Anda di halaman 1dari 13

ORGAN LIMFOID

Oleh : Prof. Dr. dr Sabbele Naba Rewa

Organ limfatik (limfoid) secara garis besarnya dibagi atas dua golongan, yaitu :

I. Organ limfoid primer (Organ limfoid sentral). Organ yang termasuk dalam kelompok ini
ialah :
a) Sumsum tulang (Bone Marrow)
b) Kelenjar thymus
c) Bursa of fabricus pada burung.
Organ limfoid primer ini merupakan tempat limfosit baru dibentuk secara otonom.

II. Organ limfoif skunder (Organ limfoid perifer). Organ yang termasuk dalam kelompok ini
ialah :
a) Limfonodus
b) Limpa
c) Unencapsulated limfoid tissue, yaitu jaringa limfatik yang berhubungan
dengan mukosa pada :
 Saluran pencernapasan = Tractus respiratorius
 Saluran pencernaan = Tractus digestivus
 Tractus Genito –urinarius
Organ limfoid skunder ini adalah tempat limfosit berespons terhadap antigen.

Peranan limfosit pada respons imun :

Terdapat dua jenis respons imun yang berbeda. Sel plasma (Limfosit B) akan
menghasilkan immunoglobulin yang beredar dan karena disebut respons antibody humoral . Sel plasma
yang menghasilkan respons antibody humoral ini disebut limfosit B, sebagu respon terhadap antigen,
namun jenis respons ini memerlukan bantuan limfosit “T helper”. Hal ini disebut pula respon imun
bermedia antibody. Jenis respons imun lainnya disebut respon imun bermedia sel. Respon ini
dilaksanakan oleh limfosit T. Sitotoksik juga dikenal sebagai sel pembunuh = killer cell), yang sanggup
mengenal dan dan menghancurkan sel dengan antigen permukaan yang berbeda dari makromolekul
permukaan sel tubuh sendiri. Jenis respons ini terlaksana dengan perantaraan turunan limfosit T, yang
diaktifkan antigen tanpa memerlukan peran serta limfosit “B”. Kedua jenis respons itu dipicu oleh
pertemuan antara limfosit dan antigen yang telah diprogramkan untuk dikenali.

Aktivasi limfosit :

Bila limfosit kecil berkontak dengan antigen yang menghasilkan respons, ia akan berkembang menjadi
sel yang jauh lebih besar dengan banyak ribosom bebas dan polisom didalam sitoplasmanya. Kandungan
RNA sitoplasmanya meningkat begitu rupa sampai sitoplasmanya berubah sangat basofilik. Dna-nya
kemudian mengalami replikasi dan mengalami beberapa kali pembelahan yang menimbulkan klon sel-
sel terprogram secara identik.
Perubahan akibat antigen yang mendahului perluasan klon limfosit dilukiskan sebagai aktivasi limfosit.
Limfosit aktif adalah limfosit besar yang belum lama sebelumnya berespon terhadap suatu antigen,
diameternya dapat mencapai 30 um. Sehingga lebh besar daripada yang disebut limfosit besar pada
darah tepi. Limfosit B yang terprogram secara antigen memegang peranan kunci dalam respons antibodi
humoral.

Kombinasi gen khusus yang terdapat dalam limfosit dalam limfosit “B” terjadi secara berlebihan.
Setelah itu limfosit B harus menghasilkan molekul imunoglobulin dengan kekhasan antigen sama dengan
kata lain ia telah ditetapkan secara antigen. Setelah aktif semua sel turunannya akan tetap terprogram
identik, menghasilkan molekul antibodi dengan kekhasan sama. Sebelum diaktifkan limfosit B memiliki
kelompok-kelompok kecil imunoglobulin permukaan spesifik (kebanyakan berupa sIgM dan sIgD) pada
permukaannya. Bercak-bercak sIg ini memungkinkan limfosit B mengenali antigen
Sel-sel tersebut diatas (1 s/d 4) secara teoritis dapat ditemukan dalam limfonodus dan terlihat
berkelompok dalam nodul limfatisi. Noduli limfatisi banyak terdapat pada koteks, pada umumnya tiap
nodule limfatisi mempunyai sentrum germinativum, pada bayi sentrum germinativum ini tidak ada.

Sentrum germinativum :

1. Terletak dibagian tengan nodule limfatisi


2. Warna agak pucat
3. Terdiri dari sel limfosit muda dengan tanda-tanda :
 Inti sel masih pucat
 Sitoplasma luas/lebih banyak sehingga walaupun sel berde katan inti terlihat berjauhan.
Pada bagian tepi dari nodule limfatisi terdapat sel-sel yang lebih tua (limfosit dewasa
dengan tanda – tanda sitoplasma sedikit, inti besar sehingga sl terlihat gelap.
Dalam noduli limfatisi dari limfanosus terdapat sel limfosit B sedangkan limfosit T
menempati daerah parakorteks.

SIRKULASI DARAH LIMFONODUS


1. Darah dalam limfonodus mengalir tetap dalam pembuluh darah kapiler, ini jelas berbeda
dengan sirkulasi darah lien.
2. Hampir semua pembuluh darah yang masuk ke dalam limfonodus akan melewati daerah hillus,
hanya satu satu akan melewati / menembus kapsula fibrosa.
3. Sebagian besar cabang arteri dan vena akan mengikuti jalannya trabekel dan sebagian kecil
memiliki aksis medullary cords.
4. Arteriole akan bercabang cabang menjadi kapiler-kapiler yang dapat Nampak diantara serat-
serat retikuler.
5. Kapiler darah, venule ke trabekel melalui hillus kemudian meninggalkan limfonodus sebagai
vena biasa.

PERSYARAFAN (INNERVASI) LIMFONODUS

Serat saraf juga masuk bersama pembuluh darah melalui daerah hillus kedalam limfonodus.

FUNGSI LIMFONODUS

1. Menyaring limfe oleh karena didalam limfomodus bayak terdapat sel-sel R.E.S yang akan
menangkap bakteri dan benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
2. Membentuk antibodi terhadap suatu zat yang masuk ke dalam tubuh, dilaksanakan oleh limfosit
B dengan atau tanpa bantuan limfosit sel T Helper, hal ini dilakukan pula oleh sel-sel R.E.S
Pembentukan antibody dilakukan oleh :
a) Sel plasma yang sudah matang (mature plasma cell), hal ini diterangkan oleh Fagreus
1948 dan kemudian diperkuat oleh Coons, dkk. , dengan menggunakan mikroskop
flouresensi dengan cara :
 Ke dalam tubuh seekor binatang disuntikkan antigen yang spesifik yang akan
merangsang pembentukan antibodi spesifik pula, setelah beberapa waktu
binatang itu di diseksi, diambil limfonodusnya dan dengan memakai flouresen
mikroskop terlihat di dalam sitoplasma sel plasma dan antibody yang sesuai
dengan antigen yang disuntikkan tadi.
b) Sel limfosit B yang lebih muda (premature plasma cell dan immature plasma cell) juga
memproduksi antibodi, caranya :
 Kedalam tubuh seekor binatang disuntikkan antigen hormone hidrokortison
dalam dosis tinggi , akibatnya terjadi kerusakan sel limfosit yang sangat bayak
dan pada saat ini didapatkan titer antibody dalam tubuh berkurang sehingga
dianggap bahwa antibody tadi berasal dari sel limfosit yang rusak.
Bila antigen telah berada dalam kelenjar limfe, maka ia akan diproses oleh sel-sel
makrofag yang selanjutnya dapat merangsang sel limfosit baik “ sel limfosit B”
maupun “sel limfosit T”. “Sel limfosit B” adalah adalah sel-sel limfosit yang
berasal dari sumsum tulang yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh
“Bursa” ( Sel B dari bursa of fubricus) pada burung. Bila sel ini mengadakan
hubungan dengan antigen maka ia akan mengalami proses proliferasi dan
diferensiasi sehingga akhirnya menjadi matang dan mampu mesintesa
immunoglobin yang mengandung aktifitas antibodi yang spesifik. “ Sel limfosit
T” adalah sel – sel limfosit yang berasal dari sumsum tulang dan dalam
perkembangannya dipengaruhi Timus (sel T dari Timus), limfosit T pada
limfonodus menempati daerah parakorteks.

3. Membentuk limfosit; limfosit setelah dibentuk akan menmbus kapiler dan ikut dalam sirkulasi.
4. Membatasi penyebaran sel-sel ganas : sel-sel karsinoma dapat masuk kedalam sirkulasi
darah/limfe dan menyebar keseluruh tubuh, bila sel karsinoma ini sampai ke kelenjar limfe , sel
karsinoma ini di tangkap oleh sel R.E.S sehingga sel karsinoma ini dapat dibatasi penyebarannya.
Oleh karena sifat ganas dari sel karsinoma ini maka ia akat tetap berkembanh dalam limfonodus
seingga setiap operasi karsinoma kelenjar limfe regional perlu dikeluarkan,

Selain limfonodus masih banyak jaringan limfatis lain yang dapat berfungsi menyaring
cairan jaringan, jaringan pada tempat permukaan tubuh terutama daerah yang basah, misalnya
pada selaput lendir (submukosa) mudah diserbu oleh benda asing / bakteri oleh karena itu
cairan limfe pada tempat-tempat ini perlu disaring, olehnya disini banyak dijumpai jaringan
limfatis dan tidak mempunyai kapsula fibrosa, misalnya :

 Kelenjar limfe dibawah epitel usus


 Kelenjar limfe dibawah epitel saluran pernapasan
 Tonsil

Pada beberapa jenis mamalia seperti domba, sering ditemukan organ dengan struktur
yang menyerupai limfonodus tetapi warnanya tidak kelabu tetapi kemerah-
merahan, ini disebabkan oleh karena ruangan diantara serat reticulum diisi juga
oleh darah disamping limfe. Kalau hanya diisi oleh darah saja maka disebut
“Hemanodus” (hemal node), sedang bila diantara serat retikuler terapat darah
dan limfe disebut “ Hemo-limfonosus”. Kedua struktur diatas belum diketahui
apa ada juga pada manusia , sampai saat ini jelas berfungsi menyaring darah
pada manusia dan binatang adalah : “LIEN”.
LIEN :

SPLEEN – LIMPA
Adalah suratu organ limfoid yang diliputi oleh kapsula fibrosa pada permukaan
liur dan mempunyao fungsi khusus yanitu menyaring darah, ia
merupakan organ limfoid yang terbesar dalam ubuh yang terletak pada
region hipokondrium kiri setinggi kosta ke 9, 10, dan 11 diantara fundus
gaster dan diafragma maka organ ini ikut bergerak pada pergerakan
difragma waktu bernapas.

Makroskopik :

 Bentuk biji melengkung, permukaan cembung menghadap diafragma.


 Pada permukaan cekung terdapat hilus yang merupakan suatu fisura
yang panjang tempat masuk / keluarnya pembuluh darah.
 Ukuran lien normal berkisar : panjang 12 cm, lebar 7 cm dan tebal 4 cm
pada orang dewasa.
 Pada irisan lien terlihat :
o Daerah berwarna putih disebyt pulpa putih =pulpa alba
o Daerah berwarna merah disebut pulpa merah = pulpa rubra

Mikroskopik lien

 Kapsula fibrosa yang meliputi permukaan lien terdiri dari jaringan ikat
fibrosa padat, dari sini dikirim cabang-cabang berupa trabekel ke dalam
pulpa lienalis.
Trabekel ini terdiri dari :
 Serat kolagen
 Fibrosit
 Otot polos
 Pembuluh darah
 Dikenal 2 jenis pulpa pada lien :
 Pulpa Alba : disebut juga “ Badan Malphigi : folikel limfe”

Merupakan nodule limfatisi yang terdiri dari


kelompokan limfosit yang Nampak seperti titik-titik
putih, disini juga merupakan tempat pembentukan
limfosit, pada pulpa alba ini ditempati oleh limfosit
B, yang berfungsi membentuk antibody, sedangkan
diantara potongan pulpa alba ini ditempati oleh
limfosit T yang berperan sebagai cellular imunity.

 Pulpa Rubra : pulpa merah

Merupakan suatu daerah yang Nampak berwarna


merah oleh karena terii darah yang terdapat diluar
daerah pulpa alba. Pulpa rubra ini terdiri dari :

 Sinusoid-sinusoid
 Daerah Billroth (Splenic cord dari Billroth)
Daerah billroth merupakan suatu bagian
dari pulpa merah yang terdiri dari jaringan
limfatis yang birisi darah dengan semua sel-
selnya, dimana darah ini keluar melalui
sinusoid.

Vaskularisasi Lien
1. Sistem arteri pada lien
 Arteri limfatis : masuk melalui hilus lienalis kemudian
mempercabangkan arteri trabekularis
 Arteri Trabekularis :
o Terletak dalam trabekel
o Dindingnya terdiri dari otot polos yang tebal.
o Tunika adventitia dibentuk oleh anyaman penyambung
padat dari trabekel
o Lumen kecil agak bulat
o Mempercabangkan arteri sentralis
 Arteri sentralis : disebut juga “ arteri follikularis”
o Diliputi oleh badan Malphigi
o Arteri tipe kecil : -endotel, otot polos
o Mempercabangkan arteri Penicillia.
 Arteri Penicillia :
o Cabang dari arteri sentralis yang berjalan lurus
o Mempercabangkan Hulsen arteri.
 Hulsen arteri : (Sheated artery)
o Diliputi oleh selubung Schwigger neidel
o Jelas terlihat pada kucing dan babi
o Tidak jelas pada manusia
o Terdiri dari sel konsentris padat, inti tidak jelas diduga
adalah sel R.E.S yang paday disekitar kapiler
o Tunika media menghilang
o Mempercabangkan kapiler-kapiler.
 Kapiler :
o Terdiri dari endotel
o Sedikit serat berjalan longitudinal
o Dari kapiler ini terbentuk sinusoid yang kemudian
membentuk “ stigma Malphigi” untuk seterusnya menuju
vena trabekularis dan selanjutnya ke vena lienalis.

2. Sistem Venous Lien


 Pada trabekel selain arteri trabekularis ditemukan juga vena
trabekularis dengan tanda-tanda :
o Lapisan endotel’
o Otot polos tidak Nampak
o Diluar endotel terdapat anyaman penyambung oadat dari
trabekel.
 Sistem vena ini dimulai dengan sinusoid dengan sinusoid (saluran
yang berisi darah yang dibatasi oleh sinusoid endotel) dengan
tanda-tanda :
o Diantara sel-sel terdapat cela
o Sel dengan inti ditengah
o Tidak bersifat fagositosis
o Tersusun dalam jurusan memanjang sesuai dengan sumbu
memanjang sinusoid.
 Hubungan sinusoid dengan vena trabekularis melalui suatu cela
pada trabekel yang disebut “ Stigma Malphigi”
 Antara anyaman retikuler didaerah Billroth terdapat hubungan
dengan lumen sinusoid melalui celah intraseluler dari sinusoid
dengan demikian :
o Darah yang berada dalam sinusoid dapat dengan mudah
masuk ke anyaman retikuler disekitarnya, sehingga daerah
ini akan nampak berwarna merah (pulpa rubra = pulpa
merah). Dalam pulpa rubra ini dapat ditemukan :
 Eritrosit
 Eosinofil
 Limfosit
 Neutrofil

Hubungan antara arteri dengan vena pada lien :

Hubungan antara arteri dengan vena pada lien, ternyata ada 3 teori
penting yang menjelaskan hubungan ini.

Tiga teori ini adalah :

1. Sistem terbuka : kapiler darah cabang dari hulsen arteri akan memberikan
darahnya kedalam ruangan antara jaringan retikuler pada daerah Billrot,
darah ini berada ekstravaskuler, darah ini kemudian difiltrasi dan setelah itu
akan mencari jalan mandiri sampai masuk kembali kedalam sirkulasi melalui
sinusoid.
2. Sistem tertutup : Kapiler arteri berhubungan langsung dengan lumen sinus
vena.
3. Kombinasi keduanya : Sistem tertutup dan tebuka terjadi bersamaan.
MOdifikasi teori ini ialah terjadi sirkulasi tertutup pada saat lien mengerut
dan terjadi sirkulasi terbuka pada saat lien membesar.

FUNGSI LIEN

1. Menyaring darah
2. Membantu pembentukan antibody :Hal ini terjadi apabila tubuh
kemasukan antigen yang bersifat “ thymus dependent antigen” maka
limfosit B lien akan membentuk antibodi dengan bantuan limfosit T
helper.
3. Menghancurkan eritrosit tua
4. Membentuk limfosit dan monosit
5. Menampung kelebihan darah (reservoir darah) : Hal ini jelas pada
binatang oleh karena dalam kapsula fibrosanya terdapat banyak otot
polos yang dapat berkontraksi , sedangkan pada manusia otot polos pada
kapsula tidak jelas.
6. Membentuk pigmen bilirubin yang berasal dari eritrosit : Bilirubin
ternyata dihasilkan oleh sel R.E.S dari Hb yang tidak mengandung Fe, Fe
disini dikembalikan kedalam sirkulasi darah untuk dipakai lagi
membentuk eritrosit baru.
PEMBESARAN LIEN :
Lien dapat membesar pada keadaan tertentu seperti :
 Penyakit malaria
 Penyakit tipus abdominalis
 Sindrom Banti
 Penyakit leukemia, dll

TIMUS - THYMUS
Merupakan suatu organ limfatis yang diliputi oleh kapsula fibrosa dan di
dalamnya terapat lobuli-lobuli yang dibatasi oleh septa-septa dari jaringan ikat.

Lokalisasi timus ini adalah pada mediastinum anterior yang berhubungan


rapat dengan pericardium dan vena besar pada basis jantung, ia berada tepat
dibagian belakang atas sternum.

Morfologik timus :

 Kapsula fibrosa : membungkus timus pada bagian luar dan mengirim


cabang-cabangnya kedalam jaringan timus berupa septa-septa yang
membagi timus menjadi lobuli-lobuli.
 Lobuli timus terdiri dari :
1. Korteks :
 Terdiri dari limfosit yang tersusun rapat dengan inti padat
 Terdapat sel retikuler dengan sifat :
 Bentuk agak panjang
 Inti :
 Bulat / oval
 Membrane inti tipis
 Kromatin ada
 Anak inti 1-2 buah
2. Medulla
 Sel limfosit tersusun jarang
 Terdapat pembuluh darah
 Terdapat eosinofil
 Terdapat myeloblast
 Terdapat myelosit
 Terdapat Hassal’s bodies
Hassal’s Bodies : benda basal
 Merupakan tanda khas dari timus
 Warna aga merah (asidofil)
 Bentuknya bulat
 Diameter 30 – 100 mikron
 Tersusun oleh kelompokkan lingkaran konsentris dari epitel yang
mengalami degenerasi dan pada bagian tengahnya terdapat material
yang asidofil, semua keadaan ini menandakan adanya proses degenerasi
disertai hialinisasi
 Terlihat banyak sel retikuler yang berhubungan satu dengan lain dipinggir
dari Hassal’s Bodies.
 Pada beberapa kasus dapat ditemui adanya penimbunan kalsium pada
Hassal’s bodies.

Timus ini juga mengikuti perkembangan dari tubuh, olehnya


strukturnya pada seorang anak dan dewasa berbeda hal ini
berhubungan dengan fungsi dari timus ini.

Perbedaan timus anak dan dewasa


1. Timus Anak :
 Sel limfosit banyak
 Sel lemak kurang
 Jaringan ikat pada septa sedikit
 Hassal’s bodies kurang
2. Timus Dewasa :
 Timus mengalami kemunduran
 Korteks ; limfosit berkurang
 Sel lemak banyak
 Jaringan ikat pada septa bertambah banyak
 Hassal’s bodies banyak

FUNGSI TIMUS
1. Membentuk limfosit
2. Memproduksi sedikit sel plasma dan myelosit
3. Memegang peran dalam pembentukan antibody spesifik : Limfosit yang
berasal dari sumsum tulang yang masuk kedalam timus akan mengalami
proses sejenis pendidikan sehingga limfosit ini setelah meninggalkan
timus masing-masing sudah mempunyai keterampilan khusus, misalnya :
a. Limfosit T helper : berfungsi menology pembentukan antibody
b. Limfosit T suppressor : berfungsi menekan pembentukan antibodi
c. Limfosit T killer : berfungsi membunuh bakteri atau sejenisnya
yang masuk kedalam tubuh.
d. Limfosit T amplifier : berfungsi memperbesar jumlah
pembentukan antibody
e. Limfost T sitotoksik : berfungsi membunuh / menghancurkan sel-
sel yang terinfeksi oleh kuman dan sel-sel tumbuh secara tidak
normal ( sel tumor).
Hubungan timus dengan kelenjar endokrin
Pada beberapa penelitian didapatkan adanya hubungan antara kelenjar
endokrin dengan timus, hal ini terlihat antara lain pada penelitian dibawah ini :
 Pada pemberian hormone gonadotropin kuda pada tikus , akan
menyebabkan atropi dari timus tikus, akan tetapi apabila sebelum pemberian
hormone tadi tikus dikastrasi lebih dulu proses atropi timus tidak terjadi.
 Sarjana selyl mendapat : berpuasa, toksin dan morphin menyebabkan
atrophi timus dengan cepat disertai dengan pembesaran korteks adrenal.
 Pemberian ekstrak timus kedalam tubuh induk tikus akan menyebabkan
pertumbuhan lebih baik dari keturunannya, sedangkan bila diadakan
timektomi pada induk tikus (tikus hamil) akan menyebabkan “ retardation ini
growth” dari keturunannya.
 Growth hormon dari hipophise akan menyebabkan timus jadi lebih baik
besar.

Embriologis Timus

 Berat timus waktu : neonatal : 12-15 gram


Puberteit : 30-40 gram
Usia : 10-15 gram

 Asalnya dari entodermal dan mesodermal dari kantong insang yang


merupakan penonjolan dari faring, dimana dinding faring yang berasal
entodermal mempunyai 5 (lima) buah tonjolan kantong insangnya.
 Timus sendiri berasal dari kantong insang ke III
 Sel-sel dari kantong insang ke III ini berprofilerasi hingga suatu saat lumen
kantong insang III ini akan hilang lalu tumbuh menjadi besar dan panjang,
arah pertumbuhannya adalah kebawah dan pada suatu saat terjadi
pemutusan hubungan dari kantong insang ini dengan faring dan pada saat ini
terlihat adanya sel endothelial dalam kantong insang III. Selanjutnya terlihat
sel limfosit dari sel mesenkim menyerbu kedalam bakal timus dan
memperbanyak diri menyebabkan sel epithelial yang berasal dari entodermal
terpisah / terpencar, sel epithelial ini tampak sebagai sel berbentuk gepeng
diantara sel limfosit, sel endodermal disini sebagai sel reticulum yang
melekat pada serat retikuler.
 Limfosit pada timus umumnya identik dengan limfosit kecil dari jaringan
limfoid yang lain, walaupun ada juga beberapa sel limfosit pada timus ini
yang identik dengan limfosit sedang / besar.

Beberapa pengarang / penulis menolak nama limfosit ini pada timus,


dan mereka member nama lain yakni : “ Thymocytes” dan percaya bahwa sel
ini berasal dari endodermal (Fawcett).

Vaskularisasi TIMUS

 Mendapat darah dari arteri mammaria dan arteri thyroidea inferior


 Kedua pembuluh darah ini akan menuju kortkes lalu ke medulla
 Vena di medulla bergabung menjadi vena yang lebih besar dan
selanjutnya ke vena innominata kiri dan vena thyroidea.

Innervasi Timus

 Memperoleh persarafan dari : saraf vagus dan simpatis.

Anda mungkin juga menyukai