Anda di halaman 1dari 3

Amalia Syifa El Islamy

15/377727/KH/8450

Organ Limfatik

1. Organ Limfoid Primer

Sejumlah organ limfoid dan jaringan limfoid yang morfologis dan fungsional berlainan
berperan dalam respon imun. Organ limfoid tersebut dapat dibagi menjadi organ primer dan
organ sekunder. Timus dan sumsum tulang adalah organ primer yang meruoakan organ
limfoid tempat pematangan limfosit.

Burung dan ayam adalah unik dalam memproduksi sel B yaitu dalam organ yang
disebut Bursa Fabricius di saluran cerna dekat kloaka. Ditemukan IgM, IgG dan IgA. Timus
terdiri atas 6-7 lobus. Meskipun kalkun, bebek, burung dara telah diteliti, ayam domestic
dapat dijadikan sebagai spesies yang mewakili golongan burung dan ayam.

Banyak kesamaan antara sistem imun avian dan mamalia terutama dalam struktur organ
limfoid, pembentukan berbagai antibodi dan susunan Ig gen MHC. Ayam biasanya
merupakan pembentuk antibody yang baik sekali, membentuk IgM sebelum IgG. Sel T ayam
mirip dengan sel T mamalia.

Organ limfoid primer diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T
dan sel B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Karena itu organ tersebut
berisikan limfosit dalam berbagai fase diferensiasi. Sel hematopoietic yang diproduksi di
sumsum tulang menembeus dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam sirkulasi dan
didistribusikan ke berbagai bagian tubuh.

2. Organ Limfoid Sekunder

Limpa dan KGB (kelenjar getah bening) merupakan organ limfoid sekunder yang
terorganisasi tinggi. Yang akhir ditemukan sepanjang sistem pembuluh limfe. Jaringan
limfoid yang kurang terorganisasi secara kolektif disebut MALT yang ditemukan di berbagai
tempat di tubuh. MALT meliputi jaringan limfoid ekstranodul yang berhubungan dengan
mukosa di berbagai lokasi seperti SALT di kulit, BALT di bronkus, GALT di saluran cerna,
dsb.
Seperti halnya dengan kelenjar getah bening, limpa terdiri atas zona sel T (senter
germinal) dan zona sel B (zona folikel). Arteriol berakhir dalam sinusoid vascular yang
mengandung sejumlah eritrosit, makrofag, sel dendritik, limfosit dan sel plasma. Antigen
dibawa APC masuk ke dalam limpa melalui sinusoid vascular. Limpa merupakan tempat
respon imun utama yang merupakan saringan terhadap antigen asal darah.

Kelenjar getah bening adalah agregat nodular jaringan limfoid yang terletak sepanjang
jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa antigen mikroba dari epitel dan
mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang akhirnya dikonsentrasikan di KGB. Dalam
KGB ditemukan peningkatan limfosit berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respon
terhadap antigen.

Gut Associated Lymphoid Tissue (GALT) tersebar di mukosa saluran cerna. Karena
mukosa merupakan target utama untuk antigen, ayam memiliki MALT yang luas, termasuk di
dalamnya GALT, RALT, reproductive-associated lymphoid tissue. Sepanjang seluruh saluran
pencernaan, akumulasi folikel limfoid atau limfoid kecil terjadi di samping agrgeat
limfonodus.Tersebar di sepanjang saluran pencernaan tersebut didefinisikan jaringan limfoid
seperti esophageal tonsil, pyloric tonsil, peyer’s patches, meckel’s diverticulum, ceca tonsil
dan bursa fabricius.

Paru paru unggas menunjukkan struktur limfoid yang sangat teratur dan sel limfoid dan
myeloid yang terdistribusi dengan difus. Hal ini pertama kali dijelaskan oleh Binenstock et al,
yang membandingkan sistem imun paru-paru burung dengan beberapa mamalia dan
menemukan bahwa limfonodus pada bronkus primer memiliki kemiripan dengan Peyer’s
patches dan GALT lain. Oleh karena itu, struktur tersebut diberi nama Bronchus-associated
lymphoid tissue (BALT). Perkembangan BALT dipengaruhi oleh umur dan stimulus
lingkungan. Single T Lymphocites sudah ada di lokasi yang telah ditentukan pada DOC,
sementara sel B tidak terlihat sampai minggu kedua. Selama minggu-minggu berikutnya
meningkatnya jumlah sel CD45 terakumulasi dan berkembang menjadi struktur yang
terorganisir dengan sel T di tengah dan sel B di perifer.
Referensi

Baratawidjaja, K. G. Dan Rengganis, I. 2009. Imunologi Dasar. Jakarta: Balai Penerbit FK-
UI

Schat, A. K., Kaspers, B., dan Kaiser P. 2014. Avian Immunology 2nd Edition. San Diego:
Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai