Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEBIJAKAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

DI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU

Khusnaini
Program Studi Magister Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Malang
Email: jackikhusnaini@yahoo.com

Abstrak: Sesuai UU Sisdiknas no 20 thn 2003 bahwa pendidikan di SMK harus


menyiapkan peserta didik untuk siap bekerja. Kesiapan kerja siswa SMK dikelola
dengan adanya kerjasama sekolah dengan pihak industri melalui kebijakan Praktik
Kerja Lapangan. Berbagai masalahpun muncul, dari pengelolaan maupun saat
implentasinya, maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kebijakan pendidikan praktek kerja lapangan di SMKN 3 Boyolangu, sebagai
pemecahan masalah yang ada. Metode yang dipakai penelitian ini, kualitatif. Hasil
peneleitian diperoleh dari dokumen dan wawancara dengan pihak pengelola
praktek kerja lapangan. Hasil pembahasan penelitian ini adalah bahwa pengelolaan
prakerin yang dilakukan memiliki kecenderungan pelaksanakan kurang baik dengan
pedoman petunjuk pedoman prakerin sesuai Dirjen Dikdasmen. Harapan peneliti
dalam pengelolaan prakerin lebih banyak lagi melibatkan dunia usaha dan dunia
industri secara langsung dalam perencanaan agar siswa yang ditempatkan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.

I. PENDAHULUAN
Sekolah Menengah Kejuruan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa “Pendidikan Menengah Kejuruan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu”. Selanjutnya lebih spesifik di jelaskan dalam Peraturan Pemerintanh Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa “Pendidikan
Menengah Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang
mengutamakan kemampuan siswa untuk jenis pekerjaan tertentu”. Oleh karena itu sekolah
menengah kejuruan harus lebih dekat dengan dunia kerja dan industri.
Hubungan kerjasama antara sekolah dan industri dikenal dalam pendidikan sistem
ganda. Praktik kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan sinkron
program pendidikan disekolah dan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui
bekerja langsung di dunia usaha, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional
tertentu (Wina, Sanjaya 2006).
Pemahaman tersebut, berarti harus ada kerjasama kedua belah pihak antara sekolah
dengan pihak industri. Sungguh miris permasalahan yang ada di Pokja Prakerin SMKN 3
Boyolangu. Sekolah hanya mencarikan, memonitoring, tanpa mengevaluasi kinerja siswa di
dunia industri secara per kompetensinya. Akhirnya kemampuan dari PKL tiap-tiap siswa
akan berbeda, dikhawatirkan juga jika standar itu malah lebih kurang dari satndar acuan
sekolah. Serta tidak ikutnya pembimbing sekolah untuk menilai peserta didik, menjadikan
penilaian hanya tertuju dari jurnal siswa yang dinilai oleh pembimbing industri.
Tidak hanya itu saja kurangnya pendayahgunaan pada struktur organisasi
menjadikan penempatan peserta didik di dunia industripun kadang tidak sesuai dengan
standar yang diharapkan sekolah. Diantaranya penempatan keliru antara jurusan Teknik
Kendaraan ringan dengan teknik alat berat, walaupun keduanya dalam satu teknik
permesinan. Berdasarkan uraian dan masalah-masalah yang dipaparkan maka penelitian ini
difokuskan pada ”Analisis Kebijakan Praktik Kerja Lapangan di SMKN 3 Boyolangu”, baik
pada perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Pendidikan


Suatu kebijakan tidak lepas dari manajemen agar sebuah program berjalan dengan
baik dan efektif. Sama juga dengan kebijakan pada dunia pendidikan, perlu juga adanya
manjemen terkait agar kebijakan program di dunia pendidikan tidak salah tafsir maupun
tumpang tindih. Sebelum program di laksanakan ada banyak sekali tahapan yang harus di
analisis. Tahapan pengambilan kebijakan didasarkan pada 6 tahapan
(Rachmah, 2013) yaitu:
1) Perencanaan;
2) Pengorganisasian;
3) Pengarahan;
4) Pengkoordinasian;
5) Pengkomunikasian; dan
6) Pengawasan
Sedangkan menurut (Dirjen Dikdasmen, 2017) sebagai contoh kebijakan Prktek
Kerja lapangan pada Sekolah Menengah Kejuruan melpiuti:
1) Perencanaan,
2) Pelaksanaan
3) Evaluasi, dan
4) Sertifikasi.

2.2 Kurikulum 2013


Pada struktur kurikulum 2013, sebagai contoh pada jurusan Teknik kendaraan ringan
terdapat 3 tingkatan kompetensi peminatan kejuruan. C1 tentang dasar bidang keahlian, C2
mengenai dasar program keahlian, sedangkan C3 untuk kompetensi keahlian. Materi dasar
program keahlian akan diperoleh siswa di tingkat kelas 1, kompetensi ini meliputi: gambar
teknik otomotif, teknologi dasar otomotif, dan pekerjaan dasar otomotif. Pada tingkat
selanjutnya, kompetensi C3 yang berupa pemeliharaan mesin kendaraan, chasis, kelistrikan
dan produk kreatif akan diajarkan di tingkat kelas 2 dan kelas 3.

