. Ir. Subandiyono, MAppSc. (Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan Undip-Semarang)

Sekretariat
Ismael Marasabessy
Indah Rosulva
Syahibul Kahfi Hamid
Ida I Dewa Ayu Raka Susanti
Santi P.T. Rahantoknam
Eygner Gerald Talakua
Wellem Anselmus Teniwut

Alamat Redaksi
Jl. Raya Langgur-Sathean Km. 6 Kabupaten Maluku Tenggara 97611
Tlp/Fax (0916) 21377. PO Box 1001
e-mail : neritic.polikant@yahoo.co.id
website : www.polikant.ac.id

Gambar Depan : Patahan karang di pesisir pantai Ngurbloat Maluku Tenggara,


salah satu ciri khas daerah neritic

ISSN 1978 – 1210


Neritic
Terbitan Berkala Ilmiah (Ilmu Kelautan dan Perikanan)

DAFTAR ISI

PEMETAAN SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL DI KECAMATAN


TAYANDO KOTA TUAL MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8
Marvin Mario Makailipessy dan Fabian Souisa.……...................................................
1
KAJIAN KUALITAS PERAIRAN AKIBAT PEMBUANGAN LIMBAH CAIR
PERUMAHAN NIRWANA ESTATE, CIBINONG DAN GRIYA DEPOK
ASRI, DEPOK
Henny Fitrinawati………………………………………………………………………
7
PERBANDINGAN KUALITAS PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA RUMPUT
LAUT DI MALUKU TENGGARA
Marsya J. Rugebregt …….…………………………………………………………….. 14

SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN


EKOSISTEM MANGROVE DI KECAMATAN TELUK AMBON
Eygner Gerald Talakua dan Wellem Anselmus Teniwut…………………………….. 22

PENEGAKAN HUKUM DALAM UPAYA PELESTARIAN TERUMBU


KARANG DI KEPULAUAN KEI
Maimuna Renhoran…………………………………………………………….. 31

ANALISIS OPTIMASI SUMBERDAYA DALAM PENGEMBANGAN


BUDIDAYA PERIKANAN DI KAWASAN TELUK LEVUN KEPULAUAN
KEI 38
Irene Paula Renjaan………………………………………………………………….....

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA FISIKA-KIMIA TEPUNG


TULANG IKAN CAKALANG
Monike W. N. Betaubun………………………….…............................................................ 51

KAJIAN BIOEKONOMI SUMBERDAYA IKAN LAYANG Decapterus russelli


DI PERAIRAN KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT
Eka Anto Supeni………………………………………………………………………… 58
Neritic Vol. 6 No.1, hal 01-06, Maret 2015 ISSN. 1978-1210

PEMETAAN SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DANGKAL DI KECAMATAN


TAYANDO KOTA TUAL MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8
(The Bottom Substrate Shallow Water Mapping Using Landsat 8 Imagery)

Marvin Mario Makailipessy dan Fabian Souisa


Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan
Politeknik Perikanan Negeri Tual
e-mail: mariomarvin.mm@gmail.com

ABSTRACT
This study aimed to determine mapped of the substrate (habitat) of the bottom shallow
waters at Tayando District, Tual City with Landsat 8 imagery satellite. We used
transformation blue and green bands with depth invariant index algorithm Y = ln Band 1 +
(ki/kj) ln Band 2 on mapped the basic characteristics of the bottom shalow water. The
classification of the imagery transformation by using shallow marine water habitat
classification scheme based on color palett and the result showed there were five classes on
bottom substrate in Tayando Ditrict; sand, sand mixed coral, dead coral, coral reefs and
seagrass.
Keywords: Bottom Shallow Water, Landsat 8 Imagery

