Struktur Baja 1
Abstract Kompetensi
Modul ini bertujuan untuk memberikan Mahasiswa/i mendapatkan gambaran
pemahaman dasar mengenai awal mengenai material baja
pembuatan material baja dan produk-
produk baja
Pembuatan Baja
Metalurgi Baja
Material baja yang umum dikenal adalah baja karbon yang pada dasarnya merupakan
campuran/paduan antara mineral besi (simbol kimia = Fe) dan mineral karbon (symbol kimia =
C) dalam suatu proses metalurgi. Mineral besi memberikan sifat daktail namun kekuatannya
relatif rendah dibanding metal lainnya. Mineral karbon membuat besi menjadi lebih kuat namun
mengakibatkan sifat yang getas. Pada proses pembuatan baja pada dasarnya mineral karbon
berfungsi sebagai agen pengeras. Sumber mineral besi umumnya diperoleh dari biji besi dan
besi tua sedangkan sumber mineral karbon diperoleh dari coking coal atau yang sering disebut
sebagai kokas.
Karena biji besi hasil tambang umumnya mengandung komponen oksida (ironoxide) maka biji
besi harus dimurnikan dari segala kandungan lain untuk dicampur dengan kokas dalam proses
yang disebut smelting. Produk yang dihasilkan dalam proses smelting ini adalah berupa “pig
iron” yang kemudian akan digunakan selanjutnya dalam pembuatan produk baja. Pig iron
sendiri kemudian dicampur dengan mineral tambahan lainnya dalam pembakaran dengan
tungku api (blast furnace) dengan tujuan untuk dapat memperbaiki sifat mekanis dari produk
baja yang dihasilkan nantinya. Beberapa jenis mineral tambahan lain yang umum digunakan
dalam pembuatan produk baja adalah:
Proses pembuatan produk baja umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Giling panas (hot rolling)
Proses giling panas umum dilakukan untuk menghasilkan produk baja meningat baja sulit
untuk dibentuk bila dalam keadaan dingin. Pada baja giling panas, umumnya setelah melalui
proses metalurgi melalui pembakaran dalam blast, baja dialirkan kedalam bentuk blok/blokan
pada temperatur yang sesuai untuk proses penggilingan. Untuk membentuk produk pelat dan
penampang baja, blok baja yang dibuat sebelumnya diberikan gaya kompresi melalui alat
roller bearing yang diatur oleh mesin.
2. Giling dingin (cold forming/rolling)
Proses giling dingin merupakan metoda yang sudah umum digunakan dengan aplikasi yang
luas dan menjadi tren belakangan ini untuk bidang sipil struktur karena dapat diaplikasikan
untuk produk-produk seperti metal floor deck, roof/wall sheating, gording ataupun atap baja
ringan. Produk-produk baja giling dingin umumnya menggunakan mutu yang lebih tinggi dari
baja giling panas sehingga hanya diperlukan ketebalan yang relatif tipis sampai dengan kir-
kira 3 mm sehingga mudah untuk dibentuk pada kondisi suhu ruang.
Produk-Produk Baja
Produsen baja umumnya menghasilkan beberapa jenis produk dan yang terutama yaitu pelat
baja, profil baja dan tulangan/wiremesh baja. Beberapa produsen baja di Indonesia antara lain
yaitu Krakatau Steel, Gunung Garuda dan Steel Pipe Industry Indonesia. Jenis produk, dimensi
penampang dan spesifikasi material yang dihasilkan dapat dilihat pada website dari
perusahaan-perusahaan tersebut. Tabel 2 menunjukkan berbagai jenis-jenis produk baja yang
dihasilkan baik dengan cara giling panas maupun giling dingin
Tulangan/
wiremesh Diameter tulangan beton
baja yang umum dipasaran
adalah D8 mm sampai
dengan D32 mm dan
diameter wiremesh yang
umum dipasaran adalah
M6 sampai dengan M10
B) Giling Dingin
Profil HSS
Baut, angkur,
shear stud
Berdasarkan kandungan mineralnya, baja yang biasa digunakan untuk keperluan struktur dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu:
Baja karbon dibagi menjadi 4 jenis sesuai dengan kandungan karbonnya yaitu:
Baja karbon memiliki titik lelah yang jelas namun seiring dengan meningkatnya kandungan
karbon dalam baja, tingkat daktilitas dari baja makin kecil dan makin menyulitkan dalam
2. Baja Mutu Tinggi dengan Paduan Logam Rendah (High Strength Low AlloySteel)
Baja jenis ini juga memiliki titik leleh yang jelas seperti halnya baja karbon dan umumnya
memiliki kuat leleh antara 275 – 480 MPa. Baja ini merupakan baja karbon dengan sedikit
campuran mineral tambahan lainnya untuk meningkatkan kekuatan dan memperbaiki sifat
mikrostruktur dari baja karbon murni. Pada dasarnya tidak ada proses pengaturan suhu
pada jenis baja ini.
