Anda di halaman 1dari 15

Khianat, pengertian dan sanksinya

Kata khianat berasal dari bahasa arab yang berupa bentuk verban noun atau masdar dari kata kerja “ -‫خان‬
‫ ”يخون‬selain “‫ ”خيانة‬bentuk masdarnya bisa berupa ‘ ‫ " خونا – وخاونة – ومخانة‬yang semuanya berarti “ ‫ان‬
‫ ” يؤتمن ال نسان فل ينصخ‬sikap tidak bagusnya seseorang ketika diberi kepercayaan.

Bentuk isism fa’il pelaku dari kata kerja “ ‫ يخون‬-‫ ” خان‬adalah “‫ ” خائن‬yang oleh fayumi dalam al misbah al
munir diartikan dengan “ ‫ ”هو الذى خان ما جعل عليه امياء‬Seseorang yang berkhianat terhadap sesuatu yang
dipercayakan kepadanya, dan oleh syaukani dan nail al autar diberi penjelasan bahwa “‫ ”خائن‬adalah
“‫ ”من يأ خذ المال خيفة ويظهر النصح للمالك‬orang yang mengambil harta secra sembunyi-sembunyi dan
menampakkan prilaku baiknya terhadap pemilik (harta tersebut).
Penjelasan makna kata “‫ ”خائن‬yang dikemukakan oleh syaukani ini juga dikemukakan oleh syamsul haq
al-azim abadi dalam ‘aun al ma’bud dan al mubarakfuri dalam tuhfah al-ahwadzi secara mendetai
berkata bahwa dalam kitab al mirqah pengarangnya berkata bahwa kh’in adalah orng yang diberi
kepercayaan untuk (merawat/mengurusi) suatu/barang dengan akad sewa menyewa, dan barang titipan,
tetapi sesuatu itu diambilnya, kemudian dia mengaku kalau barang itu hilang, atau dia mengingkari
barang titipan itu ada padanya.
Sementar itu al raghib al-ashafani seorang pakar bahasa alqur’an ketika menjelaskan makna khianat, ia
kaitkan dengan kata nifak kedua kata ini sama-sam memiliki arti yang tidak baik.
Dengan demikian ungkapan khianat juga digunkan bagi seseorang yang melanggar atau mengambil hak
orang lain dan dapat pula dalam bentuk pembetalan sepihak perjanjian yang dibuatnya, khususnya
dalam masalah utang piutang atau masalah mua’amalah secara umum.
Buku konkrit secara historis menunjukan bahwa seseorang yang
sumber: Irfan, Muhamad Nurul. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia dalam Prespektif Fikih Jinayyah.
Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009.

http://santriuniversitas.blogspot.com/2010/11/khianat-pengertian-dan-sanksinya.html

kamis,30 april
6. Khianat / Hianat
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang telah
dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat adalah ciri-
ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan kemungkinan besar
tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di kemudian hari.

http://www.organisasi.org/1970/01/macam-jenis-penyakit-hati-sifat-buruk-iri-hati-dengki-hasut-fitnah-
buruk-sangka-dan-khianat-definisi-pengertian.html

kHianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan yang
telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat
adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan
kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di
kemudian hari.

Sementara kata KHIANAT disebutkan 2x di dalam ayat al Quran yaitu di QS Al Mukmin :19 dan
An Nisaa’ : 105

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya
kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-
orang yang khianat, (QS An Nisaa’ :105)---Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan
apa yang disembunyikan oleh hati. (QS Al Mukmin :19)

Nabi Muhammad saw bersabda :

“Tsalaatsun man kunna fiihi fa huwa munaafiqun wa in shaama wa shallaa wa za’ama annahu
muslimun:idzaa haddatsa kadzaba wa idzaa wa’ada akhlafa wa idza’tumina khaana”

Artinya :

“Tiga perkara, barangsiapa ada pada tiga perkara itu, maka dia itu orang munafiq, walaupun ia
berpuasa, mengerjakan sholat dan mendakwakan bahwa ia muslim. Yaitu : apabila berbicara, ia
berdusta, apabila berjanji, ia menyalahi janji dan apabila dipercayai, ia berkhianat” (HR Bukhari-
Muslim-dari Abu Hurairah)

Nabi Muhammad saw bersabda: “Laisal khulfu an ja’idar rajulur rajula wa fii niyyatihi an yafia”

Artinya: “Tidaklah menyalahi janji, bahwa seseorang berjanji dengan seseorang dan pada niatnya
akan menepatinya”
KESIMPULAN

 Sifat amanah merupakan akhlak yang mulia, cakupannya sangat luas dan bentuknya juga
beraneka ragam meliputi seluruh aspek kehidupan. Iman adalah amanah, barangsiapa
menyia-nyiakan amanah berarti ia telah menyia-nyiakan iman. Ibadah adalah amanah,
hak-hak manusia adalah amanah, muamalah adalah amanah… dan seterusnya.

 Melanggar amanah dan menyia-nyiakannya merupakan tanda rusaknya aturan dan


norma-norma kehidupan dan merupakan tanda dekatnya hari Kiamat.

 Setiap Muslim wajib menunaikan amanah menurut apa yang telah disyari'atkan,
meskipun orang lain berbuat khianat dan melakukan tipu daya terhadap dirinya. Sebab,
khianat merupakan sifat orang munafik. Oleh sebab itu, dalam sebuah hadits riwayat Abu
Dawud dan Tirmidzi serta yang lainnya dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw.
memerintahkan, "Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberi amanat kepadamu
dan janganlah mengkhianati orang yang berbuat khianat terhadap dirimu.

DAFTAR PUSTAKA

 Asmaran As, Pengantar Studi Akhlaq, Jakarta, Cetakan I, 1992.

 Muhammad Al Ghazali, Akhlaq Seorang Muslim, Semarang, Cetakan I, 1986.

 Imam Al-Ghazali, Ihya Ulum Al-Din, Juz III Al-Masyad Al Husain, Cairo.