PENDAHULUAN Beberapa penelitian terdahulu seperti


Penginderaan jauh (remote sensing) Pasaribu (2008) perubahan luasan terumbu
adalah teknik yang dikembangkan untuk karang, Siregar (2010) pemetaan substrat
memperoleh dan menganalisis informasi dasar perairan dangkal, Damayanti (2012)
tentang bumi dimana informasi tersebut pemetaan terumbu karang, Marendy
khusus berbentuk radiasi gelombang (2013) studi distribusi terumbu karang,
elektromagnetik yang dipancarkan atau Suhana (2015) pemetaan sebaran dan
dipantulkan dari permukaan bumi kondisi terumbu karang, merupakan
(Sutanto, 1992 dalam Suhana, 2015). beberapa penelitian yang mengunakan
Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) aplikasi pengindraan jauh berbasis citra
penginderaan jauh adalah ilmu dan seni satelit untuk mendeteksi berbagai fitur-fitur
untuk memperoleh informasi tentang di ekosistem perairan dangkal seperti
obyek, daerah atau fenomena melalui lamun, algae, substrat dasar perairan dan
analisis data yang diperoleh dengan alat terumbu karang.
tanpa adanya kontak langsung dengan Citra merupakan masukan data atau
obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. hasil observasi dalam proses penginderaan
Perkembangan ilmu penginderaan jarak jauh. Citra dapat diartikan sebagai
jauh dari tahun ke tahun mengalami gambaran yang tampak dari suatu objek
perkembangan yang cukup pesat, sehingga yang diamati, sebagai hasil liputan atau
manusia akan selalu mengembangkan rekaman suatu alat pemantau/sensor, baik
kemampuannya dalam mengembangkan optik, elektrooptik, optik mekanik maupun
citra satelit agar dapat dipergunakan untuk elektro magnetik. Citra memerlukan proses
kepentingan-kepentingan lainnya yang erat interpretasi atau penafsiran terlebih dahulu
kaitannya dengan perolehan informasi dalam pemanfaatannya (Helmi et al, 2011).
suatu objek, daerah ataupun fenomena Citra satelit merupakan hasil dari
geografisnya (Bhian, 2010 dalam Suhana, pemotretan/perekaman alat sensor yang
2015). dipasang pada wahana satelit ruang angkasa

1
MM. Makailipessy dan F. Souisa

dengan ketinggian lebih dari 400 km dari 8 dengan tanggal akusisi 27 Juli 2014. Kanal
permukaan bumi (Helmi et al, 2011). yang dipakai adalah kanal 1, kanal 2, kanal
Oleh karena itu, pemanfaatan citra 3 dan kanal 4 (pemisahan laut dan darat),
satelit dalam mendeteksi substrat dasar alogaritma yang digunakan adalah
perairan khususnya di perairan Kecamatan alogaritma lygenza dalam Guntur et.al
Tayando Kota Tual terasa perlu dilakukan (2012). Alat dan bahan yang digunakan
karena berbagai penelitian yang telah adalah satu buah laptop acer, koneksi
dijabarkan sebelumnya dilakukan di internet (modem), perangkat lunak
sebagian besar wilayah barat dan tengah pemrosesan data citra, perangkat lunak
indonesia, dan untuk penelitian sistem informasi geografis (SIG),
pengindraan jauh menggunakan citra satelit perangkat lunak office dan printer.
landsat 8 belum banyak dilakukan. Pengambilan Data
Tujuan penelitian ini adalah untuk Pengambilan data citra landsat 8
mengelola/menganalisis citra satelit landsat dilakukan melalui salah satu situs milik
8 dalam menentukan dan memetakan USGS yang menyediakan layanan citra open
substrat dasar perairan dangkal di access dan gratis. Path 106 dan row 64
Kecamatan Tayando Kota Tual. dengan tanggal akusisi 27 Juli 2014
merupakan path row citra untul wilayah
METODE PENELITIAN sekitar lokasi penelitian. Data citra landsat
Lokasi dan Metode Penelitian 8 berukuran hampir 1GB dimana
Lokasi penelitian yang digunakan membutuhkan kecepatan internet yang
dalam pemetaan substrat dasar perairan sangat baik dalam proses pengunduhan dan
dangkal yaitu pada Kecamatan Tayando komputer diinstal program java. Data citra
yang terdiri dari tujuh pulau kecil (P. Walir, landsat 8 terdiri dari 11 band dimana
P. Heniar, P. Ree, P. Nya, P. Nusreen, P. masing masing band memiliki spefikasi
Taam, dan P. Tayando). Penelitian ini tersendiri (gambar 1).
dilakukan pada Bulan Maret 2015. Citra
satelit yang digunakan adalah citra Landsat

Gambar 1. Spefikasi band-band pada citra landsat 8 (sumber : USGS.gov)

Menurut Guntur et.al (2012) proses c. Masking untuk memisahkan


pengolahan data citra terdiri dari : lautan dari daratan,
a. Pemilihan wilayah yang akan d. Proses perhitungan alogaritma
dipetakan (crooping), lygenza di perangkat lunak
b. Memasukkan alogaritma dari office untuk mempertajam citra
statistik citra yang berfungsi agar hasilnya lebih baik,
untuk proses masking,