Gambar: Struktur kurikulum 2013 jurusan TKR (Teknik Kendaraan Ringan)

2.3 Prakerin

A. Pengertian PKL
Pembelajaran di dunia kerja Du/Di adalah program PKL yaitu kegiatan pembelajaran
praktik untuk menerapan, memantapkan, dan meningkatan kompetensi peserta didik.
Pelaksanaan PKL melibatkan praktisi ahli yang berpengalaman di bidangnya bertujuan
untuk memberikan pengalaman kerja langsung (real) kepada peserta didik mutu proses dan
hasil kerja, sehingga mencapai keutuhan standar kompetensi lulusan (Dirjen Dikdasmen,
2017)
Pengaturan pelaksanaan PKL didahului dengan pembekalan terhadap peserta didik
yang akan melaksanakan PKL. Materi pembekalan PKL bagi peserta didik antara lain
meliputi; karakteristik budaya kerja di industri, tata aturan kerja di industri, penyusunan
jurnal, Pembuatan dokumen portopolio, dan penilaian PKL. Sedangkan penyelenggaraan
praktik kerja lapangan dilakukan selama 6-10 bulan setara dengan 5 hari x 4 minggu x 6
bulan (120 hari) sampai dengan 5 hari x 4 minggu x 10 bulan (200 hari) (Dirjen Dikdasmen,
2017). Sebagaimana Alur Pelaksanaan PKL, diatur sebagai berikut:

Gambar: Alur manajemen PKL sesuai Dirjen Dikdasmen


Pembimbingan PKL tidak lepas dari peran para pembimbingan baik dari sekolah
maupun di industri. Pembimbing dari pihak sekolah adalah guru yang bertanggung-jawab
terhadap pembelajaran kompetensi yang pembelajarannya dilaksanakan di Institusi
Pasangan/Industri, dan pembimbing industri yang sekaligus bertindak selaku instruktur
yang mengarahkan peserta didik dalam melakukan pekerjaannya di Institusi
Pasangan/Industri (Dirjen Dikdasmen, 2017).

III. METODE PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian naturalistik dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting),
digunakan untuk meneliti obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai pengamat serta
subjek kebikana karena ikut menjadi pembimbing prakerin dari sekolah, teknik
pengumpulan data secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitan
lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Jenis penelitian ini merupakan sebuah
penelitian deskriptif yang berusaha untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai
suatu keadaan (Sugiyono, 2013).
Lokasi penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 3 Boyolangu alamat Jalan Ki
MangunSarkoro, Beji Tulunagung.) Sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan data seperti dokumen dan lain-lain
(sugiyono,2013). Sesuai dengan masalah dan aspek penelitian, maka teknik pemilihan
responden dilakukan dengan kriteria informan yang dalam hal ini ditentukan oleh peneliti
dan bersifat Snowball sampling.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sepanjang
penelitian berlangsung yang terdiri dari observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Analisisnya terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu reduksi data,
penafsiran dan penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERENCANAAN
Dengan pemberangkatan siswa PKL tanggal 26 maret 2018 sampai 14 juni
2018 di kelas 2 semester 1, kompetensi C3 siswa sebagaimana jurusan TKR masih
kurang. Siswa hanya mendapatkan materi dasar, yakni C2. Bahkan materi C3 yang
diajarkan di kelas 2 masih belum selesai, karena 3 bulan setelah awal pembelajaran
semester 1 peserta didik berangkat PKL. Tentunya ini harus menjadi perhatian
khusus, karena dalam Peraturan Pemerintanh Nomor 19 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, sisswa SMK harus mampu bekerja pada kompetensinya. Jika tidak ada
pengetahuan tentang kerja di Lapangan, dan hanya pengetahuan dasar saja, pastinya
akan menghambat penyerapan materi peserta didik di kegiatan PKLnya.

Saran:
Guna menghadapai kebijakan struktur kurikulum sebagaimna diatas perlu
adanya penyiapan siswa dengan materi di tempat kerja. Materi pembekalan PKL bagi
peserta didik antara lain meliputi; karakteristik budaya kerja di industri, tata aturan
kerja di industri, penyusunan jurnal, Pembuatan dokumen portopolio, dan penilaian
PKL(Dirjen Dikdasmen). Penyiapan keahlian pada peserta didik harusnya di
standartkan pada output peserta didik pada tiap jurusannya. bisa saja penyiapan ini
juga pada, pada kompetensi apa saja yang harus diajarkan sesaui kondisi kerja di
lapangan tersebut. Dengan demikian siswa praktek lapangan dengan efektif.