 Asikin Moh, Pembinaan Akhlak Anak Dalam Keluarga Muslim Di Desa Baron Kec.
Dukun Kab. Gresik, STAI Ihyaul Ulum, 2006.

http://www.anekamakalah.com/2013/03/pengertian-amanat-dan-khianat.html

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala di samping menyebutkan di dalam firman-Nya


perintah untuk menjalankan amanah, juga menyebutkan kepada kita larangan untuk berbuat
khianat. Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,

‫نيِاَأنيَيِنهاَ الرتذيِنن نءانممنوُا لنتنمخوُمنَوُا ان نوالررمسوُنل نوتنمخوُمنَوُا أننماَننَاَتتمكعم نونأنَتمعم تنععلنمموُنن‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan janganlah kalian mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepada
kalian, sedang kalian dalam keadaan mengetahui.” (Al-Anfal: 27)

Begitu pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan kepada kita bahwa
mengkhianati amanah adalah sifat orang-orang munafik. Sebagaimana dalam sabdanya,
‫ب‪ َ،‬نوإتنذا نونعند أنعخلن ن‬
‫ف‪ َ،‬نوإتنذا اعؤتمتمنن نخاَنن‬ ‫ث نكنذ ن‬
‫ث‪ :‬إتنذا نحرد ن‬ ‫‪.‬آيِنةم اعلـْممنناَفت ت‬
‫ق ثنلن ث‬

‫‪“Tanda-tanda orang munafiq ada tiga: jika berbicara berdusta, bila berjanji tidak menepati‬‬
‫)‪janjinya, dan apabila diberi amanah mengkhianatinya.” (H.R. Muttafaqun ‘alaih‬‬

‫‪http://khotbahjumat.com/kewajiban-menunaikan-amanah/‬‬

‫‪LARANGAN BERBUAT KHIANAT‬‬

‫‪Hadits Muslim 3265‬‬

‫ساَةمةة ح و‬ ‫شرر ةوأةأبوُ أأ ة‬‫ششِيبةةة ةحمدثةةناَ أمةحممأد شِبأن بب شِ‬‫ةحمدثةةناَ أةأبوُ بةشِكبر شِبأن أةببيِ ة‬
‫سميِ‬ ‫سةرشِخ ب‬ ‫سبعيرد يةشِعبنيِ أةةباَ قأةداةمةة ال م‬ ‫اب شِبأن ة‬ ‫ب ةوأعبةشِيأد م‬ ‫ةحمدثةبنيِ أزةهشِيأر شِبأن ةحشِر ر‬
‫اب ح و ةحمدثةةناَ أمةحممأد شِبأن‬ ‫طاَأن أكللأهشِم ةعشِن أعبةشِيبد م‬ ‫ةقاَةل ةحمدثةةناَ يةشِحةيىَ ةوأهةوُ اشِلقة م‬
‫اب ةعشِن ةناَفبرع ةعشِن اشِببن‬ ‫اب شِببن نأةمشِيرر ةواللمشِفظأ لةهأ ةحمدثةةناَ أةببيِ ةحمدثةةناَ أعبةشِيأد م‬ ‫ةعشِببد م‬
‫اأ اشِلةموبليةن‬ ‫سلمةم إبةذا ةجةمةع م‬ ‫اأ ةعلةشِيبه ةو ة‬‫صملىَ م‬ ‫اب ة‬ ‫سوُأل م‬ ‫أعةمةر ةقاَةل ةقاَةل ةر أ‬
‫ةواشِلبخبريةن يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة يأشِرفةأع لبأكلل ةغاَبدرر لبةوُاءء فةبقيةل ةهبذبه ةغشِدةرةأ فأةلبن شِببن‬
‫ب ح و ةحمدثةةناَ ةعشِبأد‬ ‫فأةلرن ةحمدثةةناَ أةأبوُ المرببيبع اشِلةعتةبكليِ ةحمدثةةناَ ةحمماَءد ةحمدثةةناَ أةليوُ أ‬
‫صشِخأر شِبأن أجةوُشِيبريةةة‬ ‫اب شِبأن ةعشِببد المرشِحةمبن المدابربمليِ ةحمدثةةناَ ةعمفاَأن ةحمدثةةناَ ة‬ ‫م‬
‫سلمةم ببةهةذا‬ ‫اأ ةعلةشِيبه ةو ة‬ ‫صملىَ م‬ ‫بكةلأهةماَ ةعشِن ةناَفبرع ةعشِن اشِببن أعةمةر ةعشِن النمببليِ ة‬
‫اشِلةحبدي ب‬
‫ث‬
‫‪Apabila Allah mengumpulkan orang-orang yg terdahulu & orang-orang yg terakhir kelak di hari‬‬
‫‪Kiamat, maka akan dikibarkan bendera bagi setiap pengkhianat, lalu dikatakan, 'Ini adl bendera‬‬
‫‪si fulan bin fulan'. Telah menceritakan kepada kami Abu Ar Rabi' Aal 'Ataki telah menceritakan‬‬
‫)‪kepada kami Hammad telah menceritakan kepada kami Ayyub. (dalam riwayat lain disebutkan‬‬
‫‪Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman Ad darimi telah menceritakan‬‬
‫'‪kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Shahr bin Juwairiyah keduanya dari Nafi‬‬
‫‪dari Ibnu Umar dari Nabi dgn hadits ini. [HR. Muslim No.3265].‬‬

‫‪Hadits Muslim 3266‬‬

‫ب ةوقأتةشِيبةةأ ةواشِبأن أحشِجرر ةعشِن إب شِ‬


‫سةمبعيةل شِببن ةجشِعفةرر ةعشِن‬ ‫و ةحمدثةةناَ يةشِحةيىَ شِبأن أةليوُ ة‬
‫صملىَ‬
‫اب ة‬ ‫سوُأل م‬ ‫اب شِبةن أعةمةر يةأقوُأل ةقاَةل ةر أ‬ ‫سبمةع ةعشِبةد م‬ ‫اب شِببن بديةناَرر أةنمهأ ة‬ ‫ةعشِببد م‬
‫اأ لةهأ لبةوُاءء يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة فةيأةقاَأل أةةل ةهبذبه‬
‫ب م‬ ‫سلمةم إبمن اشِلةغاَبدةر يةشِن ب‬
‫ص أ‬ ‫م‬
‫اأ ةعلةشِيبه ةو ة‬
‫ةغشِدةرةأ فأةلرن‬
‫‪Sesungguhnya Allah akan mengibarkan bendera untuk para pengkhianat, & dikatakan‬‬
‫‪kepadanya, 'Ini adl bendera pengkhianatan si fulan'. [HR. Muslim No.3266].‬‬