2
Neritic Vol. 6 No.1, hal 01-06, Maret 2015 ISSN. 1978-1210

e. Pemasukan alogaritma yang dan fasilitas memperbesar dan


telah diolah untuk perhitungan memperkecil liputan citra yang ada pada
alogaritma lygenza selanjutnya, laptop agar lebih detail dan dapat diamati.
f. Klasifikasi palet warna untuk Fungsi multispektral dilakukan dengan
mengumpulkan objek homogen memilih 3 band, yaitu untuk membuat
g. Digitasi untuk memotong citra citra warna komposit dengan
yang terklasifikasi agar mudah memasukkan setiap band kedalam filter
diolah pada perangkat lunak merah, hijau dan biru (RGB), dan dari
SIG. kombinasi tersebut diharapkan dapat
h. Pengolahan di perangkat lunak menyajikan keragaman warna paling
SIG untuk mengolah, banyak agar diperoleh informasi yang
menganalisis, menampilkan data optimal.
serta membuat peta serta
laporan yang berkaitan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
data spasial yang bereferensi Berdasarkan hasil perhitungan maka
geografis. nilai perhitungan koefisien antenuasi
perairan diperoleh nilai (ki/kj) yaitu
Analisis Data sebesar 0,757. Dengan demikian
Proses analisa data meliputi analisa persamaan alogaritma yang digunakan
data citra landsat 8, informasi tentang untuk mengekstrak substrat dasar perairan
distribusi spasial karakteristik dasar menjadi Y = ln Band 1 + 0.757 * ln Band
perairan dangkal diekstrak dari citra satelit 2. Dari citra hasil transformasi alogaritma
menggunakan Algoritma “depth-invariant kemudian menggunakan palet warna
bottom index” yang mengeliminir faktor rainbow maka secara visual dapat
kedalaman (koreksi kolom air). Indeks ini dibedakan dengan jelas objek pasir
dapat digunakan sebagai indeks (merah), lamun (seagrass) dicirikan dengan
karakteristik dasar perairan. Analisa citra warna oranye, karang hidup berwarna biru
menggunakan alogaritma lygenza, dimana muda, karang mati berwarna hijau dan
koefisien antenuasinya harus dicari pasir campur patahan karang mati dengan
terlebih dahulu. Menurut Guntur et al gradasi warna kuning kehijau-hijauan
(2012) alogaritma lygenza berfungsi untuk (mengacu pada Sulma dan Winarso, 2003).
mempertajam citra agar peta yang Tabel 1. Luasan substrat dasar perairan
dihasilkan lebih baik yang didasarkan pada berdasarkan citra satelit Landsat 8
varian (ragam) dan kovarian (peragam)
yaitu: Habitat Dasar Jumlah Luasan (m2)
Pixel
𝐾𝑖 Lamun 9.312 8.380.800
= 𝑎 + √𝑎2 + 1 (1) Terumbu 23.090 20.781.000
𝐾𝑗
Karang
(𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑑 1−𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑑 2) Karang mati 6.878 6.190.200
𝑎= (2) Pasir campur 54.466 49.019.400
(2 𝑥 𝐶𝑜𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑛𝑑 1 𝐵𝑎𝑛𝑑 2
patahan karang
Rumus transformasi lygenza : mati
Y = ln Band 1 + (ki/kj)* ln band 2 (3) Pasir halus 20.978 18.880.200

Dimana Y = indeks dasar perairan, Berdasarkan data pada tabel 1


ki/kj = koefisien antenuasi. Langkah terlihat bahwa substrat perairan dasar
selanjutnya dilakukan interpretasi bentuk kecamatan Pulau Tayando dimonasi oleh
lahan secara visual melalui laptop dengan substrat pasir campur patahan karang mati
menggunakan unsur-unsur interpretasi dengan jumlah pixel 54.466 pixel dengan

3
MM. Makailipessy dan F. Souisa

luasan 49.019.400 m2, sedangkan terkecil 8.380.800 m2. Persentase masing-masing


didominasi oleh lamun dengan jumlah kelas substrat dasar perairan (gambar 2).
pixel sebesar 9.312 pixel dengan luasan

