Anda di halaman 1dari 6

CERITA RAKYAT ACEH

Putra Mahkota Amat Mude

Dahulu di negeri Aceh, ada seorang raja yang memerintah dengan bijaksana. Sang Li Raja
memiliki bayi laki-laki bernama Amat Mude. Belum genap setahun usia Amat Mude, sang Ayah
meninggal. Pamannya yang bernama Raja Muda diangkat menjadi raja untuk sementara. Namun,
karena Raja Muda ingin menguasai tahta selamanya, maka Amat Mude dan ibunya diasingkan.

Singkat cerita, Amat Mude tumbuh menjadi pemuda tampan dan tangkas. Suatu hari, Amat
Mude dan ibunya pergi ke pasar untuk menjual ikan. Seorang saudagar memborong ikan mereka.
Sesampai di rumah, sang Saudagar membelah perut ikan-ikan itu. Ternyata isinya adalah telur
emas yang sangat banyak. Sang Saudagar memberikan telur-telur itu kepada Amat Mude dan
ibunya. Amat Mude dan ibunya menjadi kaya. Mereka menyedekahkan kekayaannya kepada
fakir miskin.

Berita itu sampai ke telinga Raja Muda. Raja Muda lalu memanggil Amat Mude dan ibunya. Ia
kemudian menugaskan Amat Mude agar mencari obat berupa kelapa gading untuk istri sang Raja
Muda di suatu pulau yang dihuni oleh banyak binatang buas.

Cerita Rakyat Aceh Pangeran Amat Mude


Amat Mude menyanggupi tugas berat itu. Berkat bantuan ikan besar bernama Silenggang Raye,
Amat Mude berhasil mendapatkan kelapa gading. Dia pun selamat dari gangguang binatang
buas.

Berkat kelapa gading itu, istri Raja Muda sembuh. Raja Muda gembira. Ia lalu menyerahkan
tahta kerajaan kepada Amat Mude sekaligus meminta maaf. Amat Mude dan ibunya pun
memaafkan sang Raja Muda.
LAGU DAERAH ACEH
Tawar Sedenge

Engon ko so tanoh Gayo


Si megah mu reta dele
Rum batang uyem si ijo kupi bako e

Pengen ko tuk ni korek so


Uwet mi ko tanoh Gayo
Seselen pumu ni baju netah dirimu

Nti daten bur kelieten


Mongot pude deru
Oya le rahmat ni Tuhen ken ko bewenmu

Uwetmi ko tanoh Gayo


Semayak bajangku
Ken tawar roh munyang datu uwetmi masku

Ko matangku si mumimpim
Emah ko uyem ken soloh
Katiti kiding nti museltu
ilahni dene

Wo kiding kao ken cermin


Remalan enti berteduh
Nti mera kao tang duru
Bon jema dele

Nti osan ku pumun jema


Pesaka si ara
Tenaring ni munyang datu ken ko bewen mu

Uwet mi ko tanoh Gayo


Ko opoh bajungku
Ken tawar’n roh munyang datu
uwetmi masku
AGAMA ISLAM DI INDONESIA

1. Islam
Nama Kitab Suci : Al-Qur’an
Nama Pendiri : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, Tahun Baru Hijrah, Isra’
Mi’raj
Jumlah Penganut : 207.176.162 jiwa (87,18%)

2. Kristen Protestan
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pendiri : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 16.528.513 jiwa (6,96%)

3. Katolik
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pendiri : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan Isa Almasih
Jumlah Penganut : 6.907,873 jiwa (2,91%)

4. Hindu
Nama Kitab Suci : Weda
Nama Pendiri : -
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi
Jumlah Penganut : 4.012.116 jiwa (1,69%)

5. Budha
Nama Kitab Suci : Tri Pitaka
Nama Pendiri : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina
Jumlah Penganut : 1.703.254 jiwa (0,72%)

6. Khong Hu Cu
Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching
Nama Pendiri : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Jumlah Penganut : 117.091 jiwa (0,05%)
ALAT MUSIK TRADISIONAL SUMATERA BARAT
Kisah Pak Lebai Malang

Tersebutlah kisah Pak Lebai yang hidup di tepi sungai, di


sebuah desa di Sumatra Barat. Pada suatu hari, ia mendapat
undangan pesta dari dua orang kaya yang diadakan pada
hari dan waktu yang bersamaan. Pak Lebai bingung harus
mendatangi undangan yang mana, karena kedua undangan
memiliki keuntungan dan kerugian masing-masing. Ia
berpikir, kalau ia pergi ke pesta di hulu sungai, tuan rumah
akan memberinya hadiah dua ekor kepala kerbau. Namun ia belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut dan
masakan orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hilir sungai. Tetapi, kalau pergi ke pesta di hilir sungai, ia
akan mendapat hadiah seekor kepala kerbau yang dimasak dengan enak. Ia juga kenal betul dengan tuan rumah
tersebut. Bedanya lagi, tuan rumah di hulu sungai akan memberi tamunya dengan tambahan kue kue yang lezat.
Akhirnya, ia mulai mengayuh perahunya, meskipun belum juga dapat memutuskan pesta mana yang akan
dipilih.

Dikayuhnya sampan menuju hulu sungai. Baru tiba di tengah perjalanan, ia mengubah pikirannya. Ia berbalik
mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu hampir sampai di hilir sungai, ia melihat beberapa tamu menuju
hulu sungai. Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau yang disembelih di sana sangat kurus. Ia pun mengubah
perahunya menuju hulu sungai. Setibanya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta
disana sudah selesai. Lalu, ia cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana
pun pesta sudah berakhir.

Kedua pesta telah berakhir, Pak Lebai hanya tinggal menyesali kenapa ia tak menghadiri salah satunya,
sehingga kerbau yang diinginkannya pun lenyap begitu saja. Padahal saat itu ia sangat lapar. Kemudian ia
memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Lalu ia membawa bekal nasi dan tidak lupa ia pun mengajak
anjing kesayangannya. Setibanya di sungai, ia mempersiapkan peralatan untuk memancing. Setelah menemukan
tempat yang nyaman untuk memancing, Pak Lebai melemparkan kailnya ke tengah-tengah sungai. Dengan
sabar, ia menunggu kailnya dimakan ikan. Setelah memancing agak lama, akhirnya kailnya dimakan ikan.
Namun, kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebai pun terjun untuk mengambil ikan tersebut.

Namun sayang, ikan itu dapat meloloskan diri. Sementara ia terjun, anjingnya memakan nasi yang dibawanya.
Akhirnya, ia menggigit jari dan tak ada lagi yang dapat dimakan untuk mengisi perutnya yang semakin
keroncongan. Kemalangan telah menimpanya hingga diketahui banyak orang. Sejak saat itu, Pak Lebai
mendapat julukan dari orang-orang sekampung sebagai Pak Lebai Malang Perahu.

Hikmah dari Cerita Dongeng Rakyat Sumatera Barat : Pak Lebai Malang adalah Hendaknya memutuskan
segala sesuatu bukan atas dasar untung rugi, tetapi dengan keikhlasan dan keteguhan hati, sehingga terhindar
dari nasib malang.

Anda mungkin juga menyukai