‫‪Hadits Muslim 3267‬‬

‫س ةعشِن اشِببن‬ ‫ب أةشِخبةةربنيِ أيوُنأ أ‬ ‫ةحمدثةبنيِ ةحشِرةملةةأ شِبأن يةشِحةيىَ أةشِخبةةرةناَ اشِبأن ةوشِه ر‬
‫ت‬ ‫اب شِبةن أعةمةر ةقاَةل ة‬
‫سبمشِع أ‬ ‫اب أةمن ةعشِبةد م‬ ‫ساَلبرم اشِبنةشِيِ ةعشِببد م‬
‫ب ةعشِن ةحشِمةزةة ةو ة‬ ‫شةهاَ ر‬ ‫ب‬
‫سلمةم يةأقوُأل لبأكلل ةغاَبدرر لبةوُاءء يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة‬
‫اأ ةعلةشِيبه ةو ة‬ ‫صملىَ م‬ ‫اب ة‬ ‫سوُةل م‬ ‫ةر أ‬
‫‪Setiap pengkhianat akan membawa benderanya masing-masing di hari Kiamat kelak. [HR.‬‬
‫‪Muslim No.3267].‬‬

‫‪Hadits Muslim 3268‬‬

‫يحو‬ ‫شاَرر ةقاَةل ةحمدثةةناَ اشِبأن أةببيِ ةعبد ي‬ ‫ةحمدثةبنيِ أمةحممأد شِبأن اشِلأمثةمنىَ ةواشِبأن بة م‬
‫ششِعبةةة‬ ‫شأر شِبأن ةخاَلبرد أةشِخبةةرةناَ أمةحممءد يةشِعبنيِ اشِبةن ةجشِعفةرر بكةلأهةماَ ةعشِن أ‬ ‫ةحمدثةبنيِ بب شِ‬
‫سلمةم‬‫اأ ةعلةشِيبه ةو ة‬ ‫صملىَ م‬ ‫اب ةعشِن النمببليِ ة‬ ‫سلةشِيةماَةن ةعشِن أةببيِ ةوائبرل ةعشِن ةعشِببد م‬ ‫ةعشِن أ‬
‫ق‬‫سةح أ‬ ‫ةقاَةل لبأكلل ةغاَبدرر لبةوُاءء يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة يأةقاَأل ةهبذبه ةغشِدةرةأ فأةلرن و ةحمدثةةناَه إب شِ‬
‫سبعيرد‬ ‫اب شِبأن ة‬ ‫شةمشِيرل ح و ةحمدثةبنيِ أعبةشِيأد م‬ ‫ضأر شِبأن أ‬ ‫شِبأن إبشِبةرابهيةم أةشِخبةةرةناَ النم شِ‬
‫ث‬
‫س بفيِ ةحبدي ب‬ ‫ششِعبةةة بفيِ ةهةذا ا شِ بل شِ‬
‫سةناَبد ةولةشِي ة‬ ‫ةحمدثةةناَ ةعشِبأد المرشِحةمبن ةجبميءعاَ ةعشِن أ‬
‫ةعشِببد المرشِحةمبن يأةقاَأل ةهبذبه ةغشِدةرةأ فأةلرن‬
‫‪Di hari Kiamat kelak setiap pengkhianat akan senantiasa mengibarkan benderanya masing-‬‬
‫‪masing, dikatakan, 'Ini adl bendera pengkhianatan fulan'. Dan telah menceritakan kepada kami‬‬
‫‪Ishaq bin Ibrahim telah mengabarkan kepada kami An Nadlr bin Syumail. (dalam riwayat lain‬‬
‫‪disebutkan) Telah menceritakan kepadaku Ubaidullah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami‬‬
‫‪Abdurrahman semuanya dari Syu'bah dgn isnad ini, namun dalam hadits Abdurrahman tak‬‬
‫‪disebutkan, 'Ini adl bendera pengkhianatan si fulan'. [HR. Muslim No.3268].‬‬

‫‪Hadits Muslim 3269‬‬


‫ششِيبةةة ةحمدثةةناَ يةشِحةيىَ شِبأن آةدةم ةعشِن يةبزيةد شِببن ةعشِببد‬ ‫و ةحمدثةةناَ أةأبوُ بةشِكبر شِبأن أةببيِ ة‬
‫صملىَ‬ ‫اب ة‬ ‫سوُأل م‬ ‫اب ةقاَةل ةقاَةل ةر أ‬‫ق ةعشِن ةعشِببد م‬ ‫شبقي ر‬‫ش ةعشِن ة‬ ‫اشِلةعبزيبز ةعشِن اشِلةشِعةم ب‬
‫ف بببه يأةقاَأل ةهبذبه ةغشِدةرةأ‬ ‫سلمةم لبأكلل ةغاَبدرر لبةوُاءء يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة يأشِعةر أ‬
‫اأ ةعلةشِيبه ةو ة‬ ‫م‬
‫فأةلرن‬
‫‪Setiap pengkhianat akan membawa bendera yg mudah untuk dikenali, dikatakan, 'Ini adl bendera‬‬
‫‪pengkhianatan si fulan'. [HR. Muslim No.3269].‬‬

‫‪Hadits Muslim 3270‬‬

‫سبعيرد ةقاَةل ةحمدثةةناَ ةعشِبأد المرشِحةمبن شِبأن‬ ‫اب شِبأن ة‬ ‫ةحمدثةةناَ أمةحممأد شِبأن اشِلأمثةمنىَ ةوأعبةشِيأد م‬
‫صملىَ م‬
‫اأ ةعلةشِيبه‬ ‫اب ة‬ ‫سوُأل م‬ ‫ت ةعشِن أةنة ر‬
‫س ةقاَةل ةقاَةل ةر أ‬ ‫ششِعبةةة ةعشِن ةثاَبب ر‬ ‫ي ةعشِن أ‬ ‫ةمشِهبد ي‬
‫ف بببه‬‫سلمةم لبأكلل ةغاَبدرر لبةوُاءء يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة يأشِعةر أ‬
‫ةو ة‬
‫‪Setiap pengkhianat akan membawa bendera yg mudah dikenali di hari Kiamat kelak'. [HR.‬‬
‫‪Muslim No.3270].‬‬