18% 8%

20%
Lamun

Terumbu karang
6%
48% Karang mati

Pasir campur patahan karang mati

Pasir halus

Gambar 2. Persentase kelas substrat dasar perairan Kecamatan Tayando

Berdasarkan gambar 1 maka terlihat suatu perairan dangkal sangat dipengaruhi


dengan jelas bahwa kelas substrat dasar oleh faktor-faktor oseanografi suatu
perairan kecamatan Tayando didominasi perairan, kedalaman dan musim dimana
oleh pasir campur patahan karang mati pada musim-musim tertentu pada pulau-
dimana hampir 50% substrat dasar pulau tertentu mengalami hantaman
perairan dangkal didominasi oleh substrat gelombang.
ini atau seluas 4.901,94 Ha, diikuti dengan Penggunaan citra satelit landsat 5
terumbu karang dengan persentase 20 % dan 7 untuk penelitian pengindraan jauh
atau seluas 2.078,10 Ha, pasir halus 18% khususnya di bidang kelautan sudah
atau seluas 1.888,02 Ha, lamun sebesar banyak dilakukan seperti Sirajuddin et al
8% atau seluas 838,02 Ha dan terkecil tentang perubahan morfologi laut, Joyce et
ditempati oleh substrat dasar karang mati al (2004) kombinasi landsat ETM+
sebesar 6% atau seluas 619,02 Ha. Secara berhubungan dengan klasifikasi terumbu
spasial kondisi penyebaran substrat dasar karang, Budiman dan Hasyim (2005)
perairan dangkal Kecamatan Tayando tentang pemetaan sebaran ekosistem
(gambar 3). pesisir dan masih banyak yang lainnya,
Berdasarkan gambar 3 maka secara namun untuk landsat 8 masih kurang
visual luasan substrat dasar pasir halus dilakukan karena satelit landsat ini sendiri
terluas pada Pulau Nusreen dan terkecil baru diluncurkan pada tahun 2013.
luasannya pada Pulau Taam. Untuk Dibandingkan versi-versi sebelumnya,
substrat dasar pasir campur patahan landsat 8 memiliki beberapa keunggulan
karang mati terluas pada Pulau Tayando khususnya terkait spesifikasi band-band
dan luasan terkecil pada Pulau Taam. yang dimiliki maupun panjang rentang
Luasan karang mati untuk keseluruhan spektrum gelombang elektromagnetik
pulau tidak berbeda jauh untuk masing- yang ditangkap sehingga sensitif terhadap
masing pulau. Wilayah Pulau Nya dan perbedaan reflektan air laut atau aerosol.
Nusreen secara visual memiliki luasan Band ini unggul dalam membedakan
terumbu karang yang luas dibandingkan konsentrasi aerosol di atmosfer dan
dengan pulau lainnya. Substrat atau habitat mengidentifikasi karakteristik tampilan air
lamun terluas dimiliki oleh Pulau Nya laut pada kedalaman berbeda (Sugiarto,
sedangkan terkecil luasnya pada Pulau 2013).
Taam. Keadaan substrat atau habitat di

4
Neritic Vol. 6 No.1, hal 01-06, Maret 2015 ISSN. 1978-1210

Sebelumnya kita mengenal tingkat SARAN


keabuan (Digital Number-DN) pada citra Perlu adanya penelitian lanjutan
landsat berkisar antara 0-256. Dengan tentang akurasi citra landsat 8 dengan
hadirnya landsat 8, nilai DN memiliki pengecekan langsung di lapangan.
interval yang lebih panjang, yaitu 0-4096.
Kelebihan ini merupakan akibat dari DAFTAR PUSTAKA
peningkatan sensitifitas landsat dari yang Budiman, S. dan B. Hasyim, (2005).
semula tiap piksel memiliki kuantifikasi 8 Pemetaan Sebaran Mangrove,
bit, sekarang telah ditingkatkan menjadi 12 Padang Lamun, dan Terumbu
bit. Tentu saja peningkatan ini akan lebih Karang Menggunakan Data
membedakan tampilan obyek-obyek di Pengindraan Jauh di Wilayah
permukaan bumi sehingga mengurangi Pesisir Laut Arafura. Pertemuan
terjadinya kesalahan interpretasi. Ilmiah Tahunan MAPIN XIV.
Tampilan citra pun menjadi lebih halus, Gedung Rektorat lt. 3 Kampus
baik pada band multispektral maupun Institut Teknologi Sepuluh
pankromatik (Sugiarto, 2013). Nopember Surabaya, 14 – 15
Terkait resolusi spasial, landsat 8 September 2005.
memiliki kanal-kanal dengan resolusi Damayanti, R. (2012). Pemetaan Terumbu
tingkat menengah, setara dengan kanal- Karang Di Perairan Pulau Tabuha
kanal pada landsat 5 dan 7. Umumnya Kabupaten Banyuwangi
kanal pada OLI memiliki resolusi 30 m, Menggunakan Citra Satelit
kecuali untuk pankromatik 15 m. Dengan Quickbird. (Jurnal) Fakultas
demikian produk-produk citra yang Pertanian, Universitas Trunojoyo:
dihasilkan oleh landsat 5 dan 7 pada Madura.
beberapa dekade masih relevan bagi studi Guntur, M. S, D. Prasetyo, dan Wawan.
data time series terhadap landsat 8 (Sugiarto, (2012). Pemetaan Terumbu Karang
2013). Teori, Metode dan Praktik.
Mumby et al (1997) menjelaskan Penerbit Ghalia Indonesia, Cetakan
tingkat akurasi landsat TM dimana untuk I. Bogor.
terumbu karang akurasinya sebesar 86%, Helmi. M, A. Hartoko, S. Herkiki,
alga 47%, pasir 83%, dan lamun sebesar 59 Munasik, dan S. Wouthuyzen,
%. Pengolahan citra pada landsat 8 tidak (2011). Analisis Respon Spektral
berbeda jauh dengan landsat 5 atau 7 dan Ekstraksi Nilai Spektral
namun dengan adanya kelebihan pada Terumbu Karang Pada Citra
landsat 8 yang telah dijelaskan sebelumnya Digital Multispektral Satelit ALOS-
memungkinkan akurasi landsat 8 dapat AVNIR di Perairan Gugus Pulau
lebih baik. Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Buletin Oseanografi Marina
SIMPULAN http://ejournal.undip.ac.id/index.
Pemetaan yang dihasilkan oleh analsis citra php/buloma Oktober 2011.vol.1
satelit landsat 8 dengan menggunakan 120 – 136.
skema klasifikasi palet warna untuk Joyce, K.E.; Phinn, S.R.; Roelfsema, C.M.;
memetakan karakteristik substrat dasar Neil, D.T.; Dennison, W.C.
perairan dangkal menghasilkan 5 (lima) Combining Landsat ETM plus and
kelas karakteristik substrat dasar perairan, Reef Check classifications for
yaitu pasir halus, pasir campur patahan mapping coral reefs: A critical
karang mati, karang mati, terumbu karang assessment from the southern
dan lamun. Great Barrier Reef, Australia. Coral
Reefs 2004, 23, 21–25.