B. PENGORGANISASIAN

Gambar: Struktur Organisasi BKK dan Pokja PKL

Dilihat dari struktur organisasi di atas, tterihat jelas bahwa Dari data struktur
organisasi tidak ada kerjasama dengan ketua jurusan sebagai penyalur prakerin. Padahal
dengan adanya kerjasama dengan per ketua jurusan, kebijakan penempatan peserta
didik di lapangan akan tepat sasaran. Ketua jurusan akan memilah mana industry
yang sesuai dengan kompetensi jurusanya beserta kuantitas jumlah peserta didik
yang akan ditempatkan.
Berdasarkan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dikmenjur
(2010:12). Prakerin adalah pola penyelengaraan diklat yang dikelola secara bersama-
sama antara SMK dengan industri/asosiasi profesi sebagai institusi pasangan (IP),
mulai tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi dan sertifikasi yang
merupakan satu kesatuan program dengan menggunakan berbagai bentuk
alternative pelaksanaan, seperti day realese, block realese dan sebagainya.

Saran:
Maka dari itu pada struktur organisasi di bawah ketua pengantar kerja
seharusnya membawahi ketua-ketua jurusan. Ketua jurusanpun selanjutnya
menyikapi dengan bertugas menyiakan standart industri yang dikatakan seuai dengan
kopetensi keahlian. Dengan demikian, baik perencanaan, pelaksanaan hingga
evaluasi dan sertifikasi yang merupakan satu kesatuan program PKL akan tepat
sasaran sesuai jurusan masing-masing.

C. PELAKSANAAN

Gambar: Surat Tugas Pembimbing Sekolah


Dari data penelitian diketahui bahwa kebijakan pelaksanaan prakerin yang
dikeluarkan oleh sekolah selama 3 bulan. Sebagai contoh pelaksanaan PKL jurusan
Teknik Kendaraan Ringan, dimulai dari tanggal 26 Maret dan berakhir pada tanggal
14 juni 2018. Pelaksanaan PKL 3 bulan berlaku untuk semua jurusan di SMKN 3
Boyolangu, kecuali Teknik Otomasi Industri.
Penerapan PKL 3 bulan ini pun mengalami masalah dilapangan, penerapan
waktu yang singkat dibanding sekolah lain, membuat kesempatan peserta didik
masuk di industri semakin kecil. Hal ini diperkuat adanya pedoman prakerin dari
Dirjen Dikdasmen bahwa pelaksanaan prakerin bulanan selama 6-10 bulan lamanya
(Dirjen Dikdasmen, 2017). Banyak dari sekolah lain yang sudah melaksanakan PKL
selama 6 bulan sehingga pelaksanaan yang panjang, menjadikan jumlah peserta didik
yang prakerin di industri di batasi.
Tidak hanya itu saja pelaksanaan PKL yang cuman setengah dari waktu
kebijakan yang ditentukan juga berdampak pada pemahaman kompetensi berkurang.
Waktu yang singkat terpotong dari keperluan siswa untuk bersosialisasi dulu.
Akhirnya ketika siswa sudah mulai bisa dan mengenal lingkungan, tak terasa waktu
PKL sudah selesai

Saran:
Jika program PKL akan dilaksanakan pada semester 4 kelas XI, sekolah harus
menata ulang topik-topik pembelajaran pada semester 4 dan semester 5, agar
pelaksanaan PKL tidak mengurangi waktu untuk pembelajaran materi pada semester
4 dan sebagian materi pada semester 4 dapat dipindah ke semester 5. (Dirjen
Dikdasmen, 2017). Saran dari peneliti akan lebih baiknya pelaksanaan prakerin
diletakkan pada semester 4 selama 6 bulan, sedangkan untuk materi di masukkan
pada semester 3. Mengingat pembekalan pemahaman siswa di tempat PKL masih
kurang. Pelaksaanaan PKL 6 bulan pun, memberikan kesempatan siswa belajar di
industry dengan optimal tanpa harus pindah tempat prakerin untuk semester
berikutnya. Dari pihak industry juga terbantu dari pengaturan siswa di bengkel yang
mudah karena hanya 6 bulan.

D. PENGAWASAN
Kegiatan monitor dan penilaian siswa hanya pada industri guru tidak ada.
Padahal berdasarkan pada pedoman PKL Dirjen Dikdasmen mengenai tata aturan
kerja di industri, penyusunan jurnal, Pembuatan dokumen portopolio, dan
penilaian PKL (Dirjen Dikdasmen). Namun pada SMK N 3 Boyolangu tata aturan
evaluasi PKL hanya dari jurnal penilaian dari pembimbing industry. Sebagai bukti
di bawah ini:
Gambar: jurnal penilaian siswa PKL di SMK N 3 Boyolangu.

Saran:
Sesuai dengan pedoman PKL oleh Dirjen Dikdasmen, maka seharusnya tata
aturan pengawasan dan evaluasi kepada siswa diadakan laporan potofolio yang
dibimbing oleh pembimbing dari sekolah. Melalui kerjasama kedua pembimbing
diharapkan kekurangan kompetensi di industry dapat dilengkap oleh pembelajaran
guru di sekolah.

V. SIMPULAN
RUJUKAN
Dirjen Dikdasmen.2017. pedoman Praktek Kerja Lapangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
Rachmah, H. (2013). Nilai Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang Berdasarkan
Pancasila dan UUN 1945. E-Journal WIDYA Non-Eksakta.
Struktur kurikulum 2013. Teknik Kendaraan Ringan.
Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wina Sanjaya. 2006. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Fajar Interpratama Offset

Anda mungkin juga menyukai