‫‪Hadits Muslim 3271‬‬

‫سبعيرد ةقاَةل ةحمدثةةناَ ةعشِبأد المرشِحةمبن‬ ‫اب شِبأن ة‬ ‫ةحمدثةةناَ أمةحممأد شِبأن اشِلأمثةمنىَ ةوأعبةشِيأد م‬
‫صملىَ م‬
‫اأ‬ ‫سبعيرد ةعشِن النمببليِ ة‬ ‫ضةرةة ةعشِن أةببيِ ة‬ ‫ششِعبةةأ ةعشِن أخلةشِيرد ةعشِن أةببيِ نة شِ‬
‫ةحمدثةةناَ أ‬
‫سلمةم ةقاَةل لبأكلل ةغاَبدرر لبةوُاءء بعشِنةد ا شِ‬
‫ستببه يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة‬ ‫ةعلةشِيبه ةو ة‬
‫‪Setiap pengkhianat akan membawa bendera di belakangnya di hari Kiamat kelak. [HR. Muslim‬‬
‫‪No.3271].‬‬

‫‪Hadits Muslim 3272‬‬

‫ث ةحمدثةةناَ اشِلأم شِ‬


‫ستةبملر‬ ‫ب ةحمدثةةناَ ةعشِبأد ال م‬
‫صةمبد شِبأن ةعشِببد اشِلةوُابر ب‬ ‫ةحمدثةةناَ أزةهشِيأر شِبأن ةحشِر ر‬
‫اأ‬‫صملىَ م‬ ‫اب ة‬ ‫سوُأل م‬ ‫سبعيرد ةقاَةل ةقاَةل ةر أ‬ ‫ضةرةة ةعشِن أةببيِ ة‬ ‫شِبأن المرمياَبن ةحمدثةةناَ أةأبوُ نة شِ‬
‫سلمةم لبأكلل ةغاَبدرر لبةوُاءء يةشِوُةم اشِلقبةياَةمبة يأشِرفةأع لةهأ ببقةشِدبر ةغشِدبربه أةةل ةوةل‬‫ةعلةشِيبه ةو ة‬
‫ظأم ةغشِدءرا بمشِن أةبميبر ةعاَممرة‬ ‫ةغاَبدةر أةشِع ة‬
Di hari Kiamat kelak setiap pengkhianat akan membawa bendera yg dikibarkannya tinggi-tinggi
sesuai dgn pengkhianatannya. Ketahuilah, tak ada pengkhianatan yg lebih besar daripada
pengkhianatan seorang penguasa terhadap rakyatnya. [HR. Muslim No.3272].

http://www.mutiarahadits.com/53/64/76/larangan-untuk-berbuat-khianat.htm

Sebagai khalifah, manusia ditugaskan mengelola dan mengatur alam ini supaya kontinuitas dapat
berjalan sebagaimana mestinya. Namun dalam kenyataan yang dapat kita rasakan bahwa kita
sering khianat. Ini disebabkan hanya mengikuti hawa nafsu belaka. Khianat itu antara lain:

Khianat atas Agama. Agama yang datangnya dari Allah swt yang telah diamanatkan kepada
utusan Muhammad saw. Nabi Muhammad telah wafat dan amanatnya diamanatkan lagi kepada
kita sebagai umat pelanjut risalah. Adalah khianat apabila kita tidak menjaga dan melanjutkan
amanat ini, tidak berusaha memahami dan mengamalkan agama di dalam hidup dan kehidupan.
Kita sering mengabaikan agama dalam praktik sehari-hari, kita menganggap agama sebagai
proses ritual semata. Seolah-olah tidak ada hubungan antara agama dan kehidupan.

Khianat atas diri sendiri. Diri pribadi atau jasmani merupakan amanat dari Allah swt. Oleh
karenanya kita harus menjaga dan membimbing kearah yang baik serta jangan diberi makanan
yang diperoleh melalui jalan haram-batil. Jangan mengkonsumsi makanan/minuman yang
merusak akal, fikiran dan saraf sehingga di dalam memutuskan muwajjannah
akliyah/pertimbangan pikiran menjadi goyah, sehingga sukar membedakan mana yang hak dan
mana yang bathil serta sulit membedakan mana yang bermanfaat dan mafsadat.

Khianat atas diri sendiri dimana manusia diberikan nikmat dan kesempurnaan ciptaan tetapi tidak
digunakan kepada jalan kebaikan dan manfaat, tidak memanfaatkan akal yang baik, jika diberi
ilmu sering menukarkan dengan yang batil, sering membenarkan yang salah, sehingga Allah swt
menyatakan bahwa sesungguhnya manusia mengetahui, “wa antum ta’lamun”.

Khianat atas Ruh. Ruh juga amanat dari Allah swt. Tetapi berapa banyak manusia yang telah
berbuat khianat akan amanat tersebut sehingga ruh yang tadinya bersih dan bening menjadi
buram karena tingkah dan ulah manusia, yang membawa akibat apa yang seharusnya tampak
menjadi tidak tampak, tidak mempunyai daya tanggap, tidak mempunyai daya refleksi, tidak
obyektif karena ruhnya telah dikotori oleh berbagai daki kemaksiatan.

Khianat Suami/Isteri. Suami-isteri dan anak-anak adalah amanat dari Allah swt. Dalam
kehidupan sekarang ini berapa banyak manusia yang mengkhianati isterinya dan suaminya. Isteri
dan anak-anak diberi makanan serta pakaian secukupnya, tetapi tidak pernah dikenalkan ruhnya
kepada Allah swt. Kehidupan rumah tangga kita hanya penuh dengan kemewahan tanpa
dilandasi ketaqwaan.

Khianat kepada Allah swt dan Rasul. Bahwa tatkala ruh ditiupkan ke dalam jasad yang masih
di rahim ibu, Allah swt menawarkan kepada manusia apakah sanggup dan rela hidup di dunia.
Lalu di jawab sanggup dan rela. Ditanya pula apakah kamu sanggup dan rela pada saat nyawamu
akan dicabut dari jasadmu? Maka jawabannya sanggup dan rela. Dan juga ditanyai apakah
sanggup dan rela untuk taat/taqwa kepada-Ku? Dijawab bahwa aku sanggup dan rela ya Allah.
Ketika manusia telah lahir ke dunia dan melihat keindahannya, janji yang pernah diucapkan
dahulu dilupakan dan membuat kontrak baru dengan kehidupan yang baru.

Khianat kepada Rasul bahwa kita mendekati/melakukan apa yang dilarang Rasul. Contoh dan
suri teladan Rasul tidak diikuti tetapi tradisi dan kebiasaan jahiliyah diagung-agungkan. Kita
tidak berpedoman kepada sunnahnya tetapi kita menciptakan sekehendak hati atas kehidupan ini.

Sebagai pemilkul amanat yang telah kita nyatakan sanggup kepada Allah swt sebaiknya kembali
mentaati dan menjalankan sesuai kehendakNya dan rasulNya agar supaya kita selamat di dunia-
akhirat.

Bicara amanah lawannya khianat di dalam bahasa arab, khiyanah yang artinya curang,culas,tidak
jujur.Dalam ajaran Islam berarti sikap mental atau perilaku tidak jujur,baik diri sendiri apatah
lagi pada orang lain,maupun terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Menurut Raghib al-Isfahani,
seorang ahli kosa kata Al-Quran beliau berpendapat kata khianat mempunyai pengertian yang
hampir sama dengan kata nifak yaitu munafik. Cuma letak perbedaannya, khianat memiliki
konotasi curang terhadap janji dan amanat, sedangkan nifak berkonotasi curang terhadap ajaran
agama secara umum. Dengan itu nifak mempunyai arti yang lebih luas dari khianat. Rasullullah
SAW menempatkan khianat sebagai salah satu tanda kemunafikan. Dikatakan bahwa “Tanda
orang munafik ada tiga: apabila berbicara,ia berdusta;apabila berjanji,ia mungkir; dan apabila
dipercayai, ia berkhianat” (HR Bukhari dan Muslim). Jadi Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekalian,
khianat terhadap sendiri ialah sikap mental atau perilaku tidak jujur terhadap diri sendiri dengan
melanggar aturan agama yang telah ditentukan Allah SWT dan Rasul-Nya. Contohnya,
sebahagian sahabat mengharamkan dirinya untuk makan minum, dan mengaulkan istri pada
malam hari di bulan Ramadhan setelah tertidur, meskipun hari masih malam. Sehubungan
dengan hal tersebut, Allah SWT menurunkan ayat al-Quran yang membolehkan orang makan,
minum dan mengauli isterinya sepanjang malam bulan Ramadhan, meskipun ia telah bangun
tidur malam itu. Karena itu, orang yang mengharamkan makan, minum dan mencampuri isteri
pada malam hari bulan Ramadhan berarti telah mengkhianati dirinya sendiri. Hal ini
diketemukan dalam Al-Quran surah al-Baqarah ayat 187:”…kamu tidak dapat menahan
nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu…” Begitulah
Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu sekaliannya, bagaimana pula khianat terhadap orang lain adalah sikap
mental atau perbuatan curang yang dilakukan seseorang atau kelompok contohnya dalam
organisasi tertentu umpamanya yang mana akibat perbuatannya itu, seseorang dapat hilang
kepercayaan yang diberikan kepadanya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran: ”Dan jika kamu
mengetahui pengkhianatan dari sesuatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada
mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
berkhianat”(QS.8:58). Menurut at-Tabarsi (w.502 H),ulama Syiah Imamiah, makna ayat ini ialah,
umpamanya, jika sekelompok orang berjanji pada seseorang, lalu orang tersebut mengetahui
kecurangan yang dilakukan oleh kelompok tersebut terhadap janjinya, maka kecurangannya
harus disampaikan dan janjinya harus diputuskan. Kalau dalam perjanjian itu menyangkut harta
benda, maka harta tersebut harus dikembalikan kepada pemiliknya semula. Ada pun pengertian
khianat terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya menurut Ibnu Abbas (sahabat dan saudara sepupu
Nabi SAW) ialah meninggalkan apa yang disyariatkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Namun
menurut Hasan Bin Ali bin Abi Talib yang dimaksudkan berkhianat terhadap Allah SWT dan
Rasul-Nya tidak hanya meninggalkan aturan agama tetapi juga menyempitkan aturan agama
misalnya visi agenda dakwah, tarbiyah serta khidmat bakti sosial dikaitkan untung rugi. Bapak-
bapak dan Ibu-Ibu sekalian, dalam ajaran Islam, khianat hukumnya haram. Hal ini didasarkan
beberapa ayat Al_quran yang secara jelas tegas melarang tindakan tersebut. Dalam surah al-
Anfal ayat 27 disebutkan :”Hai orang-orang yang berberiman, janganlah kamu mengkhianati
Allah dan Rasul-Nya(Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” Allah SWT juga mencela orang-orang yang
berkhianat, seperti terdapat dalam firman-Nya:”…Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang
yang berkhianat (QS:8:58). Larangan berkhianat dipertegaskan pula dalam hadis Nabi SAW
antara lain disebutkan: ”Janganlah kamu mengkhianati orang yang mengkhianatimu
(HR.Ahmad,at-Tabarani,Ibnu Hibban, dan al-Bazzar) dan “Tidak sempurna iman orang yang
tidak memiliki sikap atau perilaku amanat” (HR.Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Hibban). Bapak-
Bapak dan Ibu-Ibu sekalian, khianat tidak muncul secara tiba-tiba tetapi didorong beberapa
faktor yang mendasarinya antara lain sebagai berikut.

(1)Hasad atau terlalu berambisi (dengki). Kedengkian seseorang terhadap orang lain dapat
membuatnya berkhianat,sebagai upaya untuk melampiaskan kedengkiannya dengan kedudukan
posisi jabatan yang disandangkan tersebut atau suatu konspirasi jahat sebagaimana hal ini terlihat
pada riwayat Nabi Yusof dan saudara-saudaranya.Karena dengki, saudara-saudara Yusof tega
mengkhianati ayah mereka yang telah mempercayai mereka untuk membawa Yusof
mengembalakan kambing,namun mereka membuangnya ke dalam sumur(QS.12:7-18).

(2) Cinta terhadap dunia.Orang yang terlalu berambisi terhadap pangkat atau kemashuran atau
harta benda duniawi akan memudahkan ia berkhianat kepada sesamanya apatah lagi ia mendapat
dukungan para angguk-angguk dan yang dizalimi tadi tidak mendapat sebarang pembelaan
sewajarnya.Namun hal ini telah pun diperingkatkan Nabi SAW dalam sabdanya : “Cinta kepada
dunia merupakan pangkal segala kesalahan”(HR Ibnu Abi ad-Dunia dan al-Baihaki).

(3) Ambisi terhadap kedudukan atau pangkat umpamanya orang sedemikian akan teramat mudah
mengkhianati sesamanya bila dalam hatinya tersimpan ambisi terhadap kedudukan dan pangkat.
Dalam hal ini, al-Ghazali meriwayatkan sebuah hadis Nabi SAW: ”Cinta kepada harta benda dan
kedudukan (Kebesaran) menimbulkan sifat curang di dalam hati sebagaimana air menumbuhkan
sayur-sayuran.”

(4). Dendam. Orang yang sedang diamuk rasa dendam akan mudah mengkhianati orang yang
menjadi sasaran rasa dendamnya. Dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh al-Ghazali
disebutkan: ”Jauhilah rasa permusuhan karena hal itu dapat menghapuskan agama”. Yang
dimaksudkan dengan menghapuskan agama di sini ialah menghilangnya pengaruh ajaran agama
yang telah tertanam dalam hati seseorang.

(5).Egois.Orang yang bersifat egois akan mudah melakukan khianat terhadap orang lain karena
baginya kepentingan bersama.Al-Quran mencontohkan tipe orang yang egois pada Iblis.
Dikatakan bahwa semula iblis adalah mahluk Tuhan yang patuh pada-Nya,tetapi kemudian iblis
berkhianat kepada perintah Allah SWT (QS.2:34).
Bapak-bapak dan Ibu-Ibu semuanya,jelaslah khianat tidak hanya dikutuk sebagai dosa dalam
hukum agama,tetapi juga mengandung bahaya bagi masyarakat dan peribadi sipengkhianat.
Bahaya khianat bagi orang lain atau masyarakat di antaranya sebagai berikut.

(1) Khianat akan menghancurkan sendi-sendi masyarakat,karena sikap mental atau perilaku
tersebut dapat menimbulkan rasa saling tidak percaya,tidak saja antara sipengkhianat dan orang
yang dikhianatinya tetapi juga meluas dalam masyarakat baik siapa sahaja yang terlibat dalam
urusan tersebut.

(2) Khianat akan menimbulkan permusuhan antara pengkhianat dan orang yang dikhianatinya
yang akibatnya bisa meluas menjadi permusuhan keluarga dan menghancurkan keamanan dalam
bermasyarakat dan beragama serta bernegara.

(3) Khianat akan menimbulkan sikap curiga antara pengkhianat dan yang dikhianat yang
akibatnya hubungan antara individu menjadi retak terus membisu dan terjadinya kekacauan
dalam bermasyarakat dan beragama serta bernegara.Sedarlah Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu
semuanya, akan bahaya khianat ini dapat dilihat pada kasus Abdullah bin Ubayy,salah seorang
pemuka suku Bani Jumah yang berpura-pura masuk Islam.Menjelang terjadinya perang
Uhud,Abullah bin Ubayy melakukan pengkhianatan kepada pasukan Islam.Ia keluar dari barisan
pasukan Islam sambil menghasut para tentara untuk keluar dan mengikutinya kembali ke
Madinah.Akhirnya propaganda Abullah bin Ubayy berhasil mempengaruhi 300 orang tentera
dari 1000 pasukan Islam.Tindakannya ini membuat pasukan Islam menjadi lemah. Bagaimana
pula jika ini terjadi dalam gerakan Ngo Islam dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta
bakti sosial serta bagaimana kesannya terhadap dalam bermasyarakat dan beragama serta
bernegara kelak? Akhirnya gerakan Islam semakin lemah di arus perdana. Maka di situ letakknya
bahaya khianat bagi peribadi pengkhianat antara lain sebagai berikut.

(1) Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap diri pengkhianat,sehingga ia terisolir dari


masyarakat.

(2) Penderitaan batin pada diri pengkhianat akibat dosa yang dilakukannya. (3) Hancurnya
kehidupan perekonomian,sosial budaya dan sebagainya si pengkhianat karena tidak ada lagi
orang yang mau berhubungan dengannya kecuali kelompok angguk-angguknya.Akibatnya
kehidupan orang tersebut menjadi sempit.Sebagaimana ianya terjadi pada pengkhianat Islam
terhadap beban dakwah,tarbiyah serta bakti sosial yang Allah laknatkan sebagaimana dialami
oleh Abdullah Bin Ubayy akibat dari perbuatannya,ia terisolir dari masyarakat,sementara
kehidupan peribadinya dirasakan penuh bahaya.Suatu kali Umar bin Khatab datang kepada Nabi
SAW meminta izin untuk membunuh Abdullah bin Ubayy, tetapi Nabi SAW tidak
mengizinkannya. Keadaan ini sangat memukul batin Abdullah bin Ubayy. Bagaimana jika
bapak-bapak dan Ibu-ibu perkara ini terjadi pada diri anda semua jika anda dikhianati dan tanpa
sebarang pembelaan sedangkan anda ikhlas karena Allah dan Rasul-Nya dalam menegakkan
kebenaran dan keadilan bagi semuanya yang terkait dalam membenahi beban dakwah,tarbiyah
dan khidmat sosial telah dikhianat oleh pengkhianat dan para sekutunya. Semoga ianya menjadi
seri tauladan bagi Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dalam memahami fungsi amanah yang bertukar
menjadi khianat yang perlu dijauhkan dari kehidupan kita dalam bermasyarakat dan beragama
serta bernegara, amin rabal-alamin. Mohon maaf sebesar-besarnya dan ingatlah yang baik
datangnya dari hidayah Allah dan Rasul-Nya dan yang buruk itu datangnya dari kelemahan diri
saya yang kerdil dan hina di sisi mereka yang berniat khianat terhadap beban tugas
dakwah,tarbiyah serta khidmat bakti sosial tanpa dibatasi masa,tenaga,materi,buah fikirannya
dan juga ia berasal dari kelemahan saya sendiri.Wsl.

Amanah dan khianat adalah dua sifat dan perilaku yang antagonistik dan bertentangan satu
dengan yang lainnya, yang banyak diungkapkan di dalam Al-Quran maupun di dafam hadis Nabi
SAW.

Amanah termasuk sifat terpuji yang harus melekat pada setiap pribadi orang yang beriman,
kapan dan di mana pun, serta apa pun posisi, profesi, jabatan, dan kedudukannya. Sedangkan
khianat termasuk sifat yang buruk (akhlaq madzmumah) yang harus dihindari, dijauhi, dan
ditinggalkan oleh orang-orang yang beriman.

Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS Al-Anfal [8]: 27).

Betapa pentingnya sifat amanah ini. Dalam sebuah hadis riwayat Ibn Hibban, Rasulullah SAW
menyatakan tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah dan tidak ada agama
bagi orang yang tidak pernah menepati janji.

Negara dan bangsa yang presiden, para menteri, para anggota DPR, para penegak hukum, dan
para pejabat publiknya amanah, akan menyebabkan negara dan bangsa itu mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya.

Karena memang sifat amanah itu akan mengundang kemakmuran dan kebahagiaan, sedangkan
sifat khianat akan mengundang kefakiran dan kemiskinan (HR Imam ad-Daelamiey).

Jika sifat amanah ini hilang dan diganti dengan sifat khianat, masyarakat dan bangsa itu beserta
para pemimpinnya akan meluncur menjadi bangsa yang munafik.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW
bersabda: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam: “Jika berkata ia berdusta, “. jika
berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya dia berkhianat.”

Dan, jika kemunafikan sudah merajalela pada setiap level dan tingkatan masyarakat, bangsa itu
akan menjadi bangsa yang gamang, peragu, tidak punya identitas, takut dalam berbuat dan
bertindak yang benar, dan akan hilang pula kepercayaan dirinya (perhatikan firman Allah SWT
dalam QS An-Nisa’ [4]: 143).

Peringatan Al-Quran dan hadis tersebut harusnya menjadi perhatian kita semua, masyarakat
Indonesia, yang saat ini mengalami berbagai problem yang berat dan kompleks. Dan, terutama
para pemimpin, pejabat publik, dan para penegak hukum harus menjadikan amanah ini sebagai
sifat, watak, dan perilaku yang melekat pada struktur kepribadiannya.
Sebab, hanya dengan sifat amanah inilah kita akan mampu membangun bangsa ke depan dengan
lebih baik. Sebaliknya, jika sifat khianat yang mendominasi pikiran dan perilaku kita,
kehancuran dan kerusakanlah yang akan terjadi. Semoga Allah SWT memelihara dan menjaga
kita semua dari perilaku khianat yang menghancurkan itu.

https://abror020.wordpress.com/amanat-dan-khia/

Berbagai jenis-jenis atau macam-macam penyakit hati telah dijelaskan pada tulisan / artikel lalu
seperti iri hati, dengki, hasud, su udzon, khianat, dan lain sebagainya. Penyakit-penyakit ini
apabila tidak ditangani dan ditanggulangi dengan baik bisa berakibat buruk pada diri kita. Seperti
halnya sakit pada organ tubuh / fisik kita, penyakit hati yang berupa sifat perilaku buruk bisa
diobati / disembuhkan dengan obat hati.

Berikut ini adalah beberapa obat untuk menyembuhkan penyakit hati kita :

1. Tidak Banyak Bicara

Terlalu banyak bicara dapat membuat hati kita menjadi keras. Berbicaralah yang tidak penting
secukupnya dan hindari menjadi orang yang omong besar, omdo / omong doang, pembual,
tukang bohong, ghibah, ngerumpi, dan lain sebagainya. Banyak bicara dalam kebaikan boleh-
boleh saja seperti untuk mengajar, petugas pelayanan, ngobrol biasa dengan teman, tetangga,
keluarga, dan lain sebagainya.

2. Menjaga Emosi Dan Nafsu

Emosi dapat membuat hidup menjadi tidak tenang. Oleh karena itu kita sebaiknya selalu menjaga
emosi kita agar tidak menjurus ke penyakit hati. Beberapa contoh nafsu yang harus kita
tundukkan antara lain seperti nafsu akan harta, nafsu seks, nafsu makan, nafsu jabatan, nafsu
marah, nafsu mewujudkan impian, dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk melatih emosi dan
nafsu kita adalah dengan melakukan ibadah puasa, baik puasa sunah maupun puasa wajib
ramadhan.

3. Selalu Mengingat Allah SWT

Ada beberapa cara untuk dapat selalu mengingat Allah SWT yaitu seperti dengan rajin sholat
baik sholat wajib lima waktu, shalat tahajud, sholat dhuha, solat malam, dan lain-lain. Selain itu
zikir, doa dan mengaji atau membaca al-qur’an juga dapat menghindarkan kita dari penyakit hati.
Diharapkan dari mengingat Allah SWT kita menjadi takut atas ancaman Allah SWT jika kita
melakukan dosa yang disebabkan oleh penyakit hati dan perbuatan maksiat.

4. Bergaul Dengan Orang Saleh / Soleh

Dengan berteman dengan orang-orang yang penuh dengan penyakit hati hanya akan menulari
kita dengan penyakit-penyakit itu sehingga kita akan semakin jauh dari Allah. Salah pergaulan
juga dapat menambah dosa akibat perbuatan maksiat yang baik disadari atau tidak telah kita
lakukan. Lain hal apabila kita bergaul dengan orang shaleh yang selalu menjaga dan membatasi
diri dalam pergaulan agar mereka tidak terjerumus dalam maksiat.

https://abror020.wordpress.com/amanat-dan-khia/

KHIANAT

Pada saat ini masyarakat Indonesia sedang menyaksikan bagaimana orang-orang yang
berkhianat koruptor, manipulator (dsb) dengan jabatan yang telah diamanahkan bangsa
kepadanya di nodai oleh suatu perbuatan khianat terhadap tugas-tugasnya dan kekuasaan yang
dipegangnya. Para pemegang amanah itu tidak menjalankan amanat sebaik-baiknya tetapi
tragisnya dilain pihak mereka terus berusaha mempertahankan amanat yang diberikan kepadanya
dengan berbagai cara, Walhasil ketika perbuatan khianat itu terbuka hijabnya yang selama ini
tertutupi, maka tidak saja dirinya yang hancur karena malu, hilang martabat dan hartanya, hancur
pula perasaan keluarga dan orang-orang disekelilingnya.