5
MM. Makailipessy dan F. Souisa

Lillesand, T.M. dan R.W. Kiefer. (1990). Suhana, P. M. (2015). Pemetaan Sebaran
Penginderaan Jauh dan Interpretasi dan Kondisi Terumbu Karang
Citra (Terjemahan dari “Remote Dengan memanfaatkan Citra Satelit
Sensing and Image Interpretation” Quickbird, Landsat-TM, EO-1
oleh Dulbari). Gadjah Mada Hyperion, dan Alos-Avnir. (Jurnal)
University Press. Yogyakarta. Mahasiswa Pascasarjana Ilmu
Marendy, F. (2013). Studi Distribusi Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Terumbu Karang Menggunakan Sulma, S. Dan G. Winarso. (2003).
Citra Landsat di Taman Laut Pemetaan Pengindraan Jauh untuk
Bunaken, Sulawesi Utara. Ilmu Pemetaan Terumbu Karang. Pusat
Kelautan UNSRI. Vol. 9 edisi ke 2, Pengembangan Pemanfaatan dan
Hal 1 – 6. Teknologi Pengindraan Jauh.
Mumby, P. J., E. P. Green, A. J. Edwards, LAPAN. Jakarta, Hal 68 -74.
and C. D. Clark. (1997). Coral reef ______________________,
habitat mapping: how much detail http://www.usgs.gov/. Download
can remote sensing provide? Marine Citra Satelit. Diakses pada tanggal
Biology, 130: 193-202. 25 Februari 2015.
Pasaribu, A. R. (2008). Perubahan Luasan
Terumbu Karang dengan
Menggunakan Data Pengindraan
Jauh di Perairan Barat Daya Pulau
Moyo, Sumbawa. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor. Skripsi.
Sirajuddin. H, S. Burhanuddin, dan S.
Baja,(____). Analisis Perubahan
Morfologi Pulau Kodingareng
Keke Berdasarkan Interpretasi
Citra Landsat Dan Spot. (Jurnal).
http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/fil
es/47fe7dd5911a477fc541f2b1a60
4e3e2.pdf. Diakses pada tanggal 23
Februari 2015.
Siregar, V. (2010). Pemetaan Substrat
Dasar Perairan Dangkal Karang
Congkak Dan Lebar Kepulauan
Seribu Menggunakan Citra Satelit
Quickbird. E-Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2,
No. 1, Hal. 19-30.
Sugiarto, P. D. (2013). Landsat 8:
Spesifikasi, Keunggulan dan
Peluang Pemanfaatan Bidang
Kehutanan. . Diakses pada tanggal
23 Februari 2015.

Anda mungkin juga menyukai