3. Baja Mutu Tinggi dengan Paduan Logam Yang di Atur Suhunya (Quenched and Tempered
Alloy Steel)
Baja jenis ini pada dasarnya mirip dengan baja mutu tinggi dengan mineral tambahan
rendah namun kandungan karbonnya dibatasi maksimum sampai 0.2%. Selain itu dalam
proses pembuatannya dilakukan pengaturan suhu (heat treatment) dengan cara
pendinginan cepat (quenching) dan pemanasan ulang (tempering).Secara garis besar
proses ‘quenching’ akan meningkatkan kekuatan dan kekerasan dari baja namun membuat
baja lebih getas dan tidak alot. Sebaliknya proses ‘tempering’ menurunkan kekuatan dan
kekerasan dari baja namun membuat baja menjadi lebih daktail dan kealotan baja. Dengan
proses pengaturan suhu ini, kuat leleh baja yang dapat dihasilkan adalah antara 550 – 760
MPa.
Produk-produk baja baik baja profil, pengencang (fastener), shear stud dan elektroda las
umumnya diatur dalam spesifikasi yang berlaku.
1. Baja profil
Jenis spesifikasi baja profil yang umum digunakan di Indonesia adalah jenis baja karbon
ringan yang dalam spesifikasi ASTM yaitu A36. Di Indonesia A36 kira-kira ekivalen dengan
disebut baja BJ37. Kuat leleh BJ37 adalah 240 MPa dan kuat tariknya adalah 370 MPa.
Namun demikian di luar negeri umumnya baja yang digunakan untuk baja profil memiliki
mutu yang lebih tinggi antara lain seperti diperlihatkan pada Tabel 3 dengan dasar
spesifikasi ASTM.
Kebanyakan baja mutu tinggi harus diimpor dari luar negeri akibatnya struktur baja menjadi
mahal untuk digunakan untuk perencanaan struktur bangunan dibanding dengan beton
bertulang.
Bentuk profil yang diberikan pada tabel di atas adalah sebagai berikut:
Baut mutu rendah ini mengikuti spesifikasi ASTM A307 yang merupakan jenis baja
karbon dengan kuat tarik (tensile strength) antara 415 – 700 MPa. Baut mutu rendah ini
umumnya sudah jarang digunakan.
Baut mutu tinggi merupakan jenis baut yang paling banyak digunakan saat ini. Mutu
baut yang digunakan umumnya adalah A325 dengan kuat tarik minimum antara 725 –
825 MPa dan A490 dengan kuat tarik minimum 1035 MPa. Untuk mur (nut)
menggunakan spesifikasi A563 dan ring (washer)nya menggunakan spesifikasi F436.
Untuk angkur spesifikasi yang umum digunakan adalah ASTM F1554 yang dibagi menjadi
dalam 3 grade yaitu:
Gr36 dengan kuat leleh yaitu 240 MPa dan kuat tarik yaitu antara 400 – 550 MPa
Gr55 dengan kuat leleh yaitu 380 MPa dan kuat tarik yaitu antara 515 – 655 MPa
Gr105 dengan kuat leleh yaitu 725 MPa dan kuat tarik yaitu antara 860 – 1035 MPa
Mur untuk angkur dapat menggunakan spesifikasi ASTM A563 sedangkan ring untuk
angkur dapat menggunakan spesifikasi ASTM F844 atau F436.
Untuk stek tulangan/dowel pada beton pondasi, jenis angkur yang digunakan adalah yang
berulir (all threaded). Jenis angkur ini dapat menggunakan ASTM A36.
Shear stud adalah berdasarkan spesifikasi ASTM A108 dengan kuat tarik 450 MPa dan kuat
leleh 345 MPa.
E60XX dengan kuat leleh 345 MPa dan kuat tarik 415 MPa
E70XX dengan kuat leleh 415 MPa dan kuat tarik 500 MPa
Daftar Pustaka
[1] Charles G Salmon, John E Johnson & Faris E Malhas, Steel Structures : Design and
Behavior 5th Edition, Pearson Int. Ed. 2009 (cari terjemahannya diperpustakaan untuk edisi
lama)
[2] Louis F Gerschwinder, Unified Design of Steel Structures 1st Edition, John Wiley & Sons
Inc 2005
[3] AISC Design Guide Series