Allah berfirman :

“ Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad ) dan
juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui (Al Anfaal : 27)

Al Wahidi – semoga Allah merahmatinya – mengatakan , Ayat ini diturunkan kepada Abu
Lubabah ketika Rasulullah Saw mengutusnya ke Bani Quraizhah, saat mereka dikepung. Sedang
keluarga dan anaknya ada di dalamnya. Kemudian mereka berkata kepada Abu Lubabah, “
Wahai Abu Lubabah, apa pendapatnmu jika kita memakai keputusan Sa’ad demi kepentingan
kita ? “ Kemudian Abu Lubabah mengisyaratkan kelehernya, maksudnya ia akan disembelih,
maka jangan kalian melakukan hal tersebut. Perbuatan itu adalah khianat kepada Allah dan
RasulNya. Abu Lubabah berkata “ Kakiku masih tetap berada pada tempat itu, sampai aku
sendiri menyadari bahwa aku telah khianat kepada Allah dan Rasul-Nya . Allah berfirman ,

“ Dan sesungguhnya Allah tidak meridhai tipu daya orang yang berkhianat (QS Yusuf : 52)

Maksudnya Allah tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang khianat atas amanat yang
dibebankan kepadanya. Ini berarti bahwa Allah akan membeberkan aibnya’ pada akhir nanti
dengan dijauhkannya hidayah dari Allah.

Allah berfirman :

Akan tetapi jika (tawanan-tawanan itu ) bermaksud hendak berkhianat kepadamu, maka
sesugguhnya mereka telah berkhianat kepada Allah sebelum ini, lalu Allah menjadikan(mu)
berkuasa terhadap mereka. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha bijaksana (Al Anfaal : 71)

Meskipun para tawanan itu hendak mengkhianatimu, wahai Muhammad dengan menampakkan
seakan-akan baik dalam perkataannya dan mereka beriman, tetapi sebenarnya mereka telah
mengkhianati Allah, sebelum terjadi peperangan ini yaitu perang Badar .
Allah berfirman,

“ Hai orang-orang beriman , janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan
juga janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui (al Anfaal :27)

Maksudnya, janganlah kalian mengkhianati agama kalian dan Rasul kalian dengan
membocorkan rahasia-rahasia kaum Mukminin. Dan mengkhianati apa yang telah diamanatkan
kepada kalian berupa taklif-taklif syari, kewajiban-kewajiban agama , sebagaimana firman Allah.

“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit , bumi dan gunung-
gunung , maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan bodoh (Al Azhaab : 72)

Ibnu Abbas berkata,” khianat kepada Allah itu berupa perbuatan meninggalkan kewajiban-
kewajiban yang diperintahkan dan khianat kepada Rasulullah saw berupa perbuatan
meninggalkan sunah-sunah yang telah beliau gariskan dan melakukan maksiat terhadapnya.
Begitu juga khianat terhadap amanat, yaitu amal-amal yang telah Allah percayakan kepada
hamba-hambaNya

Allah berfirman :

“Dan jika kamu khawatir terjadinya pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah
perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur ., sungguh Allah tidak menyukai orang
yang berkhianat ” (Al Anfaal ’58)

Makna yang dimaksud adalah jika kalian khawatir terhadap suatu kaum akan berbuat khianat ,
maka cabutlah perjanjian yang telah engkau sepakati dan katakanlah kepada mereka bahwa
kami telah mencabut perjanjian dengan kalian , sekarang kami memerangi kalian . agar mereka
tahu pentingnya hal tersebut sehingga mereka akan sama-sama menyadari keutamaan
bersamamu dengan ilmunya itu. Janganlah kalian memerangi mereka sedangkan diantara kalian
dan mereka ada perjanjian , dan mereka menaruh percaya kepada kalian , hingga perbuatan ini
dianggap sebagai tindak pengkhianatan dan mengingkari janji. “ Innallaha laa yuhibbul
khaainin” ungkapan ini sebagai alasan diperintahkannya membatalkan perjanjian ,karena Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat khianat dan tidak dapat dipercaya.

Allah berfirman

“….dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah) karena membela orang-
orang yang khianat” ( An Nisaa : 105)

“ Dan janganlah kamu berdebat untuk membela orang –orang yang mengkhianati dirinya.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang
dosa (an Nisaa; 107)
Maksudnya janganlah kalian berdebat untuk membela orang yang mengkhianati dirinya
dengan melakukan maksiat. Bahwa Alah tidak menyukai orang yang sangat suka
berkhianat, tenggelam dalam jurang kemaksiatan dan dosa.

http://www.eramuslim.com/oase-iman/perbuatan-khianat-adalah-penyebab-kesulitan-
hidup.htm#.VUUOt_LpvMw

Cara menghindari dari khianat adalah :


Meningkatkan diri kepada Allah SWT
Menyadari bahwa khianat itu dosa
Akibat dari berkhianat :
 Dirinya tidak dipercaya orang lain
 Mendapat dosa
http://dokiruki.blogspot.com/2011/11/sifat-sifat-buruk-yang-mesti-di-jauhi.html

b) Bahaya Khianat
 Merugikan bangsa, negara, dan agama apabila yang dirugikannya ialah pemerintah.
 Merugikan diri sendiri dan orang yang telah dikhianati.
 Tidak akan dipercaya oleh orang lain kembali.
 Menghancurkan kesatuan dan kesatuan.
 Merusak kehormatan dan martabat.

c) Cara menghindari Khianat


 Menyadari apabila kita berkhianat akan mendapat dosa yang berat.
 Menyadari bahwa khianat akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
 Bersifat setia terhadap apa yang telah dipegang.
 Selalu sabar dalam menjalani segala hal.

http://radendikydikder.blogspot.com/2010/10/sifat-tercela.html

Anda mungkin juga menyukai